Anda di halaman 1dari 4

A.

Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah (750 M/132 H)

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah merupakan lanjutan dari kekuasaan Dinasti Umayyah yang telah
dihancurkannya. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas.

Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak lepas dari munculnya berbagai masalah di periode-periode
terakhir Dinasti Umayyah. Karena banyaknya masalah tersebut, yang kemudian menjadi momentum
yang tepat untuk menjatuhkan dinasti Umayah yang dimotori oleh Abu Abbas. Selain itu, Dinasti
Umayah kadang terjadi perlakuan yang tidak adil pada Bani Abbas dan menimbulkan benih ketidak
puasan di hati mereka. Kesempatan ini digunakan oleh Bani Abbas untuk melancarkan propaganda.
Dalam melakukan propaganda nama Bani Abbas tidak di tonjolkan tapi yang di angkat ke permukaan
adalah nama Bani Hasyim, hal ini dilakukan untuk menjaga kekompakan antara pengikut Ali dan
pengikut Abbas. Muhammad bin Abdul Muthalib merupakan seorang propagandis aktif, kemudian
setelah ia wafat, kepemimpinannya di teruskan putranya yaitu Ibrahim al-imam. Tempat yang
ditetapkan sebagai pusat propaganda kelompok Abbasiyah adalah Khurasan dan Kufah, tempat ini di
pilih karena termasuk daerah Persia dan nampak sangat strategis. Gerakan yang digalang oleh keluarga
al-Abbas ini sebenarnya awalnya bersifat rahasia, kemudian berlanjut secara terang-terangan karena
merasa mendapat dukungan dari banyak rakyat. Ibrahim al-imam tokoh utama gerakan Abbasiyah
ditangkap di kampungnya, Humaima, dan dijebloskan ke penjara. Segala cara dilakukan termasuk
paksaan agar dia buka mulut, akan tetapi sampai mati terbunuh, al-imam tetap merahasiakan misi dari
gerakannya. Kemudian Abu Muslim mulai mengerahkan pasukan untuk menggempur pasukan Marwan,
itu di lakukan karena tersiar kabar terbunuhnya Ibrahim al-Imam dalam penjara (749 M). Dalam
pertempuran sengit itu, pasukan Marwan mengalami kekalahan yang sangat berat. Khalifah Marwan
melarikan diri ke Damaskus, kemudian terus ke Mesir dan akhirnya terbunuh disana.

Marwan adalah khalifah terakhir Bani Umayyah. Demikian berakhirlah riwayat Dinasti Umayyah
kemudian lahirlah Dinasti baru yaitu Dinasti Abbasiyah yang didirikan pada tahun 750 M/132 H oleh Abu
Abbas Al-Safah. Abu Abbas al-Safah menerima bai’at pertama sebagai khalifah Bani Abbasiyah pada 28
November 749 M. Pembai’atan itu sangat penting dan menyejarah menuju babak baru dinasti
Abbasiyah. Arti penting pembai’atan merupakan penobatan yang dilakukan oleh rakyat, dan merupakan
satu-satunya pegangan yang pasti bagi seseorang untuk menaiki tahta khalifah.

Ada beberapa faktor keberhasilan pendirian Dinasti Bani Abbasiyah yaitu:

Pertama, solidaritas kekeluargaan. Kesuksesan para propogandis dalam usaha mewujudkan


berdirinya khalifah Bani Abbasiyah adalah mereka berhasil menyadarkan umat islam, bahwa bani Abbas
adalah keluarga yang dekat dengan keluarga Nabi SAW.
Kedua, karena lemahnya Bani Umayyah. Kelemahannya ini antara lain timbulnya berbagai
penberontakan dari golongan kawarij, syi’ah, Ibnu Zubair dan dari Bani Abbas sendiri.
Ketiga, Bani Umayyah bercorak Arab sentris. Karena kebijakan Bani Umayyah awalnya bertumpu
pada orang-orang Arab dan orang non Arab tidak disamakan derajatnya.
Keempat, kekuatan militer. Perjuangan Bani Abbasiyah tidak bisa lepas dari kekuatan militer
yang tumbuh luar biasa besarnya, Mengajak orang-orang yang baru masuk islam untuk bergabung di
dalamnya. Dalam pemerintahan Abbasiyah terdapat 37 Khalifah yang memimpin, tapi dalam masa
kejayaan Abbasiyah terletak pada 10 Khalifah, yaitu : Abu Abbas alSaffah (750 M), Abu Ja’far Al-Mansur
(754 M), Mahdi bin Al-Mansur (775 M), Hadi bin Mahdi (785 M), Harun al-Rasyid (786 M), Al-Amin (809),
Al-Ma’mun (813 M), Al-Mu’tashim (833 M), Al-Watsiq (842 M), dan Al-Mutawakkil (847 M).
E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dinasti Abbasiyah

Pada zaman dinasti Umayyah, umat Islam berhasil melakukan ekspansi secara besar-besaran ke
berbagai wilayah. Di antara wilayah-wilayah tersebut terdapat sejumlah kota yang merupakan pusat
pengembangan tradisi ilmiah Yunani, India, dan Persia, yaitu kota Aleksandria di Mesir, Jundisyapur di
Irak, Bachtra di Syiria, Edessa, Harran, serta Nisibis. Kota-kota ini kemudian menjadi bagian dari wilayah
Islam. Karena umat islam mampu menguasai kota-kota tersebut dan Islam dengan tradisi ilmiah.
Persentuhan antara umat Islam dan keilmuan itu terlihat lebih nyata dengan adanya bentuk
penerjemahanpenerjemahan ke bahasa arab yang didahului ke dalam bahasa Syiria.

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809
M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya, sudah
terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya
sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah
yang sangat cinta pada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing mulai
digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari
golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu
karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah
Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Gerakan membangun ilmu secara
besar-besaran dirintis oleh khalilfah Ja’far al-Mansur, setelah ia mendirikan kota Bagdad (144 H/762 M)
dan menjadikannya sebagai ibu kota negara. Bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang ada
dua yaitu ilmu Naqli dan ilmu Aqli. Ilmu Aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio),
antara lain:

1. Filsafat

Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti Bani Abbasiyah mengalami
kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban
bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk
pemikiran. Diantara tokoh yang memberi andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-
Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.

2. Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada
masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan
sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu
Sina. Karya dari ibnu sina yang monumental berupa ensiklopedi dalam ilmu kedokteran pada abad
kedua belas.

3. Ilmu Kimia

Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam
bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas
dari cara spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan
mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-
kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir ibn
Hayyan, Ar-Razi.
4. Ilmu Hisab

Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau
matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan dasar Masa Abbasiyah banyak melahirkan
pengarang dan ahli sejarah diantaranya Al-Waqidy, Al-Maudy dan Al-Thobari. Dalam ilmu geografi (ilmu
bumi) Ibnu Khurzdazbah, telah meninggalkan buku geografinya “Al-Masalik wa al-Mamalik”. Ilmu
geografi terjadi karena hubungan kota Bagdad sebagai ibukota negara dengan negara-negara lain.

6. Astronomi

Pada tahun 213 H/ 828 M, al-Makmun mendirikan observatorium pertama di Baghdad. Tokoh astronomi
Islam pertama adalah Ibrahim al-Fazari dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan
untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazari banyak ahli
astronomi yang bermunculan diantaranya adalah al-Farghani, al-Battani, al-Biruni. Sedangkan ilmu Naqli
adalah ilmu yang bersumber dari naqli ( Al-Qur’an dan Hadits), ilmu-ilmu itu antara lain:

1. Ilmu Kalam

Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan
bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola
rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary,
Ghazali, Sajastani dan lain-lain.

2. Ilmu Hadis

Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-
Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu
daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i. Ada tiga hal yang dilakukan Ulama masa Dinasti Abbasiyah yaitu 1)
melakukan kegiatan rihlah untuk mengumpulkan hadist dari para perawi, 2) membuat klasifikasi hadis
pada yang marfu’, mauquf’, dan maqtu’, 3) menghimpun kritik-kritik hadist.

3. Ilmu Tafsir

Terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pertama,
metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara member
penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan penjelasan para sahabat. Tokoh-tokoh mufasir pada metode ini
adalah : Ibn Jarir at-Thabary, Ibn Athiyah al-Andalusi, As-Suda. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu
penafsiran al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada hadits. Tokohnya adalah : Abu
Bakar Asma dan Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany.

4. Ilmu Fiqih

Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih
terkenal hingga saat ini misalnya, imam Abu Hanifah menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau
fiqih al-akbar, imam Malik menyusun kitab al-muwatha’, imam Syafi’i menyusun kitab al-Umm dan fiqih
alakbar fi al tauhid, imam Ibnu Hambal menyusun kitab al musnad ahmad bin hambal.

5. Ilmu Tasawuf

Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam,
sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf.
Tokoh sufi yang terkenal yaitu : Al-Qusyairi menyusun kitab al-Risatul Qusyairyah, Syahabuddari kitab
karangannya adalah Awariffu Ma’arif, Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah
Ihya’ Ulum al-din.

KESIMPULAN

A. Pendirian Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri pada tahun 750 M/ 132 H oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn Al-Abbas. .

Beberapa faktor keberhasilan pendirian Dinasti Bani Abbasiyah yaitu:

1. solidaritas kekeluargaan.

2. karena lemahnya Bani Umayyah.

3. Bani Umayyah bercorak Arab sentris.

4. kekuatan militer.

Dalam pemerintahan Abbasiyah terdapat 37 Khalifah yang memimpin, tapi masa kejayaan Abbasiyah
terletak pada 10 Khalifah, yaitu : Abu Abbas al-Saffah

(750 M), Abu Ja’far Al-Mansur (754M), Mahdi bin Al-Mansur (775 M), Hadi bin Mahdi (785 M), Harun al-
Rasyid (786 M), Al-Amin (809), Al-Ma’mun (813 M), AlMu’tashim (833 M), Al-Watsiq (842 M), dan Al-
Mutawakkil (847 M).

Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum (ilmu aqli) yang berkembang antara lain:

1. Filsafat

2. Ilmu Kedokteran

3. Ilmu Kimia

4. Ilmu Hisab

5. Sejarah

3. Ilmu Tafsir

4. Ilmu Fiqih

5. Ilmu Tasawuf

Anda mungkin juga menyukai