Oleh ;
Dinasti Abbasiyah berdiri sejak 750 M hingga 1258 M. Dinasti ini memegang
kekhalifahan islam yang sebelunya dipegang Dinasti Umayyah. Wilayah kekhalifahan
Abbasiyah mencakup seluruh wilayah arabia, irak dan persia, syam, Mesir dan sebagian
afrika utara. Setelah pasukan Mongol menyerbu Baghdad maka berakhirlah Dinasti
Abbasiyah.
Peta ini menggambarkan wilayah yang dikuasai Dinasti Abbasiyah pada sekitar 850
Masehi.
a. Baghdad
Kota ini dibangun oleh khalifah ke 2 Al-Mansur 136 M. Tujuannya mensterilkan kota
Baghdad dari kelompok Syiah, maupun bani Umayyah yang baru saja dikalahkan.
Berletak di tepi sungai dajlah, Baghdad dibangun oleh 1000 orang pekerja seluruh
wilayah islam diawasi oleh arsitek ahli dari Eropa.
b. Samarra
Terletak di Timur sungai dajlah, 100 km dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh
Harun disebuah kota tua. Alasan di bangunnya kota ini karena kota Baghdad semakin
sesak dengan penduduk.
c. Karkh
Kota ini dibangun oleh khalifah Al- Mansur dengan tujuan sebagai kota bayangan
Baghdad sebagai kota pemerintahan, karena sesak dengan pemerintahan di Baghdad
maka Al-Mansur memindahkan pusat pusat pemerintah ke kota Karkh. Kota Karkh
digunakan sebagai pusat perniagaan. Perniagaan yang dominan diantaranya : minyak
wangi, tukang besi, tukang kayu dan perniagaan alat music.
d. Anhar (Hasyimiyah)
Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh raja Persia yang bergelar hireklius.
Selama 4 tahun abbasiyah menjadi khalifah kota ini menjadi pusat ibu kota
Abbasiyah. Pada saat itu perkembangan peradaban Abbasiyah mengalami puncak
kejayaan.
f. Mesir
Pada masa wilayah ini dikuasai Abbasiyah, berdiri beberapa universitas dan masjid;
universitas al azhar dan masjid quatul
C. Faktor Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah
Selama beberapa dekade pasca berdirinya pada tahun 132H/750M, Daulah Abbasiyah
berhasil melakukan pengawalan atas wilayah-wilayah yang mereka kuasai.
Era kepemimpinan khalifah kedua, Abu Ja`far bin `Abdullah bin Muhamad Al-Mansur
(137-158H/754-775M), menjadi titik yang cukup krusial dalam proses stabilisasi
kekuasaan ini ketika ia mengambil langkah-langkah besar dalam sejarah
kepemimpinannya, termasuk di antaranya adalah memindahkan ibu kota dari Al-Anbar
(Al-Hasyimiyah) ke Baghdad sebagai ibu kota baru yang kemudian menjadi pusat
kegiatan ekonomi, budaya dan kegiatan keilmuan
Gerakan penerjemahan kemudian menjadi salah satu icon kemajuan peradaban Daulah
Abbasiyah tidak lepas dari peranan Al-Mansur sebagai khalifah pertama yang
mempelopori gerakan penerjemahan sejumlah buku-buku kuno warisan peradaban
praIslam. Khalifah Al-Mansur melakukan penerjemahan secara besar-besar buku-buku
kuno dari Romawi, Persia dan India dengan menimbang buku seharga emas, sehingga
memunculkan para penggiat ilmu pengetahauan dari berbagai kalangan, termasuk dari
berbagai segement Islam seperti tokoh-tokoh Sunni, Syiah, bermunculan. Dengan
demikian gerakan pembukuan (tasnif) dan kodifikasi (tadwin) ilmu tafsir, hadis, fikih,
sastra serta sejarah mengalami perkembangan cukup signifikan. Pada masa sebelumnya,
para pelajar dan ulama dalam melakukan aktivitas keilmuan hanya menggunakan
lembaran-lembaran yang belum tersusun rapi. Al-Mansur merupakankhalifah pertama
yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu-ilmu kuno pra-Islam.
b. Faktor Sosiografi
1) Meningkatnya kemakmuran umat Islam
2) Luasnya wilayah kekuasaan Islam menyebabkan banyak orang Romawi dan Persia
yang masuk Islam dan kemudian menjadi Muslim yang taat.
3) Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
4) Adanya gerakan penerjemahan buku filsafat dan ilmu dari peradaban Yunani
dalam Bait al-Hikmah sehingga menjelma sebagai pusat kegiatan intelektual.
Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang. Ini
terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan
mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama
dan sains. Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe,
Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan
umat islam hingga saat ini. Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk
memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam
memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan. Pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk
lembaga pendidikan. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan
para khalifah pun terlihat jelas. Para khalifah yang memimpin turut mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya. Alhasil, penduduk
berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan
memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi.
Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan
Beberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Menggalang penyusunan buku Penyusunan buku pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama kemudian
disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi
penerus.
b. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing Khalifah
Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari
bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki
umat Islam semakin luas dan berkembang.
c. Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah Kegiatan ilmiah menjadi salah satu
kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di setiap majelis hingga
tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan
mereka miliki.
d. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan Kekhalifahan Abbasiyah
gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus
menjadi perpustakaan. Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya
sebuah universitas di masa sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi
salah satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
F. Pengaruh peradaban islam terhadap Dunia Barat
Pada pertengahan abad ke-13 seluruh buku-buku filsafat Ibn Rusyd telah diterjemahkan ke
dalam bahasaLatin dan telah dipakai di pelbagai sekolah tinggi di Eropa, terutama
di Eropa barat. Sampai pada abad ke-14, ke-15, dan seterusnya, salinan
buku-buku pengetahuan Muslim ke dalam bahasa Eropa terus berjalan.22
Untuk lebih jelasnya, sejauh mana pengaruh peradaban Islam terhadap
dunia Barat, secara garis besar terdapat dua macam ilmu pengetahuan
yang dimaksud, yaitu
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Sosial
Suasana Pada masa Daulah Abbasiyah, perkembangan seni dan budaya terasa sangat
signifikan, sesuai perubahan kehidupan umat Islam dari kehidupan badawah (desa) yang
sederhana ke kehidupan kota yang makmur.
Seni dan budaya tumbuh bersama dengan kehidupan agama Islam yang dipeluk oleh
masyarakat Abbasiyah. Dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah yang dulu menjadi
pusat budaya, maka bertemulah bentuk budaya dari beraneka ragam etnis yang kemudian
melebur dan berkembang dalam Islami. Sikap Islam dalam menerima kebudayaan dari
luar dapat berupa absorbsi (penyerapan), modifikasi (penyesuaian), dan eliminasi
(pemisahan). Pembauran tiga sikap tersebut dengan nilai-nilai Islam melahirkan corak
kebudayaan baru berupa karya seni dan budaya yang bermutu tinggi. Salah satu penyebab
kemajuan peradaban Islam dalam bidang seni budaya dan sastra pada Daulah Abbasiyah
adalah adanya asimilasi antara bangsa Arab dan etnis-etnis lain yang lebih dulu maju
dalam bidang seni. Selain itu, pengaruh Persia juga menjadi faktor berkembangnya seni
dan budaya pada masa Daulah Abbasiyah.
Seni budaya yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah tidak lepas dari peran para
khalifah. Para khalifah Daulah Abbasiyah mengembangkan berbagai jenis kesenian
terutama kesusastraan pada khususnya, dan kebudayaan pada umumnya. Seni dan budaya
yang dikembangkan meliputi seni musik, seni sastra, arsitektur, dan kaligrafi. Hasilnya,
pada masa Daulah Abbasiyah, hidup budayawan dan sastrawan masyhur seperti Abu
Tammam, Al-Jahiz, dan Abu Al-Faraj. Ada pula Ibnu Mukaffa, yang menerjemahkan
sastra-sastra Persia, dan penyair Arab klasik paling terkenal, Abu Nawas. Sedangkan di
bidang seni kaligrafi, terdapat nama besar seperti Ibnu Muqlah bin Bawwab dan Yaqut
Al-Mustashim.
A. Baghdad
Kota ini dibangun oleh khalifah
ke 2 Al-Mansur 136 H.
Tujuannya mensterilkan
kota Baghdad dari kelompok
Syiah, maupun Bani Umayyah
yang baru saja dikalahkan.
Berletak di tepi Sungai Dajlah,
Baghdad dibangun oleh 1000
orang pekerjadari
seluruh wilayah Islam diawasi
oleh arsitek ahli dari Eropa
yang dibayar dengan harga
mahal oleh khalifah Al-Mansur