Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA


(SKI)

Pusat-Pusat Peradaban
Dinasti Abbasiyah

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 :


Nur Novianti (09)

Putri Nadhira Ramadhani (14)

Putri Rezki Ningrum (16)

Salfadillah Azzahrah (22)

St. Amirah Puteri Nashita (25)

St. Nur Aulia Almanar (30)


BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pusat-Pusat Peradaban Dinasti Abbasiyah


Sejarah berdirinya Dinasti Abasiyyah tidak terlepas dari runtuhnya Dinasti Umayyah di
Damaskus. Hal ini dikarenakan Dinasti Umayyah dinilai memiliki banyak konflik dan menguasai
kekhalifahan Islam secara paksa melalui tragedi Perang Siffin. Kekuasaan Dinasti Abasiyyah
berlangsung selama lima abad sejak tahun 750-1258 M. Para penguasanya merupakan keturunan
dari paman Nabi Muhammad SAW yaitu Al Abbas. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah al-
Saffah, ia diberi gelar Al Saffah yang berarti penumpah atau peminum darah karena ketegasan
dan kekejamannya.

Selang wafatnya Al Saffah, kekuasaan dipindahkan ke tangan saudaranya bernama Abu


Ja’far dengan gelar Al Mansur yang artinya “sultan Tuhan di atas bumi-Nya”. Di bawah
kepemimpinannya, Al Mansur berhasil membawa Dinasti Abasiyyah kepada masa kejayaan dan
kemegahan yang tidak ada tandingannya pada abad pertengahan. Dalam sejarah Islam dikatakan
bahwa dua khalifah tersebut yang pertama meletakkan dasar-dasar Dinasti Abbasiyah.
Sedangkan, para khalifah selanjutnya membangun pilar-pilar peradaban Islam hingga mencapai
puncaknya.

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah.


Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan
penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab,
pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Baitul al-Hikmah, dan terbentuknya
mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir.
Imperium kedua di dunia islam yang menggantikan Daulah Umayyah ini muncul setelah terjadi
revolusi sosial yang dipelopori oleh para keturunan Abbas. Kemajuan peradaban Abbasiyah
sebagiannya disebabkan oleh stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan ini. Pusat
kekuasaan Abbasiyah berada di Baghdad. Daerah ini tertumpu pada pertanian dengan sistem
irigasi dan kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia. Perdagangan
juga menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Bagdad.
B. Kota-kota Pusat Peradaban Dinasti Abbasiyah

1. Damaskus , sebagaimana hadits riwayat bukhori , yang artinya “Jika penduduk Syam


(Damaskus) rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada
satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh orang yang
menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang hari Kiamat.”

Dari hadits tersebut tampak jelas bahwa damaskus merupakan pusat peradaban sejak dari
zaman Rosulullah sampai dinasti Abbasiyah.

2. Kairoh, bukti bahwa kairoh sebagai pusat peradaban dinasti Abbasiyah adalah dengan
dijadikannya Al-Azhar sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu agama
maupun ilmu dunia , dan sekarang kairoh terkenal dg sebutan kota seribu menarah.
3. Kufah, kufah ini awalnya adalah pusat dari golongan syi'ah, namun pada dinasti
Abbasiyah kufah diambil alih dan dijadikan sebagai pusat peradaban islam. 
4. Madinah, kota madinah sebagai pusat peradaban sejak zaman Nabi muhammad SAW ,
dan pada masa dinasti Abbasiyah madinah tetap sebagai pusat peradaban islam.
5. Baghdad, merupakan kota terbesar kedua di asia barat, baghdad pernah menjadi pusat
peradaban pada masa pemerintahan al-manshur dari dinasti Abbasiyah.

Setelah masa al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya
sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak para ilmuwan dari
berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang ingin
dituntutnya. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah
Harun Ar-Rasyd (786-809 M) dan anaknya AlMa’mun (813-833 M). Dari kota inilah
memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik,
supremasi ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini.
Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi meliputi seluruh negeri Islam.
Baghdad ketika itu menjadi pusat peradaan dan kebudayaan yang tertinggi di dunia.

Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang
sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan di terjemahkan ke dalam
bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-
buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu benama Bait al-Hikmah. Sejak awal berdirinya,
kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Sebagai pusat intelektual, di Baghdad.

C. Bangunan Tempat Pendidikan Dan Tempat Peridabatan

Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan al-Makmun, Baitul Hikmah mencapai
puncak kejayaannya sebagai pusat ilmu pengetahuan. Selain perpustakaan, ada pula yang
disebut dengan mahal al waraqah yang secara harfiah dapat diartikan sebagai tempat
kertas. Mahal al-waraqah juga berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban.
Aktivitas utama di tempat ini, yakni mem buat naskah dan menulis kaligrafi buku. Tempat
belajar lainnya ada di masjid.

Penguasa Abbasiyah membangun ruang belajar di samping masjid. Bangunan ini juga
digunakan sebagai asrama untuk penuntut ilmu. Masjid yang mempunyai fasilitas belajar
mengajar ini disebut dengan Masjid Khan. Gubernur Badr bin Hasanawaih al Kurdi (1015
M) dari Dinasti Abbasiyah mendirikan sekitar 3.000 Masjid Khan.

Tak hanya itu, penguasa Abbasiyah meng gunakan ribat atau benteng sebagai tempat
belajar mengajar. Penggunaan benteng untuk belajar dipelopori oleh para penganut
tasawuf. Mereka menggunakan ribat untuk berkonsentrasi dan menjauhi kehidupan
duniawi. Pada umumnya ribat digunakan kaum miskin yang bersama-sama mela ku kan
pembelajaran dan praktik-praktik sufisme.

Ribat biasanya ditinggali oleh seorang syekh yang terkenal dengan kesalehan dan
ketinggian ilmunya. Syekh tersebut akan menjadi guru para penuntut ilmu yang ber
bondong-bondong mendatangi syekh tersebut.

BAB 2
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara
pilitis, khalifah-khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama. Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi, yaitu berhasil menyiapkan landasan
bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam dengan munculnya tokohtokoh Islam
yang terkenal hingga sekarang.
Sebagian kemajuannya juga disebabkan oleh stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi
kerajaan ini. Pusat kekuasaan Abbasiyah berada di Baghdad. Daerah ini tertumpu pada pertanian
dengan sistem irigasi dan kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia.
Perdagangan juga menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Baghdad.

DATAR PUSTAKA

Ensiklopedia Peradaban Islam Baghdad | Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak
https://inlis.kemenpppa.go.id/opac/detail-opac?id=3250

5 KOTA YANG DIJADIKAN PUSAT PERADABAN DINASTI AABASIYAH


https://brainly.co.id/tugas/10900755

Dinasti Abbasiyah Masjid dan Benteng Tempat Belajar | Republika Online Mobile
https://www.republika.co.id/berita/pm59yf313/dinasti-abbasiyah-masjid-dan-benteng-tempat-
belajar
DAULAH ABBASIYAH BAGDHAD SEBAGAI CENTRAL PUSAT PENGETAHUAN Oleh : MURNIASIH
DOSEN STISNU NUSANTARA TANGERANG Niasih87@gmail 221-685-1-PB.pd

Anda mungkin juga menyukai