1. Analisis Masalah
2. Identifikasi Masalah
a. Administrasi dan Manajemen (Tata Kelola)
Secara umum perencanaan belum dapat memberikan jawaban optimal terhadap pencapaian tujuan
dan kinerja pembangunan kesehatan disebabkan oleh lemahnya pengelolaan informasi kesehatan,
terbatasnya pengelolaan prototype perencanaan berkelanjutan. Disamping itu keterbatasan regulasi
untuk menyusun standard procedure operational (SPO) yang menjadi hambatan penerapan NSPK
sebagai instrument kerja dalam tata kelola.
c. PembiayaandanPengangggaranKesehatan
Secara umum pembiayaan kesehatan di Aceh menunjukkan trend peningkatan, namun
alokasi penganggaran berbasis kinerja belum dilakukan secara benar dan berimbang.
Pengalokasian anggaran upaya pelayanan kesehatan masyarakat, upaya pelayanan
kesehatan perorangan/rujukan dan administrasi/manajemen pelayanan kesehatan belum
mengikuti dinamika perubahan masalah kesehatan. Keberadaan Program Jamkesmas,
Jampersal, Program JKA, BOK, DAK, TP, Dana Otonomi Khusus - Migas seharusnya menjadi
kekuatan untuk menjamin penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, demikian juga
halnya dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang pelaksanaannya dimulai pada Tahun 2014 akan
memberikan kekuatan bagi pembiayaan kesehatan daerah yang perlu disikapi dengan
cermat. Penyiapan regulasi, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penggunaan
anggaran segera dilakukan sehingga keseimbangan pembiayaan dapat bersinergi dengan
kinerja, secara tepat guna dan berhasil guna.
d. ObatdanAlatKesehatan
Penyediaan kefarmasian dan manajemen perbekalan kesehatan seharusnya sesuai dengan
kebutuhan ditingkat pelayanan, rendahnya penggunaan obat rasional dan penataan
peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, menggambarkan bahwa
penataan perbekalan kesehatan belum dilakukan secara optimal. Kebijakan Kementerian
Kesehatan tentang daftar obat esensial nasional (DOEN), kewajiban penggunaan obat
generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, harga obat yang terjangkau dan
penggunaan obat rasional perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi
secara berkesinambungan disemua fasilitas pelayanan. Reformasi pelayanan kefarmasian
perlu segera dilakukan mengingat pengelolaan obat menjadi bangian yang tidak terpisahkan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan menjadi kunci utama
keberhasilan penerapan sistem jaminan kesehatan Nasional yang dimulai pada Tahun 2014
e. KerjasamaLintasSektor
Untuk mendukung tercapainya kondisi derajat kesehatan masyarakat yang optimal peran
lintas sektor menjadi sangat penting, karena permasalahan kesehatan juga berhubungan
dengan kondisi eksternal lainnya termasuk ketahanan pangan, upaya peningkatan kualitas
lingkungan dan pengurangan risiko bencana.
f. Upaya Kesehatan
Peningkatan upaya kesehatan untuk mempertahankan kinerja pelayanan membutuhkan
strategi khusus dan fokus terutama pada peningkatan upaya promosi kesehatan dan
penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Peran organisasi profesi harus dioptimalkan
dalam upaya peningkatan promosi kesehatan yang menggiring perubahan perilaku
masyarakat hidup sehat.
g. Standarisasi,SertifikasidanKalibrasi
Penyediaan fasilitas dan sarana kesehatan untuk menunjang peningkatan mutu pelayanan
sesuai standar yang ditetapkan harus segera dilakukan , karena belum semua rumah sakit
umum daerah (RSUD) menjadi badan layanan umum daerah (BLUD). Kalibrasi alat-alat
kesehatan belum dilaksanakan secara berkala, karena keterbatasan sumberdaya untuk
melaksanakan kegiatan ini, disamping itu mekanisme rujukan perlu ditingkatkan sesuai
standar pelayanan rujukan termasuk mekanisme rujukan balik.
3. Prioritas Masalah
a. Tata kelola pelayanan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
c. Penyediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas
d. Pelakasanaan pelayanan kefarmasian
4. Tujuan
a. Mewujudkan tata kelola pelayanan kesehatan yang profesional;
b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil dan merata serta terjangkau
melalui penyediaan sumber daya kesehatan yang memadai di seluruh Aceh, pemberian
pelayanan kesehatan dan gizi, pencegahan penyakit serta dukungan penyediaan jaminan
kesehatan;
c. Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan yang profesional melalui
penyediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas; dan
d. Meningkatkan pemahaman masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui
peningkatan upaya-upaya promosi kesehatan dan penyediaan tenaga penyuluh kesehatan
yang memadai dan berkualitas.
6. Rencana Operasional
Damai dan Sejahtera dengan :
a. Mewujudkan tata kelola administrasi dan managemen di SKPA sesuai standar dan
regulasi.
b. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan standar dan regulasi melalui
sistem monitoring dan evaluasi terpadu.
c. Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan melalui penyediaan
tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas diseluruh
fasilitas kesehatan.
d. Mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal melalui peningkatan sistem
manajemen pelayanan kesehatan dan peningkatan professionalism.
e. Menurunkan angka kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan dan
meningkatkan status gizi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
f. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) serta pengembangan desa siaga.
g. Revilatalisasi upaya kesehatan bersumber masyarakat melalui program kemitraan
termasuk dunia usaha dengan pendekatan CSR. Sasaran yang hendak dicapai sebagai
berikut :
- Terwujudnya budaya kerja SKPA yang transparan, adil, professional, efektif, efisien
dan bermartabat dalam penyelenggaraan TUPOKSI.
- Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan.
- Terlaksananya fungsi pengawasan dan pengendalian berdasarkan standar dan
regulasi.
- Penyediaan dan penempatan tenaga strategis sesuai kebutuhan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk di DTPK
- Meningkatnya penyediaan pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan
melalui penyediaan dan pendistribusian obat esensial di sarana pelayanan dasar.
- Terselenggaranya system jaminan kesehatan dengan universal coverage.
- Memperkuat sarana kesehatan dasar dan jaringannya sebagai fasilitas kesehatan
mampu menyelenggarakan kegawat-daruratan obstetric neonatal emergency dasar.
- Penatalaksanaan system survailans gizi dalam upaya pengendalian dampak gizi
buruk dan penguatan system survailans imunisasi.
- Pengendalian morbiditas dan mortalitas penyakit menular dan penyakit tidak
menular melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat serta lingkungan sehat.
- Menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dan dunia usaha
sebagai penggerak upaya kesehatan berbasis masyarakat.
8. Pemantauan
- Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengawasan melalui perumusan dan penetapan
criteria SDM yang akan ditempatkan sebagai auditor dalam proses program Dinas Kesehatan
Aceh
- Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang ada melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan keterampilan pengawasan guna meningkatkan kapasitas SDM dalam pengawasan
pelaksanaan program
- Penegakan sistem pengawasan pelaksanaan program yang berorientasi pada kepentingan
publik
10. Evaluasi
Penguatan peran para stakeholders/pelaku dalam pelaksanaan hasil penyesuaian dan
evalusi RPJM Aceh, Satuan Kerja Perangkat Daerah Aceh (SKPA), Pemerintah kabupaten/kota
maupun masyarakat termasuk dunia usaha juga berkewajiban untuk melaksanakan dan
menyesuaikan kegiatan sesuai program yang tercakup dalam Rencana strategis ini.
Segenap jajaran unit kerja yang terkait dengan bidang kesehatan dapat menyelaraskan
perencanaan program dan kegiatannya seperti yang telah digariskan dalam dokumen ini.
Substansi dokumen ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang persoalan penanggulangan masalah kesehatan di Aceh dan strategi pilihan yang
dapat diimplementasikan.
2. Analisis potret organisasi sekitar dalam menggerakkan sumber daya manusia. Dalam hal
ini sebagai contoh organisasi di RSIA Zainab Pekanbaru
Akhir-akhir ini masalah kepemimpinan semakin menarik perhatian banyak kalangan,
utamanya dalam kajian manajemen publik, sebab kepemimpinan dilihat dari segi kualitas
memiliki dimensi yang luas dan dari segi kuantitas sangat kurang, akan tetapi yang
menjalankan kepemimpinan memiliki potensi yang lebih dibanding dengan yang dipimpin.
Kepemimpinan tidak hanya berarti pemimpin terhadap manusia, tetapi juga pemimpin
terhadap perubahan. Seorang pemimpin tidak hanya mempengaruhi bawahan, tetapi juga
merupakan sebagai sumber inspirasi dan motivasi bawahannya. Oleh sebab itu definisi dan
penafsiran kepemimpinan semakain beragam dalam perkembangannya.
Perlu disadari bahwa sumberdaya manusia merupakan suatu potensi kesuksesan untuk
mengimbangi perubahan dan kemajuan dalam sebuah organisasi dan berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pimpinan dan efektivitas organisasi. Keseluruhan tugas hanya akan
bermanfaat dan berhasil baik, apabila diusahakan oleh kerjasama antara pimpinan dan yang
dipimpin. Dengan adanya kerjasama diharapkan seorang pemimpin mempunyai kemampuan
kerja yang serbaguna, berhasil guna dan dapat bekerja sesuai kebutuhan serta tuntutan
organisasi dimana ia bekerja.