Anda di halaman 1dari 6

Problem Solving Cycle Pada Rencana Strategi Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2012 - 2017

1. Analisis Masalah

2. Identifikasi Masalah
a. Administrasi dan Manajemen (Tata Kelola)
Secara umum perencanaan belum dapat memberikan jawaban optimal terhadap pencapaian tujuan
dan kinerja pembangunan kesehatan disebabkan oleh lemahnya pengelolaan informasi kesehatan,
terbatasnya pengelolaan prototype perencanaan berkelanjutan. Disamping itu keterbatasan regulasi
untuk menyusun standard procedure operational (SPO) yang menjadi hambatan penerapan NSPK
sebagai instrument kerja dalam tata kelola.

Pengembangan, pembaharuan dan peningkatan kapasitas tenaga termasuk penggunaan tehnologi


yang handal menjadi sangat penting untuk mendorong terwujudnya pelaksanaan administrasi dan
manajemen kesehatan (stewardship) secara efektif, efisien dan professional. Pada kenyataannya
bahwa penerapan promosi jabatan structural dan fungsional dengan metode reward and
punishment, the right man and the right place di lingkungan kesehatan perlu direview karena
mekanisme ini terbukti dan mampu memberikan jaminan terhadap sustainability pelaksanaan
administrasi dan manajemen organisasi dengan benar. Penerapan program dan software data
berbasis teknologi seperti aplikasi GIS, e-Planning, e-budgeting, e-catalog dan e-monev termasuk SIK
dan SIM, SP2TP dan Simpus perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Situasi ini pada gilirannya akan
mewujudkan perencanaan berbasis data dan informasi serta penganggaran berbasis kinerja secara
terintegrasi. Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaannya harus didukung dengan pengawasan
dan evaluasi secara berkelanjutan pula.

b. Sumber Daya Manusia Kesehatan/Ketenagaan


Penempatan personil yang tidak sesuai disiplin ilmu masih banyak menduduki posisi
struktural pada Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit menunjukan gambaran belum
diterapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 267 Tahun 2008 tentang Pedoman dan
Pengorganisasian Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 971 Tahun 2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan. Seiring
dengan perubahan arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan maka perencanaan,
rekrutmen dan distribusi tenaga kesehatan strategis seperti tenaga medis, penyuluh
kesehatan/promkes, farmasi dan gizi harus menjadi prioritas sebagaimana yang dimaksud
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
Pendayagunaan tenaga kesehatan perlu dikelola secara professional agar distribusi dan
pemanfaatannya seimbang serta dievaluasi secara periodik melalui uji kompetensi.
Pengembangan karier, pengaturan kompensasi dan remunerasi menjadi hal yang perlu
dilakukan. Penerapan reward dan punishment untuk peningkatan motivasi dan kinerja juga
harus dilakukan sehingga menjamin mutu pelayanan kesehatan sesuai standard.

c. PembiayaandanPengangggaranKesehatan
Secara umum pembiayaan kesehatan di Aceh menunjukkan trend peningkatan, namun
alokasi penganggaran berbasis kinerja belum dilakukan secara benar dan berimbang.
Pengalokasian anggaran upaya pelayanan kesehatan masyarakat, upaya pelayanan
kesehatan perorangan/rujukan dan administrasi/manajemen pelayanan kesehatan belum
mengikuti dinamika perubahan masalah kesehatan. Keberadaan Program Jamkesmas,
Jampersal, Program JKA, BOK, DAK, TP, Dana Otonomi Khusus - Migas seharusnya menjadi
kekuatan untuk menjamin penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, demikian juga
halnya dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang pelaksanaannya dimulai pada Tahun 2014 akan
memberikan kekuatan bagi pembiayaan kesehatan daerah yang perlu disikapi dengan
cermat. Penyiapan regulasi, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penggunaan
anggaran segera dilakukan sehingga keseimbangan pembiayaan dapat bersinergi dengan
kinerja, secara tepat guna dan berhasil guna.

d. ObatdanAlatKesehatan
Penyediaan kefarmasian dan manajemen perbekalan kesehatan seharusnya sesuai dengan
kebutuhan ditingkat pelayanan, rendahnya penggunaan obat rasional dan penataan
peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, menggambarkan bahwa
penataan perbekalan kesehatan belum dilakukan secara optimal. Kebijakan Kementerian
Kesehatan tentang daftar obat esensial nasional (DOEN), kewajiban penggunaan obat
generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, harga obat yang terjangkau dan
penggunaan obat rasional perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi
secara berkesinambungan disemua fasilitas pelayanan. Reformasi pelayanan kefarmasian
perlu segera dilakukan mengingat pengelolaan obat menjadi bangian yang tidak terpisahkan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan menjadi kunci utama
keberhasilan penerapan sistem jaminan kesehatan Nasional yang dimulai pada Tahun 2014

e. KerjasamaLintasSektor
Untuk mendukung tercapainya kondisi derajat kesehatan masyarakat yang optimal peran
lintas sektor menjadi sangat penting, karena permasalahan kesehatan juga berhubungan
dengan kondisi eksternal lainnya termasuk ketahanan pangan, upaya peningkatan kualitas
lingkungan dan pengurangan risiko bencana.

f. Upaya Kesehatan
Peningkatan upaya kesehatan untuk mempertahankan kinerja pelayanan membutuhkan
strategi khusus dan fokus terutama pada peningkatan upaya promosi kesehatan dan
penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Peran organisasi profesi harus dioptimalkan
dalam upaya peningkatan promosi kesehatan yang menggiring perubahan perilaku
masyarakat hidup sehat.

g. Standarisasi,SertifikasidanKalibrasi
Penyediaan fasilitas dan sarana kesehatan untuk menunjang peningkatan mutu pelayanan
sesuai standar yang ditetapkan harus segera dilakukan , karena belum semua rumah sakit
umum daerah (RSUD) menjadi badan layanan umum daerah (BLUD). Kalibrasi alat-alat
kesehatan belum dilaksanakan secara berkala, karena keterbatasan sumberdaya untuk
melaksanakan kegiatan ini, disamping itu mekanisme rujukan perlu ditingkatkan sesuai
standar pelayanan rujukan termasuk mekanisme rujukan balik.

3. Prioritas Masalah
a. Tata kelola pelayanan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
c. Penyediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas
d. Pelakasanaan pelayanan kefarmasian
4. Tujuan
a. Mewujudkan tata kelola pelayanan kesehatan yang profesional;
b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil dan merata serta terjangkau
melalui penyediaan sumber daya kesehatan yang memadai di seluruh Aceh, pemberian
pelayanan kesehatan dan gizi, pencegahan penyakit serta dukungan penyediaan jaminan
kesehatan;
c. Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan yang profesional melalui
penyediaan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas; dan
d. Meningkatkan pemahaman masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui
peningkatan upaya-upaya promosi kesehatan dan penyediaan tenaga penyuluh kesehatan
yang memadai dan berkualitas.

5. Alternatif Pemecahan Masalah


a. Program administrasi dan managemen kesehatan, meliputi :
- Tatakelola penyelenggaraan administrasi kesehatan;
- Penyiapandanpenerapannorma,standar,pedomandankriteria(NSPK); c. Penyiapan dan
penerapan SPM bidang kesehatan
- Perencanaandanpenganggaranberbasiskinerja;
- Penguatan system informasi kesehatan dan pelaporan; serta
- Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terpadu.

b. Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, meliputi :


- Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular;
- Pelaksanaansurvailansepidemilogi;
- Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I);
- Peningkatanaksesairbersihdansanitasitotalberbasismasyarakat;
- Peningkatan promosi kesehatan termasuk penerapan PHBS.

c. Program peningkatan pelayanan kesehatan, meliputi :


- Program kesehatan ibu dan anak;
- Perbaikan peningkatan gizi masyarakat;
- Program kesehatan jiwa masyarakat; dan
- Penyiapanrumahsakitrujukanregional;

d. Program peningkatan sumber daya kesehatan dan kefarmasian, meliputi :


- Peningkatan kualifikasi sumber daya manusia melalui pengembangan profesi;
- Pelaksanaanstandarisasi,akreditasidankalibrasi;dan
- Peningkatan manajemen kefarmasian.

6. Rencana Operasional
Damai dan Sejahtera dengan :
a. Mewujudkan tata kelola administrasi dan managemen di SKPA sesuai standar dan
regulasi.
b. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan standar dan regulasi melalui
sistem monitoring dan evaluasi terpadu.
c. Mewujudkan pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan melalui penyediaan
tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang memadai dan berkualitas diseluruh
fasilitas kesehatan.
d. Mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal melalui peningkatan sistem
manajemen pelayanan kesehatan dan peningkatan professionalism.
e. Menurunkan angka kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan dan
meningkatkan status gizi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
f. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) serta pengembangan desa siaga.
g. Revilatalisasi upaya kesehatan bersumber masyarakat melalui program kemitraan
termasuk dunia usaha dengan pendekatan CSR. Sasaran yang hendak dicapai sebagai
berikut :
- Terwujudnya budaya kerja SKPA yang transparan, adil, professional, efektif, efisien
dan bermartabat dalam penyelenggaraan TUPOKSI.
- Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan.
- Terlaksananya fungsi pengawasan dan pengendalian berdasarkan standar dan
regulasi.
- Penyediaan dan penempatan tenaga strategis sesuai kebutuhan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk di DTPK
- Meningkatnya penyediaan pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan
melalui penyediaan dan pendistribusian obat esensial di sarana pelayanan dasar.
- Terselenggaranya system jaminan kesehatan dengan universal coverage.
- Memperkuat sarana kesehatan dasar dan jaringannya sebagai fasilitas kesehatan
mampu menyelenggarakan kegawat-daruratan obstetric neonatal emergency dasar.
- Penatalaksanaan system survailans gizi dalam upaya pengendalian dampak gizi
buruk dan penguatan system survailans imunisasi.
- Pengendalian morbiditas dan mortalitas penyakit menular dan penyakit tidak
menular melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat serta lingkungan sehat.
- Menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dan dunia usaha
sebagai penggerak upaya kesehatan berbasis masyarakat.

7. Pelaksanaan & Penggerakkan


a. Penguatan sistem kesehatan.
Proses pembangunan kesehatan yang bersinergi dengan elemen sistem kesehatan
nasional ditentukan oleh 1). ketersediaan sistem informasi yang mendukung
pengambilan keputusan 2). perencanaan dan penganggaran kesehatan sesuai
kebutuhan dan focus pada program cost effective; 3). SDM kesehatan yang berkualitas
dan profesional; 4). kekuatan kerjasama dan dukungan lintas sektor; 5). ketersediaan
obat dan alat kesehatan; 6). kemampuan mendorong peran serta masyarakat termasuk
dunia usaha serta koordinasi antar level (pusat-provinsi dan kabupaten/kota). Upaya ini
harus dibarengi dengan kemampuan manajerial pimpinan SKPA yang peka terhadap
perubahan baik internal maupun ekternal termasuk komimen politik.
b. Penguatan dan intensifikasi kinerja penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan
Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan
(UKP) baik primer, sekunder, maupun tersier harus dilakukan dengan adil, bermutu,
merata, dan terjangkau sebagai salah satu upaya pemenuhan hak rakyat terhadap akses
pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan
kesehatan diperlukan pelayanan profesional dan responsif melalui peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan berbasis kompetensi. Disamping itu, kondisi geografis juga
menjadi perhatian dalam menyiapkan sumber daya kesehatan dan menyelenggarakan
upaya kesehatan termasuk penguatan sumber daya kesehatan di daerah terpencil,
perbatasan, dan kepulauan.
c. Menyiapkan peta jalan menuju jaminan kesehatan nasional ~ dan JKA sebagai
perwujudan UU SJSN yang akan diberlakukan pada tahun 2014 baik kesiapan fasilitas
pelayanan sebagai PPK dan sistem manajemen pengelolaan jaminan kesehatan.
d. Pelaksanaan one gate policy untuk manajemen kefarmasian.
e. Penyiapan RS rujukan regional di beberapa kabupaten terutama untuk penguatan sistem
rujukan berjenjang melalui mekanisme regionalisasi. Rumah sakit rujukan regional
berada pada wilayah Barat-Selatan, Utara-Timurdan tengah – Tenggara. Beberapa
persyaratan regionalisasi yang harus dilakukan yaitu :
- Kesinambungan pendampingan dalam upaya penanggulangan daerah bermasalah
kesehatan (PDBK) sekaligus antisipasi terhadap hasil Riskesdas 2013.
- Kesepakatan eliminasi malaria secara bertahap di seluruh kabupaten/kota.
- Pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terpadu dan professional
sesuai tupoksi.
- Monitoring dan evaluasi terpadu menuju akuntabilitas publik yang terkendali.

8. Pemantauan

- Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengawasan melalui perumusan dan penetapan
criteria SDM yang akan ditempatkan sebagai auditor dalam proses program Dinas Kesehatan
Aceh
- Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang ada melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan keterampilan pengawasan guna meningkatkan kapasitas SDM dalam pengawasan
pelaksanaan program
- Penegakan sistem pengawasan pelaksanaan program yang berorientasi pada kepentingan
publik

9. Pengawasan & Pengendalian


Keberhasilan pengawasan terhadap penyelenggaraan program bukan saja tugas dan
tanggung jawab Dinas Kesehatan Aceh, tetapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab
semua Aparatur Pemerintah di lingkungan Pemerintah Kota Aceh di bawah pimpinan
masing- masing Kepala Perangkat Daerahnya.

10. Evaluasi
Penguatan peran para stakeholders/pelaku dalam pelaksanaan hasil penyesuaian dan
evalusi RPJM Aceh, Satuan Kerja Perangkat Daerah Aceh (SKPA), Pemerintah kabupaten/kota
maupun masyarakat termasuk dunia usaha juga berkewajiban untuk melaksanakan dan
menyesuaikan kegiatan sesuai program yang tercakup dalam Rencana strategis ini.

SKPK di kabupaten/kota berkewajiban melakukan penyesuaian dan evaluasi terhadap


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten/Kota yang sudah pernah ditetapkan,
dan juga melakukan penyesuaian Rencana Strategis Dinas Kesehatan kabupaten/kota
dengan berpedoman pada hasil penyesuaian dan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka
Menengah dan rencana strategis ini.

Segenap jajaran unit kerja yang terkait dengan bidang kesehatan dapat menyelaraskan
perencanaan program dan kegiatannya seperti yang telah digariskan dalam dokumen ini.
Substansi dokumen ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang persoalan penanggulangan masalah kesehatan di Aceh dan strategi pilihan yang
dapat diimplementasikan.

2. Analisis potret organisasi sekitar dalam menggerakkan sumber daya manusia. Dalam hal
ini sebagai contoh organisasi di RSIA Zainab Pekanbaru
Akhir-akhir ini masalah kepemimpinan semakin menarik perhatian banyak kalangan,
utamanya dalam kajian manajemen publik, sebab kepemimpinan dilihat dari segi kualitas
memiliki dimensi yang luas dan dari segi kuantitas sangat kurang, akan tetapi yang
menjalankan kepemimpinan memiliki potensi yang lebih dibanding dengan yang dipimpin.
Kepemimpinan tidak hanya berarti pemimpin terhadap manusia, tetapi juga pemimpin
terhadap perubahan. Seorang pemimpin tidak hanya mempengaruhi bawahan, tetapi juga
merupakan sebagai sumber inspirasi dan motivasi bawahannya. Oleh sebab itu definisi dan
penafsiran kepemimpinan semakain beragam dalam perkembangannya.

Perlu disadari bahwa sumberdaya manusia merupakan suatu potensi kesuksesan untuk
mengimbangi perubahan dan kemajuan dalam sebuah organisasi dan berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pimpinan dan efektivitas organisasi. Keseluruhan tugas hanya akan
bermanfaat dan berhasil baik, apabila diusahakan oleh kerjasama antara pimpinan dan yang
dipimpin. Dengan adanya kerjasama diharapkan seorang pemimpin mempunyai kemampuan
kerja yang serbaguna, berhasil guna dan dapat bekerja sesuai kebutuhan serta tuntutan
organisasi dimana ia bekerja.

Betapapun canggih suatu peralatan kerja

Anda mungkin juga menyukai