Anda di halaman 1dari 7

PERILAKU PHYSICAL DISTANCING MAHASISWA

STIKES HANG TUAH PEKANBARU PADA MASA PANDEMI COVID-19

Diajukan sebagai tugas UTS Ilmu Sosial & Perilaku


Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh:

SYNTIA MELANTIKA
NIM : 2005018

Dosen Pembimbing :
Novita Rany, SKM., M.Kes

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Latar Belakang
Corona virus merupakan keluarga besar virus bersifat zoonotik. Virus ini
menyebabkan penyakit dari hewan ke manusia dan kini sudah bertransmisi dari manusia
ke manusia. Pada manusia, coronavirus dapat menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari
flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Virus corona yang baru ditemukan ini merupakan penyebab dari penyakit COVID-19.
Penyakit COVID- 19 biasanya dimulai dengan gejala demam kemudian diikuti oleh batuk
kering. Pada pasien dengan penyakit kronis, gejala dapat disertai pneumonia, nyeri dada
dan sesak na- pas. Penyakit COVID-19 jarang menyebabkan hidung tersumbat, bersin,
ataupun sakit tenggorokan, hanya pada sekitar 5% pasien.

Jumlah kasus COVID-19 meningkat cepat dalam kurun waktu singkat sejak kasus
pertama yang terjadi pada awal Desember 2019 di Wuhan. World Health Organization
(WHO) menetapkan penyakit COVID-19 sebagai pandemi dunia pada Maret 2020.

Pada tanggal 23 November 2020, jumlah kasus COVID-19 di dunia telah mencapai
58,9 juta, kasus menyebar di 215 negara. Jumlah kematian dilaporkan sebanyak 1,3 juta
kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) adalah 6,45%. Jumlah kasus COVID-19
tertinggi terdapat di regional Amerika yang mencapai jumlah 12,5 juta kasus.

Sementara itu, jumlah kasus di Indonesia telah meningkat secara signifikan menjadi
502.110 kasus yang dilaporkan per 23 November 2020 dengan tingkat kematian mencapai
6,1%.

Ibu kota Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kasus tertinggi yaitu mencapai
127 ribu kasus. Jumlah kasus penyakit COVID-19 yang tinggi menimbulkan dampak
negatif dalam berbagai bidang, terutama ekonomi. Industri perjalanan mengalami
penurunan penjualan hingga 90% dengan total kerugian mencapai $1,5 miliar. Industri
perhotelan mengalami penurunan mulai dari 30% hingga 40%, industri penerbangan
mengalami kerugian hingga mencapai $207 miliar, dan industri retail dengan kerugian
setiap harinya hingga mencapai 32%. Penurunan signifikan penghasilan harian pada
industri pangan.

Begitu juga Kota Pekanbaru yang ikut menjadi penyumbang terbanyak kasus positif
COVID-19 di Provinsi Riau dengan jumlah kasus positif mencapai 9.202 orang dari total
kasus di Riau 18.716 orang hingga 23 November 2020.

Kerugian ekonomi akibat COVID-19 akan terus berlanjut selama masih terdapat kasus
atau bahkan hingga setelahnya. Penurunan jumlah kasus dapat terjadi dengan menerapkan
tindakan-tindakan pencegahan tepat. Menurut WHO, tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain mencuci tangan secara teratur, menghindari menyentuh bagian
wajah, menjaga kebersihan, menutup mulut ketika batuk atau bersin, tetap di rumah jika
merasa tidak sehat, dan menjaga jarak minimal satu meter.

Kebijakan menjaga jarak diberlakukan dibeberapa negara untuk menghindari


penularan virus melalui droplet, termasuk di Indonesia dan diikuti oleh kota-kota besar
juga di kota Pekanbaru yang mulai menerapkan social distancing yang kini diubah menjadi
istilahnya menjadi physical distancing. Physical distancing merupakan upaya menjaga
jarak antara satu orang dengan orang yang lain agar terhindar dari penularan penyakit
COVID-19 dengan menghindari kerumunan ataupun keramaian orang.

Bentuk physical distancing antara lain melalui upaya pembatasan kerja, sekolah
maupun kampus, dan mengganti dengan pertemuan melalui daring sehingga dapat
mengurangi pertemuan tatap muka antara beberapa orang. Jarak yang tepat untuk physical
distancing adalah sekitar 1-3 meter.

Perilaku physical distancing diharapkan dapat menurunkan angka penularan penyakit


COVID-19 akibat kontak yang sedikit. Pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak
menerapkan perilaku physical distancing dan tetap mengadakan pertemuan ataupun
perkumpulan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yang melatar belakangi
perilaku physical distancing terkait COVID-19.

Oleh karena itu berdasarkan fenomena dalam latar belakang diatas maka penulis
tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui determinan perilaku physical distancing
pada mahasiswa dan mahasiswi dengan judul “Perilaku Physical Distancing Mahasiswa
Stikes Hang Tuah Pekanbaru Pada Masa Pandemi Covid-19”.

2. Rumusan Masalah
Menganalisis determinan perilaku physical distancing pada mahasiswa dan mahasiswi
STIKes Hang Tuah Pekanbaru dimasa pandemi COVID-19.

3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui determinan perilaku physical distancing pada mahasiswa dan
mahasiswi STIKes Hang Tuah Pekanbaru dimasa pandemi COVID-19.

3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui faktor predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, dan nilai-nilai dengan perilaku physical distancing
mahasiswa atau mahasiswi STIKes Hang Tuah Pekanbaru dimasa pandemi
COVID-19.
b. Untuk mengetahui faktor pemungkin seperti sarana dan prasarana atau fasilitas
dengan perilaku physical distancing mahasiswa atau mahasiswi STIKes Hang
Tuah Pekanbaru dimasa pandemi COVID-19.
c. Untuk mengetahui faktor pemungkin seperti sarana dan prasarana atau fasilitas
dengan perilaku physical distancing mahasiswa atau mahasiswi STIKes Hang
Tuah Pekanbaru dimasa pandemi COVID-19.
d. Untuk mengetahui faktor penguat yaitu sikap juga perilaku dari manajemen
pihak kampus serta tokoh masyarakat dengan perilaku physical distancing
mahasiswa atau mahasiswi STIKes Hang Tuah Pekanbaru dimasa pandemi
COVID-19.

4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan adanya perbaikan serta pengembangan program
penerapan physical distancing pada mahasiswa atau mahasiswi STIKes Hang Tuah
Pekanbaru untuk meningkatkan pola pencegahan untuk memutus rantai penularan
COVID-19.
5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah determinan perilaku physical distancing pada
mahasiswa dan mahasiswi STIKes Hang Tuah Pekanbaru dimasa pandemi COVID-19
yang belum lulus sebagai data primer pada penelitian ini. Pengumpulan data dapat
dilaksanakan dengan pengisian kuesioner secara online melalui google form.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku physical distancing yang
dikategorikan menjadi perilaku baik dan buruk. Kemudian variabel independen pada
penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, bidang pendidikan, pengetahuan terkait COVID-
19, pengetahuan terkait physical distancing, dukungan keluarga dan dukungan dari tokoh
masyarakat setempat.

Bidang pendidikan dikelompokkan menjadi dua, yakni kesehatan dan non kesehatan.
Kategori kesehatan apabila responden menempuh bidang pendidikan dengan program
studi kesehatan masyarakat, keperawatan, rekam medis ataupun bidan. Untuk kategori non
kesehatan jika responden menempuh bidang pendidikan selain dari program studi bidang
kesehatan.

Variabel Pengetahuan terkait COVID-19 adalah pengetahuan dasar penyakit yang terdiri
dari gejala, faktor risiko, penularan serta pencegahannya. Dukungan keluarga merupakan
sistem pendorong dari keluarga responden dalam melakukan physical distancing.
Dukungan tokoh masyarakat setempat merupakan sistem pendorong ataupun upaya
wilayah setempat di lingkungan tempat tinggal responden terkait dengan kebijakan
physical distancing.

6. Teori Perilaku

Model perilaku yang cocok digunakan untuk mendukung fenomena diatas adalah
dengan menggunakan Teori “Precede Model” oleh Green.

Teori terdahulu telah menyebutkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi perilaku
seseorang. Menurut teori Green perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
seperti perilaku physical distancing dimasa pandemi COVID-19 ditentukan oleh tiga
faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, dan nilai-
nilai yang tertanam secara persuasif dalam diri mahasiswa atau mahasiswi.
Selanjutnya mereka memiliki bekal yang diperlukan dalam menghadapi pandemi
COVID-19. Pada era pandemi ini, berbagai situs online maupun offline telah
memberikan informasi digital terkait dengan COVID-19, sehingga mahasiswa
memiliki kemudahan untuk mengakses informasi tersebut.
b. Adapun faktor pemungkin seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan. Dalam konteks penanganan COVID-19 yaitu tersedianya sign
atau tanda maupun stiker atau poster yang menghimbau mahasiswa untuk melakukan
pambatasan jarak yang dipasang atau ditempel dibeberapa tempat umum yang
memungkinkan sebagai tempat orang-orang berkumpul.
c. Selanjutnya faktor penguat yaitu sikap dari pemerintah setempat seperti adanya
kebijakan pemerintah untuk membatasi jarak interaksi akhirnya masyarakat pun
lebih mawas diri, dan berusaha mengikuti protokol kesehatan. Diantara protokol
kesehatan yang dijalankan oleh masyarakat adalah membatasi jarak physical
distancing. Selain itu adanya dukungan keluarga, tokoh masyarakat juga pihak
manajemen kampus yang mendukung termasuk dengan adanya komitmen dan
regulasinya yang mendukung perilaku physical distancing dikalangan mahasiswa atau
mahasiswi dalam rangka untuk meminimalisir kontak agar memutus rantai penularan
COVID-19.

Akhirnya, secara akumulatif berlangsung kolaborasi dalam skala besar. Dengan satu
tujuan menerapkan physical distancing untuk menangani pandemi COVID-19. Jika semua
sudah dipersiapkan dan dijalankan secara optimal, maka selanjutnya perilaku tersebut akan
menjadi kekal dikalangan mahasiswa atau mahasiswi kampus.

7. Model Perubahan Perilaku

Model Perubahan Perilaku yang tepat digunakan untuk fenomena diatas adalah
dengan menggunakan Teori “Driving Forces” oleh Kurt Lewin.

Menurut Kurt Lewin, perubahan pada individu maupun kelompok itu disebabkan
adanya force-filed sebagai kekuatan penekan yang bersifat alamiah (power-based), baik
pada diri individual, kelompok, maupun organisasi. Sementara kekuatan tekanan (driving
forces) selalu akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah.

Dalam kondisi penerapan physical distancing dimasa pandemi COVID-19 perubahan


dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan recistences to change.
Lebih jelasnya, menurut Kurt Lewin proses perubahan terjadi melalui tahapan-tahapan
berupa:
1) Unfreezing, yaitu suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan
untuk berubah, seperti kesadaran memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19;
2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik merupakan driving forces maupun
memperlemah resistances, seperti kesadaran dan keharusan menerapkan dan
melakukan physical distancing dalam segala aktivitas dan;
3) Refrezing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru atau new
normal (a new dynamic equilibrium), seperti gerakan work from home, beribadah, dan
sekolah dari rumah, jika harus melaksanakan aktivitas diluar rumah namun tetap
komitmen dengan menerapkan protokol kesehatan dan mematuhi sign atau tanda
batasan dibeberapa sarana prasarana pada setiap aktivitas yang memungkinkan kontak
dengan orang lain.

Adapun yang termasuk tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana, yaitu:
(1) Tahap inisiasi keinginan untuk berubah,
(2) Penyusunan perubahan pola relasi yang ada,
(3) Melaksanakan perubahan,
(4) Perumusan dan stabilisasi perubahan, dan
(5) Pencapaian kondisi akhir yang dicita-citakan.

Dalam konteks perubahan perilaku physical distancing pada mahasiswa atau


mahasiswi disaat dimasa pandemi sekarang ini, tak cukup dapat dipahami dengan melihat
kepribadian individu yang melakukannya. Akan tetapi yang lebih penting adalah struktur
tempat perilaku tersebut terjadi.
Pada dasarnya perilaku seseorang pada saat dimasa pandemi COVID-19 ini tidak
lepas dari keadaan individu yang bersangkutan dan lingkungan di sekitarnya. Perilaku
berlebihan maupun perilaku tidak wajar, seperti yang akhir-akhir ini muncul dalam
pemberitaan media sosial, sebetulnya didorong atas motif tertentu yang mengakibatkan
suatu perubahan dalam diri seseorang maupun kelompok.

Perubahan merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu pada seseorang
berbeda dengan keadaan sebelumnya. Yakni perubahan yang muncul dan tampak berbeda
antara sebelum dan pada saat new normal. Perubahan itu mencakup pengetahuan, sikap,
perilaku individu maupun kelompok yang terjadi pada masa individu dan kelompok
menjalani perilaku physical distancing dimasa pandemi COVID-19.
REFERENSI

WHO. Coronavirus disease (COVID-2019): Situation Report [Internet]. World Health Or-
ganization. 2020. Available from: https://www.who.int/emergencies/dis-eases/novel-
coronavirus-2019/situation-re-ports.

Kemenkes RI. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-19) 23 November


2020 [Internet]. 2020. Available from: https://covid19.kemkes.go.id/category/situasi-infeksi-
emerging/info-corona-virus/#.X7vbJKQj-aM

Jakarta Post. COVID-19 Impact Across Indo-nesia’s Business Sectors: A Recap [Internet]. The
Jakarta Post. 2020 [cited 2020 November 23]. Available from: https://www.thejakarta-
post.com/news/2020/03/30/covid-19-im-pacts-across-indonesias-business-sectors-a-
recap.html.

Riau Tanggap (COVID-19) 23 November 2020 [Internet]. 2020. Available from:


https://corona.riau.go.id/

Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. CV. Ab-solu. Yogyakarta; 2017.

Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Ja-karta: Rineka Cipta; 2010.

Anda mungkin juga menyukai