Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH DINASTI ABBASIYAH

Disusun oleh :
Nama : Cahayani Qurrata’ain
Kelas : VIII-3 (delapan tiga)
Mata pelajaran : Agama Islam

SMPN. 14 AMBON 2022/2023


A. KEKHALIFAHAN ABBASIYAH
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: ‫الخالف ة العباس ية‬, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani
Abbasiyah (Arab: ‫العباس يون‬, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa
di Baghdad (sekarang ibu kota Irak) dan kemudian berpindah ke Kairo sejak tahun 1261.
Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan
dunia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan
semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan dari
paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh
karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan
memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama tiga abad, tetapi
pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian
dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama
150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan
kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan.
Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan
diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabiyyah dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada
tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang
menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di
perpustakaan Baghdad. Kekhalifahan Bani Abbasiyah berlanjut di Kairo mulai tahun 1261
dibawah naungan Kesultanan Mamluk Mesir. Kekhalifahan di Kairo ini berakhir ketika Mesir
di taklukan Kesultanan Utsmaniyah tahun 1517 dan gelar khalifah di klaim oleh dinasti
Utsmaniyah Turki.
Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal
di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

B. PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA DINASTI ABBASIYAH


1. Ilmu Tafsir Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran tafsir yang terus
digunakan hingga sekarang. Dua aliran tafsir itu adalah tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi ar-
ra’yi. Aliran pertama lebih menekankan kepada penafsiran ayat-ayat Alquran dengan hadis
dan pendapat-pendapat para sahabat. Sementara itu, aliran yang kedua lebih banyak berpijak
pada logika daripada nas syariat. Ahli tafsir Alquran yang terkenal di masa itu adalah Ibn Jarir
al-Thabari dengan karangannya yang bertajuk Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alquran. Ada pula
dikenal Al-Baidhawi dengan Mu’allim Al-Tanzil, Al-Zamakhsyari dengan karangannya yang
berjudul Al-Kasyaf, Al-Razi dengan Tafsir Al-Kabir, dan lain sebagainya. Baca juga: Sejarah
Kisah Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah Sejarah Singkat Kelahiran Nabi
Muhammad SAW dan Arti Namanya Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tradisi
Perayaannya di Dunia
2. Ilmu Kalam atau Teologi Islam Berkat singgungan Islam dengan filsafat Yunani,
berkembang juga ilmu kalam atau teologi Islam di masa Dinasti Abbasiyah. Alquran dan
hadis ditelaah kembali menggunakan akal dan rasio. Salah satu mazhab ilmu kalam, aliran
Mu'tazilah, mencapai masa keemasannya di Dinasti Abbasiyah. Tokoh-tokoh seperti Washil
bin Atha', Abu Huzail, dan An-Nadzham tercatat sebagai orang-orang berpengaruh di aliran
ini. Di masa kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, aliran Mu'tazilah bahkan dijadikan mazhab
resmi dinasti ini. Terdapat pula ulama Abu Hasan Al-Asyari yang berusaha menjembatani
pemikiran Mu'tazilah dan hadis-hadis nabi. Pemikirannya hingga sekarang terus dipelajari
umat Islam. Baca juga: Alasan Umar bin Khattab Menolak Salat di Gereja Khalifah yang
Membangun Gereja Suci & Makam Yesus Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke
Indonesia
3. Ilmu Tasawuf Di masa Dinasti Abbasiyah, muncul beberapa tokoh tasawuf besar seperti
Imam Ghazali, Al-Hallaj, Syahabuddin, Al-Qushairi, dan lain sebagainya. Ilmu tasawuf
mengalami perkembangan pesat dan dikaji ulang untuk menjawab tantangan zamannya. Kitab
yang dikarang Imam Ghazali Ihya Ulumuddin terus dipelajari hingga sekarang. Demikian
juga karangan Al-Hallaj, At-Thawashin, hingga Awarifu Al-Ma'arif yang ditulis
Syahabuddin.
4. Ilmu Geografi Pada masa Dinasti Abbasiyah, peta dunia atau globe pertama dibuat. Globe
ini dikenal dengan sebutan Tabule Regoriana. Penyusunan globe ini dipelopori oleh Al-Idrisi
atau Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al-Idrisi. Peta berbahasa Arab
tersebut menampilkan daratan Eurasia, benua Afrika, dan Asia Tenggara. Peta Tabule
Regoriana inilah yang dijadikan rujukan Christopher Columbus untuk mengelilingi dunia
hingga menemukan benua Amerika.
5. Ilmu Kimia Salah satu tokoh terbesar di bidang kimia yang lahir di masa Dinasti
Abbasiyah adalah Jabir bin Hayyan. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa
Arab. Jabir mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan
reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi.
Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang mencakup Kitab
At-Tajmi' (tentang Konsentrasi), Az-Zi’baq As-Syarqi (Air Raksa Timur), Kitab Ar-Rahmah,
dan lain sebagainya.
6. Ilmu Kedokteran dan Farmasi Di masa Dinasti Abbasiyah, penyakit cacar dan measles
pertama kali dibedakan. Prinsip seton dalam operasi juga ditemukan. Tokoh pelopornya yang
terkenal adalah Ar-Razi atau Abu Bakar Muhammad Bin Zakariya Ar-Razi. Pada saat itu, Ar-
Razi adalah dokter anak masyhur dengan karya kedokteran Al-Hawi, buku ensiklopedia
kedokteran. Selain itu, ada juga Ibnu Sina atau Abu Ali Husain bin Hasan Ali bin Sina yang
mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab di bukunya Al-Qanun fi At-Thib.
Karyanya juga berupa ensiklopedia kedokteran, serta menjadi referensi penting kedokteran di
masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari
abad ke-12 hingga 17 M).
7. Ilmu Matematika Ilmu matematika mencapai kemajuan pesat di masa Dinasti Abbasiyah.
Tokoh terkenalnya adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang menemukan angka 0
(nol). Di masa itu, dikenal juga bilangan positif dan negatif, pengetahuan tentang akar,
aljabar, dan aritmatika. Buku fenomenal yang dihasilkan Al-Khawarizmi adalah Hisab Al-
Jabr. Ia juga menjelaskan mengenai logaritma dan dikenal sebagai penemu pertama kalkulasi
tersebut. Di masa Dinasti Abbasiyah, ilmu matematika klasik di Yunani dan India dipelajari
untuk menghasilkan integrasi matematika modern. Buku-buku Yunani diterjemahkan ke
Bahasa Arab untuk dipelajari dan dikembangkan.

8. Sejarah Di bidang sejarah, muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun. Awalnya, ia belajar di
Al-Azhar, Mesir. Usai menuntut ilmu di sana, Ibnu Khaldun mendirikan lembaga
pendidikannya sendiri untuk mengkaji dan mempelajari sejarah. Murid-murid yang belajar
langsung pada Ibnu Khaldun adalah Al-Aqrizi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Jalaluddin As-Suyuti,
dan lain sebagainya.

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH


Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kejayaan Islam dalam berbagai bidang,
khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini umat islam telah
banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan baik
aqli (rasional) ataupun naqli mengalami kemajuan dengan pesatnya.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah, selain perhatian
khalifah yang sangat besar juga disebabkan oleh:
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asing kedalam bahasa
arab di masa khalifah Al-Mansur, dengan dibentuknya dewan penerjemahan bahasa latin.
Pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan
denagn cara menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-
buku karya bangsa-bangsa Yunani, Persia, serta sumber dari berbagai naskah yang ada di
kawasan timur tengah dan Afrika seperti, Mesopotania, dan Mesir.
Diantara para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan adalah
kelompok Mawali atau orang-orang non-arab, seperti orang Persia. Pada masa itu pusat kajian
ilmiah terdapat di mesjid-mesjid, misalnya mesjid Basrah. Di mesjid ini terdapat kelompok
studi yang disebut Halaqah al-jadl, Halaqah al-fiqh, halaqah al-tafsir wal Hadits, halaqah
al-Riyadiyat, dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rsyid, didirikanlah lembaga ilmu pendidikan yang formal
seperti Madrasah, Kuttab, Masjid, Majelis Munadarah, dan Darul Hikmah. Darul Hikmah
menjadi pusat ilmu pengetahuan, sehingga melahirkan para ilmuwan dari berbagai cabang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga membawa kejayaan Dinasti Abbasiyah dan
mencapai puncak keemasan.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah:
a. Umar Khayam
b. Az-Zamakhsyari
c. Al-Qusyari
d. An-Nafisi
e. Ibnu Maskawaith
f. Al-Kindi

Anda mungkin juga menyukai