PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang hubungan manusia
dengan Allah SWT, tetapi juga mengajarkan tentang hubungan manusia terhadap
sesama mencakup berbagai aspek kehidupan misalnya dibidang kesehatan. Sepanjang
sejarah, peradaban Islam memiliki kemajuan yang merupakan perpaduan antara ilmu,
iman, dan akal. Kekayaan intelektual yang dimiliki oleh cendikiawan muslim pada
masa lampau dapat memberikan inspirasi dan semangat bagi ilmuwan modern untuk
mengembangkan berbagai ilmu yang dapat diterapkan di kehidupan.
Peradaban Islam pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi kiblat
peradaban dan kebudayaan dunia. Masa-masa inilah yang sering disebut sebagai
zaman keemasan Islam (The Golden Age of Islam) . Sejarah Islam mengungkapkan
bahwa pada Dinasti Abbasiyah zaman keemasan Islam tercapai .
Periode pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung sekitar tahun 750-
1250 M dibagi menjadi 3 periode. Periode pertama (750-950 M) adalah periode
perkembangan dan puncak kejayaan di mana Bagdad sebagai pusat peradaban yang
tidak tertandingi di dunia, periode kedua (950-1050 M) adalah periode disintegrasi,
dan periode ketiga (1050-1250 M) adalah periode kemunduran dan kehancuran .
Gerakan intelektual yang berkembang pesat berhasil mengembangkan berbagai
bidang keilmuan baik di bidang agama, filsafat (hikmah), sejarah, geografi, sastra
serta cabang-cabang sains seperti kedokteran, kimia, fisika, farmasi, matematika,
astronomi dan sebagainya.
Kemunculan ilmu kedokteran pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yakni faktor politik, ekonomi, agama, dan
filsafat. Kokohnya kekuasaan Dinasti ini dan para khalifahnya yang terbuka terhadap
ilmu pengetahuan, menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan maju dan
memberikan sumbangan besar dalam perkembangan sains modern .
Bagdad merupakan salah satu kota di Irak yang menjadi pusat kekuasaan
Abbasiyah. Daerah ini bertumpu pada pertanian dengan sistem irigasi dan kanal di
Sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia. Perdagangan juga
menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Bagdad yang menjadi kota transit
perdagangan antara wilayah timur seperti Persia, India, Cina dan Nusantara dengan
wilayah barat seperti Eropa dan Afrika Utara sebelum ditemukan jalan laut menuju
timur melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan, sumber ekonomi yang lancar
tersebut juga melatarbelakangi perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu
kedokteran.
Islam merupakan landasan agama bagi Dinasti Abbasiyah. Dalam Islam ilmu
kedokteran merupakan salah satu pengetahuan yang mendapat perhatian besar. Ada
beberapa ayat al-Qur‟an dan al-Hadis Nabi Muhammad SAW. yang membahas
masalah kesehatan, hal itu oleh orang Arab diikuti dengan sepenuh hati. Selain pokok
agama yang mendorong berkembangnya ilmu kedokteran di Timur Tengah khususnya
di Bagdad pada masa Dinasti Abbasiyah, kajian-kajian filsafat juga mempengaruhi
berkembangnya ilmu kedokteran pada masa itu.
Ilmu kedokteran mulai mendapat tempatnya pada masa Dinasti Abbasiyah
ketika Abu Ja‟far al-Mansur (754-775M) khalifah kedua Bani Abbasiyah menderita
penyakit dispesia (Peradangan selaput lendir lambung menahun). Ia meminta para
dokter Jundisyapur untuk menyembuhkannya kemudian berhasil. Sejak itu pusat
kedokteran yang ada di Jundisyapur dipindah ke Bagdad dan terdapat dokter khusus
untuk khalifah dan keluarga istana, hal ini membuktikan bahwa kedokteran
merupakan ilmu pengetahuan yang penting pada masa itu.
Para ilmuan muslim dengan segala kemampuan dan semangatnya mampu
mempersembahkan sebuah pemikiran dan ide-ide jeniusnya lewat karya-karya yang
dihasilkannya. Iklim dan budaya ilmiah serta tradisi kesarjanaan benar- benar
mendukung bagi aktivitas keilmuan mereka, apalagi hal tersebut mendapat dukungan
penuh dari penguasa muslim yang juga sama-sama memiliki perhatian yang serius
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran. Oleh karenanya
muncullah ilmuan dalam bidang ilmu kedokteran seperti Bakhtisyu, al-Thabari, Ibnu
Masawayh Hunain ibn Ishak dan al-Razi . Dinamika ilmu kedokteran terus tumbuh,
tidak hanya tokoh-tokoh berpengaruh yang muncul tetapi ilmu-ilmu yang merupakan
cabang ilmu kedokteran seperti farmasi, mata, dan bedah juga berkembang. Pada
masa Daulah Abbasiyah dokter diwajibkan menempuh ujian dan rumah sakit
didirikan di mana-mana.
Pada zaman keemasan peradaban Islam sekitar abad ke 9 M, kedokteran Islam
sangat mempengaruhi ilmu pengetahuan di Eropa. Salah satunya adalah kedokteran
gigi yang berlanjut hingga periode Renaisans, hingga kedokteran gigi modern hari ini
dimana Pierre Fauchard (1678-1761 M) dikenal sebagai bapak kedokteran gigi
modern. Kedokteran gigi di zaman keemasan sudah ada dibahas di buku kedokteran
terkenal yang ditulis Ibnu Sina yaitu The Canon dan Al-Tasreef oleh Al-Zahrawi yang
diakui sebagai ahli bedah terbesar di abad pertengahan dan membuat banyak alat
bedah diantaranya suatu alat berupa tang yang bisa digunakan untuk mencabut gigi.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji sejarah perkembangan ilmu kedokteran gigi
pada Zaman Dinasti Abbasiyah agar menjadi suatu kajian ilmiah yang menarik.
B. Tujuan Penelitian
1. Dapat menjelaskan sejarah keemasan Islam pada era Daulah Bani Abbasiyah
serta meyakini bahwa mencari ilmu merupakan ajaran agama Islam dan memiliki
semangat untuk menjalankannya
2. Dapat menjelaskan perkembangan seni dan Bayt al-Ḥikmah di era Daulah Bani
Abbasiyah serta memiliki kecintaan terhadap seni dan pengetahuan Islam dan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mendalaminya
3. Dapat membuat infografis Bayt al-Ḥikmah sebagai bentuk Keharmonisan
intelektual antar-agama
BAB II
Tahukan kalian bahwa dalam sejarah, budaya literasi menjadi pendorong utama
kejayaan umat Islam? Apakah kalian juga sudah mengetahui bahwa umat Islam pernah
memiliki perpustakaan terbesar di dunia? Perpustakaan itu bernama Bayt al-Ḥikmah.
Perpustakaan ini terletak di kota Baghdad Irak. Didirikan pada tahun 830 M oleh khalifah al-
Makmun. Bayt al-Ḥikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan. Bayt al-Ḥikmah juga
berperan sebagai lembaga penerjemahan sekaligus sebagai lembaga pendidikan.
Pada masa itu, Bayt al-Ḥikmah bukan satu-satunya perpustakaan di Irak. Selain Bayt
al-Ḥikmah masih banyak terdapat perpustakaan di luar kota Baghdad. Perpustakaan lainnya
juga di dirikan di Basra, Mosul, dan Bukhara, kota-kota besar di Irak pada saat itu. Meskipun
demikian, Bayt alḤikmah tetap menjadi perpustakaan yang terbesar. Bayt al-Ḥikmah tumbuh
menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Banyak orang yang belajar menimba ilmu di sana.
Mereka tidak hanya terbatas pada umat Islam saja. Komunitas Kristen Eropa pun berkunjung
ke Baghdad untuk mendapatkan kesempatan belajar di Bayt al-Ḥikmah.
Catatan sejarah ini menunjukkan bahwa Islam tidak asing dengan budaya literasi.
Berdasarkan catatan sejarah tersebut bahkan bisa disimpulkan bahwa budaya literasi menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban Islam. Oleh karena itu sebagai pelajar muslim
kalian harus memperkuat budaya literasi seperti yang dimiliki oleh umat Islam di masa lalu.
BAB III
KESIMPULAN
1. Daulah Abbasiyah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari
keluarga (bani) Abbas. Mereka berhasil mengalahkan Daulah Umayah yang berkuasa
pada saat itu. Khalifah pertama yang dikukuhkan adalah Abu al-Abbas (750 -754 M).
Masa keemasan Bani Abbasiyah terjadi pada era Harun al-Rasyid (786 – 809 M) dan
al Makmun (813-833 M). Setelah al-Makmun Daulah Abbasiyah mulai mengalami
kemerosotan. Daulah Abbasiyah runtuh karena diserbu oleh tentara Mongol pada
tahun 1258 M.
2. Sejak era Khalifah al-Mansur, Daulah Abbasiyah membangun Baghdad sebagai ibu
kota pemerintahan. Baghdad dibangun dengan sangat indah, yakni dengan
memadukan beragam seni dari kultur yang berbeda-beda. Baghdad kemudian
berkembang sebagai pusat peradaban dunia. Di dalamnya berpadu beraneka ragam
seni dan kebudayaan. Di antaranya seni arsitektur yang mengadopsi gaya Persia, seni
patung dan lukis yang dekat dengan kultur Kristen, seni kaligrafi yang asli dari
budaya Islam, maupun seni industri dan seni musik.
3. Pada era keemasannya, Baghdad, melalui Bayt al-Ḥikmah, juga dikenal sebagai pusat
Ilmu pengetahuan dunia. Pada awalnya Bayt al-Ḥikmah hanya perpustakaan pribadi
khalifah Harun al-Rasyid. Bayt al-Ḥikmah kemudian dikembangkan oleh Khalifah al-
Makmun sebagai lembaga pendidikan tinggi, biro penerjemahan, observatorium
astronomi, dan rumah sakit. Banyak orang dari seluruh penjuru dunia datang
keBaghdad untuk menimba ilmu di Bayt al-Ḥikmah. Di Bayt al-Ḥikmah ini juga
berkumpul berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari negeri yang berbeda-beda.
Karenanya Bayt al-Ḥikmah menjadi inspirasi bagi keharmonisan intelektual antar
agama.
DAFTAR PUSTAKA
https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/kurikulum21/Islam-BS-
KLS-VIII.pdf
http://repository.unissula.ac.id/18955/6/BAB%20I_1.pdf
“MENELADANI PRODUKTIVITAS DALAM BERKARYA
DAN SEMANGAT LITERASIMASA KEEMASAN ISLAM
ERA DAULAH ANNASIYAH ( 750 – 1258 )”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :5
NAMA : TRISYA PURI ANGGRAINI
ZASKIA JUIA DWI PRATIWI
OKTA APRIYANTI
ARI ARDIANSYAH
IKHSAN ZAKKI RIDUAN
AHMAD FERDIANTO