Anda di halaman 1dari 16

Sejarah peradaban Islam

Tugas Uas SPI Nama: Muslih Rojai.

Nim : 1720100048

Jawaban:

KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA KEJAYAAN

1. A. Peradaban Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW

Perode Dakwah Rasulullah di Madinah (abad ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum
muslimin zaman Khulafaur Rasyidin sampai masa Kekhilafahan Bani Utsmani di Istanbul
(abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam berbagai bidang.
Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan beberapa konflik antar
penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan darah. Meskipun demikian, para
penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor perhatian dari penguasa inilah yang membuat
peradaban Islam menjadi berkembang dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang
mendukung dan memotivasi kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu.

1.A . Faktor-faktor yang mendorong perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Masa kejayaan islam Adalah diantaranya
a. Dorongan semangat membaca (Iqra)
Umat islam pada masa kejayaan sangan memahami bahwa hanya dengan membaca, umat islam
melek dalam segala hal. Kesadaran ini tumbuh dan berkembang oleh pemahaman bahwa allah
swt meberikan wahyu oertama kali kepada nabi Muhammad saw, yakni Qs. Al-Alaq/96 :1-5

Kebijakan Khalifah
Kebijakan khalifah daulah abbasiyah lebih menekankan pada perluasaan wilayah, para
khalifah lebih memperioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam.
Daulah Bani Abbasiyah yang didirikan pada tahun 132 H / 750 M oleh Abdullah al-Saffah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah
Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Gerakan bani Abbas pada waktu itu yang dipimpin
oleh Ibrahim Al Imam melakukan gerakan diam-diam atau rahasia yang berpusat di Khurasan.
Dengan pimpinan panglima perang yang bernama Abu Muslim Al Khusrasany, Bani Abbas
dapat menguasai daerah Khurasan dan Kufah. Setelah Kufah dapat dikuasai sepenuhnya,
diangkatlah Abul Abbas menjadi Khalifah pertama pada tahun 132 H / 750 M. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Daulah Bani Umayyah pada saat itu. Dinamakan kekhalifahan Daulah
Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan keturunan Bani Abbas,
paman Nabi Muhammad SAW.
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang
cukup lama dalam sebuah peradaban.
berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan bani abbas menjadi lima periode: (1) periode pertama (132 h/750 m-232 h/847 m),
disebut periode pengaruh persia pertama; (2) periode kedua (232 h/847 m-334 h/945 m), disebut
pereode pengaruh turki pertama; (3) periode ketiga (334 h/945 m-447 h/1055 m), masa
kekuasaan dinasti buwaih dalam pemerintahan khilafah abbasiyah. periode ini disebut juga masa
pengaruh persia kedua; (4) periode keempat (447 h/1055 m-590 h/l194 m), masa kekuasaan
dinasti bani saljuk dalam pemerintahan khilafah abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh turki kedua; (5) periode kelima (590 h/1194 m-656 h/1258 m), masa khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota bagdad.
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih
memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan
pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua
pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan
(keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang
pesat. Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai
menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam
terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur
khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para
‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa
pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan
menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga
banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul
Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas,
karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan
berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya
sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian
umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid
mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat
ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah
berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang
empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820
M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas
dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari
bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan
penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid
berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.

Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif
sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit
penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara
kultural sangat besar.

Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas
besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian
membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari
sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar
biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan
di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-
tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi.
Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar
bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana
pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-
abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim
pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat
perbedaan-perbedaan agama dan suku yang plural.

Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan
peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan
penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuat
nya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara
pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang
telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak
hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu,
memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses
asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains,
filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup
Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga
dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran
Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan


kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas)
and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung
abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann
Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika
Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.

Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang
dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim
yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin
Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi
(filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada
bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran
Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka
telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui
dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224
judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang
paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit
dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di
seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit
cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak.
Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi
mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat.
Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De
Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam
sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan
judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang
matematika (geometri dan trigonometri).

Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di
dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah
ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong
munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan
ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk
merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak
ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.

Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan,
tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik
terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau
mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu
yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam
itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada
masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat
Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.

Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya
pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik
material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling
beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku,
masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan
yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-
rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu
lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang
melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam
lumpur”.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan
Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan
Charlemagne.

Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam
ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan
yang berpusat di Andalusia.

Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah
pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa
internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di
Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-
gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam
untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di
Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan ilmiah kaum
muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke
negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac
yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal
di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana
Islam.
Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol
menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya
Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut
muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat,
sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang
kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte
dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk
melakukan hal yang sama.

Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi
oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para
pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah
perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan
muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan
Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk
kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di
masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah
pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang
sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah
transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan
pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai
bidang ilmu pengetahuan.

Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan


banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat
fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000
jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan
Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi
18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya
memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan
Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia
Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.

Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan
Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-
sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang
dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).

Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla,
Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia
terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol
telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban
modern di dunia Barat.

2. Respon umat islam


Semua kebijakan para khalifah untuk membangun sebuah peradaban dan gerakan berpikir
maju, cepat direspon, oleh umat islam dengan respon yang sangat tinggi. Bentuk respon tersebut
ditandai dengan sikap semangat yang tinggi dari umat islam untuk belajar, membaca, mencoba,
dan menulis. Sehimgga pada masa daulah abbasiyah mampu melahirkan tokoh islam di berbagai
bidang ilmu dan akhirnya mampu menempatkan posisi umat islam sebagai umat terbaik di dunia.
Manusia yang mampu memberikan manfaat bagi manusia lain, atau mampu berperan dan
bersifat rahmatan li alamin.

1. Al Farabi
Al farabi adalah tokoh cendekiawan muslim di bidang fisika dan filsafat. karya-karya
tulis beliau sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih saat
ini, sehingga buku-bukunya banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di seluruh penjuru
dunia.
Al farabi nama lengkapnya adalah abu Nars Muhammad Al Farabi. Lahir di Wasij, salah
satu desa di Farab, (Transoxania) pada tahun 870M.Ia berasal dari Turki dan tinggal selama 20
tahun di Bagdad (Irak), dalam rangka menuntut dan sekaligus mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Pada tahun 950M beliau wafat dalam usia 80 tahun.

2. Ibnu Sina
Ibnu sina yang nama lengkapnya Abu Ali Husain bin Abdullah Ibnu Sina dilahirkan di
suatu daerah dekat Bukhara yaitu Afahan pada tahun 980M. Ssarjana-sarjana barat menyebutnya
"Avicena". Beliau adalah sarjana muslim yang ahli di bidang ilmu biologi, kedokteran dan
filsafat.
Pada usia 20 tahun dia telah menulis sebuah esiklopedi tentang ilmu kedoteran yang
dikenal dengan nama The Canon. Buku-buku lain yang ditulisnya adalah : Any Syifa, An Najat,
Al Qanun. Dalam bahasa inggrisnya disebut Canon of Medicine.
Buku ini sampai akhir abad ke 17 dipakai sebagai standar oleh universitas-universitas di
Eropa.
Ibnu sina wafat pada tahun 1037 namun walaupun beliau telah tiada, kehebatan dan
keharuman namanya masih menggema sampai saat ini.

3. Al Biruni (973-1048)
Dia adalah seorang cendekiawan muslim yang meletakkan dasar-dasar ilmu perbintangan
modern dan terbesar disepanjang sejarah.
Dia telah menentukan dengan teliti garis lintang dan garis bujur dan membicarakan
kemungkinan bumi berputar pada sumbunya. Diselidiki pula olehnya kecepatan yang tak
terhingga dari suara dan cahaya. dia tidak membatasi diri pada ilmu pasti dan ilmu perbintangan
tapi juga berhasil menentukan berat jenis 18 batu permata, logam dan lain sebagainya.
Dari gambaran singkat diatas, jelaslah bagi kita bahwa para cendikiawan muslim dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan warisan yang tak ternilai harganya
bagi kehidupan manusia modern sampai sekarang dan terus berkembang sampai akhir zaman.
Namun demikian saut hal yang perlu diingat bahwa ilmu pengetahuan dan tenologi
hendaklah dijadikan suatu mementum atau kesempatan untuk mempertebal keyakinan dan
keimanan kita tentang kebesaran Allah SWT.

4. IBNU RUSHD (AVERROES)


Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah
(1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu
Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia
mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd
mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim)
dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar
atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk
pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk
mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah
tidak ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang
Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya.

Karya :
·Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
·Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
·Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan
menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).

5. Al-Khawarizmi
Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu
beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi
dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-
Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah
zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M.
Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain
menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal
tahun 266H/850M di Baghdad.

Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam
yang berpengetahuan luas.
Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa
Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja
di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar
matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan
khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India
pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab.
Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan
konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.

B. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Per adaban Islam


Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di antaranya konflik Islam dengan
Kristen, Di Spanyol saat Itu’ tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya
sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah
merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah
memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada
abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang
mengalami kemunduran.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu


Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di
Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab
tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka
masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang
dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah
sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi
makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya
timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga
disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap
sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan khususnya pada masa kemunduran,yakni:
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak terulang
lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk memundurkan
peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam
hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan
ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an
dan Hadis.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian
mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat islam
3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina,
Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk terus
mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim
pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.
2. Soal
Per adaban islam berkembang sampai kewilayah asia Tenggara,berikan analisa anda
tentang :
a.Proses masuknya islam ke asia tenggara.
b.Faktor pendukung dan peng hambat perkembangan peradaban islam di asia tenggara.
Jawab :

a. Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia tenggara tidak berada dalam satu waktu
yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses sejarah yang panjang.
Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial
budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar
abad VII dan VIII, jalur selat malaka sudah ramai oleh para pedagang Muslim. Data
ini diperkuat dengan berita Cina jaman dinasti T’ang yang dapat memberikan
gambaran bahwa ketika itu telah ada masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan
daerah Sumatera. Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional
ketika itu juga sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di Asia
timur dengan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya
kerajaan Sriwijaya sendiri di wilayah Asia Tenggara.
Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan
pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan
terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam di bunuh maka
mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam telah mulai
melakukan politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan
Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah mendirikan
perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan menyelenggarakan
pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang.
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti teori kedatangan
Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.
1. kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang.
Buktinya catatan China mengatakan orang rab dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di
Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara
tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian
Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta
membina perkampungan Arab.Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang.Ada juga
pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan menyebarkan Islam.Karena sebagian
besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi maka pada masa menunggu
angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut
serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China.Pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang
Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua
menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim
pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW
dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid
Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China
membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh
sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
· Telah ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur kuno
Tingkok.
· Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
· Karya-karya yang menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab
contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan oleh ahli sufi
dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
2. kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina
Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat
Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam. Pedagang China
Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan Islam.
Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia
Tenggara.
Adapun bukti kedatangan Islam dari China ini, yaitu :
· Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,
Pahang.
· Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan,
Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.
3. kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat
Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai
Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah
terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk menyebarkan
Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu
· Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di batu
nisan Raja Malik Pasai.
· Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.
Kurun waktu abad ke-11 hingga abad ke-14 adalah fase awal dari perkembangan Islam di
kepulauan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang arab dan Muslim India adalah agen-agen
perubahan yang mebawa Islam ke kawasan itu. Tersebarnya Islam Tidak terlepas dari pengaruh
kerajaan yang berada di nusantara yang di pimpin oleh raja-raja yang memeluk agama
Islam.Seperti, kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Malik As-saleh.Perlak
(Peureulak) adalah sebuah bandar niaga penting di pesisir timur Sumatera Utara pada abad ke-
13.Marco Polo mengunjungi pelabuhan itu pada tahun 1292 dan melaporkannya telah menjadi
sebuah negara Islam.Marco Polo menulis tentang Perlak. “kerajaan ini, anda harus tahu sering
dikunjungi saudagar-saudagar Saracen secara teratur, yang kemudian membaiat penduduk
pribumi pada hukum Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam.[1]

B. Beberapa Faktor Pendukung Berkembangnya Peradaban Islam di Asia Tenggara


Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada beberapa yaitu
diantaranya:
1.Hubungan Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia
dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan
Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para
raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik
kapal dan saham.Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar
sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang
Jawa dan kaya-kaya.Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati
Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena
hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi
dengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di
tempat-tempat tinggalnya.
2.Hubungan Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik
untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin mereka diIslamkan terlebih dahulu.
Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul
kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh
lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja
dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses
Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai
Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang
mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.Hubungan Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini
puteri-puteri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-
ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di
abad ke-20 M ini.
4.Hubungan Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.Di pesantren atau pondok itu, calon
ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.Setelah keluar dari pesantren, mereka
pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan
Islam.Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan
Sunan Giri di Giri.Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan
Agama Islam.
5.Hubungan Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.Dikatakan,
Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah
meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan
Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.Kesenian-
kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya),
seni bangunan dan seni ukir.

6. Hubungan Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebih dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.Di
samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.Kemenangan kerajaan
Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3
teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya:
a.Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah
pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi
dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang telah menyumbangkan
peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa
pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang
berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing
menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut
menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas
Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah
Jawa.
b. Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi
bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki
lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan
di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam
bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara.
Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas
dengan kultur daerah setempat.
c. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite
pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi
solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih
kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori
tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah
dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam
di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan
penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat
penting’Serta Lahirnya Kerajaan-Kerajaan Islam yang menyebarkan pengaruhnya dengan
kekuasan yang ia miliki pada saat itu.
Kerajaan kerajaan islam tersebut diantaranya :

C. Kerajaan Islam di Asia Tenggara


1. Kerajaan Samudra Pasai
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di Samudera pasai
pada tahun 1292 M dibawah seorang raja Al-Malikus Saleh. Bukti adanya kerajaan ini ialah
ditemukannya makam-makam Raja-raja Samudra Pasai di dekat sebuah kampung yang terletak
di tepi sebuah sungai yang bernama Pase, yang bermuara ke teluk Lho’ Seumawe. Makam-
makam tersebut di nisannya berukirkan tulisan Arab huruf Riq’ah, yang tertua diantaranya ialah
bertarikh Hijrah 629, bersetuju dengan tahun 1292 Masehi. Jelaslah tertulis nama raja pertama
itu, yaitu Al-Malikus Saleh.
2. Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat peranannya
sebagai jalan lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar
pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan, yang menjadi
jalan silang antara AsiaTimur dan asia Barat. Dengan letak geografis yang demikian membuat
Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya.
3. Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara pulau Sumatra, pada
tahun 1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama tiga tahun.
Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di
bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh peloksok
nusantara yang terjangkau oleh juru dakwahnya.
4. Kerajaan Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)
Di Jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan), para wali menjadikan Demak
sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam. Demak
merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang di pantai utara Pulau
Jawa, kerajaan ini hanya berumur pendek, namun para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan
mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya
sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya Patih Yunus berkuasa, dia
berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang
beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-
orang Protugis.
5.Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah pedagang-
pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah dikuasai
Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten merupakan pelabuhan yang penting dan ekonominya
mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi urat nadi dalam
pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia dibagian selatan dan barat Sumatera.
Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka dibawah pengawasan politik
Portugis di Malaka.
6. Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang bernama Senopati.
Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa, juga berhasrat membentuk sebuah
kerajaan yang bersatu.
7. Kerajaan Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)
Kerajaan ini berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota pelabuhan yang penting.
Kerajaan Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan
permusuhan antara Goa dan Bone. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Gowa berhasil, hal ini
merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang
lain.
b.faktor penghambat perkembangan peradaban islam di Asia tenggara, diantaranya ada 2
1.Faktor Internal,
Kebijakan Pemimpin yang kurang berpihak pada masyarakat terutama masyarakat Miskin
Adanya konflik antar umat islam itu sendiri,adanya konflik kepentingan politik dan factor
kesenjangan social di masyarakat
2.Faktor Ekternal.
Diantaranya adanya pengaruh budaya barat,dan kepentingan politik dari Pihak Negara-Negara
barat.
3.Soal :
Sebagai orang islam,menurut anda apa saja langkah-langkah yang dilakukan,untuk
memajukan atau mengembangkan peradaban islam sekarang.?
Jawab :

1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tiqak terulang
lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk memundurkan
peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam
hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan
ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an
dan Hadis.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian
mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat islam
3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina,
Al Farabi, dan Ibnu Rusyd harus menjadi inspirasi dan inovasi bagi umat Islam untuk terus
mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim
pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap
sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan khususnya pada masa kemunduran,yakni:
Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan kaum
muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidak terulang lagi.
Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk memundurkan peran
kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik.
Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang
seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan
keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.

SARAN
Kita sebagai umat Islam yang menjalani ajaran Allah SWT dan meneladani sunnah
Rasul-Nya hendaknya kita semua sebagai umat Islam wajib untuk melaksanakan kewajiban dan
menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai Generasi Muda harus senantiasa Bekerja keras Giat
Menuntut Ilmu Untuk menambah ilmu pengetahuan,Sebab para pendahulu kita telah berjuang
untuk kemajuan agama Islam walaupun pada saat itu pula Islam mengalami kemunduran dan
pada akhirnya Islam mengalami kebangkitan dan Kemajuan Per Adaban Serta Kejayaan Dimasa
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai