Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INTEREST GROUP DAN PROSES KEBIJAKAN KESEHATAN

Dosen Pengampu:
Ns. Selamat Ginting, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh:
Ainal Mardia
NPM. 21.15.111

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis hanturkan kepada
Allah SWT yang maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Interest Group dan Proses Kebijakan Kesehatan”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas dalam menjalani pendidikan pada Program Magister
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Intitut Kesehatan Deli
Husada..
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan makalah ini, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Selamat Ginting, S.Kep., M.Kes selaku dosen pengampu yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, masukan,
semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
2. Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lhokseumawe, Juli 2022

Ainal Mardhia

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................... 1

BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................................... 3

BAB 3. SIMPULAN............................................................................................. 10

Daftar Pustaka.................................................................................................... 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

Efektifitas suatu sistem politik pada kenyataannya dapat diukur sejauh


mana kemampuannya dalam menanggapi tuntutan-tuntutan maupun dukungan
yang diterimanya serta merumuskannya dalam bentuk kebijakan ataupun output
yang tepat. Hasil dari setiap kebijakan merupakan bagian dari proses politik yang
mencerminkan beragamnya aspirasi yang muncul yang merupakan konsekuensi
dari beragamnya kepentingan masyarakat(1). Apabila sesuatu kekuatan politik
merasa berkepentingan atas suatu program, maka mereka akan menyusun strategi
dalam memenangkan persaingan yang terjadi didalam implementasi sehingga
dapat menikmati outputnya(2).
Interest group atau kelompok kepentingan adalah sebuah kelompok
organisasi berpengaruh sebagai sebuah asosiasi yang terorganisir dan sistematis
yang mana kelompok ini senantiasa memiliki tujuan untuk mempengaruhi dari
setiap kebijakan-kebijakan yang akan dibuat atau yang sedang dijalankan dari
sebuah state atau pemerintah. Fungsi interest group terbatas pada agregasi dan
artikulasi kepentingan saja. Mereka merupakan kelompok terorganisasi yang
memiliki tujuan bersama yang secara aktif berusaha mempengaruhi pemerintahan.
Dengan kata lain, tujuan mereka hanyalah berusaha untuk “mempengaruhi”
proses pengambilan kebijakan pemerintah agar sesuai dengan keinginan
kelompok yang diwakilinya (1).
Di banyak negara, interest group atau pressure group jumlahnya semakin
banyak, dan ingin mempengaruhi pemikiran pemerintah dalam kebijakan atau
ketentuan pelayanan. Mereka menggunakan berbagai cara agar suara mereka
didengar, termasuk dengan membangun hubungan dengan mereka yang berkuasa,
memobilisasi media, mengadakan diskusi formal atau menyediakan bahan
kritikan terhadap kebijakan pemerintah kepada oposisi politik. Beberapa interest
group jauh lebih berpengaruh dibandingkan yang lain: dalam bidang kesehatan,
profesi medis masih merupakan kepentingan yang paling berpengaruh di luar
pemerintah di banyak negara (3).

1
Seiring perkembangan zaman sebuah kelompok kepentingan dan sebuah
gerakan semakin meningkat dan memiliki pengaruh yang cukup luas dalam
implementasinya pada sebuah negara. Dalam sebuah jalannya sistem demokrasi,
kelompok kepentingan dan gerakan merupakan sebuah katalisator penghubung
antara yang memerintah dan yang di perintah (masyarakat)(4).

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Interest Group

Kelompok kepentingan adalah salah satu kekuatan yang penting dalam


konfigurasi politik dalam tahap tertentu yang dapat mendinamisasikan sistem
politik, karena bentuk lahirnya politik kelompok- kelompok yang menegaskan
dengan adanya pluralisme dan kompetisi di dalam masyarakat.
Daftar interest group yang terlibat dalam kebijakan kesehatan
kemungkinan terdiri dari organisasi atau kelompok yang mewakili:
1. Staf, seperti para medis, perawat dan profesi yang berkaitan dengan
kesehatan (fisioterapi, terapi berbicara)
2. Penyedia layanan, seperti asosiasi rumah sakit
3. Penjamin seperti dana sakit
4. Pembayar seperti asosiasi pekerja
5. Kelompok pasien yang berbeda-beda
6. Penyedia barang seperti perusahaan obat-obatan dan pabrik peralatan
medis
Menurut (Gabriel 2018) ada empat tipe kelompok kepentingan yaitu sebagai
berikut(5) :
1. Institusional interest groups, merupakan bagian dari beberapa elit politik,
seperti para alim ulama, anggota parlemen, tantara, dan berbagai elit politik.
2. Associational interest groups, yang digabungkan dari kelompok tertentu,
seperti perhimpunan dagang dan beberapa perserikatan dagang.
3. Non-associational interest groups, yang terdiri atas kelompok etnis, suku,
agama dan lain-lain.
4. Anomic interest groups yaitu kelompok bersifat tak terduga dalam
beberapa kejadian, misalnya kelompok demonstrasi.
Institusional interest groups lebih kepada sebuah kelompok formal yang
diklaim memiliki visi dan misi serta tugas dan fungsi sebagai komponen
kepentingan. Assoctional interest groups lebih kepada kelompok yang terbentuk

3
dari suatu kelompok dan masyarakat. Non associational interest groups lebih
kepada kelompok yang di kategorikan sebagai masyarakat awam dan tidak
terorganisir oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Sehingga pertisipasi politik
rawan terjadi overlap maupun ragam yang tidak memiliki nilai-nilai dan aturan
yang mengatur, maka akan timbul tumpeng tindih semacam kerusuhan dan
kekerasan politik.
Fungsi interest group Secara keseluruhan, mengindikasikan rentang fungsi
yang dapat mereka penuhi dalam masyarakat. Interest group menyediakan tujuh
fungsi dalam masyarakat sebagai berikut(3):
1. Partisipasi karena pemilihan dalam demokrasi merupakan cara tidak
langsung dan jarang dari warga negara untuk terlibat dalam isu publik,
maka interest group menyediakan langkah alternatif bagi para pemilih
untuk terlibat dalam politik dan menyampaikan opini mereka kepada
politikus.
2. Perwakilan saat pembuat kebijakan memperhitungkan pandangan
berbagai interest group, maka semakin banyak opini yang dapat
dipertimbangkan.
3. Pendidikan politik memberikan cara bagi para anggota untuk belajar
mengenai proses politik, sebagai contoh, jika mereka menjadi pegawai
kantor di sebuah interest group.
4. Motivasi interest group dapat membuat isu baru untuk menarik
perhatian pemerintah, menyediakan lebih banyak informasi, merubah cara
pandang pemerintah dan bahkan mengembangkan opsi kebijakan baru
melalui kegiatan ilmiah dan politik mereka.
5. Mobilisasi interest group membangun tekanan terhadap tindakan dan
dukungan untuk kebijakan yang baru (seperti dengan menarik media
dalam topik tersebut).
6. Pemantauan interest group menguji performa dan perilaku pemerintah,
dengan berkontribusi dalam akuntabilitas pemimpin publik, sebagai
contoh dengan melihat apakah janji-janji politik ditepati. Mereka juga

4
memasukkan perusahaan swasta dalam hitungan perlawanan seperti pada
pemerintah nasional untuk mempersoalkan kekuasaan bisnis transnasional.
7. Provision (ketentuan) interest group dapat menggunakan pengetahuan
mereka mengenai kelompok pasien tertentu atau kebijakan pemberian
pelayanan dengan atau tanpa pendanaan pemerintah (misalnya masyarakat
misionaris).

2.2 Proses Kebijakan Kesehatan

Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik(6). Untuk menjamin


dan mendukung pelaksanaan kebijakan kesehatan yang efektif dan efisien, maka
penting dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus kesehatan,
yaitu pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan didasarkan pada
paradigma sehat yang mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih
mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif), tanpa mengeyampingkan upayaupaya penanggulangan atau
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan(7).
Konsep dari kebijakan publik dapat diartikan sebagai adanya suatu negara
yang kokoh dan memiliki kewenangan serta legitimasi, di mana mewakili suatu
masyarakat dengan menggunakan administrasi dan teknik yang berkompeten
terhadap keuangan dan implementasi dalam mengatur kebijakan. Kebijakan
adalah suatu konsensus atau kesepakatan terhadap suatu persoalan, di mana
sasaran dan tujuannya diarahkan pada suatu prioritas yang bertujuan, dan
memiliki petunjuk utama untuk mencapainya.
Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan. Kebijakan-kebijakan kesehatan
dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan produk pemerintah,
walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan
atau melalui suatu kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana
keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik(8).

5
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses
rancang dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis
kebijakan antara lain:
1. Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
mengformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi
yang benar.
2. Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara
pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk
menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
3. Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan
mengambil langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu
negosiasi dengan kelompok-kelompok yang memprioritaskan model
kebijakan.
4. Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang
menjadi pokok perhatian utama dari penentu kebijakan. Masing-masing
model di atas memilah proses kebijakan ke dalam komponen untuk
mengfasilitasi analisis. Meskipun pada kenyataannya, proses kebijakan
itu memiliki karakteristik tersendiri yang merujuk kepada model-model
tersebut(8).
Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisiasi, dikembangkan
atau diformulasikan, dinegosiasikan, dikomunikasikan, diimplementasi dan ada
dua langkah dalam mengformulasikan proses kebijakan yaitu tentukan pilihan
dari kebijakan dan pilihlah yang diutamakan. Pada kedua tahapan ini pembuat
kebijakan idealnya harus memahami situasi yang spesifik dan membandingkan
pilihan secara rinci, sehingga dapat membuat keputusan untuk dapat
diimplementasikan. Proses pengembangan kebijakan menurut Brehaut dan
Juzwishin adalah mengumpulkan, memproses, dan mendesiminasikan informasi
yang berhubungan dengan kebijakan yang akan dikembangkan, mempromosikan
pilihan-pilihan untuk langkah yang akan diambil, mengimplementasi pada
pengambil keputusan; memberikan sanksi bagi yang tidak bisa mentaati; dan
mengevaluasi hasil pencapaian. Pendekatan yang paling sering digunakan untuk

6
mengerti suatu proses kebijakan adalah yang disebut “stages heuristic” yaitu
memilah proses kebijakan tersebut ke dalam suatu rangkaian tingkatan dengan
menggunakan teori dan model serta tidak mewakili apa yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.Langkah-langkahnya terdiri dari(9):
1. Identifikasi masalah dan isu: menemukan bagaimana isu - isu yang ada
dapat masuk kedalam agenda kebijakan, mengapa isu - isu yang lain
justru tidak pernah dibicarakan. Pada langkah ini dieksplorasi
bagaimana hal-hal yang menjadi perhatian masuk dalam ke dalam
agenda.
2. Perumusan kebijakan: menemukan siapa saja yang terlibat dalam
perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui, dan
dikomunikasikan..
3. Implementasi kebijakan. Tahap ini sering kali diabaikan namun
demikian merupakan fase yang sangat penting dalam membuat suatu
kebijakan, karena apabila kebijakan tidak diimplementasikan maka
dapat dianggap keliru.
4. Evaluasi dan identifikasi apa-apa saja yang termasuk hal-hal yang
muncul dan tidak diharapkan dari suatu kebijakan

2.3 Hubungan Interest Group dan Proses Kebijakan Kesehatan

Salah satu cara memahami hubungan formal dan informal antara aktor
pemerintah dengan non pemerintah (interest group) adalah dengan
mengidentifikasi menggunakan policy sub system atau policy community apa
mereka berinteraksi. Secara sederhana policy sub system atau policy community
dikenal dengan subdivisi pembuatan kebijakan publik(3).
Poin utama mengenai policy community adalah bahwa terdapat interaksi
yang berlanjut antara partisipan melalui jaringan hubungan formal dan informal
.Dalam kebijakan kesehatan, organisasi dan individu yang mewakili praktisi
(profesional kesehatan), pengguna, publik, peneliti (dari laboratorium ilmiah
sampai ilmu sosial), komentator (jurnalis dan analis kebijakan), bisnis
(perusahaan obat, pabrik peralatan medis), rumah sakit dan klinik, penjamin,
7
pegawai pemerintah, politikus dan organisasi internasional akan terlibat dalam
derajat yang berbeda tergantung pada isu yang ada. Policy community tidak selalu
berupa consensual network. Policy community kebijakan kesehatan di negara-
negara Barat ditandai dengan konflik antara kepentingan kekuasaan yang
mewakili penyedia, komunitas dan pemerintah(3).
Manfaat dan halangan yang mungkin dari keterlibatan interest group
dalam membangun kebijakan kesehatan adalah sebagai berikut(3).
Manfaat:
1. Berbagai pandangan yang berkaitan dengan permasalahan dikemukakan
termasuk apresiasi yang lebih baik dari dampakͲdampak kebijakan pada
kelompok yang berbeda
2. Proses pembuatan kebijakan menyertakan informasi yang tidak terakses
oleh pemerintah
3. Konsultasi dan/atau keterlibatan berbagai kepentingan membuat
kebijakan mendapat legitimasi dan dukungan yang lebih besar sehingga
keputusan kebijakan dapat lebih mudah diimplementasikan
4. Isu yang baru muncul mendapatkan perhatian pemerintah lebih cepat
daripada apabila prosesnya sangat tertutup

Halangan:
1. Kesulitan untuk melakukan rekonsiliasi konflik dan persaingan terhadap
perhatian dan sumber daya dari interest group yang berbeda
2. Pertimbangan untuk mengidentifikasi interest group mana yang benar-
benar mewakili dan seberapa akuntabel mereka terhadap anggota dan
pendanaan mereka
3. Membuat prosesnya sangat komplek dan memakan waktu untuk mencapai
kesepakatan dan untuk mengimplementasikan kebijakan
4. Interest group mungkin tidak mampu dalam memberikan informasi atau
tidak bisa memegang tanggung jawab.

8
Untuk memahami seberapa besar pengaruh para pelaku tersebut dalam
proses kebijakan berarti pula memahami konsep kekuasaan, dan bagaimana
kekuasaan tersebut digunakan. Para pelaku mungkin berusaha untuk
mempengaruhi kebijakan, tetapi sampai dimana pengaruh tersebut tergantung
pada bagaimana mereka memandang kekuasaan tersebut. Kekuasaan dapat
dikategorikan berdasarkan kekayaan pribadi, kepribadian, tingkat atau akses
kepada ilmu pengetahuan, atau kewenangan, tetapi hal tersebut sangat
berhubungan dengan organisasi dan struktur (termasuk jaringan kerja) dimana
para pelaku individu ini bekerja dan tinggal(9).

9
BAB 3

KESIMPULAN

Interest group atau kelompok kepentingan adalah sebuah kelompok

organisasi berpengaruh sebagai sebuah asosiasi yang terorganisir dan sistematis

yang mana kelompok ini senantiasa memiliki tujuan untuk mempengaruhi dari

setiap kebijakan-kebijakan yang akan dibuat atau yang sedang dijalankan dari

sebuah state atau pemerintah. Kebijakan kesehatan itu sendiri merupakan sebagai

suatu cara atau tindakan yang berpengaruh terhadap perangkat institusi,

organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan.

Interest group memiliki hubungan dalam proses pengambilan kebijakan

kesehatan. Hubungan keduanya dapat diidentifikasi menggunakan policy sub

system atau policy community.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Maiwan M. Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan Dan


Kedudukannya Dalam Sistem Politik. J Ilm Mimb Demokr. 2016;15(2):75–
91.
2. Humau FBR. Studi Tentang Implementasi dalam Penanganan Kekurangan
Gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2018. 1–32 p.
3. Berridge V. Making Health Policy. Mak Heal Policy. 2016;
4. Saputra AA, Yogyakarta UM. Kelompok Kepentingan Dan Gerakan Sosial
Baru Dalam Proses. 2018;(May):0–14.
5. Gabriel. 2018. ‘Research Note : A Comparative Study of Interest Groups
and the Political Process Author ( s ): Gabriel A . Almond Source : The
American Political Science Review , Vol . 52 , No . 1 ( Mar ., 1958 ), Pp .
270-282 Published by : American Poli.
6. Damopolii, R. V. (2016). Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah
dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Studi di Kecamatan Kotamobagu
Selatan Kota Kotamobagu). Jurnal Politico, Volume 3 Nomor 1.
7. Iskandarsyah, M. N. (2016). Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan
dalam Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2015. Jurusan
Kesehatan Masyarakata Fakultas Kesehatan Masyarakat, Univers.
8. Massie R. Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis Dan
Penelitian. Bul Penelit Sist Kesehat. 2012;12(4):409–17.
9. J S. Kerangka kebijakan kesehatan konteks, proses dan pelaku. Policy.
2015;5–18.

11

Anda mungkin juga menyukai