Aktor :
Individu
Kelompok
Organisasi
Konten Proses
Gambar : 1
Segitiga Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan
Sumber : Walt & Gilson, 1994
Ada beberapa tujuan untuk melaksanakan suatu analisis dari kebijakan yaitu: 1) Untuk
dapat memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan diimplementasi, 2) Untuk
mengetahui tujuan dan motivasi di balik kebijakan yang diimplementasi termasuk fokus pada
pendekatan pendapatan keluarga dan kemiskinan, 3) Untuk memahami cara kebijakan tersebut
berpengaruh terhadap area keberadaan pendapatan keluarga, dan 4) Untuk memahami area-area
yang potensial untuk diintervensi dalam proses kebijakan.
B. Kebijakan Kesehatan
Kebijakan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau serangkaian
tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang
mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh rakyat.
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh sebab itu Kebijakan Kesehatan
dapat didefinisikan sebagai proses tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan pemerintah yang mempunyai tujuan tercapainya keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan seluruh rakyat untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
C. Kebijakan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). SJSN
diselenggarakan berdasarkan 3 (tiga) asas, yakni asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan
terhadap martabat manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional
menggambarkan pengelolaan yang efektif dan efisien. Asas keadilan merupakan asas yang
bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan
hak peserta.
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan program Negara yang bertujuan
memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. SJSN
bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami
kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
SJSN diselenggarakan berdasarkan pada 9 (sembilan) prinsip:
1. Kegotong-royongan; prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya
jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai
dengan tingkat gaji, upah atau penghasilannya.
2. Nirlaba; prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan
dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
3. Keterbukaan; prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi
setiap peserta.
4. Kehati-hatian; prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib.
5. Akuntabilitas; prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
6. Portabilitas; prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Kepesertaan bersifat wajib; prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta
jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.
8. Dana amanat; bahwa iuran dan pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk
digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.
9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS) dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta; bahwa hasil dividen
dari pemegang saham yang dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
4. Isi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut BPJS Ketenagakerjaan dan
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial dan kesehatan. Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotive, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan atau Masyarakat. Pelayanan tingkat pertama adalah pelayanan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer). Penyelenggaraan jaminan meliputi:
a. Kepesertaan;
b. Iuran kepesertaan;
c. Penyelenggara pelayanan;
d. Kendali mutu dan kendali biaya; dan
e. Pelaporan dan utilization review.
Adapun esensi dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu :
1) Konsep SJSN merupakan upaya membuat platform yang sama bagi pegawai negeri,
pegawai swasta, dan pekerja di sector informal dalam menghadapi risiko sosial ekonomi
di masa depan. Undang – undang SJSN mengatur agar setiap penduduk memiliki jaminan
hari tua atau pension, termasuk sewaktu menderita disability ataupun jaminan bagi ahli
waris jika seseorang pencari nafkah meninggal dunia.
2) Dalam konsep SJSN mengubah status badan hukum Badan Penyelenggara yang ada
sekarang, PT. Taspen, PT. Asabri, PT. Askes dan PT. Jamsostek menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang tidak bertujuan mencari laba untuk kas
Negara.
3) SJSN memastikan bahwa dana yang terkumpul dari iuran dan hasil pengembangannya
dikelola hanya untuk kepentingan peserta. Iuran, akumulasi iuran, dan hasil
pengembangannya adalah dana titipan peserta dan bukan pemerintah atau asset badan
penyelenggara.
4) SJSN memastikan agar pihak contributor atau pengiur atau tripartite (tenaga kerja,
majikan, dan pemerintah) memiliki kendali kebijakan tertinggi yang diwujudkan dalam
bentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) yang diwakili 2 orang serikat pekerja, 2
orang serikat pemberi pekerja, 5 orang wakil pemerintah, dan 6 orang wakil tokoh
masyarakat/ahli. Organ DJSN ini akan memastikan agar pengelolaan program jaminan
sosial steril dari pengaruh politik pemerintah.
5) Program jaminan harus berskala nasional untuk menjamin portabilitas dan seluruh
penduduk Indonesia. Jaminan harus portable, hal ini berarti tidak boleh hilang Ketika
berada di luar kota tempat tinggalnya.