Kode :
No. Revisi :
Tanggal Berlaku :
MANUAL MUTU
PUSKESMAS RAWASARI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, bahwa hanya kerena dengan
Rahmat-NYA Manual Mutu Puskesmas Rawasari dapat kami susun.
Manual Mutu Puskesmas Rawasari Kota Jambi merupakan acuan dalam upaya
peningkatan mutu penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka. Puskesmas harus dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan. Oleh karena itu
puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan mutu penyelenggaraan pelayanan puskesmas
baik dalam administrasi manajemen puskesmas, pelayanan klinis maupun pelayanan program
puskesmas.
Terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dalam
penyusunan Manual Mutu Puskesmas Rawasari Kota Jambi. Semoga dapat bermanfaat dalam
upaya mempercepat terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan
status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan
sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau
pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis
ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat
dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu paripurna
yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut
mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Meningkatnya pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat menuntut perubahan
pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan Puskesmas secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih
efektif, efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga, maupun masyarakat
dengan tetap mengedepankan keselamatan pasien.
Program peningkatan mutu merupakan program yang wajib direncanakan,
dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjuti diseluruh jajaran yang ada di
Puskesmas, mulai dari kepala Puskesmas, penanggung jawab layanan, dan seluruh
karyawan. Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu Puskesmas Rawasari
yang menjadi acuan dalam pelayanan yang akan dilaksanakan di tahun 2017.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan banyaknya
pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan
dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi
Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber
Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas.
Puskesmas Rawasari adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Jambi
yang melaksanakan Pelayanan Kesehatan di wilayah Kecamatan Alam Barajo dan
sekitarnya yang melayani rawat jalan. Dalam upaya memberikan pelayanannya,
Puskesmas dituntut untuk bisa memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Hal
tersebut didasarkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang baik, lebih ramah
dan lebih bermutu seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan social ekonomi,
ditambah dengan adanya BPJS Kesehatan yang meningkatkan akses pelayanan kesehatan
yang murah dan mudah dijangkau. Meningkatnya tuntutan bias dilihat dengan munculnya
kritik-kritik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap pelayanan yang diberikan.
Maka dari itu, Puskesmas Rawasari perlu menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan mutu pelayanan secara bertahap melalui program upaya peningkatan
mutu.
1. Profil Organisasi
a. Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Rawasari yang terletak di Jl. TP Sriwijaya RT 02 No. 88 Kelurahan
Beliung, Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi, merupakan salah satu Puskesmas di
Kota Jambi dengan luas wilayah 12,9 km2 meliputi 3 kelurahan, dengan jumlah
penduduk 42.826 jiwa.
b. Visi Puskesmas
Menjadikan Puskesmas Rawasari sebagai pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang terpadu dan bermutu menuju layanan prima
c. Misi Puskesmas
1. Memberi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan
2. Meningkatkan mutu sumber daya Puskesmas
3. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor
4. Melaksanakan sistim informasi kesehatan yang cepat dan tepat
d. Struktur Organisasi Puskesmas
Struktur organisasi Puskesmas Rawasari disusun berdasarkan peraturan
menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas ( Struktur Organisasi
terlampir )
e. Motto
“Memberi pelayanan dengan hati ikhlas, senyum sapa dan sopan (HIS3)”
f. Tata Nilai
R : Ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan rekan kerja
A : Amanah dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh pimpin
W : Wawasan yang luas dalam keilmuan
A : Akurat dalam memeriksa kondisi kesehatan pasien
S : Santun dalam bertutur kata dan bersikap
A : Aman dalam menjalankan tugas baik untuk petugas maupun masyarakat
R : Religius dalam beraktifitas
I : Ikhlas dalam memberikan pelayanan
3. Proses Pelayanan
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Jenis pelayanan UKM dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu UKM Esensial
dan UKM Pengembangan.
UKM Esensial adalah UKM yang wajib dilaksanakan, terdiri dari promosi
kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan Ibu, Anak dan
Keluarga berencana yang bersifat UKM, pelayanan gizi yang bersifat UKM, dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
UKM pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas maslah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang berada dimasing-masing Puskesmas.
b. Penyelenggara Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) atau pelayanan klinis adalah
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan. UKP dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan,
dan pelayanan gawat darurat. Kegiatan UKP terdiri dari pelayanan kesehatan umum,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP,
pelayanan gawat darurat, pelayanan gizi yang bersifat UKP, pelayanan kefarmasian
dan pelayanan laboratorium.
C. Tujuan
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Puskesmas dalam membangun
sistim manajemen mutu baik untuk penyelenggaraan UKM maupun untuk
penyelenggaraan pelayanan klinis (UKP) untuk mencapai :
1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kesehatan di kecamatan Alam Barajo
2. Terwujudnya kemandirian masyarakat di kecamatan Alam Barajo untuk hidup sehat
3. Terwujudnya pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawasari yang bermutu, mereta dan
terjangkau
4. Terwujudnya kesehatan indivitu, keluarga dan masyarakat di Kecamatan Alam Barajo
termasuk lingkungannya.
A. Persyaratan Umum
Upaya Peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui
membangun sistem manajemen mutu, penyelenggara upaya kesehatan masyarakat dan
sistem pelayanan klinis Puskesmas Rawasari Kota Jambi menetapkan,
mendokumentasikan, memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan standar
akreditasi Puskesmas. Sistem ini disusun untuk memestikan telah diterapkannya
persyaratan pengendalian terhadap proses-proses penyelenggaraab pelayanan kepada
masyarakat baik penyelenggaraan upaya Puskesmas maupun pelayanan klinis, yang
meliputi kejelasan proses pelayan dan interaksi proses dalam penyelenggaraan
pelayanan, kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumber daya, penyelenggaraan
pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang berdasarkan analisis hasil survey
kebutuhan masyarakat/pelanggan baik internal maupun eksternal, verifikasi terhadap
rencana yang disusun, pelaksanaan pelayanan, dan verifikasi terhadap proses pelayanan
dan hasil-hasil yang dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan yang
berkesinambungan.
a. Kepala Puskesmas
1. Menetapkan sistem manajemen mutu Puskesmas
2. Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap keputusan strategis untuk
pelaksaan sistem kinerja setiap proses yang ada dalam pelayanan kesehatan di
Puskesmas
3. Memastikan ketersediaan sumber daya baik manusia, alat serta bangunan dan
informasi yang dibutuhkan untuk mendukung semua proses
d. Kebijakan
Sistem mutu puskesmas merupakan penjabaran, penerapan kebijakan pemerintah
tentang pelayanan kesehatan pada masyarakat yang didasarkan pada peraturan
pemerintah, peraturan daerah dan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
2. Surat Keputusan walikota Jambi
3. Peraturan walikota Jambi
f. Dokumen terkait
Seluruh dokumen yang berlaku sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi akreditasi
Puskesmas
B. Pengendalian Dokumen
Kepala Puskesmas menetapkan pedoman pengendalian dokumen di Puskesmas Rawasari
1. Kebijakan pengendalian dokumen meliputi pengelolaan dokumen surat menyurat,
dokumen eksternal, dokumen/arsip inaktif, master dokumen, fotocopi dokumen dan
kelompok dokumen
2. Format-format yang distandarkan meliputi : format SOP, rujukan eksternal,
persetujuan tindakan, surat keterangan sakit, penolakan rujukan eksternal, rekam
medic pasien rawat jalan umum, rekam medic pasien rawat jalan gigi.
3. Penerapan pengendalian dokumen meliputi :
4. Pengkodean dokumen kelompok layanan, penyimpanan dokumen/arsip dan sistem
penomoran
F. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan
dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan
yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai
dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.
G. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai dari
anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a Pelayanan Umum,
b Pelayanan Gigi,
c Pelayanan KIA,
d Pelayanan MTBS, dan
e Pelayanan KB.
H. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan kegiatan
pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan dari unit
pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari init pelayanan
sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.
I. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan.
3. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.
Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
A. Komitmen Manajemen
Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen mutu, penanggung jawab upaya,
penanggung jawab klinis, dan seluruh staf puskesmas bertanggung jawab untuk
menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada manual mutu ini.
a. Kepala Puskesmas
1. Menetapkan pernyataan kebijakan mutu dan sarana mutu kinerja
2. Mengadakan tinjauan manajemen secara berkala
3. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penerrapan sistem manajemen
mutu
4. Memastikan seluruh persyaratan pelanggan dan peraturan yang terkait dengan
pelayanan telah dipahami oleh pihak terkait
5. Memastikan adanya pengembangan dan perbaikan berkesinambungan di dalam
sistem manajemen mutu puskesmas.
b. Ketua Tim Mutu
Memastikan kebijakan dan Sasaran Mutu Kinerja Puskesmas dipahami oleh karyawan
c. Koordinator pelayanan klinis, Administrasi Manajemen/Ka. TU dan koordinator
Upaya Puskesmas mensosialisasikan kebijakan mutu dan sasaran mutu kinerja kepada
karyawan terkait. Baik lintas progam maupun lintas sektoral
d. Kebijakan
1. Kepala puskesmas memlikiki komitmen terhadap pengembangan penerapan dan
peningkatan terus menerus terhadap memperbaiki keefektifannya.
2. Mengkomunikasikan kepada seluruh kepala unit kerja terkait dan seluruh
karyawan tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan
lainnya.
3. Menetapkan kebijakan mutu puskesmas dan memeastikan sasaran mutu kinerja
terpenuhi
4. Memimpin tinjauan manajemen yang dilaksanakan dengan rapat tinjauan
manajemen dan minimal dilaksanakan satu kali dalam enam bulan.
5. Memastikan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan meliputi sumber daya
manusia, peralatan kesehatan dan pengobatan, obat-obatan dan infrastruktur.
e. Dokumen terkait
1. Kebijakan mutu dan sasaran mutu kinerja Puskesmas
2. SPO Rapat Tinjauan manajemen
No
Jenis pelayanan Waktu
.
1. Pelayanan loket Senin-Kamis : 08.00 - 13.00 WIB
Jumat : 08.00 – 10.30 WIB
Sabtu : 08.00 – 11.30 WIB
2. Pelayanan Poli umum dan pelayanan Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
tindakan Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
3. Pelayanan Gigi Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
4. Pelayanan MTBS, Tumbuh Kembang dan Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
5. pelayanan konsultasi Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
(Gizi, Kesehatan Lingkungan, Berhenti Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Merokok, Lansia) Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
6. Pelayanan KIA / KB Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
7. Pelayanan IMS dan VCT Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
8. Pelayanan Laboratorium Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
9. Pelayanan Obat Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
10. Pelayanan administrasi dan TU Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
C. Kebijakan Mutu
1. Kepala puskesmas dan seluruh jajaran Penanggung Jawab Unit pelayanan wajib dan
Pengembangan berpartisipasi dalam pengelolaan kegiatan manajemen mutu di
Puskesmas Rawasari mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Para penanggung jawab program wajib dan pengembangan melakukan kolaborasi
dengan tim manajemen mutu dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan perbaikan
mutu dan kinerja Puskesmas Rawasari yang diselenggarakan diseluruh jajaran dan
wilayah kerja Puskesmas Rawasari.
3. Pengelolaan kegiatan perbaikan mutu puskesmas dilakukan dengan pendekatan
multidisipliner dan dikoordinir oleh Tim Manajemen Mutu Puskesmas.
4. Pengelolaan perbaikan mutu berisi paling kurang :
a. Perencanaan dan pengelolaan kegiatan perbaikan mutu Puskesmas serta indicator
mutu disusun dan ditetapkan sesuai dengan tata nilai, visi misi dan tujuan
puskesmas dengan pendekatan multidisipliner dan koordinir oleh ketua tim
manajemen mutu puskesmas.
b. Data pelaksanaan kegiatan mutu puskesmas dibuatkan pelaporannya secara
berkala sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Kebijakan kegiatan perbaikan mutu merupakan salah satu kegiatan prioritas
puskesmas.
d. Kegiatan perbaikan mutu dan kinerja terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit
pelayanan terkait melalui
Tugas :
1. Menyusun rencana manajemen mutu setiap tahunnya
2. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan sistem manajemen mutu
3. Melakukan koordinasi penyusunan sistem manajemen mutu
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan dokumen / rekaman
5. Melaksanakan dan mengkoordinasikan administrasi sistem manajemen mutu
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan audit internal / eksternal
7. Melaporkan hasil pelaksanaan audit
8. Mengkoordinir kegiatan tinjauan manajeman
9. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala puskesmas
Penanggung Jawab UKM/UKP :
1. Berperan aktif dalam penyusunan Pedoman Peningkatan Mutu dan Kinerja
2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pencapaian indicator mutu/kinerja yang telah
ditetapkan secara periodic (mulai pengumpulan data hingga analisis)
3. Melakukan analisis penyebab masalah dan menggali umpan balik dari
masyarakat/pelanggan tentang mutu pelayanan
4. Memberikan masukan kepada tim manajemen mutu masalah yang ditemukan sebagai
masukan RTM
5. Mengikuti RTM secara aktif dan melaksanakan tindak lanjut terhadap hasil/masalah
yang tidak sesuai.
Audit Internal :
1. Mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat dan pada klien
sesuai dengan SOP
2. Mencari dan menemukan solisi dari masalah yang timbul dari pelayanan yang tidak
sesuai dengan SOP
3. Melaksanakan monev terhadap pelayanan yang sudah di audit
G. Komunikasi Internal
Komunikasi internal antara Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab Mutu, Penanggung
Jawab Upaya, dan seluruh karyawan dilakukan melalui :
1. Minilokakarya bulanan, yang dilaksanakan setiap bulan dengan mengikutsertakan
seluruh karyawan Puskesmas.
2. Pertemuan tinjauan manajemen (RTM) yang dilaksanakan enam bulan sekali,
dan/atau bila diperlukan.
3. Apel pagi yang dipimpin langsung oleh Kepala Puskesmas atau petugas lain sesuai
pendelegasian wewenang.
4. Telephon, sms dan media sosial lainnya
BAB IV
TINJAUAN MANAJEMEN
A. Umum
Dalam upaya peningkatan mutu perlu dilakukan pembahasan bersama antara
manajemen dan pelaksana tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
implementasi sistem manajemen mutu, pencapaian sasaran/indicator mutu dan kinerja
serta umpan balik masyarakat/pelanggan tentang mutu/kinerja Puskesmas. Pembahasan
masalah mutu dan kinerja dapat dilakukan dalam unit kerja, antar unit kerja untuk
masalah-masalah yang bersifat teknis dan operasional yang dilakukan baik terjadual
(minimal dua kali dalam setahun) maupun incidental sesuai dengan kebutuhan.
Permasalahan mutu, kinerja dan permasalahan yang terjadi dalam penerapan sistem
manajemen mutu secara periodik juga perlu dibahas bersama yang melibatkan seluruh
jajaran yang ada dalam organisasi. Pembahasan tersebut dilakukan dalam pertemuan
tinjauan manajemen atau pertemuan telaah manajemen mutu dan kinerja. Pertemuan
tinjauan manajemen adalah proses evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas
penerapan sistem manajemen mutu yang dilakukan secara berkala dan melibatkan
berbagai pihak yang terkait dengan operasional kegiatan organisasi.
1. Alat kesehatan
a. Analisa kebutuhan dengan membandingkan antara standar alat kesehatanyang
harus dimiliki oleh Puskesmas sesuai peraturan yang berlaku dengan ketersediaan
yang ada di Puskesmas
b. Selisih adalah kekurangan alat kesehatan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota
Jambi untuk rencana pengadaan atau pengadaan sendiri oleh Puskesmas sesuai
peraturan yang berlaku
c. Alat yang telah dibeli dan diterima oleh Puskesmas dikelola oleh
bendahara/pengurus barang (Buku Iventaris, dan Kartu Inventaris Barang)
d. Alat diserahkan ke Petugas/unit yang membutuhkan, disertai pelatihan cara
penggunaan dan pemeliharaan alat (lengkap dengan SPO pemakaian, SPO
pemeliharaan, jadual pemeliharaan).
2. Obat dan perbekalan kesehatan
Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan berdasarkan jenis kesehatan
dan besarnya sasaran/target, yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan UKM maupun
UKP/Pelayanan Klinis. Besarnya kebutuhan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota
Jambi, atau melalu pembelian sendiri dengan anggaran yang ada di Puskesmas sesuai
peraturan yang berlaku.
D. Lingkungan Kerja
Upaya memelihara lingkungan kerja tetap aman, hijau, dan bersih serta
mengupayakan penghematan dilakukan dengan mengadakan tenaga khusus kebersihan,
yang telah diberikan uraian tugas dan jadwal kegiatan yang jelas. Pemantauan
pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan monitoring melalui checklist kegiatan yang
harus diisi oleh petugas setiap selesai melaksanakan kegiatan. Monitoring dapat
dilakukan langsung oleh penanggung jawab dengan melakukan pemeriksaan kondisi
kebersihan, ketertiban dan keamanan lingkungan Puskesmas.
BAB VI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
Akses UKM :
a. Rencana kegiatan yang telah tertuang dalam RPK dan POA
disosialisasikan/komunikasikan kemasyarakat sasaran melalui pertemuan
minilokakarya bulanan/lintas program, minilokakarya lintas sektor, pertemuan
lintas sektor tingkat Kecamatan, atau melalui media (brosur/leaflet/papan
pengumuman)
b. Kepastian pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal yang dilakukan, dan
menginformasikan bila terjadi perubahan jadwal kegiatan.
c. Informasi umpan balik (mutu/kinerja, kepuasan sasaran) diperoleh melalui
smsm, kotak saran, SMD/MMD, survey kepuasan, atau wawancara langsung
setelah pelaksanaan kegiatan
Pengukuran Kinerja UKM :
a. Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan indikator-indikator kinerja yang
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas untuk masing-masing UKM di Puskesmas,
mengacu kepada SPM Kabupaten dan kebijakan Dinkes Kabupaten/Kota
b. Penanggung jawab UKM bersama dengan pelaksana menyusun rencana perbaikan
kinerja berdasarkan hasil monitoring dan penilaian kinerja. Perbaikan kinerja
UKM dilaksanakan secara berkesinambungan.
c. Pelaksanaan monitoring pencapaian kinerja UKM dilakukan setiap bulan oleh PJ
UKM kepada pelaksana melalui pertemuan yang dilaksanakan maksimal satu
minggu sebelum pelaksanaan minilokakarya bulanan.
Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari
manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai
jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian
manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan
semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk
operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah
pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa
lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak
dapat dipakai lagi.
A. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru),
sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.
B. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.
C. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK)atau purchase order
(PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan
tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa
mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling
uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam
penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian
persediaan ada beberapa syarat, antara lain :
1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi
manajemen , memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas
adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital,
esensial atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut
termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu
kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata
penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara
empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi) waktu
penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh
Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode
tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan
yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan
terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.
D. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.
E. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.
C. TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem menegemen. Dalam upaya
peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang merupakan jawaban dari
dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan pelanggan baik
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan dan
memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang
tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai dengan
pengiriman kartu rekam medis ke masing-masing unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.
2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai dari
anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi,
c. Pelayanan KIA,
d. Pelayanan MTBS, dan
e. Pelayanan KB.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan kegiatan
pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan dari unit
pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari init pelayanan
sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan.
5. Upaya Kesehatan Masyarakat
Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa pendekatan
promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :
a. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan
ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
b. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu
upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta
untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam
berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung
dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
c. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi
dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian
pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
d. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama
lintas sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas
yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan
Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan
Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:
Perubahan/perbaikan).
Tata laksana pelayanan di UPTD PUSKESMAS RAWASARI diawali di loket
pendaftaran, dimana pasien mengambil nomor urut pendaftaran.
Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas),
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan Kartu berobat UPTD
PUSKESMAS RAWASARI.
Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas)
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau kartu identitas lainnya (KTP/SIM).
Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang
tindakan untuk mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau
yang mengantarkan pasien dapat mengurus pendaftaran.
Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.
Petugas pendaftaran mengambil Rekam medis berdasarkan identitas pasien.
Bagi pasien umum (tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan Rekam medis,
pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian pasien diminta menunggu di
depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi,
Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan tindakan, maka wajib
membayar retribusi tindakan sesuai Perda.
Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-masing.
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik,
maka pasien diberikan rujukan internal ke Laboratorium. Setelah dilakukan
pemeriksaan penunjang, pasien kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk
mendapatkan resep sesuai dengan diagnosis penyakit.
» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan
rujukan internal ke unit pelayanan terkait ( missal: pasien dari BP Gigi dengan
Hipertensi, maka dikonsultasikan ke BP Umum).
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah
Sakit, maka pasien diberikan rujukan eksternal ke Rumah Sakit yang dituju.
» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka
pasien mendapatkan resep untuk mengambil obat di ruang obat.
BAB VII
PENUTUP