Anda di halaman 1dari 12

KONTRIBUSI ISLAM DALAM PENGEMBANGAN PERADABAN DUNIA

YANG DAMAI ,BERSAHABAT DAN SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN

DISUSUN OLEH:
Muhammad Kurniawan (G1B019023)
Paras Mita (G1B023045)
M.Fatirrahman.H (G1B023048)
Fauzan Mahendra (G1B02357)

DOSEN PEMBIMBING:
PANCA OKTOBERI M.Pd.I

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU
A. Latar Belakang

Munculnya pemikiran Islam sebagai cikal bakal kelahiran peradaban Islam pada dasarnya
sudah ada pada awal pertumbuhan Islam, yakni sejak pertengahan abad ke-7 M, ketika
masyarakat Islam dipimpin oleh Khulafa' al-Rasyidin. Kemudian mulai berkembang pada
masa Dinasti Umayyah, dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Dinasti Abbasiyah.
Ketinggian peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah merupakan dampak positif dari
aktifitas "kebebasan berpikir" umat Islam kala itu yang tumbuh subur ibarat cendawan di
musim hujan. Setelah jatuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 1258 M, peradaban Islam
mulai mundur. Hal ini terjadi akibat dari merosotnya aktifitas pemikiran umat Islam yang
cenderung kepada ke-jumud-an (stagnan). Setelah berabadabad umat Islam terlena dalam
"tidur panjangnya", maka pada abad ke-18 M mereka mulai tersadar dan bangkit dari
stagnasi pemikiran untuk mengejar ketertinggalannya dari dunia luar (Barat/Eropa).
Perkembangan pemikiran dan peradaban Islam ini karena didukung oleh para khalifah
yang cinta ilmu pengetahuan dengan fasilitas dan dana secara maksimal, stabilitas politik
dan ekonomi yang mapan. Hal ini seiring dengan tingginya semangat para ulama dan
intelektual muslim dalam melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan agama,
humaniora dan eksakta melalui gerakan penelitian, penerjemahan dan penulisan karya
ilmiah di berbagai bidang keilmuan. Kemudian gerakan karya nyata mereka di bidang
peradaban artefak.
Melalui gerakan pemikiran Islam, berkembang disiplin ilmu-ilmu agama atau ilmu-ilmu
keislaman, seperti ilmu al-Qur'an, ilmu qira'at, ilmu Hadits, ilmu kalam/teologi, ilmu fiqh,
ilmu tarikh, ilmu bahasa dan sastra. Di samping itu berkembang juga ilmu-ilmu sosial dan
eksakta, seperti filsafat, logika, metafisika, bahasa, sejarah, matematika, ilmu alam, geografi,
aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu eksakta
melahirkan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang peradaban umat Islam
Hasil dari perkembangan pemikiran yang sudah dirintis dari periode klasik awal adalah
kemajuan peradaban Islam yang mencapai puncak kejayaannya terutama pada masa dua
khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu Khalifah Harun al- Rasyid (786-809 M) dan anaknya al-
Makmun (813-833 M). Ketika keduanya memerintah, negara dalam keadaan makmur,
kekayaan melimpah, keamanan terjamin, walaupun ada juga pemberontakan tapi tidak
terlalu mempengaruhi stabilitas politik negara, dan luas wilayah kekuasaan Dinasti
Abbasiyah ini mulai dari Afrika Utara sampai ke India (Samsul Munir Amin, 2010: 144).
Demikian Islam telah menorehkan tinta emas pada Sejarah kehidupan umat
manusia.Dan sebagaimana Islam yang datang sebagai rahmatan lil 'alamin, sehingga Islam
mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu. Realitas spiritual dan
metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di
dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis, sosiologis,
fisolosofis dan teologis Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan
beberapa aspek pada peradaban dunia.
Pembahasan

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam


Dalam Sejarah perkembangan pemikiran Islam, pada mulanya tumbuh dan berkembang
pemikiran rasional, namun kemudian berkembang pula pola pemikiran tradisional, yaitu
pola pemahaman yang mengandalkan pemahaman para ulama masa lalu untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada masanya. Pola pemikiran rasional
berkembang pada zaman klasik Islam, terutama pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
Sedangkan pola pemikiran tradisional berkembang pada zaman pertengahan Islam, yaitu
setelah habisnya masa Dinasti Abbasiyah hingga abad 18 M. Pola pemikiran rasional
berkembang dipengaruhi oleh persepsi tentang tingginya kedudukan akal manusia di
kalangan umat Islam pada saat itu. Persepsi ini sejalan dengan persepsi yang sama dalam
peradaban Yunani yang ada di daerah-daerah Islam zaman klasik. Daerah-daerah tersebut
antara hin kota Aleksandria di Mesir, Yundisyapur di Irak, Anthakia di Syiria dan Bactra di
Persia. Di kota-kota tersebut memang telah berkembang pola pemikiran rasional dari
peradaban Yunani (Saiful Muzani (ed). 1995: 7).
Menurut Muhammad al-Bahi, seorang pemikir Islam dari Mesir, bahwa aktifitas pemikiran
ini belum kelihatan dalam sejarah permulaan Islam pada zaman Rasulullah Saw dan Khulfa'
al-Rasyidin, kerana pada saat itu umat Islam memfokuskan perhatiannya untuk berdakwah
menyeru penduduk Makkah dan sekitamya agar menganut Islam, menyemaikan akidah,
menanamkan unsur-unsur iman dan akhlak yang mulia di kalangan mereka berdasarkan
bimbingan dan petunjuk langsung dari Rasulullah Saw. Pada zaman Rasulullah Saw masih
hidup dan wahyu masih diturunkan, umat Islam mengembalikan semua persoalan kepada
wahyu dan mendapatkan penjelesan langsung dari Rasulullah Saw. Karenanya umat Islam
belum memerlukan ijtihad pemikiran dari mereka sendiri, terlebih lagi dalam masalah
akidah dan persoalanpersoalan agama lainnya. Ditambah lagi Rasulullah Saw melarang
semua perbedaan dalam persoalan akidah dan tidak membiasakan perdebatan di kalangan
orang-orang Islam
Setelah Rasulullah Saw wafat, memang ada sedikit kekacauan pada awalnya tetapi dapat
diselesaikan dengan baik oleh Abu Bakar setelah ia dilantik menjadi khalifah. Pada era dua
khalifah pertama, Abu Bakar Shiddiq dan Umar bin Khaththab, tidak banyak masalah.
Namun pada masa khalifah ketiga, Usman bin Affan mulai timbul bibit-bibit pertikaian dalam
bidang politik yang kemudian menjalar pada isu-isu akidah. Setelah Usman wafat dan Ali bin
Abi Thalib dilantik sebagai khalifah, keadaan menjadi semakin serius dan bahkan terjadi
perang saudara antara sesama muslim, seperti terjadinya perang Jamal antara pasukan Ali
bin Abi Thalib dengan pasukan Zubair, Thalhah dan Aisyah dari Mekkah serta perang Shiffin
antara pasukan Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Muawiyah bin Abi Shufyan dari
Damaskus. Ini titik awal berkembangnya perbedaan pandangan khilafiyah dan politik lalu
membawa kepada munculnya aliran akidah
Sejarah mencatat bahawa keadaan seperti ini terjadi pada paruh akhir abad pertama
Hijrah atau abad ketujuh Masehi. Dari masa inilah dimulainya perkembangan pemikiran
Islam secara drastis yang hampir merambah dalam semua bidang Kondisi ini berlangsung
pada masa Dinasti Umayyah dan mencapai kemajuannya pada masa Dinasti Abbasiyyah.
Aktifitas pemikiran Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencapai kemajuan peradaban pada
masa tujuh khalifah, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun al-Rasyid (786-
809 M), al-Makmun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan
alMutawakkil (847-861 M). Popularitas dinasti ini mencapai puncaknya pada zaman Khalifah
Harun al-Rasyid dan puteranya al-Makmun Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-
Rasyid untuk membiayai gerakan intelektual, berupa penerjemahan, penelitian, penulisan,
pendirian lembaga pendidikan dan perpustakaan. Selain itu, kekayaan negara juga
digunakan untuk keperluan sosial, seperti mendirikan rumah sakit, membangun tempat
pemandian umum, lembaga pendidikan dokter dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat
sekitar 800 orang dokter. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan,
kesusasteraan dan kebudayaan berada pada zaman keemasan. Pada masa ini negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat di dunia
Al-Makmun, pengganti Harun al-Rasyid, adalah khalifah yang sangat mencintai ilmu filsafat.
Pada masanya, gerakan intelektual berkembang pesat, penerjemahan buku-buku asing
digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji para penerjemah dari
penganut agama lain yang ahli. Dia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya
besarnya adalah pembangunan Bait al-Hikmah atau alMaktabah al-Shultaniyah, (Ahmad
Syafi Maarif, dalam M.Abdul Karim, 2009: 8) pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Bait al- Hikmah ini merupakan salah satu
warisan bangsa Persia yang tetap dipelihara. Selama pemerintahan Dinasti Sasaniyah
(Kerajaan Persia), Bait al-Hikmah dipandang sebagai arsip negara (Ali Akbar Velayati, 2010:
83). Pada masa al-Makmun, Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan
Menurut M.Abdul Karim (2009: 172), kemajuan peradaban dan kultur pada masa Dinasti
Abbasiyah bukan hanya identik dengan masa keemasan Islam, namun juga merupakan masa
kegemilangan kemajuan peradaban dunia (M.Abdul Karim, 2009: 172). Salah satu indikator
kemajuan peradaban adalah adanya capaian tingkat ilmu pengetahuan yang sangat tinggi.
Di antara pusat-pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yang terkenal adalah Damaskus,
Alexandria, Qayrawan, Fustat, Kairo, alMada'in, Jundeshahpur dan lainnya.
Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa puncak gerakan pemikiran Islam terjadi pada
masa pemerintahan Abbasiyah. Namun tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas
penguasa Abbasiyah sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal berdirinya
Islam. Misalnya, perkembangan lembaga pendidikan pada awal Islam terdiri dari dua
tingkat: Tingkat pertama, yaitu maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan
terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar baca, tulis dan hitung, dan tempat para
remaja belajar dasar- dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa. Tingkat
kedua, yaitu pendalaman, di mana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi ke
luar daerah menuntut ilmu kepada para ahli dalam bidangnya masing-masing. umumnya
ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama
bersangkutan atau di istana bagi anak-anak penguasa dengan memanggil ulama ahlinya ke
istana.

Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Abbasiyah,


dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan juga berfungsi sebagai
universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca,
menulis dan berdiskusi Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh
perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak
zaman Bani Umayyah. maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa Khalifah
al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini banyak diterjemahkan karya dalam bidang
astronomi dan manthiq. Fase kedua, pada masa Khalifah al-Makmun hingga tahun 300 H.
Penerjemahannya lebih banyak dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga,
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-
bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Setelah meredupnya gerakan pemikiran
Islam pada abad pertengahan, gerakan tersebut muncul kembali setelah terjadinya
kebangkitan umat Islam di bidang pemikiran dan gerakan pembebasan umat Iskum dari
penjajahan kolonial Barat pada awal abad modern.

Faktor-faktor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam


Faktor yang mendorong kemajuan peradaban Islam:
1. Faktor yang pertama
Adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu'awiyah ibn Abu Sufyan
(setelah para khalifah Rashidun: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali') melakukan invasi ke daerah
Transjordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno
di Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan
Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dan sebagainya). Berdasarkan
penemuannya itu, Mu'awiyah terinspirasi buat bikin pondasi peradaban Islam yang
berdasarkan ilmu pengetahuan.
2. Faktor yang kedua
Adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Umayyah sedang mengadopsi
teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan
perkembangan teknologi penulisan itu, Mu'awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan
dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah kuno
tersebut ke dalam Bahasa
3. Faktor yang ketiga
Adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang ditandai
perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan
perpindahan pusat pemerintahan itu, yang dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam
dapet pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah pas di
Baghdad dapet tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Komplitlah
sudah! Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia (Yunani,
Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu titik lokasi.

4. Faktor yang keempat


Adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma'mun
yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi
perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta
meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia, dan Byzantium
Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, Zaman
Keemasan Islam kemungkinan ga bakal pemah muncul pada masa itu.

Faktor-faktor penyebab kemunduran peradaban islam:


1. Faktor yang pertama
Adalah kritik dari Al Ghazali yang menentang pengaruh dari filsafat Yunani yang
mejunjung tinggi logika dalam penalaran ilmu dalam peradaban dunia Islam Kendati Ibn
Rushd bersikeras bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat Avicenna dan Al Farabi dengan
ajaran agama, Al Ghazali tetap menyatakan "perang" terhadap pengaruh filsafat Yunani dan
menginginkan pemurnian ajaran agama Islam Sejak perubahan filosofi pemurnian itulah,
Zaman Keemasan Islamengalami kemunduran drastis, sehingga jarang sekali menghasilkan
ilmuwan-ilmuwan besar seperti pada abad 9-11 silam.
2. Faktor yang kedua
Faktor lain yang turut mendorong runtuhnya era emas ini adalah serbuan dari bangsa
Mongol yang akhirnya meluluhlantakkan Baghdad bersama dengan perpustakaan sekaligus
pusat ilmu pengetahuan paling lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran ini sering
dianggap sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang pengetahuan. Untungnya,
ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah sempat diselamatkan oleh Al-Tusi ke
Observatorium Maragheh, Azerbaijan yang kemudian menjadi sumber referensi dan
inspirasi para zaman Renaissance dan Enlightenment.
Sumber-sumber Kontribusi Islam Terhadap Perkembangan Dunia.

1.Menggali Sumber Historis


Peradaban Islam tumbuh berkembang dan dapat tersebar dengan cepatdikarenakan
peradaban Islam memiliki kekuatan spiritualitas. Aspek spiritual memainkan peran sentral
dalam mempertahankan eksistensi peradaban Islam. Para khalifah dari Bani Umayyah
seperti Abu Hasyim Khalid ibn Yazid merintis penerjemahan karya-karya Yunani di Syria.
Juga ketika masa Bani Abbasiyah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kegiatan
intelektual yang menjadikan proses tranformasi intelektual bergerak cepat. Khalifah Al-Ma
mun mendirikan pusat riset dan penerjemahan di Baghdad, yang ia beri nama Bait al-
Hikmah pada tahun 830 M. Banyak penerjemah handal yang ahli menerjemahkan dan
banyak dari mereka adalah non-muslim, seperti Tsabit ibn Qurrah Al-Harraniyang berasal
dari Sabean di Harran. Menurut Margaret Smith adanya kepercayaan (agama) yang berbeda
ternyata tidak menghalangi mereka untukbekerja sama, karena para penguasa Islam
memiliki visi yang maju ke depan danlebih mengutamakan profesionalisme.

2. Menggali Sumber Sosiologis


Dari peradaban Islam yang ada di Spanyol, Islam mampu memberikan pengaruh besar
kepada dunia Barat yang turut serta mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di dunia Islam.
Islam juga berkembang melalui karya-karya ilmuwan Islam seperti Al-Farabi dengan
karyanya astrolabe di bidang astronomi. Di bidang kedokteran muncul, seperti, Ar-Razi dan
Ibnu Sina,yang salah satu karyanya berjudul Al-Qänin fi al-Thibb. Melalui berbagai tokoh
Islam lain, yang juga dikenal di dunia Barat dan Timur, muncul seperti Ibnu Rusyd, AlGhazali
dan Ibnu Zuhr yang juga merupakan filsuf Islam Terdapat dua pendapat mengenai
sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus
berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan, "Bahwa orang Eropa belajar
filsafat dari filsuf Yunani seperti Aristoteles, melalui kitabkitab yang disalin oleh St. Agustine
(354 - 430 M). yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 524 M) dan
John Scotus." Pendapat kedua menyatakan, "Bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang
Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh
filsuf Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi."

3. Menelusuri Sumber Filosofis dan Teologis


Semangat para filsuf dan ilmuwan Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
tidak lepas dari semangat ajaran Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar segala
hal, sebagaimana perintah Allah Swt. dalam AlQuran dan hadis Nabi Muhammad. Ini
menjadi dasar teologis yakni dengan melakukan pengkajian yang lebih sistematis akan
sumber-sumber ajaran agama dan penghargaan yang lebih baik, namun tetap kritis kepada
warisan kultural umat, dan pemahaman yang lebih tepat akan tuntutan zaman yang
semakin berkembang secara cepat. Secara filosofis, Islam memiliki semangat membangun
peradaban yang oleh Nabi Muhammad diterjemahkan dalam bentuk "Masyarakat Madani"
atau "Masyarakat Medinah" sebagai civil society kala rasul hidup dan terus membangun
kerjasama dengan masyarakat Medinah yang majemuk, dan berhasil membentuk "common
platform" atau kalimat pemersatu (kalimatun sawa"). kemudian merumuskannya dengan
konsep maqashid al-syari'ah (tujuan syari'ah), yakni untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia yang meliputi keniscayaan (dharuriyyat) dan kebutuhan (hajiyyat) manusia yang
eksistensinya harus diwujudkan dan dilindungi.

4. Kontribusi Islam dalam Membangun Kesetaraan Gender


Pada zaman pra Islam dalam budaya masyarakat Arab Jahiliyyah, perempuan mendapat
perlakuan yang tidak baik, dianggap sebagai sosok yang tidak berdaya, tidak dihargai, tidak
setara dengan laki-laki, ditindas dan dianggap tidak berguna bahkan aib keluarga. Tidak
menunjukkan adanya kesetaraan gender. Setelah Islam datang, kedudukan perempuan
diangkat, dihargai, dilindungi, dan disetarakan dengan kaum laki-laki. Pada periode klasik,
zaman nabi, utamanya perempuan termasuk istriistri nabi memiliki peran penting dalam
kehidupan pada masa itu, dalam bidang periwayatan hadis, perang, bisnis, dll bahkan
perempuan mampu menjadi pemimpin dalam perang seperti yang pernah dilakukan oleh
istri Nabi Aisyah. Pada periode pertengahan, zaman dinasti-dinasti islam, perempuan juga
memiliki peran penting dalam kehidupan politik bahkan mampu bersaing dalam perlombaan
syair yahng kala itu menjadi trend dan bergengsi walaupun pada akhirnya mengalami
kemunduran.
Pada periode modern, masa kemerdekaan, di Indonesia peran perempuan sudah telihat
dalam berbagai sector kehidupan. Salah satu organisasi yang mendukung perempuan adalah
NU yang membolehkan perempuan untuk menjadi kepala desa bahkan menjadi kepala
Negara. Di Indonesia pemah mempunyai Kepala Negara seorang perempuan yakni
Megawati Soekarnoputri.

5. Kontribusi Islam dalam Membangun Kerukunan Beragama


Islam memilki ajaran tentang kerukunan yang merupakan salah satu bentuk aktualisasi
dari doktrin Islam tentang tasamuh (toleransi). Sehubungan Kerukunan Hidup Umat
Beragama merupakan salah satu bentuk dari sikap toleransitasamuh yang diajarkan Islam,
maka harus diwujudkan dalam kehidupan bermasayarakat. Dalam konteks masyarakat
Indonesia yang plural, baik suku, budaya, maupun agama, maka prinsip dan sikap hidup
saling menghormati, saling memahami dan mengerti, kerjasama, keadilan, kejujuran,
akuntabilitas (memiliki tanggung jawab dan kesediaan menerima akibat perbuatannya),
integritas (ketulusan moral dan tingkah laku etis), serta kebenaran bahwa manusia sebagai
makhluk beragama yang masing-masing orang berhak untuk memiliki keyakinan berbeda,
menjadi modal dasar dalam membangun masyarakat yang bersatu, rukun, dan beradab.
Toleransi dan kerukunan dalam Islam, maka nilai-nilai kerukunan itu dapat dikelompokkan
pada 3 (tiga) aspek, yaitu kesadaran adanya Allah, persaudaraan, dan sikap hidup yang
mencerminkan kerukunan. Kesadaran adanya Allah menunjukkan pada ketauhidan yang
harus menjadi dasar dalam pengembangan kerukunan hidup umat beragama; aspek
persaudaraan menunjukkan bahwa Islam sangat mengedepankan kemanusiaan yang
bernilai universal; sedangkan sikap hidup rukun merupakan nilai praktis dan penjabaran dari
dua aspek sebelumnya.

6. Kontribusi Islam dalam Membangun Lingkungan Hidup Secara Berkelanjutan


sesungguhnya agama (Islam) dan lingkungan hidup satu tidak terpisahkan. Karena di
dalam konsep Islam, lingkungan hidup diperkenalkan oleh Alquran dengan beragam macam
Di antaranya adalah al-bi'ah (menempati wilayah, ruang kehidupan dan lingkungan) yaitu
lingkungan sebagai ruang kehidupan khususnya bagi spesies manusia. Islam menempatkan
ekosistem hutan sebagai wilayah bebas (al-mubahat) dengan status bumi mati (al-mawat)
dalam hutanhutan liar, serta berstatus bumi pinggiran (marafiq al-balad) dalam hutan yang
secara geografis berada di sekitar wilayah pennukiman Bahkan menurut Yusuf al- Qardhawi,
terdapat beberapa term dalam agama Islam yang dapat dikaitkan dengan pemeliharaan
lingkungan hidup diantaranya adalah: 1)teori al-istishlah (kemaslahatan), 2)Pendekatan lima
tujuan dasar Islam (maqashid al-syari'ah) dan 3) Sunnah dari Rasullullah Saw. Al-istishlah
adalah memberikan perawatan terhadap lingkungan, termasuk manusia namun mencakup
pula kemaslahatan spesies-spesies yang ada di bumi. Menurut Yusuf Qardhawi dalam
bukunya Ri'ayah al-Bi'ah fi Syari'ah al- Islam (2001), menjelaskan bahawa terdapat
hubungan yang signifikan antara agama dan lingkungan hidup. Agama secara signifikan
dapat memberikan kontribusi terhadap menjaga kualitas lingkungan alam sekitar. Beliau
menjelaskan bahwa memelihara lingkungan sama halnya dengan menjaga lima tujuan dasar
Islam (maqashid al-syari'ah). Karena itu memelihara lingkungan sama hukumnya dengan
maqashid al-syari'ah. Dalam kaidah Ushul Fiqh disebutkan, ma la yatimmu al-wajib illa bihi
fawuha wajibun (sesuatu yang membawa kepada kewajiban, maka sesuatuitu hukumnya
wajib). Menurut Yusuf Qardhawi, larangan penebangan pohon telah ada sejak zaman
Rasullah berawal dari larangan penebangan pohon sidrah yang merupakan pohon yang
terkenal dengan sebutan al-sidr. Pohon ini tumbuh di padang pasir, tahan terhadap panas
dan tidak memerlukan air. Pohon tersebut digunakan sebagai tempat berteduh oleh para
musafir, orang yang mencari makanan ternak, tempat pengembalaan. Ancaman neraka bagi
orang yang memotong pohon sidrah menunjukkan perlunya menjaga kelestarian lingkungan
hidup.

7. Kontribusi Islam dalam Menghentikan Berbagai Bentuk Dekadensi Moral Degradasi


moral ataupun kadang disebut sebagai kenakalan remaja (juvenile delinquency), bukanlah
mumi kesalahan remaja secara sendiri. Mereka membangun dirinya dalam konteks
lingkungan masing-masing yang bisa saja menstimuli menguatkan, bahkan mendorongnya
dalam mencapai jati dirinya. Ada yang berhasil namun juga tidak jarang ada yang gagal.
Berbeda dengan moralitas sosial yang mengalami pergeseran karena paham materialisme
dan kapitalisme, aturan pokok moralitas pendidikan Islam tidak akan mengalami pergeseran
walaupun zaman globalisasi teknologi terus berkembang. Aturan dan dalil- nya tetap,
dengan prinsip bahwa Islam akan tegak dengan dibangunnya lima hal dalam rangka
menghargai dan melindungi kehidupan manusia 16 yaitu syahadat, salt, zakat, puasa bulan
ramadan dan haji Suatu yang haram juga tetap yaitu musyrik, zina, minum-minuman keras
dengan segala bentuknya, mencuri, membunuh dan kafir/murtad dengan segala bentuknya.
Suatu yang sudah tidak bisa ditawar lagi Yang boleh berubah hanyalah metode
menyampaikannya dengan menggunakan teknologi ataupun dengan pendekatan-
pendekatan pembelajaran yang terbaru misalnya pembelajaran aktif ataupun kontekstual Isi
pesan Islam sebagai nuh spiritualitas tidak boleh redup apalagi berubah. Namm disini lebih
tepat untuk mengemas pendidikan Islam dengan suatu strategi17 pembelajaran yang
diajarkan pada remaja di era global ini dengan istiah integral progresif dan fungsional.
Penutup

Kesimpulan
Islam adalah agama rahmatan lil alamin karena Allah Ta'ala ingin memberikan rahmat
bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga
menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya
berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia
yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang
sebelumnya berada dalam kesesatan. Islam juga memberikan kontribusi kepada peradaban
dunia mulai dari munculnya para tokoh ilmuan islam dan para filsuf islam yang mengubah
cara pandang dunia terhadap ilmu pengetahuan pada masa keemasan islam walaupun
pernah mengalami masa kemunduran Islam juga memberikan kontribusi terhadap berbagai
macam permasalahan kontemporer yang ada pada masa sekarang yang didasarkan kepada
Al Qur'an dan Hadist sehingga manusia dapat menyelesaikan berbagai macam
permasalahan kontemporer sehingga dapat hidup dengan sejahtera.
Daftar Pusaka
• https://id.scribd.com/doc/306570343/Makalah-Peran-Agama-Dan- Perilaku-Korupsi-
Bab-1-2-3
• https://id.scribd.com/presentation/344467413/Kontribusi-Islam- dalam-Peradaban-
Dunia
• http://digilib.uin-
• suka.ac.id/347/1/KONTRIBUSI ISLAM ATAS PERK EMBANGAN PERADABAN.pdf
 https://www.zenius.net/blog/6100/sejarah-peradaban-islam-ilmu- pengetahuan
 https://media.neliti.com/media/publications/98384-ID- perkembangan-pemikiran-
dan-peradaban-isl.pdf
 https://lmsspada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/18446/mod_resour
ce/content/4/Bagaimana Kontribusi Islam pada Pen gembangan Peradaban
Dunia?.pdf
 https://media.neliti.com/media/publications/154011-ID-islam-dan- hak-asasi-
manusia-penegakan-da.pdf
 http://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/download/6 39/578
 https://media.neliti.com/media/publications/57393-ID-teologi- kerukunan-
beragama-dalam-islam-s.pdf
 https://jurnal.ar- raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4918/3240
 http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/5 65/512
 E-book buku pendidikan agama islam

Anda mungkin juga menyukai