Anda di halaman 1dari 50

No.

Kode :

No. Revisi :

Tanggal Berlaku :

MANUAL MUTU
PUSKESMAS RAWASARI

Disiapkan oleh : Disyahkan oleh :

Wakil manajemen mutu Kepala Puskesmas Rawasari


Puskesmas Rawasari

Drg. Ekanita Sandi Dr. Juni Haryanto


NIP : 19721225 200212 1 003 NIP : 19730615 200212 1 005

PEMERINTAH KOTA JAMBI


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS RAWASARI
Jl. TP Sriwijaya RT 02 No. 88 Kel Beliung Kec Alam Barajo Kota Jambi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, bahwa hanya kerena dengan
Rahmat-NYA Manual Mutu Puskesmas Rawasari dapat kami susun.

Manual Mutu Puskesmas Rawasari Kota Jambi merupakan acuan dalam upaya
peningkatan mutu penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka. Puskesmas harus dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan. Oleh karena itu
puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan mutu penyelenggaraan pelayanan puskesmas
baik dalam administrasi manajemen puskesmas, pelayanan klinis maupun pelayanan program
puskesmas.

Terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dalam
penyusunan Manual Mutu Puskesmas Rawasari Kota Jambi. Semoga dapat bermanfaat dalam
upaya mempercepat terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh
masyarakat Indonesia.

Jambi, Januari 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan
status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan
sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau
pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis
ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat
dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu paripurna
yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut
mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Meningkatnya pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat menuntut perubahan
pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan Puskesmas secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih
efektif, efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga, maupun masyarakat
dengan tetap mengedepankan keselamatan pasien.
Program peningkatan mutu merupakan program yang wajib direncanakan,
dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjuti diseluruh jajaran yang ada di
Puskesmas, mulai dari kepala Puskesmas, penanggung jawab layanan, dan seluruh
karyawan. Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu Puskesmas Rawasari
yang menjadi acuan dalam pelayanan yang akan dilaksanakan di tahun 2017.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan banyaknya
pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan
dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi
Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber
Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas.
Puskesmas Rawasari adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Jambi
yang melaksanakan Pelayanan Kesehatan di wilayah Kecamatan Alam Barajo dan
sekitarnya yang melayani rawat jalan. Dalam upaya memberikan pelayanannya,
Puskesmas dituntut untuk bisa memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Hal
tersebut didasarkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang baik, lebih ramah
dan lebih bermutu seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan social ekonomi,
ditambah dengan adanya BPJS Kesehatan yang meningkatkan akses pelayanan kesehatan
yang murah dan mudah dijangkau. Meningkatnya tuntutan bias dilihat dengan munculnya
kritik-kritik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap pelayanan yang diberikan.
Maka dari itu, Puskesmas Rawasari perlu menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan mutu pelayanan secara bertahap melalui program upaya peningkatan
mutu.

1. Profil Organisasi
a. Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Rawasari yang terletak di Jl. TP Sriwijaya RT 02 No. 88 Kelurahan
Beliung, Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi, merupakan salah satu Puskesmas di
Kota Jambi dengan luas wilayah 12,9 km2 meliputi 3 kelurahan, dengan jumlah
penduduk 42.826 jiwa.
b. Visi Puskesmas
Menjadikan Puskesmas Rawasari sebagai pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang terpadu dan bermutu menuju layanan prima
c. Misi Puskesmas
1. Memberi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan
2. Meningkatkan mutu sumber daya Puskesmas
3. Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor
4. Melaksanakan sistim informasi kesehatan yang cepat dan tepat
d. Struktur Organisasi Puskesmas
Struktur organisasi Puskesmas Rawasari disusun berdasarkan peraturan
menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas ( Struktur Organisasi
terlampir )
e. Motto
“Memberi pelayanan dengan hati ikhlas, senyum sapa dan sopan (HIS3)”

f. Tata Nilai
R : Ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan rekan kerja
A : Amanah dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh pimpin
W : Wawasan yang luas dalam keilmuan
A : Akurat dalam memeriksa kondisi kesehatan pasien
S : Santun dalam bertutur kata dan bersikap
A : Aman dalam menjalankan tugas baik untuk petugas maupun masyarakat
R : Religius dalam beraktifitas
I : Ikhlas dalam memberikan pelayanan

2. Kebijakan Mutu Puskesmas


1. Komitmen :
“Kami Kepala Puskesmas dan seluruh karyawan Puskesmas Rawasari
berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan. Kami berkomitmen untuk
memperbaiki proses pelayanan berdasarkan fakta baik dari pelanggan internal
maupun eksternal.”
2. Kebikajan Teknis :
Penetapan mutu disusun oleh seluruh jajaran puskesmas dengan pendekatan
multi disiplin, dan dikoordinasikan oleh wakil manajeman mutu. Kebijakan teknis
dalam perbaikan mutu meliputi :
1. Perencanaan Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan
Perorangan di Puskesmas dengan dukungan administrasi dan manajemen.
2. Menetapkan kegiatan manajemen resiko pelayanan UKM dan UKP.
3. Melaksanakan kegiatan evaluasi pelayanan UKM dan UKP
4. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu yang terkoordinasi dari
semua unit kerja dan unit pelayanan.
5. Pengukuran mutu dilaksanakan dengan pemulihan indicator, pengumpulan data,
untuk kemudian dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya peningkatan mutu.
6. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja upaya Puskesmas, dan
indikator klinis yang meliputi indicator struktur, prses dan outcome, dan
indikator-indikator Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
7. Upaya-upaya perbaikan mutu melalui standarisasi pelayanan UKM dan UKP
yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan.
8. Penyusunan standar menggunakan acuan dokumen eksternal yang
didokumentasikan dalam masterlist dokumen eksternal puskesmas Rawasari.
9. Penerapan manajemen resiko pada semua lini layanan baik pelayanan klinis
maupun penyelenggaraan upaya Puskesmas.
10. Manajemen resiko klinis berupa identifikasi, dokumentasi, dan pelaporan serta
penanganan kasus untuk mencegah dan mengelola kejadian tidak diharapkan,
kejadian nyaris cedera, dan keadaan potensial cedera dilakukan secara
berkesinambungan.
11. Program dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pelayanan.
12. Sosisalisasi dan evaluasi perbaikan perilaku petugas yang mencerminkan
budaya keselamatan dan perbaikan dilakukan secara berkesinambungan.
13. Menunjuk ka. TU sebagai penanggung jawab evaluasi perilaku pemberi
layanan.
14. Membentuk dan menunjuk tim pelaksana kegiatan peningkatan mutu pelayanan
klinis dan keselamatan pasien beserta petugas yang berkewajiban melakukan
pemantauan kegiatan.
15. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu disepakati bersama oleh kepala
Puskesmas dan penanggung jawab mutu.
16. Informasi hasil mutu layanan klinis dan keselamatan pasien, monitoring dan
evaluasi disosialisasikan oleh kepala puskesmas dalam rapat puskesmas.

3. Proses Pelayanan
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Jenis pelayanan UKM dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu UKM Esensial
dan UKM Pengembangan.
UKM Esensial adalah UKM yang wajib dilaksanakan, terdiri dari promosi
kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan Ibu, Anak dan
Keluarga berencana yang bersifat UKM, pelayanan gizi yang bersifat UKM, dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
UKM pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas maslah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang berada dimasing-masing Puskesmas.
b. Penyelenggara Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) atau pelayanan klinis adalah
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan. UKP dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan,
dan pelayanan gawat darurat. Kegiatan UKP terdiri dari pelayanan kesehatan umum,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP,
pelayanan gawat darurat, pelayanan gizi yang bersifat UKP, pelayanan kefarmasian
dan pelayanan laboratorium.

B. Ruang Lingkup Penerapan Sistim Manajemen Mutu di Puskesmas


Ruang lingkup Pedoman Peningkatan Mutu dan Kinerja ini disusun berdasarkan
standar akreditasi Puskesmas, yaitu meliputi persyaratan umum sistem manajemen mutu,
tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, proses pelayanan yang terdiri dari
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) baik UKM esensial maupun UKM
pengembangan, dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) / Pelayanan Klinis. Dalam
penyelenggaraan UKM dan UKP memperhatikan keselamatan sasaran/pasien dalam
menerapkan manajemen resiko.

C. Tujuan
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Puskesmas dalam membangun
sistim manajemen mutu baik untuk penyelenggaraan UKM maupun untuk
penyelenggaraan pelayanan klinis (UKP) untuk mencapai :
1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kesehatan di kecamatan Alam Barajo
2. Terwujudnya kemandirian masyarakat di kecamatan Alam Barajo untuk hidup sehat
3. Terwujudnya pelayanan kesehatan di Puskesmas Rawasari yang bermutu, mereta dan
terjangkau
4. Terwujudnya kesehatan indivitu, keluarga dan masyarakat di Kecamatan Alam Barajo
termasuk lingkungannya.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Peningkatan mutu pelayanan merupakan upaya terus menerus untuk mencapai
target baik standar maupun indikator yang lebih baik. Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat, untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan
terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok dan
membina peran serta masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu disini, adalah
upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan (preventif), upaya peningkatan
kesehatan (promotif), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang ditujukan
kepada semua penduduk.
Ruang lingkup peningkatan mutu Puskesmas meliputi :
1. Penyelenggaraan Puskesmas
2. Pengorganisasian
3. Sarana Prasarana
4. Sumber Daya Manusia
5. Proses Pelayanan baik UKP maupun UKM
6. Pelaksanaan Audit dan Evaluasi serta Pencegahaan Kejadian Tidak di
inginkan
7. Upaya perbaikan berkesinambunngan.

E. Landasan Hukum dan Acuan


1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentang
Pnyelenggaraan Laboratorium Puskesmas
4. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter Gigi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Standar Akreditasi Puskesmas dan Instrumen Akreditasi Puskesmas

F. Istilah, Defenisi dan Singkatan


1. Pelanggan
Pelanggan adalah pihak ketiga diluar sistem organisasi yang karena sebab tertentu
membeli barang atau jasa organisasi (https://id.m.wikipedia.org)
2. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah istilah yang menggambarkan tingkat kepuasan yang
dialami pelanggan ketika mengkonsumsi/menggunakan produk/jasa yang
dikeluarkan oleh produsen (http://efisitek.wordpres.com)
3. Pasien
Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis
(https://id.m.wikipedia.org)
4. Koreksi
Koreksi adalah memperbaiki kesalahan (kbbi.web.id)
5. Tindakan korektif
Tindakan korektif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terulangnya
ketidaksesuaian (konsultaniso.web.id)
6. Tindakan preventif
Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang potensial atau situasi potensial yang tidak dikehendaki
(konsultaniso.web.id)
7. Pedoman mutu
Pedoman mutu adalah acuan seluruh pegawai dalam mengimplementasikan sistem
manajemen mutu dengan penekanan adanya perbaikan berkelanjutan yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan (www.bppt.go.id)
8. Dokumen
Dokumen adalah sebuah tulisan yang memuat informasi (https://id.m.wikipedia.org)
9. Rekaman
Rekaman adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah dicapai
atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan (zulkiflinasution.blogspot.com)
10. Efektivitas
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang
dicapai makin tinggi efektifitasnya (https://dansite.wordpres,com)
11. Efisiensi
Efisiensi adalah suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan
dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang
sebenarnya (https://dansite.wordpres,com)
12. Proses
Proses dalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi yang
mengubah input menjadi output (https://id.m.wikipedia.org)
13. Sasaran mutu
Sasaran mutu adalah target dari masing-masing bagian/departemen yang ingin
dicapai dalam jangka waktu tertentu (https://sertifikaso.wordpres.com)
14. Perencanaan mutu
Perencanaan mutu adalah aktivitas pengembangan produk dan proses yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan peanggan (fitrielek.blogspot.com)
15. Kebijakan mutu
Kebijakan mutu adalah kebijakan resmi dan tertulis dari manajemen perusahaan
tentang komitmen perusahaan dalam memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-
aspek mutu dalam aktifitas keseharian organisasi (konsultaniso.web.id)
16. Sarana
Sarana adalah sega;a sesuati yang dapat dipakai sebagai alat mencapai maksud dan
tujuan (kbbi.web.id)
17. Prasarana
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
suatu proses (kbbi.web.id)
Singkatan-singkatan

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan


CST : Care Suport and Treatment
DOTS : Directly Observer Treatment Strategy
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
IMS : Infeksi Menular Seksual
IVA : Insepeksi Visual Asetat
KTD : Kejadian Tidak Diharapkan
KTC : Kejadian Tidak Cidera
KPC : Kondisi Potensial Cidera
KNC : Kondisi Nyaris Cidera
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
P3K : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PIO : Pelayanan Informasi Obat
SPO : Standar Operasional Prosedur
UKK : Usaha Kesehatan Kerja
UKGM : Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
UKGS : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
UKBM : Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
UKM : Usaha Kesehatan Masyarakat
VCT : Voluntary Councelling and Testing
BAB II
Sistem Majemen Mutu dan Sistem Penyelenggara Pelayanan

A. Persyaratan Umum
Upaya Peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui
membangun sistem manajemen mutu, penyelenggara upaya kesehatan masyarakat dan
sistem pelayanan klinis Puskesmas Rawasari Kota Jambi menetapkan,
mendokumentasikan, memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan standar
akreditasi Puskesmas. Sistem ini disusun untuk memestikan telah diterapkannya
persyaratan pengendalian terhadap proses-proses penyelenggaraab pelayanan kepada
masyarakat baik penyelenggaraan upaya Puskesmas maupun pelayanan klinis, yang
meliputi kejelasan proses pelayan dan interaksi proses dalam penyelenggaraan
pelayanan, kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumber daya, penyelenggaraan
pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang berdasarkan analisis hasil survey
kebutuhan masyarakat/pelanggan baik internal maupun eksternal, verifikasi terhadap
rencana yang disusun, pelaksanaan pelayanan, dan verifikasi terhadap proses pelayanan
dan hasil-hasil yang dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan yang
berkesinambungan.
a. Kepala Puskesmas
1. Menetapkan sistem manajemen mutu Puskesmas
2. Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap keputusan strategis untuk
pelaksaan sistem kinerja setiap proses yang ada dalam pelayanan kesehatan di
Puskesmas
3. Memastikan ketersediaan sumber daya baik manusia, alat serta bangunan dan
informasi yang dibutuhkan untuk mendukung semua proses

b. Ketua tim mutu Puskesmas


1. Menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu puskesmas
2. Memastikan bahwa persyaratan umum dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu
Puskesmas dimengerti dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan

c. Koordinator pelayanan klinis, administrasi manajemen/Ka TU dan coordinator upaya


Puskesmas
1. Bertanggung jawab dalam penerapan dalam penerapan dan pemeliharaan sistem
yang berrada dibawah tanggung jawab
2. Memastikan untuk mengukur, memantau dan menganalisis proses yang terkait
dengan unit masing-masing
3. Melakukan tindakan pebaikan dan tindakan pencegahan serta melakukan perbaikan
terus menerus

d. Kebijakan
Sistem mutu puskesmas merupakan penjabaran, penerapan kebijakan pemerintah
tentang pelayanan kesehatan pada masyarakat yang didasarkan pada peraturan
pemerintah, peraturan daerah dan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
2. Surat Keputusan walikota Jambi
3. Peraturan walikota Jambi

e. Puskesmas menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan


memperbaiki secara berkesinambungan sistem manajemen mutu puskesmas
1. Mengidentifikasi proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan
aplikasinya
2. Menerapkan urutan dan interaksi antar proses tersebut di dalam proses pelayanan
3. Menetapkan kriteria dan metode yang diperlukan untuk memeastikan bahwa baik
operasional maupun pengendalian proses-proses berjalan efektif
4. Mamastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk
mendukung operasional dan pemantauan proses pelayanan dan hasilnya
5. Mamantau, mengukur dan menganalisis proses-proses dan hasilnya
6. Menerapkan tindakan yang perlu untuk mencapai hasil yang sesuai dengan yang
direncanakan serta perbaikan berkesinambungan
7. Menerapkan seluruh persyaratan sistem manajemen mutu Puskesmas

f. Dokumen terkait
Seluruh dokumen yang berlaku sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi akreditasi
Puskesmas
B. Pengendalian Dokumen
Kepala Puskesmas menetapkan pedoman pengendalian dokumen di Puskesmas Rawasari
1. Kebijakan pengendalian dokumen meliputi pengelolaan dokumen surat menyurat,
dokumen eksternal, dokumen/arsip inaktif, master dokumen, fotocopi dokumen dan
kelompok dokumen
2. Format-format yang distandarkan meliputi : format SOP, rujukan eksternal,
persetujuan tindakan, surat keterangan sakit, penolakan rujukan eksternal, rekam
medic pasien rawat jalan umum, rekam medic pasien rawat jalan gigi.
3. Penerapan pengendalian dokumen meliputi :
4. Pengkodean dokumen kelompok layanan, penyimpanan dokumen/arsip dan sistem
penomoran

C. Pengendalian Rekam Implemantasi


Rekam implementasi pelaksanaan kegiatan disimpan oleh pelaksana kegiatan dan
penanggung jawab program. Kepala puskesmas menetapkan pedoman pengendalian
rekaman di Puskesmas Rawasari
1. Pengendalian rekaman dengan sistem pengelolaan rekaman/bukti pelaksanaan
kegiatan yang meliputi sistem pengkodean maupun penyimpanan rekaman baik
rekaman pelayanan maupun rekaman kegiatan program
2. Penerapan pengendalian rekaman meliputi pengkodean rekaman kelompok layanan
dan penyimpanan rekaman/arsip

D. Perencanaan dan Pelaksanaan


Pimpinan Puskesmas menetapkan sasaran mutu pada semua unit (UKM,UKM dan
Manajemen). Dalam mencapai Sasaran Mutu tersebut seluruh kegiatan UPTD
PUSKESMAS RAWASARI dibuat dalam bentuk rencana kerja yang berupa Rencana
Kerja, Waktu Pelaksanaan, dan Anggarannya, yang ditetapkan secara tahunan yang
bersifat dinamis dan senantiasa dikembangkan untuk mempercepat pencapaian sasaran
mutu.
Rencana Kerja tersebut dilaksanakan dengan Kerangka Acuan yang jelas, dimonitor,
dianalisa dan dilakukan tindakan penyesuaian yang diperlukan untuk menjamin bahwa
kinerja proses sesuai dengan Rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal terjadi perubahan
terhadap sistem manajemen mutu yang telah ditetapkan maka integritas sistem
manajemen mutu dalam pencapaian Kebijakan dan Sasaran Mutu harus makin efektif.
E. Produk Pelayanan
Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
1. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

F. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan
dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan
yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai
dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.
G. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai dari
anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a Pelayanan Umum,
b Pelayanan Gigi,
c Pelayanan KIA,
d Pelayanan MTBS, dan
e Pelayanan KB.

H. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan kegiatan
pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan dari unit
pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari init pelayanan
sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.

I. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan.

J. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa pendekatan
promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah.
Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
2. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu upaya
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit,
menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam
berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia,
dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung
dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

3. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.
Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

4. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)


Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas
sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

5. Upaya Perbaikan Gizi


Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas
yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang
Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat. Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa
hasil; Action: Perubahan/perbaikan).
BAB III
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

A. Komitmen Manajemen
Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen mutu, penanggung jawab upaya,
penanggung jawab klinis, dan seluruh staf puskesmas bertanggung jawab untuk
menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada manual mutu ini.
a. Kepala Puskesmas
1. Menetapkan pernyataan kebijakan mutu dan sarana mutu kinerja
2. Mengadakan tinjauan manajemen secara berkala
3. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penerrapan sistem manajemen
mutu
4. Memastikan seluruh persyaratan pelanggan dan peraturan yang terkait dengan
pelayanan telah dipahami oleh pihak terkait
5. Memastikan adanya pengembangan dan perbaikan berkesinambungan di dalam
sistem manajemen mutu puskesmas.
b. Ketua Tim Mutu
Memastikan kebijakan dan Sasaran Mutu Kinerja Puskesmas dipahami oleh karyawan
c. Koordinator pelayanan klinis, Administrasi Manajemen/Ka. TU dan koordinator
Upaya Puskesmas mensosialisasikan kebijakan mutu dan sasaran mutu kinerja kepada
karyawan terkait. Baik lintas progam maupun lintas sektoral
d. Kebijakan
1. Kepala puskesmas memlikiki komitmen terhadap pengembangan penerapan dan
peningkatan terus menerus terhadap memperbaiki keefektifannya.
2. Mengkomunikasikan kepada seluruh kepala unit kerja terkait dan seluruh
karyawan tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan
lainnya.
3. Menetapkan kebijakan mutu puskesmas dan memeastikan sasaran mutu kinerja
terpenuhi
4. Memimpin tinjauan manajemen yang dilaksanakan dengan rapat tinjauan
manajemen dan minimal dilaksanakan satu kali dalam enam bulan.
5. Memastikan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan meliputi sumber daya
manusia, peralatan kesehatan dan pengobatan, obat-obatan dan infrastruktur.
e. Dokumen terkait
1. Kebijakan mutu dan sasaran mutu kinerja Puskesmas
2. SPO Rapat Tinjauan manajemen

B. Fokus pada Sasaran /Pasien


Pelayanan yang disediakan oleh puskesmas dilakukan dengan berfokus pada
pelanggan. Pelanggan dilibatkan mulai dari identifikasi kebutuhan dan harapan
pelanggan, perencanaan penyelenggaraan upaya puskesmas dan peayanan klinis,
pelaksanaan pelayanan, monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut pelayanan.
UPTD puskesmas Rawasari buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu.

No
Jenis pelayanan Waktu
.
1. Pelayanan loket Senin-Kamis : 08.00 - 13.00 WIB
Jumat : 08.00 – 10.30 WIB
Sabtu : 08.00 – 11.30 WIB
2. Pelayanan Poli umum dan pelayanan Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
tindakan Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
3. Pelayanan Gigi Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
4. Pelayanan MTBS, Tumbuh Kembang dan Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
5. pelayanan konsultasi Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
(Gizi, Kesehatan Lingkungan, Berhenti Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Merokok, Lansia) Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
6. Pelayanan KIA / KB Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
7. Pelayanan IMS dan VCT Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
8. Pelayanan Laboratorium Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
9. Pelayanan Obat Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
10. Pelayanan administrasi dan TU Senin-Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jumat : 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB
C. Kebijakan Mutu
1. Kepala puskesmas dan seluruh jajaran Penanggung Jawab Unit pelayanan wajib dan
Pengembangan berpartisipasi dalam pengelolaan kegiatan manajemen mutu di
Puskesmas Rawasari mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Para penanggung jawab program wajib dan pengembangan melakukan kolaborasi
dengan tim manajemen mutu dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan perbaikan
mutu dan kinerja Puskesmas Rawasari yang diselenggarakan diseluruh jajaran dan
wilayah kerja Puskesmas Rawasari.
3. Pengelolaan kegiatan perbaikan mutu puskesmas dilakukan dengan pendekatan
multidisipliner dan dikoordinir oleh Tim Manajemen Mutu Puskesmas.
4. Pengelolaan perbaikan mutu berisi paling kurang :
a. Perencanaan dan pengelolaan kegiatan perbaikan mutu Puskesmas serta indicator
mutu disusun dan ditetapkan sesuai dengan tata nilai, visi misi dan tujuan
puskesmas dengan pendekatan multidisipliner dan koordinir oleh ketua tim
manajemen mutu puskesmas.
b. Data pelaksanaan kegiatan mutu puskesmas dibuatkan pelaporannya secara
berkala sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Kebijakan kegiatan perbaikan mutu merupakan salah satu kegiatan prioritas
puskesmas.
d. Kegiatan perbaikan mutu dan kinerja terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit
pelayanan terkait melalui

D. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian Sasaran Kinerja /Mutu


Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/standar pelayanan minimal
yang meliputi indicator-indikator pelayanan klinis, indicator penyelenggaraan upaya
puskesmas. Perencanaan disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan
pelanggan hak dan kewajiban pelanggan, serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja
yang ditetapkan. Perencanaan mutu Puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-
program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi :
1. Penilaian dan peningkatan kinerja baik UKM maupun UKP
2. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan pasien
3. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas
4. Penilaian kontrak/kerjasama pihak ketiga
5. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan pasien
6. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium
7. Peningkatan mutu pelayanan obat
8. Pendidikan dan pelatihan karyawan tetang mutu dan keselamatan pasien

E. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi


Kepala Puskesmas :
1. Kepala puskesmas menetapkan Penanggung Jawab Manajemen Mutu dengan
kejelasan tugas dan wewenang
2. Kepala puskesmas bersama Penanggung Jawab Mutu dan Penanggung Jawab Upaya
Puskesmas menyusun Pedoman Peningkatan Mutu dan Kinerja
3. Kepala Puskesmas wajib memonitorpelaksanaan dan pencapaian pelaksanaan
pelayanan dan upaya Puskesmas, dan mengambil langkah tindak lanjut untuk
revisi/perbaikan rencana bila diperlukan.

Wakil Manajemen Mutu/Penanggung Jawab Mutu :


Tanggung jawab : merumuskan, mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan
manajemen mutu di puskesmas.
Wewenang :
1. Menyusun pedoman manual mutu puskesmas
2. Membantu kepala puskesmas dalam pengendalian layanan

Tugas :
1. Menyusun rencana manajemen mutu setiap tahunnya
2. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan sistem manajemen mutu
3. Melakukan koordinasi penyusunan sistem manajemen mutu
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan dokumen / rekaman
5. Melaksanakan dan mengkoordinasikan administrasi sistem manajemen mutu
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan audit internal / eksternal
7. Melaporkan hasil pelaksanaan audit
8. Mengkoordinir kegiatan tinjauan manajeman
9. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala puskesmas
Penanggung Jawab UKM/UKP :
1. Berperan aktif dalam penyusunan Pedoman Peningkatan Mutu dan Kinerja
2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pencapaian indicator mutu/kinerja yang telah
ditetapkan secara periodic (mulai pengumpulan data hingga analisis)
3. Melakukan analisis penyebab masalah dan menggali umpan balik dari
masyarakat/pelanggan tentang mutu pelayanan
4. Memberikan masukan kepada tim manajemen mutu masalah yang ditemukan sebagai
masukan RTM
5. Mengikuti RTM secara aktif dan melaksanakan tindak lanjut terhadap hasil/masalah
yang tidak sesuai.

Audit Internal :
1. Mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat dan pada klien
sesuai dengan SOP
2. Mencari dan menemukan solisi dari masalah yang timbul dari pelayanan yang tidak
sesuai dengan SOP
3. Melaksanakan monev terhadap pelayanan yang sudah di audit

Penanggung jawab Pengaduan Masyarakat


1. Mendokumentasi pengaduan masyarakat yang disampaikan melalui kotak saran, WA,
sms dan pengaduan yang disampaikan secara langsung baik forum resmi maupun
tidak resmi
2. Membuat skala prioritas masalah pengaduan masyarakat ke Puskesmas pada rapat
internal tim mutu
3. Melaporkan hasil rapat internal tim mutu ke kepala Puskesmas untuk menindak lanjuti
pemecahan masalah

F. Wakil Manajemen Mutu/Penanggung Jawab Manajemen Mutu


Kepala Puskesmas menunjuk seorang wakil manajemen mutu yang bertanggung jawab
untuk mengkoordinir seluruh kegiatan mutu di Puskesmas :
1. Memastikan system manajemen mutu ditetapkan, diimplementasikan, dan dipelihara
2. Malaporkan kepada kepala Puskesmas tentang efektifitas penerapan dari system
manajemen mutu dan kinerja pelayanan
3. Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap kebutuhan dan harapan
sasaran/pasien
4. Sebagai penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan system
manajemen mutu Puskesmas

G. Komunikasi Internal
Komunikasi internal antara Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab Mutu, Penanggung
Jawab Upaya, dan seluruh karyawan dilakukan melalui :
1. Minilokakarya bulanan, yang dilaksanakan setiap bulan dengan mengikutsertakan
seluruh karyawan Puskesmas.
2. Pertemuan tinjauan manajemen (RTM) yang dilaksanakan enam bulan sekali,
dan/atau bila diperlukan.
3. Apel pagi yang dipimpin langsung oleh Kepala Puskesmas atau petugas lain sesuai
pendelegasian wewenang.
4. Telephon, sms dan media sosial lainnya
BAB IV
TINJAUAN MANAJEMEN

A. Umum
Dalam upaya peningkatan mutu perlu dilakukan pembahasan bersama antara
manajemen dan pelaksana tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
implementasi sistem manajemen mutu, pencapaian sasaran/indicator mutu dan kinerja
serta umpan balik masyarakat/pelanggan tentang mutu/kinerja Puskesmas. Pembahasan
masalah mutu dan kinerja dapat dilakukan dalam unit kerja, antar unit kerja untuk
masalah-masalah yang bersifat teknis dan operasional yang dilakukan baik terjadual
(minimal dua kali dalam setahun) maupun incidental sesuai dengan kebutuhan.
Permasalahan mutu, kinerja dan permasalahan yang terjadi dalam penerapan sistem
manajemen mutu secara periodik juga perlu dibahas bersama yang melibatkan seluruh
jajaran yang ada dalam organisasi. Pembahasan tersebut dilakukan dalam pertemuan
tinjauan manajemen atau pertemuan telaah manajemen mutu dan kinerja. Pertemuan
tinjauan manajemen adalah proses evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas
penerapan sistem manajemen mutu yang dilakukan secara berkala dan melibatkan
berbagai pihak yang terkait dengan operasional kegiatan organisasi.

B. Masukan Tinjauan Manajemen


Memastikan masukan dari tinjauan manajemen sebagai agenda rapat meliputi :
1. Hasil audit baik internal maupun eksternal
2. Umpan balik pelanggan (keluhan pelanggan dan hasil pengukuran kepuasan
pelanggan)
3. Kinerja proses dan kesesuaian hasil pelayanan
4. Pencapaian sasaran-sasaran mutu / indicator-indikator kinerja
5. Status tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang telah/sedang dilakukan
6. Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu/sebelumnya
7. Kebijakan mutu dan kebijakan pelayanan/upaya puskesmas
8. Perubahan terhadap kebijakan mutu (jika ada)
9. Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen mutu/sistem
pelayanan/penyelenggaraan upaya Puskesmas
C. Luaran Tinjauan Manajemen
Hasil yang diharap dari tinjauan manajemen adalah keputusan dan tindakan yang
berhubungan dengan :
1. Peningkatan efektifitas sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan
2. Peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan pelanggan
3. Identifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan baik pada sistem manajemen mutu
maupun sistem pelayanan
4. Penyediaan sumber daya yang perlu dilakukan agar sistem manajemen mutu dan
sistem pelayanan efektif

D. Agenda Pertemuan Tinjauan Manajemen


1. Pembukaan oleh Wakil Manajemen Mutu
2. Arahan dari Kepala Puskesmas
3. Tinjauan terhadap pertemuan tinjauan manajemen yang lalu
4. Perubahan hasil audit internal
5. Umpan balik/keluhan pelanggan
6. Hasil penilaian keputusan pelanggan
7. Hasil penilaian kinerja
8. Masalah-masalah operasional yang terkait dengan penerapan sistem mamnajeman
mutu, penyelenggaraan pelayanan (UKP dan UKM)
9. Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan baik pada sistem manajemen
mutu maupun sistem pelayanan (UKP dan UKM)
10. Rekomendasi peerbaikan
11. Penutup

E. Langkah-langkah Pertemuan Tinjauan Manajemen


1. Penanggung jawab manajeman mutu bersama Kepala Puskesmas mempersiapkan
pertemuan tianjauan manajemen yang meliputi : rencana waktu, tempat, agenda, dan
siapa saja yang akan diundang
2. Penanggung jawab manajemen mutu mengundang peserta pertemuan
3. Penanggung jawab manajemen mutu memimpin pertemuan tinjauan manajemen :
melaksanakan sesuai agenda, memimpin proses paparan/diskusi selama pertemuan
berlangsung
4. Penanggung jawab manajeman mutu memberikan umpan balik/simpulan kepada
peserta rapat
5. Penanggung jawab manajemen mutu melakukan pemantauan perbaikan sesudah
pertemuan tinjauan manajemen
BAB V
MANAJEMEN SUMBER DAYA

A. Penyedian Sumber Daya


Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan
(private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).
Standar alat dan fasilitas terlampir. Sesuai lampiran SK Permenkes no. 75 2014
Kepala Puskesmas berkewajiban menyediakan sumber daya yang dibutuhkan
untuk penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas. Penyediaan sumber daya meliputi : alat
kesehatan, obat dan pembekalan kesehatan yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan
UKM maupun UKP/pelayanan klinis.

1. Alat kesehatan
a. Analisa kebutuhan dengan membandingkan antara standar alat kesehatanyang
harus dimiliki oleh Puskesmas sesuai peraturan yang berlaku dengan ketersediaan
yang ada di Puskesmas
b. Selisih adalah kekurangan alat kesehatan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota
Jambi untuk rencana pengadaan atau pengadaan sendiri oleh Puskesmas sesuai
peraturan yang berlaku
c. Alat yang telah dibeli dan diterima oleh Puskesmas dikelola oleh
bendahara/pengurus barang (Buku Iventaris, dan Kartu Inventaris Barang)
d. Alat diserahkan ke Petugas/unit yang membutuhkan, disertai pelatihan cara
penggunaan dan pemeliharaan alat (lengkap dengan SPO pemakaian, SPO
pemeliharaan, jadual pemeliharaan).
2. Obat dan perbekalan kesehatan
Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan berdasarkan jenis kesehatan
dan besarnya sasaran/target, yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan UKM maupun
UKP/Pelayanan Klinis. Besarnya kebutuhan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota
Jambi, atau melalu pembelian sendiri dengan anggaran yang ada di Puskesmas sesuai
peraturan yang berlaku.

B. Manajemen Sumber Daya Manusia


Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk menyediakan sumber daya manusia yang
dibutuhkan menetapkan standar kompetensi, menganalisis kompetensi, menyediakan
pola ketenagaan dan mengembangkan potensi karyawan.
Kebijakan mutu sumber daya manusia yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas wajib
disosialisasikan oleh tim manajemen mutu kepada seluruh pegawai Puskesmas.
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan dilakukan dengan melakukan analisis kebutuhan berdasarkan
analisis jabatan dan beban kerja sehingga muncul pola ketenagaan yang ada dan
kebutuhan tenaga baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Jenis pendidikan, dan
Kompetensi).
2. Proses pemenuhan kebutuhan
Proses rekrutmen tidak bias dilakukan sendiri oleh Puskesmas, sehingga kebutuhan
tenaga tersebut hanya diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk
pemenuhannya, termasuk proses kredensialnya menjadi kewenangan Dinas
Kesehatan Kota Jambi. Proses pemenuhan yang menjadi kewenangan Dinas
Kesehatan Kota jambi meliputi rekrutmen, kredensial, dan pelatihan atau
peningkatan kompetensi yang seharusnya.
3. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan dengan menetapkan tugas pokok dan fungsi masing-
masing pegawai dengan SK Kepala Puskesmas baik tugas secara fungsional maupun
tugas secara struktural/pemegang program seperti yang tertuang dalam struktur
organisasi Puskesmas yang telah ditetapkan dalan Permenkes Nomor 75 tahun 2014.
4. Pengarahan dan pengendalian petugas dilakukan melauli kegiatan monitoring dan
evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan tugas masing-masing pegawai dalam
kegiatan minilokakarya, dll. Hal ini dilakukan juga dalam rangka meningkatkan
koordinasi dan pengintegrasian kegiatan antar petugas maupun antar unit
kerja/pelayanan.
C. Infrastruktur
Manajemen infrastruktur dengan penjadwalan kegiatan pemeliharaan/perawatan
berkala oleh tenaga yang berkompeten, missal untuk alat kesehatan maka tanggung
jawab petugas dengan pendidikan ATEM, mebeuler dan alat kantor lainnya oleh teknisi,
dan gedung perkantoran serta sejenisnya oleh tenaga kebersihan.
Jadwal dipasang disetiap ruang dan setiap petugas yang telah melakukan
pemeliharaan wajib mengisi jadwal tersebut sebagai bukti pemeliharaan dan pemeriksaan
infrastruktur telah dilakukan.

D. Lingkungan Kerja
Upaya memelihara lingkungan kerja tetap aman, hijau, dan bersih serta
mengupayakan penghematan dilakukan dengan mengadakan tenaga khusus kebersihan,
yang telah diberikan uraian tugas dan jadwal kegiatan yang jelas. Pemantauan
pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan monitoring melalui checklist kegiatan yang
harus diisi oleh petugas setiap selesai melaksanakan kegiatan. Monitoring dapat
dilakukan langsung oleh penanggung jawab dengan melakukan pemeriksaan kondisi
kebersihan, ketertiban dan keamanan lingkungan Puskesmas.
BAB VI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN

A. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)


1. Perencanaan UKM, akses dan pengukuran kinerja kerja
Perencanaan kegiatan UKM :
a. Berdasarkan pencapaian indicator UKM tahun sebelumnya, umpan balik
masyarakat/sasaran, analisis kebutuhan masyarakat, peluang
pengembangan/inovasi, dan kebijakan Kabupaten/Provinsi
b. Seluruh data/informasi tersebut dibahas bersama antara Penanggung Jawab UKM
dan pelaksana upaya untuk menyusun kegiatan UKM
c. Usulan kegiatan UKM disusun dalam format RUK/UKM yang memuat
5W1H(what, who, why, when, where, how).
d. Usulan tersebut sebagai bahan pembahasan perencanaan tingkat puskesmas oleh
Tim PTP
e. Untuk perencanaan tahun berjalan setelah diketahui persetujuan anggaran,
dilakukan bersama antara PJ UKM dan pelaksaan dengan skala prioritas yang
digunakan untuk penentuan/pemilihan kegiatan
f. Kegiatan terpilih disusun dalam bentuk RPK UKM yang disertai POA bulanan

Akses UKM :
a. Rencana kegiatan yang telah tertuang dalam RPK dan POA
disosialisasikan/komunikasikan kemasyarakat sasaran melalui pertemuan
minilokakarya bulanan/lintas program, minilokakarya lintas sektor, pertemuan
lintas sektor tingkat Kecamatan, atau melalui media (brosur/leaflet/papan
pengumuman)
b. Kepastian pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal yang dilakukan, dan
menginformasikan bila terjadi perubahan jadwal kegiatan.
c. Informasi umpan balik (mutu/kinerja, kepuasan sasaran) diperoleh melalui
smsm, kotak saran, SMD/MMD, survey kepuasan, atau wawancara langsung
setelah pelaksanaan kegiatan
Pengukuran Kinerja UKM :
a. Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan indikator-indikator kinerja yang
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas untuk masing-masing UKM di Puskesmas,
mengacu kepada SPM Kabupaten dan kebijakan Dinkes Kabupaten/Kota
b. Penanggung jawab UKM bersama dengan pelaksana menyusun rencana perbaikan
kinerja berdasarkan hasil monitoring dan penilaian kinerja. Perbaikan kinerja
UKM dilaksanakan secara berkesinambungan.
c. Pelaksanaan monitoring pencapaian kinerja UKM dilakukan setiap bulan oleh PJ
UKM kepada pelaksana melalui pertemuan yang dilaksanakan maksimal satu
minggu sebelum pelaksanaan minilokakarya bulanan.

2. Proses yang berhubungan dengan sasaran


a. Penetapan persyaratan sasaran
Penetapan sasaran kegiatan UKM dilakukan berdasarkan pedoman program
masing-masing UKM dengan mempertimbangkan peta masalah berbasis wilayah
(by name by address).
b. Tinjauan terhadap persyaratan sasaran
Pelaksa kegiatan melakukan tinjauan persyaratan sasaran kegiatan sebelum dan
setelah kegiatan, untuk mengevaluasi ketepatan sasaran kegiatan. Apabila terjadi
ketidaktepatan sasaran maka pelaksana segera melakukan tindakan preventif jika
kegiatan belum dilaksanakan dengan mengubah sasaran, atau tindakan korektif
pada kegiatan berikutnya.
c. Komunikasi dengan sasaran
Komuikasi kepastian jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh pelaksana
UKM terhadap masyarakat/sasaran melalui surat resmi, atau kunjungan
koordinasi. Apabila terjadi perubahan jadwal dikomunikasikan melalui sms atau
telephone.

3. Pembelian (jika ada)


4. Penyelenggaraan UKM
a. Pengendalian proses penyelenggaraan upaya
- Pengendalian proses pelaksanaan UKM dilakukan dengan menetapkan
pedoman panduan program, kerangka acuan program/kegiatan dan SOP
pelaksanaan kegiatan.
- Penanggung jawab UKM memastikan jadwal kegiatan dan petugas pelaksana
yang kompeten.
b. Validasi proses penyelenggaraan upaya
- Pelaksanamenyusun laporan pelaksanaan kegiatan UKM kepada penanggung
jawab UKM maksimal satu minggu setelah kegiatan
- Penanggung jawab UKM memeiksa laporan apakah selaras dengan kebijakan,
pedoman/panduan, kerangka acuan dan SOP kegiatan
- Secara sampling dan berkala Penanggung jawab melakukan observasi
pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan ceklist/daftar tilik
c. Identifikasi dan mampu telusur
Penanggung jawab dan pelaksana upaya bertanggung jawab atas proses
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut seluruh kegiatan termasuk
pendokumentasian rekaman. Sehingga penanggung jawab dan pelaksana setiap
upaya mampu mengidentifikasi dan amampu telusur atas seluruh kegiatan
masing-masing upaya, baik telusur sistem maupun telusur dokumen
d. Hak dan kewajiban sasaran
Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya akan menetapkan hak dan kewajiban
sasaran setiap upaya yang diselenggarakan. Penetapan hak dan kewajiban sasaran
disusun bersama dan ditetapkan dengan SK Kepala Puskesmas.
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika ada)
f. Manajemen risiko dan keselamatan
Manajemen risiko adalah proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya risiko yang bias
terjadi dalam setiap kegiatan
Proses manajemen risiko dalam pelayanan UKM meliputi menetapkan lingkup
manajemen dengan kriteria 3H1P (high risk, high volume, high cost, potensial
problem), kajian risiko/rist assessment (identifikasi risiko, analis risiko, evaluasi
risiko). Hasil evaluasi risiko untuk menentukan perlu atau tidak tindakan
perbaikan/tindak lanjut. Tindakan perbaikan bias berupa perbaikan input, proses
atau perbaikan output.
Analisis risiko dilakukan terhadap prosedur pelayanan di area prioritas, dengan
menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) atau Analisis
Modus Kegagalan dan dampaknya (AMKD). Risiko yang telah teridentifikasi
kemudian ditetapkan tindakan preventif atau pencegahan agar kegagalan yang
dimungkinkan tidak terjadi.

5. Pengukuran, analisis dan penyempurnaan Sasaran Kinerja UKM


a. Umum
Dalam rangka monitoring dan evaluasi mutu dan kinerja UKM, maka perlu
ditetapkan sebuah indicator yang bisa diukur dan menggambarkan suatu kondisi
sebenarnya dari hasil proses kegiatan.
b. Pemantauan dan pengukuran
1) Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan dinilai menggunakan kuesioner terhadap sasaran setiap
UKM secara berkala minimal satu tahun sekali. Kepuasan pelanggan
dilakukan untuk mengetahui mutu layanan UKM dari aspek kepuasan
pelanggan. Kuesioner dibagikan kepada pelanggan UKM melalui pertemuan
atau langsung setelah kegiatan usai. Data diolah, dan dianalisis menjadi
informasi tinkat kepuasan pelanggan UKM. Hasil analisis tersebut
diinformasikan kepada pelanggan UKM melalui desinformasi pada saat
pertemuan/kegiatan UKM atau melaui pemasangan di papan informasi.
2) Audit internal
Audit akan dilakukan secara berkala sepanjang tahun terhadap prosedur,
sasaran prasarana, SDM dan hasil pada unit-unit pelayanan yang di
prioritaskan dan di tetapkan setiap tahunnya. Audit internal dilakukan
minimal satu bulan setelah implementasi dari SOP yang ditetapkan, dan
diulang kembali untuk jangka waktu minimal 2 tahun. Tahap pelaksanaan
audit internal adalah, penjadwalan, penyusunan instrument, penetapan
petugas, sosialisasi jadwal, pelaksaan audit, analisis data, dan pembahasan
penyusunan tindak lanjut. Hasil/tindak lanjut audit internal menjadi bahan
masukan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM).
3) Pemantauan dan pengukuran proses
Pemantauan dan pengukuran proses dilakukan sepanjang kegiatan/proses
untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan,
pedoman/panduan, kerangka acuan dan SOP upaya yang telah ditetapkan,
termasuk ketaatan terhadap jadwal. Jika saat monitoring proses diidentifikasi
penyimpangan atau kecenderungan tidak tercapainya tujuan, maka bisa segera
dilakukan perbaikan. Perbaikan yang bisa dilakukan meliputi perbaikan
jadwal, perbaikan metode, sasaran, SOP, dll. Perbaikan ditujukan untuk
melakukan tindakan korektif sehingga tujuan atau kinerja yang ditargetkan
akan tetap tercapai.
Pemantauan dilakukan secara berkala dan terintegrasi lintas program, melalui
pertemuan minilokarya internal/bulanan, dan minilokarya lintas sektor ( 3
bulan sekali ) dengan menggunakan indicator kinerja proses yang ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas pada awal tahun.
4) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
Pemantauan dan pengukuran hasil layanan dengan menggunakan indicator
kinerja/SPM dilakukan di akhir tahun untuk mengetahui apakah target
tercapai, dan bandingkan kecenderungan dengan pencapaian tahun
sebelumnya (menurun, meningkat, tetap).
c. Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
Apabila terdapat indicator/hasil UKM yang tidak sesuai, maka peerlu dilakukan
penetapan ulang target untuk tahun sebelumnya dengan memperhatikan rencana
lima tahunan.
d. Analisis data
Hasil yang tidak sesuai atau tidak tercapain dilakukan analisis penyebab masalah,
dengan tahapan identifikasi masalah, tetapkan masalah prioritas, tentukan
penyebab masalah, tentukan alternatif pemecahan masalah, buatkeputusan
pemecahan masalah yang akan direncanakan untuk tahun depan, melalui
mekanisme penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.
e. Peningkatan berkelanjutan
Mekanisme yang harus dilakukan untuk mengendalikan peningkatan
berkelanjutan dengan manajemen mutu dengan tahapan/siklus : perencanaan,
pelaksanaan, analisis, dan tindak lanjut untuk semua penyelanggaraan secara
terus menerus.
f. Tindakan korektif
Hasil audit internal, hasil monitoring indicator kinerja, dan indicator mutu dapat
dilakukan tindakan korektif untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
g. Tindakan prefentif
Dari hasil analisis masalah tersebut diidentifikasi penyebab kegagalan tahun
sebelumnya, sehingga saat perencanaan perlu ditentukan kegiatan antisipatif agar
kegagalan tidak terulang kembali.

B. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) / Pelayanan Klinis


1. Perencanaan pelayanan klinis
Rencana tindakan dan pengobatan serta layanan terpadu jika diperlukan penanganan
oleh tim kesehatah antar profesi disusun dengan tujuan yang jelas, terkoordinasi, dan
melibatkan pasien/keluarga. Rencana layanan klinis disusun bersama pasien dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, social, spiritual, dan tata nilai budaya
pasien. Passien/keluarga diberi peluang untuk bekerja sama dalam menyusun rencana
layanan klinis yang akan dilakukan. Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan
layanan yang melibatkan timkesehatan. Rencana pelayanan terpadu meliputi : tujuan
layanan yang akan diberikan, pendidikan kesehatan pada pasien dan atau keluarga
pasien, jadwal kegiatan, sumber daya yang digunakan, dan kejelasan tanggung
tanggung tiap anggota tim kesehatan dalam melaksanakan layanan.

2. Proses yang berhubungan dengan pelanggan :


a. Hak dan kewajiban pasien, keluarga, dan petugas dipertimbangkan dan
diinformasikan pada saat pendaftaran.
b. Tahapan layanan klinis diinformasikan kepada pasien untuk menjamin
kesinambungan layanan
c. Pasien punya hak untuk mengambil keputusan terhadap layanan yang akan
diperoleh.
d. Persetujuan tindak medik diminta sebelum pelaksanaan tindakan bagi yang
membutuhkan persetujuan tindakan medic.
e. Pasien/keluarga pasien mempunyai untuk memperoleh informasi tentang rencana
rujukan
f. Pasien/keluarga pasien memperoleh penjelasan yang memadai tentang tindak
lanjut layanan saat pemulangan atau saat dirujuk kesana kesehatan yang lain.
3. Pembelian / Pengadaan barang terkait dengan pelayanan klinis :
a. Proses pembelian
Dilakukan proses pembelian barang sesuai prosedur belanja barang yang
ditetapkan
b. Verifikasi barang yang dibeli
Dilakukan proses verfikasi barang yang dibeli sesuai prosedur oleh petugas
pembelian dan petugas penerima barang.
c. Kontrak dengan pihak ketiga
Pengelola menjamin bahwa penyelenggaraan oleh pihak ketiga memnuhi standar
yang berlaku. Terdapat dokumen kontrak yang jelas dengan pihak ketiga dan
pengelola dengan spesifikasi pekerjaan yang jelas dan memenuhi standar yang
berlak, dilaksanakan sesuai dengan rencana dan menaati peraturan perundangan
yang berlaku. Kinerja pihak ketiga dimonitor dan dievaluasi untuk menilai
kesesuaian terhadap kontrak/perjanjian kerjasama.

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari
manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai
jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian
manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan
semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk
operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah
pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa
lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak
dapat dipakai lagi.

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :


a. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu
tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan
obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. jumlah pembelian pada periode waktu
c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai
e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi
barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah barang yang
menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan
pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program
pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan
b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun
kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium, untuk
pengadaan di Puskesmas)
c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistic
d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

A. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru),
sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.

B. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

C. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK)atau purchase order
(PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan
tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa
mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling
uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam
penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian
persediaan ada beberapa syarat, antara lain :
1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi
manajemen , memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas
adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital,
esensial atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut
termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu
kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata
penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara
empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi) waktu
penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh
Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode
tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan
yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan
terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.

D. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.
E. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.

4. Penyelenggaraan pelayanan klinis


a. Pengendalian pelayanan klinis
Pelaksanaan layanan dipandu oleh kebijakan, prosedur, dan peraturan yang
berlaku. Pedoman pelayanan dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan layanan
klinis.
b. Validasi proses pelayanan
Hasil pemantauan pelaksanaan layanan digunakan untuk menyesuaikan rencana
layanan. Penilaian dilakukan dengan pengukuran dan analisis terhadap indikator-
indikator klinis yang ditetapkan.
c. Identifikasi dan ketelusuran
Terdapat prosedur identifikasi pasien sebagai upaya menjamin keselamatan dan
mencegah terjadinya kesalahan.
d. Hak dan kewajiban pasien
Hak dan kewajiban pasien, keluarga, dan petugas dipertimbangkan dan
diinformasikan pada saat pendaftaran. Seluruh petugas kesehatan memperhatikan
dan menghargai kebutuhan dan hak pasien selama pelaksanaan layanan.
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan (specimen, rekam medis, dsb)
Terdapat kebijakan dan prosedur penerimaan, pengambilan, dan penyimpanan
spesimen.
f. Manajemen risiko dan keselamatan pasien
Terdapat kebijakan tentang penerapan manajemen risiko klinis, panduan
managemen risiko klinis,analisis, dan tindak lanjut risiko layanan klinis.

5. Peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan pasien :


a. Penilaian indikator kinerja klinis
Disusun indicator kinerja klinis, penilaian pencapaian target, evaluasi berkala,
dan tindak lanjut oleh tim mutu.
b. Pengukura pencapaian sasaran keselamatan pasien
Sasaran keselamatan pasien diukur, dikumpulkan dan di evaluasi dengan tepat
menggunakan instrumen-instrumen yang efektif.
c. Pelaporan insiden keselamatan pasien
Dilakukan identifikasi dan dokumentasi terhadap KTD, KTC, KPC maupun KNC
d. Analisis dan tindak lanjut
Mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien diukur, dikumpulkan,
dievaluasi berkala dan dilakukan tindak lanjut
e. Penerapan managemen risiko
Managemen risiko di terapkan disetiap unit layanan dan dilakukan evaluasi serta
tindak lanjut

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan


tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui
pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian
Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan
pasien dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk
membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di
Puskesmas., meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap
pasien dan masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas,
terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD (kejadian tidak diharapkan).
a. Sistem Patient Safety
 Assesment Resiko
 Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisa insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
b. Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak
(ommission) ketimbang daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien
(KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event) yaitu
suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang
mutakhir.

c. Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)


Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt
mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*),
karena pencegahan**), atau karena peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul
reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan
diberikan antidotum-nya

d. Tujuh standar keselamatan pasien


1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD,
2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan
pasien,
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:Puskesmas menjamin
keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan,
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus mendisain
proses baru atau memperbaiki prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:Pimpinan
mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan
menjamim berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselatan
pasien dan program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong
dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas
kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan
pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dengan keselamatan pasien secara jelasPuskesmas menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
e. Tujuh langkah menuju kesematan pasien
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien:Ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil,
2. Pimpin dan dukung staf anda:Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien,
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko:Kembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang potensial
bermasalah,
4. Kembangkan sistem pelaporan:Pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden, serta Puskesmas mengatur pelaoran kepada
KKPRS,
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien:Kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien,
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: dorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul,
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:Gunakan
infromasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
sistem pelayanan.

6. Pengukuran, analisis dan penyempurnaan


a. Umum
Pengelola puskesmas memimpin koordinasi kegiatan peningkatan mutu
puskesmas dalam proses evaluasi dan tindak lanjut penyempurnaan.
b. Pemantauan dan pengukuran:
1) Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan diukur melalui servei kepuasan pelanggan secara berkala
dan dilakukan evaluasi serta tindak lanjut
2) Audit internal
Audit internal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan oleh Tim audit internal,
dikoordinasikan oleh tim mutu dan dilaporkan dalam rapat tinjauan
managemen.
3) Pemantauan dan pengukuran proses kinerja
Dilakukan pemantauan dan pengukuran proses dan kinerja pemberi layanan
klinis secara berkala, dievaluai dan direncanakan tindak lanjut perbaikan.
4) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
Dilakukan pemantauan dan pengukuran hasil layanan sesuai indikator yang
ditetapkan secara berkala setiap 3 bulan oleh tim mutu, dievaluasi dan
direncanakan tindak lanjut perbaikan.
c. Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
Dilakukan evaluasi dan rencana tindak lanjut terhadap hasil yang tidak sesuai
target indicator klinis, dan evaluasi terhadap tindak lanjut yang sudah dilakukan.
d. Analisis data
Analisis data hasil pengukuran indicator klinis dilakukan oleh tim mutu setelah
unit layanan memberikan laporan berkala tentang capaian target layanan.
e. Peningkatan berkelanjutan
Program peningkatan mutu kinerja klinis dilakukan berkesinambungan dan
kontinue melalui evaluasi oleh tum mutu
f. Tindakan korektif
Disusun prosedur tindakan korektif sebagai upaya perbaikan terhadap pencapaian
hasil kegiatan yang tidak sesuai.
g. Tindakan preventif
Disusun prosedur tindakan preventif untuk mencegah adanya kegiatan yang
menghambat terlaksananya kegiataan dan pencapaian hasil optimal.

C. TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem menegemen. Dalam upaya
peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang merupakan jawaban dari
dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan pelanggan baik
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan dan
memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang
tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai dengan
pengiriman kartu rekam medis ke masing-masing unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.
2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai dari
anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi,
c. Pelayanan KIA,
d. Pelayanan MTBS, dan
e. Pelayanan KB.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan kegiatan
pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan dari unit
pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari init pelayanan
sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan.
5. Upaya Kesehatan Masyarakat
Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa pendekatan
promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :
a. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan
ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
b. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu
upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta
untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam
berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung
dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
c. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi
dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian
pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
d. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama
lintas sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas
yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan
Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan
Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:
Perubahan/perbaikan).
Tata laksana pelayanan di UPTD PUSKESMAS RAWASARI diawali di loket
pendaftaran, dimana pasien mengambil nomor urut pendaftaran.
 Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas),
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan Kartu berobat UPTD
PUSKESMAS RAWASARI.
 Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas)
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau kartu identitas lainnya (KTP/SIM).
 Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang
tindakan untuk mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau
yang mengantarkan pasien dapat mengurus pendaftaran.
 Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.
Petugas pendaftaran mengambil Rekam medis berdasarkan identitas pasien.
Bagi pasien umum (tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan Rekam medis,
pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian pasien diminta menunggu di
depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi,
Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan tindakan, maka wajib
membayar retribusi tindakan sesuai Perda.
Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-masing.
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik,
maka pasien diberikan rujukan internal ke Laboratorium. Setelah dilakukan
pemeriksaan penunjang, pasien kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk
mendapatkan resep sesuai dengan diagnosis penyakit.
» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan
rujukan internal ke unit pelayanan terkait ( missal: pasien dari BP Gigi dengan
Hipertensi, maka dikonsultasikan ke BP Umum).
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah
Sakit, maka pasien diberikan rujukan eksternal ke Rumah Sakit yang dituju.
» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka
pasien mendapatkan resep untuk mengambil obat di ruang obat.
BAB VII
PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien.


Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan maupun
penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan banyaknya
kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan. Namun
ketenagaan pelayanan sering kali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran, mutu dan
kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana pelayanan, yang
berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan pelaksanaan pelayanan
yang tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman, karena itu
manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan puskesmas
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Demikian pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua unit terkait dalam
melaksanakan upaya peningkatan mutu dan kinerja Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai