KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Hidayah-NYA penulisan Pedoman Mutu di Puskesmas Air
Naningan telah diselesaikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
Puskesmas merupakan fasilitas Kesehatan yang berada di baris terdepan
yang mengutamakan upaya preventif dan promotif dengan tidak
meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif. Agar mutu pelayanan
Kesehatan dapat ditingkatkan, maka perlu diimplementasikan tata Kelola
mutu sebagai dasar bagi puskesmas dalam memenuhi standar mutu
melalui siklus peningkatan mutu yang dikenal dengan siklus Plan, Do,
Study, Action (PDSA).
Dengan adanya Pedoman Mutu ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
Upaya melakukan peningkatan mutu secara berkesinambungan di
Puskesmas Air Naningan yang pada akhirnya akan terwujud budaya mutu.
BAMBANG NURWANTO,SKM,M.Kes
NIP. 19680418 199101 1001
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penerapan
Tata Kelola Mutu di Puskesmas Air Naningan.
b) Tujuan Khusus
Pedoman Mutu ini disusun untuk menjelaskan Sistem Manajemen
Mutu yang diterapkan pada Puskesmas Air Naningan. Sistem
Manajemen Mutu Puskesmas Air Naningan yang dijelaskan akan
mencakup Kebijakan dan Sasaran Mutu, Komitmen Manajemen,
Organisasi Puskesmas serta uraian singkat proses-proses usaha
yang dijalankan organisasi.
A. Persyaratan Umum
1. Konsep Mutu
Pengertian mutu yang di gunakan dalam pedoman ini adalah tingkat
pelayanan kesehatan untuk individu dan masyarakat yang dapat
meningkatkan luaran kesehatan yang optimal, diberikan sesuai dengan
standar pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan terkini, serta
untuk memenuhi hak dan kewajiban pasien.
Ada beberapa konsep terkait dengan mutu yang menjadi dasar
penerapan di Puskesmas yang di kemukakan oleh Edward Deming yang
mana memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah agar
dapat membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam
menangani mutu. Salah satu metode yang diperkenalkanya adalah siklus
Deming (Deming Cyrcle), pada siklus ini mencegah terjadinya kesalahan
dengan penetapan standar serta modifikasi standar yang ada.Siklus ini
dikenal dengan PDCA yaitu plan, do, check dan action. PDCA
menekankan pada pelaksanaan perubahan dan kepatuhan terhadap
standar. Siklus ini kemudian berkembang saat disadari pada tahap
ketiga/ check adalah melihat kembali hasil dari perubahan yang
dilakukan. Bahwa pada tahapan yang ketiga yang dilakukan adalah
study yaitu membandingkan data hasil pengamatan, untuk dapat
memperkirakan pembelajaran yang dapat diperoleh sebagai proses
perbaikan. Maka siklus tersebut kemudian dikenal menjadi PDSA yaitu
plan, do, study dan action dengan menekankan pada pembelajaran dan
upaya peningkatan mutu Moen dan Norman, 2009.
Tabel 1. Perbedaan antara PDSA dengan PDCA
UNSUR PDSA PDCA
Masalah Masalah kompleks Masalah sederhana adalah
adalah yang Masalah yang satu penyebab
Terdiri dari banyak factor
penyebab
2. Dimensi Mutu
Karakteristik dari pelayanan kesehatan yang bermutu dapat
diidentifikasi nenurut dimensi mutu. Dimensi mutu pelayanan kesehatan
di Indonesia disepakati mengacu pada tujuh dimensi yang digunakan
oleh WHO dan lembaga internasional lain (Delivering Quality, WHO
2018),sebagai berikut:
1. Efektif
Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimesi efektif adalah
menyediakan pelayanan kesehatan yang berbasis bukti kepada
masyarakat.
2. Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimensi keselamatan adalah
meminimalkan terjadinya kerugian (harm), termasuk cedera dan
kesalahan medis yang dapat dicegah, pada pasien masyarakat yang
menerima layanan.
3. Berorientasi pada pasien/pengguna pelayanan (people-centered)
Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimensi people centered adalah
menyediakan pelayanan yang sesuai dengan preferensi, kebutuhan
dan nilai-nilai individu.
4. Tepat Waktu
Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimensi tepat waktu adalah
mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan pemberian pelayanan
kesehatan.
5. Efisien
Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimensi efisien adalah
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan
mencegah pemborosan termasuk alat kesehatan, obat, energi dan ide.
6. Adil
Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimensi adil adalah
menyediakan pelayanan yang seragam tanpa membedakan jenis
kelami, suku, etnik, tempat tinggal, agama, dan status sosial
ekonomi.
7. Terintregasi
Pelayanan kesehatan yang memenuhi dimensi terintegrasi adalah
menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasilitas layanan
kesehatan dan pemberi layanan, serta menyediakan pelayanan
kesehatan pada seluruh siklus kehidupan.
B. Indikator Mutu Puskesmas Air Naningan
1. Indikator Nasional Mutu (INM)
NO INDIKATOR STANDAR
NO INDIKATOR TARGET
NO INDIKATOR STANDAR
NO INDIKATOR STANDAR
1 Kepatuhan Hand Higiene 85%
2 Kepatuhan Pemakaian APD berdasarkan indikasi 100%
3 Dekontaminasi peralatan 100%
4 Kesehatan lingkungan (kebersihan ruang) 100%
5 Pengelolaan limbah B3 (Pemilihan sampah medis dan non medis) 100%
C. Pengendalian Dokumen
D. Pengendalian Rekaman
C. Kebijakan Mutu
Puskesmas;
f. Melakukan pencatatan, pelaporan dan analisa masalah terkait
hasil identifikasi kemungkinan terjadinya risiko terhadap
lingkungan dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan UKM;
dan
g. Secara berkala membuat laporan kegiatan dan melaporkannya
kepada kepala Puskesmas melalui penanggungjawab mutu.
9) Koordinator Upaya Kesehatan Perorangan dan Penunjang (UKPP)
a. Bertanggungjawab terhadap kegiatan pelayanan UKP di
Puskesmas;
b. Bertanggungjawab terhadap peningkatan sumberdaya manusia
pelaksana rawat jalan;
c. Sebagai koordinator pelayanan medik, mengkoordinir kegiatan
pelayanan medik di dalam maupun di luar gedung;
d. Membantu membina petugas dalam meningkatkan mutu
pelayanan Puskesmas;
e. Bersama dengan petugas di unit-unit layanan klinis menyusun
prosedur-prosedur kegiatan yang terkait pelayanan rawat jalan;
f. Bersama dengan penanggungjawab mutu mengidentifikasi dan
mengelola program-program penngkatan mutu layanan klinis
dan keselamatan pasien.
G. Komunikasi Internal
A. Umum
Pertemuan tinjauan manajemen merupakan proses evaluasi terhadap
kesesuaian dan efektifitas penerapan sistem manajemen mutu yang
dilakukan secara berkala dan melibatkan berbagai pihak yang terkait
dengan operasional kegiatan organisasi. Pertemuan tinjauan manajemen
dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
Karakteristik pertemuan tinjauan manajemen :
a. Dilaksanakan secara berkala dengan interval waktu yang disesuaikan
dengan tingkat kepentingan.
b. Direncanakan dengan baik kejelasan tujuan, agenda
dan penjadwalan.
c. Didokumentasikan dengan baik
d. Mengevaluasi efektifitas penerapan dampaknya pada mutu dan
kinerja sistem manajemen mutu dan kinerja
e. Hasil pertemuan ditindaklanjuti dalam bentuk koreksi, tindakan
korektif, Tindakan preventif maupun perubahan pada sistem
manajemen mutu maupun sistem pelayanan
f. Tindak lanjut dipantau pelaksanaannya
g. Pihak manajemen dan pelaksana terkait di undang dalam pertemuan
h. Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut
pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya
1. Hasil Audit
2. Umpan Balik Pelanggan
3. Kinerja Proses
4. Pencapaian sasaran Mutu
5. Status Tindakan Koreksi dan pencegahan yang dilakukan
6. Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu
7. Perubahan terhadap kebijakan mutu
8. Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen
mutu atau sistem pelayanan.
C. Luaran Tinjauan
C. Infrastuktur
D. Keselamatan Pasien
• Assesment Resiko
• Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien
• Pelaporan dan analisa insiden
• Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
• Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi : Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
E. Manajemen Resiko
a. Definisi :
Adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi
untuk meminimalkan kerugiaan akibat kecelakaan pada manusia,
sarana prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui
identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas.
b. Tujuan :
Mengurangi mortality dan morbility
Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil melalui pendekatan sistematis
terkoordinasi dan berkesinambungan untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
Untuk melindungi orang, asset serta keuangan Puskesmas
akibat terjadinya insiden, dan manajemen yang tidak efektif.
c. Ruang lingkup
Resiko terkait pelayanan pasien :
• Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
• Konsekuensi hasil pelayanan yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan
• Kerahasian dan pemberian informasi yang sesuai
• Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
• Pasien diberitahu tentang resiko
• Pelayanan non diskriminatif
• Perlindungan barang berharga pasien dari kerusakan,
kerugian.
Resiko terkait staf medis :
1. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman ini adalah seluruh Aspek Puskesmas Air
Naningan dalam memberikan pelayanan pada masyarakat, yaitu :
1) Pasien
2) Petugas Kesehatan
3) Pengunjung yang menerima pelayanan Kesehatan
4) Masyarakat di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Air Naningan
H. Audit Internal
PENUTUP