Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

PADA MASA DAULAH ABBASIYAH

Oleh ;

Malika Zahwa Tanisya

MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA LHOKSEUMAWE

TAHUN PEMBELAJARAN 2023/2024


A. Peta Daerah Perkembangan Islam pada Pemerintahan Daulah Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri sejak 750 M hingga 1258 M. Dinasti ini memegang
kekhalifahan islam yang sebelunya dipegang Dinasti Umayyah. Wilayah kekhalifahan
Abbasiyah mencakup seluruh wilayah arabia, irak dan persia, syam, Mesir dan sebagian
afrika utara. Setelah pasukan Mongol menyerbu Baghdad maka berakhirlah Dinasti
Abbasiyah.
Peta ini menggambarkan wilayah yang dikuasai Dinasti Abbasiyah pada sekitar 850
Masehi.

B. Pusat Pusat Peradaban Masa Daulah Abbasiyah

a. Baghdad
Kota ini dibangun oleh khalifah ke 2 Al-Mansur 136 M. Tujuannya mensterilkan kota
Baghdad dari kelompok Syiah, maupun bani Umayyah yang baru saja dikalahkan.
Berletak di tepi sungai dajlah, Baghdad dibangun oleh 1000 orang pekerja seluruh
wilayah islam diawasi oleh arsitek ahli dari Eropa.

b. Samarra
Terletak di Timur sungai dajlah, 100 km dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh
Harun disebuah kota tua. Alasan di bangunnya kota ini karena kota Baghdad semakin
sesak dengan penduduk.
c. Karkh
Kota ini dibangun oleh khalifah Al- Mansur dengan tujuan sebagai kota bayangan
Baghdad sebagai kota pemerintahan, karena sesak dengan pemerintahan di Baghdad
maka Al-Mansur memindahkan pusat pusat pemerintah ke kota Karkh. Kota Karkh
digunakan sebagai pusat perniagaan. Perniagaan yang dominan diantaranya : minyak
wangi, tukang besi, tukang kayu dan perniagaan alat music.

d. Anhar (Hasyimiyah)
Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh raja Persia yang bergelar hireklius.
Selama 4 tahun abbasiyah menjadi khalifah kota ini menjadi pusat ibu kota
Abbasiyah. Pada saat itu perkembangan peradaban Abbasiyah mengalami puncak
kejayaan.

e. Bukhara dan Samarkand


Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan mongol.
Sejarah berdirinya 2 kota ini adalah ketika Iskandar Zulkarnain diperintahkan agar
membatasi hemogomi mongol mengadakan serangan ke wilayah lain.

f. Mesir
Pada masa wilayah ini dikuasai Abbasiyah, berdiri beberapa universitas dan masjid;
universitas al azhar dan masjid quatul

C. Faktor Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah

Selama beberapa dekade pasca berdirinya pada tahun 132H/750M, Daulah Abbasiyah
berhasil melakukan pengawalan atas wilayah-wilayah yang mereka kuasai.

Era kepemimpinan khalifah kedua, Abu Ja`far bin `Abdullah bin Muhamad Al-Mansur
(137-158H/754-775M), menjadi titik yang cukup krusial dalam proses stabilisasi
kekuasaan ini ketika ia mengambil langkah-langkah besar dalam sejarah
kepemimpinannya, termasuk di antaranya adalah memindahkan ibu kota dari Al-Anbar
(Al-Hasyimiyah) ke Baghdad sebagai ibu kota baru yang kemudian menjadi pusat
kegiatan ekonomi, budaya dan kegiatan keilmuan

Gerakan penerjemahan kemudian menjadi salah satu icon kemajuan peradaban Daulah
Abbasiyah tidak lepas dari peranan Al-Mansur sebagai khalifah pertama yang
mempelopori gerakan penerjemahan sejumlah buku-buku kuno warisan peradaban
praIslam. Khalifah Al-Mansur melakukan penerjemahan secara besar-besar buku-buku
kuno dari Romawi, Persia dan India dengan menimbang buku seharga emas, sehingga
memunculkan para penggiat ilmu pengetahauan dari berbagai kalangan, termasuk dari
berbagai segement Islam seperti tokoh-tokoh Sunni, Syiah, bermunculan. Dengan
demikian gerakan pembukuan (tasnif) dan kodifikasi (tadwin) ilmu tafsir, hadis, fikih,
sastra serta sejarah mengalami perkembangan cukup signifikan. Pada masa sebelumnya,
para pelajar dan ulama dalam melakukan aktivitas keilmuan hanya menggunakan
lembaran-lembaran yang belum tersusun rapi. Al-Mansur merupakankhalifah pertama
yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu-ilmu kuno pra-Islam.

 Faktor Kemajuan Peradaban Daulah Abbasiyah:


a. Faktor Politik
1) Pindahnya ibu kota negara dari Al-Anbar (Al-Hasyimiyah) ke Bagdad yang
dilakukan oleh Khalifah al-Mansur.
2) Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana.

b. Faktor Sosiografi
1) Meningkatnya kemakmuran umat Islam
2) Luasnya wilayah kekuasaan Islam menyebabkan banyak orang Romawi dan Persia
yang masuk Islam dan kemudian menjadi Muslim yang taat.
3) Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
4) Adanya gerakan penerjemahan buku filsafat dan ilmu dari peradaban Yunani
dalam Bait al-Hikmah sehingga menjelma sebagai pusat kegiatan intelektual.

 Faktor Kemajuan Ilmu Pengetahuan Daulah Abbasiyah


1. Mendirikan Baitul Hikmah (pusat pengembangan ilmu pengetahuan)
2. Menerjemah buku-buku dari bahasa asing Penerjemahan buku berlangsung tiga fase
yaitu masa Harun Ar rasyid, Al Ma'mun, fase setelah adanya kertas.25 Apr 2022

D. Kondisi Perkembangan Peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah

a. Perkembangan Ilmu Keagamaan


Di bidang ilmu-ilmu agama, era Daulah Abbasiyah mencatat dimulainya sistematisasi
beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadis dan Fikih. Khususnya sejak tahun
143 H, para ulama mulai menyusun buku dalam bentuk yang sistematis baik di
bidang ilmu tafsir, hadis maupun fiqh. Di antara ulama yang terkenal adalah adalah
Ibnu Juraij (w. 150 H) yang menulis kumpulan hadis di Mekah, Malik bin Anas (w.
171 H) yang menulis Al-Muwatta’ nya di Madinah, Al-Awza`i di wilayah Syam, Ibnu
Abi `Urubah dan Hammad bin Salamah di Basrah, Ma`mar di Yaman, Sufyan al-
Tsauri di Kufah, Muhamad bin Ishaq (w. 151 H) yang menulis buku sejarah
(AlMaghazi), Al-Layts bin Sa’ad (w. 175 H) serta Abu Hanifah. Pada masa ini ilmu
tafsir menjadi ilmu mandiri yang terpisah dari ilmu Hadis. Buku tafsir lengkap dari
al-Fatihah sampai al-Nas juga mulai disusun. Pertama kali yang melakukan
penyusunan tafsir lengkap adalah Yahya bin Ziyad al-Dailamy atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Al-Farra. Tapi luput dari catatan Ibnu al-Nadim bahwa `Abd
al-Razzaq bin Hammam al-San`ani (w. 211 H) yang hidup sezaman dengan Al-Farra
juga telah menyusun sebuah kitab tafsir lengkap yang serupa.

b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Melalui proses penerjemahan filsafat Aristoteles dan Plato. Muncullah para filosuf
muslim yang di kemudian hari menghiasi khazanah ilmu pengetahuan Islam. Di
antara filosof yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah: 1)
Abu Yusuf Ya'qub Ibnu Ishaq Al-Sabah Al-Kindi (811-874 M), 2) Abu Nasir al-
Farabi (870-950 M), 3) Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Sina/Ibnu Sina (980-
1037 M)

a. Bidang Sosial Budaya


Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi
dan asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembangunan istana
dan kota-kota, seperti pada istana Al-Qasrul Zahabi, dan Qasrul Khuldi, sementara
bangunan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya. Al-
Qasr Az-Zahabi (Istana Emas) nama ini melambangkan keagungan dan kemegahan
istana yang dibangun oleh Daulah Abbasiyah karena sebagian besar sisi istananya
dihias dan dilapisi emas. Masyarakat merasakan keamanan dan ketertiban yang
terjaga dengan baik. Kehidupan sosial dan masyarakat pada masa itu juga tertata
dengan baik.
b. Bidang Politik dan Militer
Pemerintah Daulah Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan,
yang disebut Diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua yang berkaiatan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas
kenyataan politik militer bahwa pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, banyak
terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan Daulah Abbasiyah.
c. Bidang Pembangunan dan Tempat Peribadatan
Di antara kota pusat peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyyah yang cukup
terkenal adalah Bagdad dan Samarra. Baghdad dirikan olehKhalifah Abu Ja’far al-
Mansur (754-775 M) terletak di tepi sungai Tigris. Samarra terletak di sebelah timur
kota Tigris kurang lebih 60 km dari Bagdad. Di antara bentuk bangunan yang
dijadikan sebagai pusat-pusat pendidikan adalah: Madrasah, Kuttab, Masjid, Majelis
Munazarah, Baitul Hikmah;
E. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah

Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang. Ini
terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan
mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama
dan sains. Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe,
Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan
umat islam hingga saat ini. Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk
memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam
memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan. Pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk
lembaga pendidikan. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan
para khalifah pun terlihat jelas. Para khalifah yang memimpin turut mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya. Alhasil, penduduk
berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan
memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi.
Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan
Beberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Menggalang penyusunan buku Penyusunan buku pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama kemudian
disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi
penerus.
b. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing Khalifah
Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari
bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki
umat Islam semakin luas dan berkembang.
c. Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah Kegiatan ilmiah menjadi salah satu
kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di setiap majelis hingga
tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan
mereka miliki.
d. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan Kekhalifahan Abbasiyah
gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus
menjadi perpustakaan. Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya
sebuah universitas di masa sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi
salah satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
F. Pengaruh peradaban islam terhadap Dunia Barat

Pengaruh peradaban Islam terhadap perkembangan Barat terlihat


pada saat Renaisans yang dapat melahirkan kebangkitan Eropa. Seperti
yang diakui oleh Robert Briault dalam bukunya The Making of Humanity
menyatakan, “Tidak ada kemajuan Eropa melainkan ia berhutang budi
kepada Islam dan peradaban Islam dan diarahkannya dengan positif.”20
Lebih lanjut, dikemukakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan sum-
bangan peradaban Arab yang paling penting bagi dunia modern tidak
hanya ilmu saja yang menghidupkan kembali Eropa. Pengaruh-pengaruh
peradaban Islam lainnya pun memberikan sinar pertamanya kepada
kehidupan bangsa Eropa.21 Adapun orang Eropa pertama yang mendapat
pendidikan Islam di Toledo adalah Adelard Bath, yang kemudian ia men-
jadi ahli matematika dan filsafat Inggris yang masyhur.

Dengan demikian, tidak bisa diingkari bahwa akibat daripada keter-


belakangan yang dialami oleh Barat menyebabkan mereka harus dan
antusias untuk mengadakan kontak dengan peradaban Islam yang dinilai
maju pada waktu itu. Pada tahun 1224 Frederich mendirikan Universitas
Naples, universitas ini membangunkan sebuah akademi untuk keperluan
mempelajari pengetahuan-pengetahuan Arab dan agama Islam untuk
pengembangan di dunia Barat.

Pada pertengahan abad ke-13 seluruh buku-buku filsafat Ibn Rusyd telah diterjemahkan ke
dalam bahasaLatin dan telah dipakai di pelbagai sekolah tinggi di Eropa, terutama
di Eropa barat. Sampai pada abad ke-14, ke-15, dan seterusnya, salinan
buku-buku pengetahuan Muslim ke dalam bahasa Eropa terus berjalan.22
Untuk lebih jelasnya, sejauh mana pengaruh peradaban Islam terhadap
dunia Barat, secara garis besar terdapat dua macam ilmu pengetahuan
yang dimaksud, yaitu
 Ilmu Pengetahuan Alam
 Ilmu Pengetahuan Sosial

G. Identifikasi Kebudayaan dan Peradaban pada masa Daulah Abbasiyah

Suasana Pada masa Daulah Abbasiyah, perkembangan seni dan budaya terasa sangat
signifikan, sesuai perubahan kehidupan umat Islam dari kehidupan badawah (desa) yang
sederhana ke kehidupan kota yang makmur.

Seni dan budaya tumbuh bersama dengan kehidupan agama Islam yang dipeluk oleh
masyarakat Abbasiyah. Dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah yang dulu menjadi
pusat budaya, maka bertemulah bentuk budaya dari beraneka ragam etnis yang kemudian
melebur dan berkembang dalam Islami. Sikap Islam dalam menerima kebudayaan dari
luar dapat berupa absorbsi (penyerapan), modifikasi (penyesuaian), dan eliminasi
(pemisahan). Pembauran tiga sikap tersebut dengan nilai-nilai Islam melahirkan corak
kebudayaan baru berupa karya seni dan budaya yang bermutu tinggi. Salah satu penyebab
kemajuan peradaban Islam dalam bidang seni budaya dan sastra pada Daulah Abbasiyah
adalah adanya asimilasi antara bangsa Arab dan etnis-etnis lain yang lebih dulu maju
dalam bidang seni. Selain itu, pengaruh Persia juga menjadi faktor berkembangnya seni
dan budaya pada masa Daulah Abbasiyah.

Seni budaya yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah tidak lepas dari peran para
khalifah. Para khalifah Daulah Abbasiyah mengembangkan berbagai jenis kesenian
terutama kesusastraan pada khususnya, dan kebudayaan pada umumnya. Seni dan budaya
yang dikembangkan meliputi seni musik, seni sastra, arsitektur, dan kaligrafi. Hasilnya,
pada masa Daulah Abbasiyah, hidup budayawan dan sastrawan masyhur seperti Abu
Tammam, Al-Jahiz, dan Abu Al-Faraj. Ada pula Ibnu Mukaffa, yang menerjemahkan
sastra-sastra Persia, dan penyair Arab klasik paling terkenal, Abu Nawas. Sedangkan di
bidang seni kaligrafi, terdapat nama besar seperti Ibnu Muqlah bin Bawwab dan Yaqut
Al-Mustashim.

A. Baghdad
Kota ini dibangun oleh khalifah
ke 2 Al-Mansur 136 H.
Tujuannya mensterilkan
kota Baghdad dari kelompok
Syiah, maupun Bani Umayyah
yang baru saja dikalahkan.
Berletak di tepi Sungai Dajlah,
Baghdad dibangun oleh 1000
orang pekerjadari
seluruh wilayah Islam diawasi
oleh arsitek ahli dari Eropa
yang dibayar dengan harga
mahal oleh khalifah Al-Mansur

Anda mungkin juga menyukai