Anda di halaman 1dari 18

MASA KEEMASAN ISLAM VS ISLAM

MASA KINI : KEHARMONISAN ILMU


PENGETAHUAN DAN AGAMA

Nama Penulis : Izza Auliya Mukhlisin


(11221110000067)
Dosen Pengampu : Hamdani M.Ag.,Ph.D.

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2022
Pendahuluan (introductory)
Setelah wafatnya Rasulullah, terjadi sejumlah peristiwa signifikan antara tahun 600 M
hingga 650 M yang mempengaruhi perkembangan Islam. Peristiwa-peristiwa tersebut
meliputi konflik internal dan perang saudara yang berdampak pada identitas dan pemikiran
Islam yang terus berkembang sejak saat itu. Nabi Muhammad Saw. tidak pernah
menetapkan siapa yang akan menggantikannya. Saat beliau wafat pada tahun 632, para
sahabat memilih seorang pemimpin atau Imam dan khalifah pertama dalam Kekhalifahan
Rasyidin1.Islam terus berkembang dan mengalami berbagai perubahan. Di bawah
kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib, umat Islam berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan
menghadapi berbagai tantangan politik dan sosial. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Islam
menyebar ke luar wilayah Arab, termasuk ke Persia, Mesir, Suriah, dan Afrika Utara. Agama
ini juga merambah ke Asia Tengah dan India. Selain mendapatkan pengaruh politik,
wilayah-wilayah yang ditaklukkan juga mengadopsi ajaran Islam secara luas. Pemerintahan
Islam pada periode ini didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Nabi Muhammad. Kebebasan
beragama diberikan kepada umat Islam, dan sistem hukum Islam diterapkan dalam negara-
negara Islam tersebut. Selain itu, umat Islam juga melanjutkan upaya dakwah dan
perdagangan untuk menyebarkan ajaran Islam. Namun, setelah periode Khulafaur Rasyidin,
umat Islam mengalami perpecahan politik. Dinasti Umayyah dan Abbasiyah muncul sebagai
kekuasaan yang memerintah dunia Muslim pada masa selanjutnya. Berbagai kekhalifahan
dan kerajaan Islam juga muncul secara independen di berbagai wilayah.

Kekhalifahan Umayyah
Kekhalifahan Umayyah adalah salah satu dinasti
penting dalam sejarah Islam. Dinasti ini berdiri
setelah masa Khulafaur Rasyidin dan berlangsung
dari tahun 661 hingga 750 Masehi. Kekhalifahan
Umayyah memiliki pengaruh yang signifikan dalam
penyebaran agama Islam, pengembangan
kebudayaan, serta kebijakan politik yang
memperluas wilayah kekuasaan. Dalam esai ini,
kita akan menjelajahi kejayaan dan warisan penting
yang ditinggalkan oleh Kekhalifahan
Umayyah.Salah satu prestasi utama Kekhalifahan Umayyah adalah perluasan wilayah
kekuasaan. Mereka berhasil menaklukkan wilayah-wilayah yang luas, termasuk Mesir,
Persia, Irak, Suriah, dan Afrika Utara. Penaklukan ini membawa Islam ke berbagai
komunitas dan budaya yang berbeda, sehingga memperluas pengaruh agama tersebut.
Selain itu, Kekhalifahan Umayyah membangun ibu kota baru yang megah di Damaskus,
yang menjadi pusat politik dan budaya yang berkembang pesat. Peningkatan perdagangan,
kegiatan intelektual, dan kemajuan arsitektur terjadi di bawah kekuasaan Umayyah.

1
Ayu Alfiah Jonas, “Setelah Rasulullah Wafat, Apa yang Terjadi?”,
https://bincangsyariah.com/khazanah/setelah-rasulullah-wafat-apa-yang-
terjadi/#:~:text=Nabi%20Muhammad%20Saw.%20tidak%20pernah,yakni%20Abu%20Bakar%20As%
2DShiddiq, 18/11/2020 (Kamis,18 Mei 2023, 06.38)
Kekhalifahan ini juga memperkenalkan mata uang Islam yang seragam, yang memfasilitasi
perdagangan dan memperkuat ekonomi mereka.

Kekhalifahan Umayyah didasarkan pada sistem monarki yang berpusat pada keluarga
Umayyah. Khalifah Umayyah, sebagai pemimpin politik dan spiritual, memiliki kekuasaan
yang besar dalam menentukan kebijakan dan memerintah negara. Namun, meskipun ada
pemerintahan sentral, Umayyah juga mengizinkan otonomi bagi wilayah-wilayah yang
ditaklukkan, sehingga mempertahankan keberagaman budaya dan etnis dalam
kekhalifahan. Kekhalifahan Umayyah juga melanjutkan kebijakan toleransi agama yang
dimulai oleh Khulafaur Rasyidin. Umat non-Muslim di wilayah kekhalifahan diberikan hak-
hak dasar dan kebebasan beragama, meskipun ada kewajiban pajak tertentu. Kebijakan ini
membantu menjaga stabilitas dalam kekhalifahan dan memperluas jangkauan Islam tanpa
memaksakan konversi.

Kekhalifahan Umayyah menjadi pusat kegiatan intelektual dan budaya yang penting. Mereka
membangun perpustakaan besar, lembaga pendidikan, dan memprakarsai terjemahan dan
penyebaran karya-karya ilmiah dari berbagai peradaban. Perguruan-perguruan dan pusat-
pusat ilmu pengetahuan tumbuh subur di bawah perlindungan Umayyah. Pada
pemerintahan Bani Umayyah peradaban islam sudah bersifat internasional, meliputi tiga
benua: sebagian Eropa, sebagian Afrika, sebagian besar Asia. Penduduknya meliputi
puluhan bangsa, menganut bermacam macam bahasa. 2 Dalam perkembangan ilmu agama,
madzhab Maliki mendapatkan pengaruh yang luas di Andalusia. Hal ini menyebabkan
perhatian yang besar dari umat Muslim di Andalusia terhadap Hadits Rasulullah, yang
menghasilkan ulama penghafal hadits seperti Abu Abdurrahman al-Mukallad. Selain itu,
bidang ilmu agama lainnya yang mendapat perhatian pesat adalah ilmu qiraat, yang
membahas lafal-lafal al-Quran yang benar dan baik.

Selain ilmu agama, filsafat juga mendapatkan perhatian dari umat Muslim di Andalusia.
Begitu pula dengan ilmu-ilmu lain seperti ilmu pasti, astronomi, kedokteran, dan sejarah.
Bahasa Arab pada masa ini menjadi bahasa utama di masyarakat Andalusia. Hal ini terjadi
karena keberhasilan bangsa Arab di bidang militer, politik, dan keagamaan, serta karena
bahasa Arab sebelumnya telah digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Dalam seiring
perkembangan bahasa ini, sastra Arab juga berkembang pesat, melahirkan banyak penyair
dan sastrawan terkenal.

Sebenarnya Islam di Andalusia bertahan cukup lama, agama islam


berada di Eropa kurang lebih selama 781 tahun.3 Selama waktu yang panjang, para
penguasa dan masyarakat Muslim telah menggunakan kesempatan tersebut untuk
mengembangkan peradaban dunia. Sejarah mencatat dengan pentingnya peran yang
dimainkan oleh intelektual Muslim pada masa itu, yang memberikan kontribusi berharga bagi
kemajuan peradaban dunia saat ini. Namun, sejarah yang panjang ini juga mencatat
kemunduran dan kehancuran yang dialami oleh masyarakat Muslim dan penguasa Dinasti

2
HJ. FACHIROH, “PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH”,
(JAMBI: AKULTAS TARBIYAH JURUSAN PAI EKSTENSI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN, 2014) hlm. 4
3
ibid, hlm. 9
Bani Umayah II di Andalusia. Kemunduran dan kehancuran ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan tidak jelas dan menyebabkan
persaingan di kalangan anggota keluarga istana.
2. Konflik dengan umat Kristen melemahkan pertahanan dan pengembangan bidang
keilmuan, menyebabkan kemunduran umat Islam di Andalusia.
3. Tidak adanya ideologi pemersatu memunculkan perselisihan etnis antara suku
Arabia Utara dan Selatan.
4. Kesulitan ekonomi dan pengabaian pengembangan sektor ekonomi mengganggu
perkembangan politik, militer, dan sosial.
5. Munculnya kekuatan baru yang didukung oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-
Muthalib, Bani Hasyim, Syi'ah, dan kaum Mawali menyebabkan kejatuhan Dinasti
Bani Umayyah.

Kekhalifahan Abbasiyah
Khilafah Bani Abbasyiyah adalah penerus tongkat estafet perjuangan Islam dari khilafah
bani Umayyah yang berhasil mereka gulingkan pada tahun 750 M. 4Akar terbentuknya
kekhalifahan dimulai dengan tindakan propaganda oleh Abbasiyah yang dipimpin oleh
Ibrahim, anggota Bani Abbas, dengan dukungan dari pemimpin Khurasan bernama Abu
Muslim. Kekuatan oposisi yang semakin solid dan melemahnya Bani Umayyah juga turut
berperan. Propaganda ini memicu perselisihan antara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
yang akhirnya mengakibatkan kejatuhan Bani Umayyah.

Munculnya Dinasti Abbasiyah juga melibatkan bantuan dari orang-orang Persia yang
merasa tidak puas dengan pemerintahan Bani Umayyah dalam hal sosial, politik, dan
administrasi. Orang-orang Persia mempercayai hak raja-raja yang dianggap berasal dari
Tuhan. Mereka melihat kekhalifahan sebagai kekuasaan yang berasal langsung dari Allah.
Pernyataan al-Manshur yang menyatakan "Innamaa Anaa Sulthaanullah fii Ardlihii" (saya
hanyalah kekuasaan Allah di bumi-Nya) mencerminkan pandangan ini. Dalam konsep ini,
kekhalifahan dipandang sebagai mandat langsung dari Allah, bukan dari rakyat. Sistem
kekhalifahan seperti ini sangat berbeda dengan sistem kekhalifahan pada masa Khulafaur
Rasyidun di mana kekhalifahan mereka berasal dari dukungan rakyat.

Salah satu pencapaian penting Kekhalifahan Abbasiyah adalah pemindahan ibu kota dari
Damaskus ke Baghdad pada tahun 762 M oleh Khalifah Al-Mansur. Perpindahan ini
membuat Baghdad menjadi pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan perdagangan yang
berkembang dengan pesat. Kota ini juga menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual
terbesar pada masa itu.

Selain itu, Kekhalifahan Abbasiyah memiliki peran yang signifikan dalam menerjemahkan
banyak karya klasik dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Mereka berhasil menerjemahkan
dan mempelajari banyak karya dalam bidang filsafat, matematika, astronomi, dan ilmu
pengetahuan lainnya. Upaya ini penting dalam melestarikan pengetahuan klasik dan
berdampak besar pada kemajuan intelektual di Renaissance Eropa.

4
Zainul Mukromin, “Kemajuan Islam Pada Masa Bani Umayyah Dan Bani Abbasiyah”,
https://id.scribd.com/doc/274022221/KEMAJUAN-ISLAM-PADA-MASA-BANI-UMAYYAH-DAN-BANI-
ABBASIYAH-docx, 10/8/2015 (Kamis,18 Mei 2023, 09,08)
Kekhalifahan Abbasiyah juga diakui sebagai zaman keemasan ilmu pengetahuan dalam
sejarah Islam. Mereka mendirikan lembaga pendidikan seperti Bait al-Hikmah (Rumah
Kebijaksanaan) di Baghdad, yang menjadi pusat penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Selain itu, Kekhalifahan Abbasiyah juga dikenal karena kemajuan dalam
sastra dan puisi Arab. Munculnya banyak penyair terkenal seperti Abu Nuwas dan Al-
Mutanabbi menjadi ciri khas kekhalifahan ini. Puisi Arab mencapai tingkat keindahan dan
keahlian yang tinggi, dan puisi menjadi media penting untuk mengekspresikan gagasan dan
perasaan.

Terakhir, Kekhalifahan Abbasiyah berhasil mengembangkan sistem administrasi dan


pemerintahan yang efektif. Mereka menerapkan prinsip-prinsip administrasi yang kompleks,
termasuk pembagian wilayah administratif, pengangkatan pejabat terlatih, dan pembentukan
badan-badan pemerintahan yang efisien. Sistem ini membantu menjaga stabilitas dan
kemakmuran dalam kekhalifahan tersebut.

Wilayah kekuasaan bani Abbasiyah menyempit di Baghdad dan sekitarnya yang


menunjukkan pada kelemahan politik mereka. Keadaan ini dibaca oleh tentara Mongol dan
Tartar untuk menyerang Baghdad yang akhirnya bisa mereka kuasai. Di samping
kelemahan khalifah yang menjadi penyebab kemunduran, ada beberapa faktor lain yang
menjadi sebab kemunduran khilafah bani Abbasiyah, antara lain:
1. Dalam kekhalifahan Abbasiyah, terjadi persaingan antara bangsa Arab dan bangsa
Persia. Dominasi Turki dan keluarga-keluarga seperti Bani Buwaih dan Bani Seljuk
juga berdampak pada perubahan kekuasaan dalam kekhalifahan Abbasiyah.
2. Kekhalifahan Abbasiyah mengalami kemunduran ekonomi seiring dengan
kemunduran politik. Penurunan pendapatan negara dan peningkatan pengeluaran
menyebabkan perekonomian terganggu.
3. Kekhalifahan Abbasiyah menghadapi konflik keagamaan dengan berbagai gerakan
keagamaan.Konflik keagamaan melibatkan pertentangan antara aliran-aliran dalam
Islam, seperti Sunni dan Syi'ah.
4. Kekhalifahan Abbasiyah menghadapi ancaman eksternal, seperti perang Salib yang
dilancarkan oleh bangsa Kristen Eropa dan serangan dari tentara Mongol.

Isi (body)
Bab 1 : Masa Kejayaan Islam
Baghdad: Pusat Intelektual Islam
Salah satu ciri khas dari Zaman Keemasan Islam adalah adanya pusat-pusat intelektual
yang menjadi titik pertemuan dan kegiatan para sarjana Muslim. Salah satu pusat terkemuka
adalah Baghdad, yang berada di bawah pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, dan
menjadi tempat yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Tulang
punggung kekuatan pada masa ini adalah as-Saffah.Khalifah tersebut diberi julukan "as-
Saffah" karena ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang terlibat dalam banyak
pertumpahan darah, namun demikian, ia juga dikenal sebagai seorang khalifah yang
dermawan dan murah hati. Selanjutnya, Abu Ja'far al-Manshur diberi gelar "al-Manshur"
karena ia meraih banyak kemenangan dalam pertempuran yang ia ikuti. Ia juga memilih
Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan. Kota Baghdad
sendiri dibangun di tepi timur Sungai Tigris.5
Khalifah al-Manshur dan staf pemerintahannya memiliki
visi tentang lokasi yang istimewa untuk membangun ibu
kota baru. Tempat tersebut harus memiliki angin yang
sejuk, udara yang nyaman, dan dilindungi oleh alam dari
serangan musuh. Selain itu, tempat tersebut juga harus
mudah terhubung dengan wilayah-wilayah penting dalam
kerajaan Islam. Tempat yang memenuhi semua kriteria
tersebut adalah Baghdad. Kota Baghdad memiliki semua
syarat sebagai ibu kota yang diinginkan oleh Khalifah al-
Manshur. Terletak di tepi sungai Dajlah, kota ini menjadi
jalur pengiriman barang dari berbagai negara melalui
sungai tersebut. Selain itu, Baghdad juga merupakan tempat yang strategis karena terletak
di antara dua sungai, Dajlah dan Eufrat. Hal ini memudahkan pembangunan jaringan
transportasi antara daerah-daerah yang berada di tepi sungai Eufrat dan daerah-daerah
terdekatnya. Musuh sulit untuk mencapai Baghdad kecuali melalui jembatan. Selain itu,
Baghdad terletak di antara wilayah-wilayah Arab dan non-Arab.

Dalam proses pembangunan kota tersebut, Khalifah mengundang para ahli bangunan dari
berbagai bidang seperti arsitek, tukang batu, tukang kayu, pelukis, pematung, dan lain-lain.
Mereka datang dari wilayah-wilayah seperti Suriah, Mosul, Basrah, dan Kufah, dengan total
jumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini memiliki bentuk bundar dan dikelilingi oleh dinding
tembok yang besar dan tinggi. Di luar dinding tembok, di gali parit besar yang berfungsi
sebagai saluran air dan sebagai benteng pertahanan. Terdapat empat pintu gerbang yang
mengelilingi kota, yaitu Bab al-Kufah di barat daya, Bab al-Syam di barat laut, Bab al-
Bashrah di tenggara, dan Bab al-Khurasan di timur laut. Setiap pintu gerbang ini memiliki 28
menara pengawas yang dibangun di antara mereka untuk memantau situasi di sekitar kota.
Di atas setiap pintu gerbang, terdapat tempat peristirahatan yang dihiasi dengan ukiran
indah. Di tengah kota terdapat istana Khalifah yang dibangun dengan mengadopsi seni
arsitektur Persia. Istana ini dikenal sebagai al-Qashr al-Zahabi, yang berarti istana emas.
Istana tersebut dilengkapi dengan masjid, pos pengawal istana, kantor polisi, serta tempat
tinggal bagi anggota keluarga Khalifah. Di sekitar istana, didirikan pasar yang digunakan
untuk kegiatan perbelanjaan. Terdapat jalan raya yang menghubungkan keempat pintu
gerbang tersebut.

Pada masa itu, Baghdad mencapai puncaknya sebagai pusat peradaban dan kebudayaan
terkemuka di seluruh dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan sastra berlangsung dengan
luar biasa cepat. Banyak karya filosofi yang sebelumnya dianggap telah "mati" kembali
diberdayakan melalui terjemahan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-Ma'mun memiliki
perpustakaan yang penuh dengan koleksi buku-buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan
tersebut dikenal dengan nama Bait al-Hikmah.6

5
Machfud Syaefudin, dkk., Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis,
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013), hlm. 68-69.
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), hlm. 55-56.
Bait al-Hikmah adalah perpustakaan yang berperan sebagai pusat intelektual pada masa itu.
Selain mengumpulkan berbagai karya sastra dan ilmiah dari berbagai tradisi budaya,
perpustakaan ini juga menjadi pusat pendidikan tertinggi. Khalifah Al-Ma'mun mendorong
terjemahan karya-karya ilmiah ke dalam bahasa Arab dan perpustakaan ini memiliki koleksi
buku yang luas dalam berbagai bidang. Selain sebagai perpustakaan, Bait al-Hikmah juga
menjadi tempat riset dan diskusi intelektual. Pusat ini menjadi simbol toleransi budaya dan
kerjasama antarbudaya. Kontribusinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, sastra,
dan filsafat dalam dunia Islam sangat besar. Meskipun tidak ada lagi saat ini, warisan
intelektualnya tetap berpengaruh dalam sejarah perkembangan pengetahuan umat manusia.

Terjadi sebuah gerakan penerjemahan yang terdiri dari tiga fase. Fase pertama terjadi
selama masa pemerintahan Khalifah al-Manshur hingga Harun ar-Rasyid. Pada fase ini,
banyak karya yang diterjemahkan dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua
berlangsung pada masa Khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H, dengan fokus
penerjemahan pada bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga terjadi setelah tahun 300 H,
terutama setelah ditemukannya pembuatan kertas. Pada fase ini, berbagai bidang ilmu
diterjemahkan secara luas.7

Masa kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah dianggap sebagai masa keemasan, tetapi


kemudian mengalami kemunduran. Jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M dan Cordova
pada tahun 1236 M menjadi awal periode kemunduran pendidikan dan penurunan
intelektual. Kekhalifahan Abbasiyah kehilangan dukungan politik yang signifikan,
menyebabkan kejatuhan dan kemunduran Baghdad sebagai pusat ibu kota dan kebanggaan
umat Islam dalam perkembangan peradabannya. Terjadi pemisahan antara negara dan
pemerintahan Islam, dengan ulama dan sufi yang merumuskan prinsip-prinsip keyakinan
Islam. Konflik yang muncul karena doktrin "kemakhlukan al-Quran" menyebabkan
pemisahan antara dua sisi kultur dan komunitas Islam, antara negara dan institusi
keagamaan, serta antara istana dan ulama. Selanjutnya, evolusi institusi negara, kultur
kosmopolitan, agama, nilai-nilai, dan praktik umat Muslim akan terus berjalan secara
terpisah.8

Seni dan Sastra Dalam Agama Islam


Zaman Keemasan Islam juga menyaksikan kemajuan yang luar biasa dalam seni dan
sastra. Seni arsitektur Islam menghasilkan bangunan-bangunan yang megah seperti Masjid
Agung Cordoba di Spanyol dan Masjid Agung Samarra di Irak, yang menunjukkan
keindahan dan kecanggihan dalam desain dan ornamen. Di bidang sastra, karya-karya
seperti "Al-Quran" dan "Alf Layla wa-Layla" (Seribu Satu Malam) mencerminkan kekayaan
kreativitas dan imajinasi yang dimiliki oleh para sarjana Muslim pada masa itu.
1. Masjid Agung Cordoba
Masjid Agung Cordoba mula pertama dibangun oleh abdur Rahman I(756-788) pendiri
dinasti Umayyah di Spanyol, melengkapi kota selain sebagai pusat pemerintahan juga pusat

7
ibid, hlm. 55-56
8
Samsul Nizar, Sejarah Pendidkan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
Sampai Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group, 2009), hlm 172-174
kebudayaan muslim.9 Masjid Agung Cordoba memadukan gaya arsitektur Moor dengan
elemen-elemen arsitektur Visigoth dan Romawi yang ada sebelumnya. Eksteriornya memiliki
penampilan yang sederhana, tetapi interior masjidnya mempesona dengan desain yang
rumit dan detail yang indah. Salah satu ciri khas yang paling menonjol dari Masjid Agung
Cordoba adalah hutan kolom yang terdiri dari ratusan tiang marmer dan granit yang diatur
dalam pola jajaran. Tiang-tiang ini memiliki beragam desain dan gaya, mencerminkan
perpaduan budaya dan sejarah yang ada pada masa itu.Selain hutan kolom, masjid ini juga
memiliki Mihrab yang megah, yaitu semacam nisbah yang menunjukkan arah Ka'bah dalam
ibadah salat, serta Sahn (halaman tengah) yang dikelilingi oleh galeri dengan lengkungan
dan kolom-kolom indah.

Selama berabad-abad, Masjid Agung Cordoba telah mengalami transformasi dan


dipengaruhi oleh arsitektur dari berbagai periode dan pemerintahan. Pada abad ke-13,
ketika wilayah Cordoba jatuh ke tangan umat Kristen, sebagian dari masjid diubah menjadi
gereja. Kemudian, pada abad ke-16, kapel dan altar dibangun di tengah masjid. Walaupun
mengalami perubahan tersebut, bangunan ini masih mempertahankan keindahan dan
keunikan arsitektur Moor aslinya.

2. "Alf Layla wa-Layla" (Seribu Satu Malam)


Cerita Seribu Satu Malam tidak memerlukan pengenalan yang lebih lanjut, karena cerita
yang abadi dan tak lekang oleh waktu ini telah sangat dikenal di telinga kita. Sejak lama,
telah ada banyak percetakan dan penerbit Arab yang menerbitkan buku-buku Seribu Satu
Malam untuk disebarkan ke seluruh dunia. Bahkan, cerita legendaris ini telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa dunia, terutama bahasa Perancis dan Inggris.10

Dalam "Seribu Satu Malam," Scheherazade, seorang wanita, menceritakan cerita-cerita


kepada raja yang kejam untuk mempertahankan hidupnya. Dalam cerita tersebut,
Scheherazade meninggalkan cerita setengah jalan di malam pertama, membuat raja
penasaran dan ingin mendengarkan kelanjutan cerita pada malam berikutnya. Dengan cara
ini, Scheherazade berhasil bertahan hidup selama seribu satu malam dan menceritakan
berbagai cerita menarik.

Cerita-cerita dalam "Seribu Satu Malam" termasuk dalam berbagai genre seperti
petualangan, romansa, fantasi, dan moralitas. Beberapa cerita terkenal dalam koleksi ini
adalah "Aladdin dan Lampu Ajaib," "Ali Baba dan Empat Puluh Penyamun," "Sinbad Sang
Pelaut," dan "Cerita Sindbad yang Ketujuh." Setiap cerita memiliki latar belakang budaya
yang kaya dengan pemandangan dan karakteristik khas dari daerah asalnya.

"Seribu Satu Malam" memiliki pengaruh yang besar dalam sastra dunia dan telah diadaptasi
ke dalam berbagai bentuk karya seni seperti drama, opera, dan film. Karya ini mengandung
pesan moral dan menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia seperti cinta, kesetiaan,
kebijaksanaan, dan keadilan. Secara keseluruhan, "Seribu Satu Malam" adalah sebuah

9
Lukman Hadi Subroto, “Masjid Peninggalan Dinasti Umayyah”,
https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/23/110000979/masjid-peninggalan-dinasti-
umayyah?page=all, 23/03/2022 (Kamis,18 Mei 2023, 14.00)
10
MUHAMMAD GHARIB JAUDAH, 147 ILMUWAN TERKEMUKA DALAM SEJARAH ISLAM,
(Jakarta: Pustaka Al- Kausar, 2007) hlm. XV
karya yang luar biasa dalam sastra dunia. Kumpulan cerita ini menampilkan kekayaan
imajinasi, keindahan bahasa, dan hikmah yang membuatnya menjadi salah satu karya
paling penting dan berpengaruh dalam literatur Arab dan dunia.

Sarjana Muslim di Masa Kejayaan Islam


Pada masa Zaman Keemasan Islam, terjadi kemajuan yang signifikan di berbagai bidang
ilmu pengetahuan. Sarjana Muslim tidak hanya mengumpulkan dan menerjemahkan karya-
karya klasik dari Yunani, tetapi mereka juga memberikan kontribusi orisinal dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai seorang sarjana Muslim di masa itu, seseorang
mungkin akan memiliki pengetahuan mendalam tentang ilmu pengetahuan agama, seperti
Al-Qur'an, tafsir (penafsiran Al-Qur'an), hadis (ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad), dan
fiqih (hukum Islam). Mereka akan mempelajari prinsip-prinsip Islam, ajaran moral, dan etika
yang mendasari kehidupan Muslim. Selain itu, sarjana Muslim di masa itu juga akan memiliki
pemahaman yang luas tentang ilmu pengetahuan dunia. Mereka mungkin akan mempelajari
matematika, astronomi, kedokteran, farmasi, kimia, fisika, biologi, dan geografi. Pada masa
kejayaan Islam, banyak ilmuwan Muslim yang melakukan penelitian dan memberikan
kontribusi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini Sarjana muslim
terkemuka yang ada di masa kejayaan islam :

Ibnu Sina (Avicenna)


Dia bemama Abu Ali Al-Husin bin Abdullah bin Sina. Dia dikenal dengan
gelar "Asy-Syaikh Ar'Ra'is" karena kemampuan ilmunya dan
ketokohannya yang sangat menonjol di kalangan para ilmuwan yang
hidup pada masanya. Sedangkan orang-orang Eropa merubah
namanya menjadi Avicenna.11 Lahir pada tahun 980 di Bukhara, Ibnu
Sina merupakan seorang polymath Muslim yang memiliki pemahaman
yang mendalam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk
kedokteran, filsafat, astronomi, matematika, dan teologi. Karya-
karyanya, terutama "Kitab al-Qanun fi al-Tibb" (The Canon of Medicine),
telah menjadi landasan penting dalam perkembangan ilmu kedokteran
selama berabad-abad.

Ibnu Sina adalah seorang sarjana Muslim yang memberikan kontribusi monumental dalam
kedokteran dan filsafat. Karyanya yang terkenal, "Kitab al-Qanun fi al-Tibb," bukan hanya
ensiklopedia medis, tetapi juga menggabungkan pengetahuan medis dari peradaban
Yunani, Persia, dan India dengan tradisi kedokteran Islam. Buku ini mencakup anatomi,
fisiologi, diagnosis, dan pengobatan berbagai penyakit. Ibnu Sina juga menyumbangkan
pemikirannya dalam bidang filsafat melalui karyanya "Al-Shifa," yang membahas logika,
metafisika, etika, dan filsafat politik. Ia menggabungkan pemikiran Aristoteles dengan filsafat
Islam dan menekankan pentingnya penalaran dan pengamatan untuk mencapai
pengetahuan yang benar.

Ibnu Sina, sebagai seorang sarjana Muslim pada masa kejayaan Islam, tidak hanya memiliki
pengetahuan mendalam dalam bidang kedokteran dan filsafat, tetapi juga mengapresiasi

11
Ibid, hlm. 276
pentingnya ilmu pengetahuan secara menyeluruh. Ia memperjuangkan pendekatan ilmiah
yang didasarkan pada penalaran, pengamatan, dan eksperimen. Pemikirannya memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan metodologi
penelitian baik di dunia Islam maupun di Eropa.

Karya-karya Ibnu Sina tidak hanya diterjemahkan dan dipelajari di dunia Muslim, tetapi juga
memiliki dampak yang besar terhadap kebudayaan Barat. Terjemahan-terjemahannya
menjadi dasar yang penting dalam ilmu kedokteran, farmakologi, dan filsafat selama Abad
Pertengahan di Eropa. Kontribusinya dalam menyebarkan pengetahuan medis dan filsafat
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban manusia secara
keseluruhan.

Selain menjadi seorang sarjana Muslim yang sangat cerdas, Ibnu Sina juga merupakan
seorang praktisi yang berperan aktif dan sensitif terhadap konteks sosialnya. Ia terlibat
secara langsung dalam pelayanan kesehatan dan memberikan perawatan medis kepada
masyarakat. Ibnu Sina menyadari betapa pentingnya hubungan antara tubuh dan jiwa serta
mengakui kebutuhan akan pendekatan holistik dalam pengobatan.

Jabir bin Hayyan (Geber)


Jabir bin Hayyan, juga dikenal sebagai Geber dalam bahasa Barat,
memainkan peran kunci dalam sejarah ilmu kimia dan alkimia.
Dilahirkan pada abad ke-8 di Kufah, Iraq, Jabir bin Hayyan bukan
hanya seorang ahli kimia terkemuka, tetapi juga seorang filsuf, ahli
kedokteran, dan ilmuwan yang berkeahlian dalam berbagai bidang.
Karya-karyanya yang mencakup ratusan risalah dan buku telah
memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan ilmu
kimia dan promosi pendekatan ilmiah di dunia Islam.

Pertama-tama, Jabir bin Hayyan adalah salah satu pionir dalam ilmu
kimia. Ia mengembangkan metode ilmiah yang terorganisir dalam eksperimen dan penelitian
kimia. Melalui eksperimennya, ia melakukan investigasi terhadap berbagai zat dan
substansi, menganalisis sifat-sifat mereka, serta mengembangkan metode pemurnian yang
lebih baik. Karya-karyanya mengenai pemisahan zat, pembuatan senyawa, dan teknik
analisis telah memberikan kontribusi signifikan dalam kemajuan ilmu kimia. Contohnya Jabir
menemukan sebagian alat penyajian bahan-bahan kimia dan mencampurnya dengan
peralatan yang lain. Dalam bukunya, dia banyak menerangkan tentang peralatan ini,
diantaranya terbuat dari kaca dan logam.12

Selain itu, Jabir bin Hayyan dikenal karena pendekatannya yang inklusif terhadap
pengetahuan dan kolaborasi antarbudaya. Ia menghargai pengetahuan yang ada dalam
peradaban Yunani kuno, India, Persia, dan Mesir, serta aktif melakukan terjemahan dan
penafsiran karya-karya mereka. Melalui upayanya ini, ia berhasil menyebarkan dan
memperkaya pengetahuan dan praktik kimia di dunia Islam, sekaligus memfasilitasi
pertukaran pengetahuan antara berbagai budaya.

12
Ibid, hlm. 91
Hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa karya-karya Jabir bin Hayyan memiliki
pengaruh yang kuat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat. Karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada Abad Pertengahan, yang kemudian
mempengaruhi pemikiran ilmiah di Eropa. Kontribusinya dalam bidang kimia dan alkimia
menjadi landasan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kimia, farmasi,
dan metalurgi.

Secara keseluruhan, Jabir bin Hayyan, atau Geber, memegang peran kepemimpinan yang
signifikan dalam ilmu kimia dan alkimia pada zamannya. Karya-karyanya menggabungkan
metode ilmiah dengan konsep-konsep filosofis, menghasilkan pemikiran yang inovatif dan
pendekatan holistik terhadap ilmu pengetahuan. Keberaniannya dalam mempelajari dan
berkolaborasi dengan berbagai tradisi ilmiah dan budaya menunjukkan semangat
inklusivitas dan pengetahuan yang luas. Warisannya dalam ilmu pengetahuan terus
diperjuangkan dan dihormati, menjadikannya sebagai salah satu tokoh yang paling
berpengaruh dalam sejarah ilmu kimia dan alkimia.

Al-Hasan bin Al-Haitsam (Alhazen)


Al-Hasan bin al-Haitham, atau yang lebih dikenal sebagai
Alhazen, merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Ia
dilahirkan pada abad ke-10 di Basra, Irak, dan dikenal
sebagai seorang ilmuwan serba bisa (polymath) yang
memiliki penguasaan luas dalam berbagai bidang seperti
fisika, matematika, astronomi, optik, dan filosofi. Namun,
kontribusi terbesar yang ia berikan terletak pada
penelitiannya dalam bidang optik, yang menjadikannya
sebagai bapak dari optik modern.

Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah dia tidak mendapatkan haknya/namanya
terkubur, dan tidak mendapatkan kedudukan yang semestinya.13Meskipun memiliki
keunggulan dan prestasi yang luar biasa, Al-Hasan bin al-Haitham tidak sepenuhnya diakui
oleh ahli sejarah peradaban Islam dan penulis buku sejarah. Ironisnya, dia mengalami dua
kali penindasan. Pertama oleh generasi Muslim sendiri yang tidak memahami kontribusinya,
dan yang lebih parah, dia juga dizalimi oleh ilmuwan dan sejarawan Barat yang telah
mengklaim warisan intelektualnya dengan mengganti namanya. Akibatnya, posisi Al-Hasan
bin al-Haitham dalam sejarah ilmu pengetahuan sering kali tidak diberikan tempat yang
seharusnya di antara para ilmuwan terkemuka sepanjang sejarah.

Salah satu sumbangan terbesar Alhazen adalah melalui karyanya yang terkenal, "Kitab al-
Manazir" atau "Buku Optika". Karya ini merupakan hasil penelitian mendalamnya tentang
fenomena cahaya, seperti pemantulan, pembiasan, dan refraksi.Dia mempelajari studi
keterbalikan dengan menggunakan cermin datar dan cermin cekung dan berhasil membuat
kaedah khusus untuk itu.14 Alhazen merupakan salah satu tokoh pertama yang
mengemukakan teori tentang pergerakan cahaya dan pengaruhnya terhadap penglihatan

13
ibid, hlm 204
14
ibid, hlm 209
manusia. Ia menemukan bahwa cahaya bergerak dalam garis lurus, serta mengembangkan
konsep sinar dan bayangan.

Salah satu eksperimen terkenal yang dilakukan oleh Alhazen adalah menggunakan bola
kaca berisi air. Dalam eksperimen ini, ia mempelajari pembiasan cahaya ketika melewati
permukaan bola kaca, dan menemukan bahwa cahaya yang melewati bola kaca terlihat
melengkung. Eksperimen ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang lensa dan
bagaimana mata manusia membentuk gambar.

Tidak hanya terbatas pada pemahaman fenomena cahaya, Alhazen juga memberikan
kontribusi penting dalam pengamatan dan penjelasan tentang penglihatan manusia. Ia
mengajukan teori bahwa penglihatan terjadi ketika sinar cahaya dari objek yang kita lihat
memasuki mata dan membentuk gambar terbalik di retina. Konsep ini telah membantu
memahami secara modern bagaimana mata kita bekerja.

Bab 2 : Islam Masa Kini


International Institute of Islamic Thought (IIIT): Jembatan
Pengetahuan Islam Masa Kini

Di tengah kemajuan globalisasi, pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam dan
dampaknya terhadap masyarakat menjadi semakin krusial. International Institute of Islamic
Thought (IIIT) merupakan salah satu lembaga yang memainkan peran penting dalam
mengembangkan pengetahuan tentang agama Islam.The International Institute of Islamic
Thought and Civilization adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam di Malaysia yang
menyelenggarakan program pendidikan tingkat magister dan doktor di bidang agama dan
pemikiran Islam. Lembaga ini diresmikan pada 27 Februari 1987.15

IIIT terlibat secara proaktif dalam kegiatan penelitian dan pengembangan di berbagai
bidang, termasuk teologi, filsafat, sejarah, dan ilmu sosial. Lembaga ini memberikan
beasiswa dan dukungan kepada sarjana dan mahasiswa yang tertarik dalam studi Islam.
Selain itu, IIIT juga memainkan peran penting dalam mendorong penelitian interdisipliner
yang melibatkan ilmu sosial, politik, dan ekonomi. IIIT juga aktif memajukan pendidikan
Islam yang inklusif secara global dengan mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan
tantangan modern. Lembaga ini berperan dalam memperbaharui kurikulum dan pendekatan

15
Anwar, M. Syafi’i. “ISTAC, Rumah Ilmu untuk Masa Depan Islam,” Ulumul Qur’an, Vol. III, No. 1,
1992.
pengajaran untuk mengikuti perkembangan zaman. Tujuan IIIT adalah menciptakan
generasi Muslim terdidik yang memahami Islam dalam konteks global dan dapat
memberikan kontribusi positif pada kemajuan masyarakat.

IIIT sangat menghargai kebebasan akademik dan intelektual. Lembaga ini memberikan
kesempatan kepada sarjana dan akademisi untuk secara bebas menyampaikan gagasan
dan penelitian mereka tanpa tekanan politik atau ideologis. IIIT juga mendorong kerjasama
antara lembaga pendidikan dan penelitian Islam dengan lembaga akademik di seluruh dunia
untuk menciptakan kolaborasi yang menguntungkan.

International Institute of Islamic Thought telah memberikan kontribusi yang sangat berarti
dalam pengembangan pemikiran dan penelitian Islam. IIIT telah memfasilitasi penulisan dan
penerbitan karya-karya ilmiah yang relevan dengan tantangan modern yang dihadapi oleh
umat Islam. Selain itu, lembaga ini juga telah menyelenggarakan berbagai konferensi
internasional dan seminar yang melibatkan para sarjana dan pemikir terkemuka dari
berbagai disiplin ilmu. IIIT telah memainkan peran penting dalam membangun jaringan dan
kemitraan dengan lembaga pendidikan dan penelitian di seluruh dunia. Kolaborasi ini
membuka peluang untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan
pemahaman dan apresiasi terhadap Islam di kalangan komunitas internasional.

Budaya Dan Seni Sebagai Warisan


Islam
Budaya dan seni Islam masa kini mencerminkan
keanekaragaman dan kekayaan warisan Islam
yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Budaya
Islam meliputi berbagai aspek kehidupan sehari-
hari, termasuk bahasa, pakaian, tradisi, arsitektur,
musik, tarian, seni visual, dan sastra. Sementara
itu, seni Islam mencakup seni rupa, kerajinan,
arsitektur, dan pertunjukan.

Dalam arsitektur, seni Islam menunjukkan karakteristik khas seperti kubah, menara
(minaret), dan mihrab (noktah doa dalam masjid). Arsitektur masjid-masjid yang megah dan
istana-istana yang indah menjadi contoh puncak kejayaan seni Islam. Pemakaian ornamen
geometris dan ukiran khas Islam memberikan ciri khas tersendiri pada bangunan-bangunan
ini. Masjid biasanya dipahami oleh sebagian besar masyarakat merupakan rumah
ibadah, terutama untuk shalat, padahal sebenarnya masjid memiliki fungsi yang demikian
luas daripada sekedar untuk shalat.16Masjid memiliki peran yang penting dalam
mengembangkan kesejahteraan umat Islam. Dalam masjid, umat Muslim berkumpul untuk
beribadah, mendengarkan khutbah, dan belajar tentang ajaran Islam. Masjid juga menjadi
tempat dimana umat Muslim dapat berdiskusi, saling membantu, dan merencanakan upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri dan umat Islam secara keseluruhan.

16
Anies Yulinda Wulandari, dkk.., “KEBUDAYAAN ISLAM”, (Surabaya: UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, 2016), hlm, 8-9
Dalam seni rupa Islam, terdapat beragam gaya dan bentuk ekspresi yang memperkaya
warisan seni Islam. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi, yang menggunakan tulisan
Arab untuk menciptakan karya seni yang indah dan sarat makna. Kaligrafi Islam sering
digunakan sebagai hiasan dalam arsitektur masjid, lukisan, atau diukir pada berbagai benda
seni dan dekoratif.

Seni kaligrafi Islam merupakan salah satu bentuk tertinggi dari ekspresi artistik dalam tradisi
Islam. Tulisan Arab yang digunakan dalam kaligrafi tidak hanya berfungsi sebagai sarana
komunikasi, tetapi juga menjadi elemen artistik yang dihargai karena keindahan estetika dan
kebermaknaannya. Kaligrafi Islam menggabungkan unsur-unsur geometris, proporsi yang
harmonis, dan permainan garis dan kurva untuk menciptakan komposisi visual yang
menakjubkan.

Melalui seni kaligrafi, Islam mengekspresikan keindahan dan keagungan ajarannya. Seni ini
bukan hanya sebagai elemen dekoratif visual, tetapi juga sebagai medium untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan spiritual, refleksi, dan menghormati Al Quran serta
kekayaan budaya Islam secara keseluruhan. Seni kaligrafi Islam tetap menjadi salah satu
bentuk seni yang sangat dihormati dan diapresiasi dalam budaya dan seni Islam masa kini.

Budaya dan seni Islam masa kini juga terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan fenomena
globalisasi. Karya seni Islam klasik yang indah dan bersejarah tetap diberi penghargaan dan
dipelajari, sementara seniman Muslim kontemporer juga mengintegrasikan unsur-unsur
modern dan menjelajahi tema-tema baru dalam karya mereka. Seniman Muslim saat ini
menggunakan berbagai media dan teknik, termasuk seni digital dan instalasi, untuk
menyampaikan pandangan dan pengalaman mereka. Pengaruh teknologi modern telah
membuka pintu bagi seniman Muslim untuk bereksperimen dengan cara baru dalam
menciptakan karya seni. Penggunaan media digital dan teknologi komputer memungkinkan
seniman untuk menggabungkan elemen tradisional dengan elemen modern dalam karya
mereka. Mereka dapat menciptakan karya seni yang menggabungkan seni rupa, fotografi,
seni instalasi, dan bahkan seni virtual.

Cendikiawan Islam Masa Kini


1. Abdal Hakim Murad (Timothy Winter)
Abdal Hakim Murad, sebelumnya dikenal sebagai
Timothy Winter, adalah seorang cendekiawan Muslim
terkemuka dari Inggris. Lahir pada tahun 1960 di Inggris,
ia menempuh pendidikan di Universitas Cambridge dan
meraih gelar sarjana dalam bidang sejarah sebelum ia
memeluk agama Islam pada tahun 1979.Mengutip Arab
News, Timothy merupakan seorang mualaf yang
mendalami ajaran tasawuf. Semenjak remaja, dia sudah
senang mengkaji berbagai pemikiran global. Dia senang
belajar hal-hal baru, dan kadang duduk sambil membaca
dan merenung pada malam hari. Itu dia lakukan saat teman-teman seusianya sibuk
berpesta di malam hari.17

Saat ini, Abdal Hakim Murad menjabat sebagai Dosen Studi Islam di Fakultas Teologi,
Universitas Cambridge, dan sebagai Direktur Studi Teologi di Wolfson College. Sebagai
seorang tokoh agama, ia telah menghasilkan banyak karya yang produktif.

Abdal Hakim Murad secara intensif mempelajari buku-buku klasik yang ditulis oleh ulama
terdahulu. Salah satu karya terkenalnya adalah terjemahan "Ihya Ulumuddin" yang ditulis
oleh Imam Al-Ghazali. Ia juga menulis artikel tentang Islam. Buku terbarunya berjudul
"Traveling Home: Essays on Islam in Europe". Selain itu, ia juga merupakan pendiri
Cambridge Muslim College, sebuah institusi pendidikan yang menawarkan gelar diploma
kepada pemuda Muslim di Inggris. Institusi ini juga menyelenggarakan program sarjana (BA)
bagi pemimpin agama di Inggris yang telah diakreditasi oleh otoritas pendidikan setempat.

Abdal Hakim Murad juga aktif di berbagai media sebagai pembicara dan memanfaatkan
media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Ceramah-ceramahnya yang diaunggah di
YouTube banyak diminati, terutama karena kemampuannya berbicara dalam berbagai
bahasa. Selain itu, ia juga memainkan peran penting dalam pembangunan Masjid
Cambridge. Masjid ini telah menjadi salah satu pusat studi Islam terbesar di Inggris, dengan
desain seni Islam yang dikombinasikan dengan sentuhan modern.
Sebagai seorang profesor di Kolese Wolfson, Universitas Cambridge, dan direktur Pusat
Pembelajaran Islam Cambridge, Abdal Hakim Murad memiliki peran yang signifikan dalam
pemikiran Islam kontemporer. Ia terkenal karena advokasi pemahaman Islam yang moderat
dan dialog antaragama.

2. Khaled Abou El Fadl


Khaled Abou El Fadl adalah seorang cendekiawan Muslim yang diakui secara internasional
dan telah memberikan kontribusi signifikan dalam pemikiran Islam dan peradilan. Lahir di
Kuwait pada tahun 1963, ia dibesarkan dalam keluarga yang berakar dalam tradisi
intelektual Islam yang kaya. Di usia ke 12 tahun, Khaled mulai menghafal Al-Qur'an di
masjid Al-Azhar, yang membuatnya dijuluki sebagai anak cerdas. Selain itu, dia juga
membaca semua buku yang dimiliki orang tuanya, yang merupakan pengacara. Ketika
berada di Mesir, Khaled pernah menjadi pengikut paham puritan Wahhabi. Namun,
kemudian dia mulai mengkritik dan menentang paham tersebut karena merasa bahwa
paham Wahhabi telah menghambat kebebasan berpikir. Pada tahun 1982, Khaled
melanjutkan studinya di Amerika, tepatnya di Yale University. Selama empat tahun di sana,
dia mempelajari ilmu hukum dan berhasil lulus dengan predikat cum laude. Pada tahun
1989, dia juga meraih gelar Master of Laws dari University of Pennsylvania. Berkat

17
Muhajirin, “Timothy Winter, Cucu Pendeta Jadi Ulama Besar Penopang Dakwah di Inggris”,
https://langit7.id/read/28807/1/timothy-winter-cucu-pendeta-jadi-ulama-besar-penopang-dakwah-di-
inggris-1674064916, 19/01/ 2023 (Jumat, 19 Mei 2023, 07,30)
prestasinya, Khaled dipercaya untuk bekerja
sebagai pengacara di bidang hukum imigrasi dan
hukum dagang di Pengadilan Tinggi Arizona.18

Khaled Abou El Fadl dikenal atas usahanya dalam


memperoleh pemahaman dan penjelasan yang
lebih baik tentang prinsip-prinsip Islam dengan
menggabungkan aspek-aspek teologis, hukum,
dan etika. Salah satu kontribusi yang paling
menonjol dari beliau terletak pada bidang hak
asasi manusia dalam konteks Islam. Beliau
berjuang untuk mempromosikan pemahaman
Islam yang inklusif dan mendukung hak-hak
individu yang dijamin oleh agama ini.

Dalam karyanya, Khaled Abou El Fadl menekankan pentingnya mempertahankan prinsip-


prinsip kemanusiaan dan keadilan dalam konteks hukum Islam. Beliau menyoroti perlunya
memahami nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip etika yang membentuk ajaran agama,
serta mempertimbangkan konteks sosial dan sejarah dalam interpretasi hukum Islam.

Selain itu, Khaled Abou El Fadl telah berkontribusi melalui tulisan-tulisannya yang
berkelanjutan. Beliau telah menerbitkan sejumlah buku yang mencakup topik-topik seperti
hukum Islam, sistem peradilan, hak asasi manusia, dan etika. Contoh karya penting seperti
"Speaking in God's Name: Islamic Law, Authority, and Women" dan "The Great Theft:
Wrestling Islam from the Extremists" mencerminkan pendekatan kritis dan pemikiran
mendalam yang diusung olehnya.

Kontribusi Khaled Abou El Fadl dalam wacana Islam dan sistem peradilan telah memiliki
dampak signifikan pada pemikiran Islam kontemporer. Beliau melampaui sudut pandang
yang sempit dan memberikan pemahaman yang luas tentang keadilan, etika, dan hak asasi
manusia dalam konteks Islam yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. Dalam
upayanya untuk memperkuat pemahaman Islam yang inklusif dan moderat, Khaled Abou El
Fadl telah menjadi suara yang berpengaruh dalam menciptakan pemahaman yang saling
terhubung antara agama dan masyarakat modern.

Kesimpulan (Concluding)
Mempelajari masa kejayaan Islam dengan benar adalah suatu kewajiban, mengingat
pentingnya periode tersebut dalam sejarah umat Muslim dan pengaruhnya yang masih
terasa hingga saat ini. Untuk merespon masa kejayaan Islam secara tepat, kita perlu
memiliki pemahaman yang akurat tentang sejarahnya, menghargai warisan yang
ditinggalkannya, dan merefleksikan kondisi umat Muslim saat ini.

Masa kejayaan Islam sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan
budaya. Pada saat itu, dunia Islam mencapai kemajuan yang luar biasa di bidang

18
Muhammad Yusuf Shobirin, “Khaled Abou El Fadl, Ulama Penentang Otoritarianisme Ilmu Agama”
https://ibtimes.id/otoritarianisme-khaled-abou-el-fadl/, 10/05/2021 (Jumat, 19 Mei 2023, 14.30)
matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, dan sastra. Kontribusi ilmiah dan intelektual
yang dibuat oleh sarjana Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Farabi perlu
dihargai karena karya-karya mereka telah berdampak besar pada perkembangan ilmu
pengetahuan modern.

Selain itu, keberagaman budaya yang berkembang pada masa kejayaan Islam juga perlu
dihargai. Islam mengajarkan kesetaraan dan persaudaraan di antara semua umat manusia,
tanpa memandang suku, bahasa, atau ras. Di bawah pemerintahan Islam yang adil,
berbagai komunitas, baik Muslim maupun non-Muslim, hidup berdampingan dalam harmoni
dan saling berinteraksi di bidang perdagangan, seni, dan pengetahuan. Masa kejayaan
Islam merupakan contoh nyata bagaimana toleransi agama dan keanekaragaman budaya
dapat menjadi sumber kemakmuran dan kemajuan sosial.

Dalam menghadapi masa kejayaan Islam, penting bagi kita untuk belajar dari kesalahan dan
kegagalan masa lalu. Kita harus secara jujur mengevaluasi bagaimana Islam mengalami
kemunduran dan keruntuhan kekuasaan. Melalui kajian yang obyektif, kita dapat
mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kemerosotan tersebut, seperti ketidakstabilan
politik, perpecahan internal, dan penurunan semangat dalam memajukan ilmu pengetahuan
dan pendidikan. Dengan memahami kesalahan yang dilakukan di masa lalu, kita dapat
menghindari pengulangan kesalahan yang sama dan merencanakan masa depan yang lebih
baik.

Singkatnya, mempelajari masa kejayaan Islam adalah tugas yang penting bagi kita.
Pemahaman yang akurat tentang masa lalu akan membimbing kita dalam membangun
masa depan yang lebih baik. Kita harus menghargai warisan ilmiah, budaya, dan sosial yang
ditinggalkan oleh masa kejayaan Islam, dan menggunakan inspirasi itu untuk mencapai
kesuksesan di berbagai bidang. Dengan solidaritas, pendidikan, penolakan terhadap
ekstremisme, dan pembelajaran dari masa lalu, umat Muslim dapat memberikan kontribusi
positif dalam masyarakat global dan mewujudkan visi Islam yang sejati.
Daftar Isi
Fachiroh. (2014). Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Umayyah . 4.
Jaudah, M. G. (2007). 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka Al
Kausar.
Jonas, A. A. (2020, 11 18). Setelah Rasullah Wafat, Apa Yang Terjadi? Retrieved from
Bincang Syariah: https://bincangsyariah.com/khazanah/setelah-rasulullah-wafat-apa-
yang-
terjadi/#:~:text=Nabi%20Muhammad%20Saw.%20tidak%20pernah,yakni%20Abu%2
0Bakar%20As%2DShiddiq
Muhajirin. (2023, 1 19). Timothy Winter, Cucu Pendeta Jadi Ulama Besar Penopang
Dakwah di Inggris. Retrieved from Langit7: https://langit7.id/read/28807/1/timothy-
winter-cucu-pendeta-jadi-ulama-besar-penopang-dakwah-di-inggris-1674064916
Mukromin, Z. (2015, 8 10). Kemajuan Islam Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Retrieved from Scribd: https://id.scribd.com/doc/274022221/KEMAJUAN-ISLAM-
PADA-MASA-BANI-UMAYYAH-DAN-BANI-ABBASIYAH-docx
Nizar, S. (2009). Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.
Shobirin, M. Y. (2021, 5 10). Khaled Abou El Fadl, Ulama Penentang Otoritarianisme Ilmu
Agama. Retrieved from ibtimes.id: https://ibtimes.id/otoritarianisme-khaled-abou-el-
fadl/
Subroto, L. H. (2022, 3 23). Masjid Peninggalan Dinasti Umayyah. Retrieved from
Kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/23/110000979/masjid-
peninggalan-dinasti-umayyah?page=all
Syaefudin, M. (2013). Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historid=s. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu Yogyakarta.
Wulandari, A., Sarassakti, K., Pramono , A., & Musyarrofah. (2016). Kebudayaan Islam.
Makalah Pendidikan Adama Islam 1, 8-9.
Yatim, B. (2000). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai