PENDAHULUAN
1
Mental Health Check Up adalah sebuah instalasi yang menyelenggarakan
pemeriksaan kesehatan mental secara menyeluruh, yang bertujuan untuk
memastikan kondisi kesehatan mental, memetakan profil mental dan
potensi yang dimiliki seseorang, untuk kepastian dan kepentingan hukum,
mengantisipasi gangguan kesehatan mental yang dapat berkembang
menjadi suatu gangguan yang serius, dan deteksi dini dari suatu keadaan
yang membutuhkan penanganan segera sehingga dapat meminimalisir
kerugian yang lebih jauh.
2
perundang-undangan, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang
kedokteran, dan kesehatan serta standar akreditasi rumah sakit RS Jiwa Dr
Soeharto Heerdjan Jakarta untuk menjamin keselamatan pasien yang
mengacu pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Sejalan
dengan dilaksanakannya program akreditasi pelayanan MHCU rumah sakit,
diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi RS Jiwa Dr Soeharto
Heerdjan Jakarta untuk melaksanakan kegiatan pelayanan MHCU yang
berkualitas.
1. TUJUAN UMUM:
Terciptanya sistem pelayanan MHCU di Rumah Sakit dengan
memperhatikan berbagai aspek biopsikososial dari klien, serta
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh
untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu layanan di Rumah
Sakit.
2. TUJUAN KHUSUS:
3
f. Terlaksananya kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk
mahasiswa
g. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan semua
kegiatan.
h. Meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
MHCU di rumah sakit.
i. Terlaksananya higiene sanitasi, keamanan dan keselamatan
kerja.
1. PELAYANAN GIZI
4
Pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan
evaluasi.
7. ASUHAN GIZI
8. SKRINING GIZI
9. Proses dari identifikasi klinik dan penapisan Gizi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
10.
11. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)
5
12. DIETETIK
6
16. PROFESI GIZI
20. NUTRISIONIS/DIETISIEN
Seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik dimasyarakat maupun
dirumah sakit dan unit kesehatan lain.
7
berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi, makanan dan
dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
8
penyakit ginjal kronik/hemodealisis, geriatri, anak, pasien dengan
penurunan imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan
sakit berat, pasien dengan gangguan metbolisme Diabetes Militus,
gangguan fungsi hati, sirosis hepatis, jantung, paru, hiperlipid, dll.
34.
35. PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
36. Upaya membudayakan individu, kelompok dan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan melalui
peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan, serta
mengambangkan iklim yang mendukung dalam melakukan perilaku
bersih dan sehat yang dilakukan dari, oleh dan masyarakat, sesuai
dengan sosial budaya dan kondisi setempat.
9
51. Pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam,
kualitas bahan makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan
yang ditetapkan.
52.
53. PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN
54. Tata cara menata, menyimpan, menjaga keamanan bahan
makanan kering dan segar di gudang penyimpanan bahan.
55.
56. PERSIAPAN BAHAN MAKANAN
57. Kegiatan prapengolahan bahan, meliputi membersihkan,
mengupas, memotong, merendam, mencuci, dll.
58.
59. PENGOLAHAN MAKANAN
60. Kegiatan memproses bahan makanan mentah menjadi
makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan bercitarasa
tinggi ) dan aman.
61.
62. DISTRIBUSI MAKANAN
63. Kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi
dan jenis makanan secara sentralisasi di unit produksi makanan dan
selanjutnya dibagikan kepada pasien diruang rawat inap.
64.
65. MAKANAN CAIR
66. Makanan dalam bentuk cair yang dibuat oleh unit produksi
makanan, dibuat dari makanan enteral komersial bebas laktosa dan
rendah laktosa ( untuk makanan cair biasa/standar ),makanan
enteral komersial berbahan dasar kacang kedele (untuk pasien tidak
tahan susu/autis), makanan enteral komersial bagi penderita
diabetes.
67.
68. MAKANAN SARING
69. Makanan semi padat dengan tekstur halus. Makanan
pokoknya, lauk dan sayurnya dihaluskan dengan blender.
70.
71. MAKANAN LUNAK
72. Makanan yang memiliki testur yang mudah di kunyah, ditelan
dan dicerna dibanding makanan biasa. Makanan pokoknya beras
bisa dibuat bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak sedemikian
10
rupa sehingga tidak keras dan tidak merangsang, pemasakan tidak
digoreng dan tidak pedas.
73.
74. MAKANAN BIASA
75. Makanan yang dapat dan biasa dimakan oleh orang sehat
pada umumnya. Bentuk makanan pokoknya berupa nasi, lauk dan
sayur beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma
yang normal.
76.
77. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
78. Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guna menghadapi tantangan dan
masalah gizi yang kompleks dimana dilakukan dengan waktu
tertentu dan disesuaikan dengan dana yang tersedia.
79.
80. HIEGENE MAKANAN
81. Kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin
kebersihan dan keamanan makanan.
82.
83. SANITASI MAKANAN
84. Upaya untuk mengendalikan fator kebersihan makanan,
meliputi : orang, tempat, dan perlengkapan masak dan bahan
makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.
11
Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi, dan benda lain yang dapat
menggangu , merugikan dan membahayakan kesehatan.
90.
12
12. Berdasaran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Linkungan RS
13
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit
dalam penilaian standar akreditasi untuk menjamin keselamatan paisen
yang mengacu pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Semakin
baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik
pula standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila
tersedia tenaga gizi yang professional dalam memberikan pelayanan gizi.
14
kepala Instalasi yang mempunyai tugas mengatur agar sistem
penyelenggaraan makananan di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta
berjalan lancar. Kepala Instalasi Gizi mengepalai seluruh tenaga yang ada
di Instalasi Gizi RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta.
15
Ketenagaan Berdasarkan Status Pendidikan di RSJ DR. Soeharto Heerdjan
STATUS PENDIDIKAN JUMLAH
S 1 GIZI 1
D IV GIZI 1
D III GIZI 3
SMEA 2
SMA 12
TOTAL 22
1. AHLI GIZI
Kegiatan Ahli gizi adalah melakukan pengawasan kegiatan unit produksi
makanan atau asuhan gizi rawat inap.Dengan system rotasi setiap
minggu (3 orang asuhan gizi rawat inap,1 Orang pengawasan Unit
Produksi Makanan)
16
c. Hari Sabtu/minggu : pukul 07.30 – 16.00 WIB
d. Dinas Sore (hari senin – Jum’at) : pukul 10.30 – 19.00 WIB
17
18
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.1 Denah Ruangan
(Terlampir)
3.2 Standar Fasilitas
Kegiatan pelayanan gizi dirumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan.
19
1. Ruang Persiapan sayur dan buah : meliputi kegiatan
membersihkan, mencuci, mengupas, memotong, mengiris sayur,buah
dan lauk nabati
2. Ruang Persiapan lauk hewani : meliputi kegiatan membersihkan,
mencuci dan menyimpan lauk hewani
d. Ruang pengolahan dan distribusi makanan
Ruang pengolahan makanan ini biasanya dikelompokkan menurut kelompok
makanan yang dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan khusus.
Kemudian makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran lauk
pauk dan makanan selingan serta buah.
e. Ruang pencucian dan penyimpanan alat
Pencucian alat masak hendaknya pada tempat khusus
2. Sarana Fisik
20
Gedung instalasi gizi RSJSH terletak dibagian belakang rumah sakit
memiliki jalur untuk keluar masuk kendaraan pengangkut bahan
makanan.Gedung instalasi gizi terdiri dari 2 lantai dimana lantai satu untuk
proses penyelenggaraan makanan dan lantai 2 adalah ruang istirahat
pegawai dan kantor instalasi gizi.
3. Arus Kerja
Arus kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan, meliputi kegiatan dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi
makanan. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu
jurusan.
b. Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat
dihemat
c. Bahan makanan tidak dibiarkan lama sebelum diproses
d. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak
bolak-balik
e. Ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin
f. Biaya produksi dapat ditekan
21
f. Ruang pegawai: Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC,
tempat sholat dan tempat tidur dan AC
g. Ruang perkantoran: meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari
es, alat peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, AC, dan
sebagainya.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI
22
Instalasi Gizi Rs Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta yaitu : “ PELAYANAN
GIZI YANG BERMUTU DAN PROFESIONAL ”
Gambar. 3.1
MEKANISME PELAYANAN GIZI
di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta
23
a. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
1. PENGERTIAN
a. Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi
yang di mulai dari proses Skrining Gizi, pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makan,
penyuluhan/edukasi dan konseling gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi.
b. Skrining gizi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi
pasien terhadap resiko malnutrisi (resiko rendah,resiko sedang
dan resiko tinggi), dengan menggunakan metoda Malnutrition
Skrining Tools (MST)
c. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan
sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas melalui serangkaian kegiatan mulai dari
Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis gizi, Intervensi gizi,
Monitoring dan Evaluasi gizi.
2. TUJUAN
24
a. Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
b. Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta
perilaku sehat pada pasien rawat inap melalui kebiasaan makan
dan minum yang sesuai anjuran dietnya.
3. SASARAN
a. Pasien
b. Keluarga
Gambar 3.2
PROSES PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
di RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN
Tujuan tercapai
Beresiko
25
1. Melakukan identifikasi pasien dengan mengucap salam,
memperkenalkan profesi, dan menanyakan identitas pasien
dan mencocokkan dengan gelang pasien.
2. Melakukan Pengkajian Gizi berdasarkan risiko pada proses
skrining gizi yang meliputi pengukuran antropometri, biokimia,
fisik klinik, anamnesa riwayat gizi dan riwayat personal.
3. Menentukan diet pasien (jika preskripsi diet awal belum
ditentukan oleh dokter).
4. Melakukan Rencana Awal Gizi dengan metode NCP yang
meliputi masalah gizi, Diagnosis Gizi, Rencana Intervensi Gizi
(Penentuan Diet Pasien), Rencana Monitoring dan Evaluasi,
Rencana Edukasi.
5. Mendiskusikan diet pasien dengan tim kesehatan (dokter,
perawat, dan petugas medis lain) jika diperlukan.
6. Menterjemahkan diet ke dalam bentuk makanan sesuai
dengan standar diet pasien di RSJSH.
7. Menginformasikan diet pasien ke ahli gizi Unit Produksi
makanan dengan menggunakan lembar Permintaan Makanan
Pasien.
8. Mengecek permintaan makan pasien dengan mencocokkan
isian lembar Permintaan Makanan Pasien di ruangan.
9. Melakukan kunjungan keliling (visite) dengan/ tanpa dokter.
10. Melaksanakan monitoring evaluasi dan menulis
dilembar Catatan Pasien Terintegrasi.
11. Melakukan edukasi/konseling gizi sesuai dengan diet
pasien (penyuluhan individu).
12. Melakukan penyuluhan kelompok dan atau
demonstrasi kepada pasien dan keluarga jika diperlukan.
13. Melakukan perubahan diet pasien berdasarkan
perkembangan pasien dan hasil diskusi dengan tim kesehatan
( dokter, perawat, dan petugas medis lain ).
26
14. Melakukan penyusunan terapi diet yang baru jika ada
perubahan diet dan berikan penjelasan tentang diet tersebut
kepada pasien.
15. Melakukan edukasi diet pasien kepada keluarga bila
mereka menyediakan makanan dari luar Rumah Sakit.
16. Menulis resume gizi untuk pasien.
17. Melakukan pencatatan di Form Kegiatan Asuhan Gizi .
18. Membuat laporan bulanan kegiatan Asuhan Gizi Ruang
Rawat Inap.
19. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dalam melaksanakan pelayanan gizi.
20. Melaksanakan bimbingan praktik klinik kepada
mahasiswa D3/D4/S1 Gizi selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dalam melaksanakan asuhan gizi.
21. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi
dalam rangka meningkatkan kepuasan pasien.
22. Melaksanakan, mengelola dan mengikuti kegiatan
pengembangan profesi (seminar, worksop, pelatihan gizi dan
pendidikan formal).
23. Melakukan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana
terkait kegiatan pelayanan gizi.
24. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan
penetapan biaya pelayanan gizi).
25. Melakukan kegiatan pelayanan gizi dengan tim
kesehatan lain.
Tanggung Jawab:
27
d. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat/tim kesehatan.
Wewenang:
a. Melaksanakan asuhan gizi rawat inap sesuai tempat tugasnya
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam menangani
masalah gizi pasien.
1. PENGERTIAN
a. Asuhan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan
asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assesmen/pengkajian, menetapkan diagnosis gizi, melakukan
intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada pasien di rawat
jalan. Implementasi dari Intervensi Gizi pasien rawat jalan adalah
kegiatan konseling gizi/dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi
b. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi 2 ( dua ) arah yang dilaksanakan oleh ahli
gizi/dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, dan perilaku klien/ pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman.
2. TUJUAN
a. Memberikan informasi mengenai pesan-pesan gizi dan diet
kepada pasien sesuai dengan penyakit yang dideritanya untuk
membantu proses penyembuhan penyakit.
b. Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta
perilaku sehat pada pasien melalui nasihat gizi mengenai Tujuan
Diet, jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat,
jadwal makan, makanan yang boleh dan dilarang serta cara
makan yang sesuai dengan kondisi kesehatan.
3. SASARAN
28
a. pasien dan keluarga
b. individu pasien yang datang atau dirujuk
Gambar. 3.3
PROSES PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN
di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta
29
5. URAIAN TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
DIETISIEN RAWAT JALAN
30
15. Membuat laporan bulanan kegiatan konseling/edukasi gizi.
16. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
melaksanakan pelayanan gizi.
17. Mendidik mahasiswa D3/D4/S1 Gizi selama Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dalam melaksanakan asuhan gizi.
18. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi dalam
rangka meningkatkan kepuasan pasien
19. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan penetapan
biaya pelayanan gizi).
20. Melaksanakan kegiatan penelitian gizi.
21. Melakukan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana terkait
kegiatan pelayanan gizi.
22. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan penetapan
biaya pelayanan gizi).
23. Melakukan kegiatan pelayanan gizi dengan tim kesehatan
lain.
Tanggung jawab
a. Kegiatan Asuhan Gizi rawat jalan yang tepat dan Akurat
b. Pelaksanaan kegiatan Asuhan Gizi rawat jalan yang optimal
c. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat
d. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat/tim kesehatan
Wewenang:
a. Melaksanakan asuhan gizi rawat jalan sesuai tempat
tugasnya
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam menangani
masalah gizi pasien
c. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. PENGERTIAN
31
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan
pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
2. TUJUAN
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya,
aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang
optimal.
32
Uraian Tugas
1. Melakukan kegiatan pengawasan produksi makanan yang
sesuai dengan pedoman gizi, biaya dan daya terima klien.
2. Melakukan pengembangan, modifikasi resep/formula enteral
rumah sakit.
3. Melakukan penilaian cita rasa (organoleptik) makanan dan
produk gizi dalam meningkatkan kualitas pelayanan gizi.
4. Melakukan sistem perencanaan, pengolahan, distribusi
makanan.
5. Melakukan kegiatan keamanan dan sanitasi makanan.
6. Melakukan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control
Point).
7. Melakukan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana terkait
kegiatan pelayanan gizi.
8. Melakukan kegiatan konseling, penyuluhan kelompok dalam
promosi kesehatan rumah sakit (PKRS).
9. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
melaksanakan pelayanan gizi.
33
b. Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan makanan yang
optimal
c. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat
d. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat.
Wewenang:
a. Melaksanakan penyelenggaraan makanan sesuai tempat
tugasnya
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam penyediaan diet
pasien.
2. TUJUAN
3. SASARAN
34
Sasaran kegiatan adalah pelayanan gizi di ruang rawat inap dan rawat
jalan, penyelenggaraan makan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi,
konseling dan rujukan gizi.
4. RUANG LINGKUP
Gambar 3.4
MEKANISME KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI
Di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta
35
12. Melakukan monitoring pemberian diet khusus
13. Melakukan reasesmen/ kunjungan ulang
14. Membuat laporan selaku PJ litbang
15. Melaksanakan bimbingan ,pelatihan, praktik klinik gizi kepada
mahasiswa D3/D4/S1/Pendidikan profesi selama praktek kerja
lapangan (PKL)
16. Melaksanakan, mengelola dan mengikuti kegiatan
pengembangan profesi (seminar, worksop, pelatihan gizi dan
pendidikan formal).
17. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi dalam
rangka meningkatkan kepuasan pasien
18. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
Kepala Instalasi Gizi.
Tanggung jawab
1. Kegiatan penyelenggaraan makanan yang tepat diet
2. Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan makanan yang
optimal
3. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat
4. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat.
Wewenang:
1. Melaksanakan penyelenggaraan makanan sesuai tempat
tugasnya
2. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam penyediaan diet
pasien.
36
BAGIAN STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GIZI
KEPALA INSTALASI
PJ.PENYELENGGARAAN PJ. ASUHAN GIZI PJ. ASUHAN GIZI PJ. PENELITIAN DAN
MAKANAN RAWAT JALAN RAWAT INAP PENGEMBANGAN
GIZI
37
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
1. PENGERTIAN
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimiawi dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak harus
dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit.
2. TUJUAN
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak
aman dan tidak memenuhi syarat
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan
yang diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap
makanan yang disajikan
3. PENERAPAN
Upaya yang dilakukan dalam menjamin keamanan makanan ,
merupakan prosedur yang bersifat antisipasi dan preventif, dan
dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai penyajian
makanan ke konsumen.
a. Pemilihan Bahan Makanan
Tindakan preventif yang dilakukan, dimulai dari penetapan
kualitas bahan makanan, yang dituangkan dalam daftar
spesifikasi bahan makanan.Selanjutnya daftar spesifikasi bahan
makanan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
penerimaan bahan makanan.
b. Penyimpanan Bahan Makanan
Persyaratan penyimpanan Bahan Makanan :
Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh
bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan yang berbahaya.
Menggunakan prinsip First In First Out (FIFO) dan
First Expired First Out (FEFO).
38
Tempat penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan.
b).Bahan ma
2) Bahan makanan kering disimpan di tempat yang
kering dan tidak lembab.
c. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang dilakukan sesuai dengan kaidah
prinsip produksi makanan , yaitu :
1) Tempat pengolahan makanan harus memenuhi
persyaratan
hygiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran
terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat,
kecoa, tikus dan hewan lainnya.
2) Memperhatikan suhu dan waktu pengolahan karena
setiap
bahan makanan mempunyai waktu kematangan yang
berbeda
d. Penyimpanan Makanan Masak
Tabel 6.2 Suhu Penyimpanan Makanan Masak Berdasarkan Jenis
39
Suhu penyimpanan
e. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan Bahan Makanan dan makanan yang sudah diolah
masing masing menggunakan troly khusus yang disiapkan untuk
bahan makanan dan makanan yang sudah di olah. Troly untuk
mengangkut makanan yang diolah, dilengkapi dengan wadah
makanan yang tertutup, terbuat dari bahan yang utuh,kuat, tidak
berkarat dengan ukuran menyesuaikan dengan porsi makanan,
sehingga dapat mencegah terjadinya kondensasi ( Uap makanan
yang mencair)
f. Penyajian Makanan
Setiap jenis makanan ditempatkan terpisah dan ditutup untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang. Jenis alat saji yang
digunakan sesuai dengan kelas perawatan pasien dengan
menggunakan prinsip bersih, yaitu setiap peralatan atau wadah
yang digunakan harus higienis,utuh,tidak cacat atau rusak.
1. PENGERTIAN
40
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu.
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang
menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan,
pengangkutan,sampai pada saat makanan dan minuman tersebut
siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen.
2. TUJUAN
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen
b. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau
gangguan kesehatan melalui makanan
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam
penanganan makanan
41
secara teratur
Mencuci rambut/kramas secara rutin dua
kali dalam seminggu
Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek,
kuku tidak dcat atau kutek, bebas luka
Kebiasaan mencuci Menggunakan metode : 6 langkah cuci
tangan tangan
Mencuci tangan :
Sebelum menjamah atau memegang
makanan
Sebelum memegang peralatan
makan
Setelah keluar dari WC atau kamar
kecil
Setelah meracik bahan mentah
seperti daging, ikan, sayuran, dll
Setelah mengerjakan pekerjaan lain
seperti bersalaman, menyetir kendaraan,
memperbaiki peralatan, memegang
uang, dll
Perilaku penjamah Tidak menggaruk–garuk rambut, lubang
makanan dalam hidung atau sela sela jari kuku
melakukan kegiatan Tidak merokok
pelayanan Menutup mulut saat bersin atau batuk
Tidak meludah sembarangan diruangan
penanganan
pengolahan makanan
makanan
Tidak menyisir rambut sembarangan
terutama diruangan persiapan dan
pengolahan makanan
Tidak memegang, mengambil,
memindahkan dan mencicipi makanan
langsung dengan tangan (tanpa alat)
Tidak memakan permen dan sejenisnya
pada saat mengolah makanan
Penampilan Selalu bersih dan rapi, memakai APD
penjamah makanan dengan lengkap.
Celemek yang digunakan diganti setiap
hari, sesuai dengan panduan penggunaan
APD.
Memakai alas kaki yang tidak licin
Tidak memakai perhiasan
Memakai sarung tangan, jika dibutuhkan
42
Upaya yang dilakukan untuk menghindari pencemaran pangan dari
peralatan yang kotor :
a. Menggunakan peralatan yang mudah di bersihkan
b. Menyediakan peralatan ( pisau dan talenan) secara terpisah
untuk masing- masing kelompok bahan makanan ( Bumbu, Lauk
Hewani,Lauk Nabati,Sayur dan Buah)
c. Membersihkan permukaan meja tempat pengolahan dengan
detergent/sabun dan air bersih dengan benar.
d. Membersihkan semua peralatan setelah dipakai dengan
menggunakan detergent/sabun dan air panas
e. Meletakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap
ke bawah, bilas kembali peralatan dengan air bersih sebelum
mulai memasak.
5. SANITASI AIR DAN LINGKUNGAN
Upaya sanitasi Air dan Lingkungan yang diterapkan :
a. Menggunakan air yang tidak berwarna,tidak berbau, dan tidak
berasa dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau air
minum.
b. Menjaga Dapur dan tempat pengelolaan makanan agar bebas
dari tikus, kecoa, lalat ,serangga dan hewan lain.
c. Tempat sampah terpisah antara sampah kering dan sampah
basah dan ditutup dengan rapat agar tidak dihinggapi lalat dan
tidak meninggalkan bau busuk .
d. Membuang sampah secara teratur di tempat pembuangan
sampah yang sudah di tetapkan.
e. Membersihkan lantai dan dinding secara teratur.
f. Memastikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) berfungsi
dengan baik
g. Menyediakan tempat cuci tangan yang memenuhi syarat.
43
BAB V
KESELAMATAN KERJA
5.1 PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
5.2 TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik, keracunan, infeksi dan penularan
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
10.Memelihara kebersihan, kebersihan dan ketertiban
11.Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja
12.Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
13.Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat,
perlakuan
dan penyimpanan barang
14.Mencegah terkena aliran listrik
15.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
Pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tin
5.3 PROSEDUR KESELAMATAN KERJA
1.Ruang Penyelenggaraan Makanan
44
Di Ruang Penyelenggaraan Makanan tersedia alat pemadam
kebakaran yang berfungsi baik dan ditempatkan ditempat yang
mudah dijangkau,kemudian dilengkapi juga dengan alat atau obat
P3K yang sederhana.
a..Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Petugas Menggunakan APD :Baju Kerja,Penutup
kepala,Apron,dan alas kaki.
Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5
momen yang ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan
makanan.
Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan
menurut cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakan
posisi tangan pada tempat ke arah bagian alat yang tajam
(berbahaya)
Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan
angkatlah dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang
tersebu
Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan
penyimpanan bahan makanan
Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan
kemampuan.
Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin
diruang penerimaan dan penyimpanan
45
Membersihkan mesin menurut petunjuk dan mematikan
mesin sebelum membersihkannya.
Pada saat selesai menggunakan alat, teliti kembali apakah
semua alat sudah dimatikan mesinnya
Meletakan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan
yang akan dibersihkan
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
46
6.1 TUJUAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU
1. Mengawasi setiap tahapan proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
1. INDIKATOR MUTU
a. Kepatuhan waktu kunjungan awal ahli gizi pada pasien
baru di ruang rawat inap.
FORMAT KAMUS INDIKATOR
Kepatuhan waktu kunjungan awal ahli gizi pada pasien baru di rua
1 Nama Indikator :
rawat inap.
O Stakeholder O Finansial
Perspektif (pilih salah satu
2 O Proses Bisnis Internal O Pengembangan Pers
dengan tanda "√") :
Organisasi
*diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
3 Sasaran Strategis : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
4 Bobot KPI (%) : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
Belum tercapainya target, dilihat dari tahun 2016 hanya sebesar 5
5 Alasan memilih indikator :
dan tahun 2017 hanya sebesar 61,9 %
47
Definisi : Kepatuhan waktu kunjungan awal ahli gizi adalah Kepatuhan wak
kunjungan awal yang dilakukan pada pasien baru sesuai dengan w
yang telah ditentukan yaitu 1 x 24 jam dengan kriteria sebagai be
a.Pasien MRS di hari kerja.
6
b.Pasien baru yang MRS pada hari Jumat sore, hari libur (Sabtu da
Minggu) dan atau hari libur nasional dinyatakan kunjungan awal a
1 x 24 jam bila dilakukan di hari pertama (hari kerja).
Jumlah pasien yang baru masuk di rawat inap yang di lakukan kun
7 Numerator : awal oleh ahli gizi dalam waktu 1 x 24 jam dengan kriteria yang te
ditetapkan
8 Denominator : Jumlah seluruh pasien baru di rawat inap.
Jumlah pasien yang baru masuk di rawat inap yang di lakukan kun
9 Formula : awal oleh ahli gizi dalam waktu 1 x 24 jam dengan kriteria yang te
ditetapkan/ Jumlah seluruh pasien baru di rawat inap X 100 %
Kriteria:
10 a. Kriteria Inklusi : Pasien tenang dan kooperatif.
b. Kriteria Eksklusi : -
Melakukan Sampling:
O Tidak
Sampel (pilih salah satu dengan
13 √ Ya,
tanda "√") :
>Metode Sampling : √ Systematic Random Sampling
O Convenience Sampling
>Besar Sampel :
48
Rencana penyebaran hasil Internal : Performance board setiap 3 bulan sekali
21
capaian:
22 Formulir Pengumpulan Data : Form rekapitulasi kunjungan awal ahli gizi 1 x 24 jam
2015 2016 2017 2018 201
23 Target capaian :
- ≥ 80% ≥ 80% ≥ 80% ≥ 80%
49
Melakukan Sampling:
√ Tidak
Sampel (pilih salah satu dengan
13 O Ya,
tanda "√") :
>Metode Sampling : O Systematic Random Sampling O
Convenience Sampling
>Besar Sampel :
√ Diagram Garis ☐
14 Rencana Analisis (beri tanda"√") : Diagram Batang
☐Diagram Pie ☐
Lainnya, Sebutkan...........
15 Wilayah pengamatan : Rawat inap
c. Kepatuhan pelaksanaan kunjungan ulang pada pasien rawat inap yang berdiit
khusus
50
Alasan memilih bad performance, dilihat dari tahun 2017 hanya sebesar 61,10% dan tahun 2018
5 hanya sebesar 62 %
indikator :
Definisi : Kepatuhan pelaksanaan kunjungan ulang yang dilakukan oleh ahli gizi pada pa
rawat inap yang berdiit khusus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
6 minimal 3 hari setelah asesmen awal (kunjungan a
Jumlah pasien rawat inap yang berdiit khusus yang di lakukan kunjungan ulang o
7 Numerator : ahli gizi dalam waktu yang telah ditentukan
8 Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat inap yang mendapatkan diit khusus.
Jumlah pasien rawat inap yang berdiit khusus yang dilakukan kunjungan ulang ol
9 Formula : ahli gizi dalam waktu yang telah ditentukan / jumlah seluruh pasien rawat inap y
mendapatkan diit khusus X 100 %
Kriteria:
a. Kriteria Inklusi Pasien yang mendapatkan diit khusus.
10 :
b. Kriteria -
Eksklusi :
Tipe Indikator
11 (pilih salah satu O Struktur √ Proses O Outcome
dengan tanda "√") : O Proses & Outcome
Data primer yang didapat dari laporan kunjungan ulang oleh ahli gizi melalui form
12 Sumber Data :
lembar visite ahli gizi
Melakukan Sampling:
Sampel (pilih salah O Tidak
13 satu dengan tanda √ Ya,
"√") : >Metode Sampling : √ Systematic Random Sampling O Convenience
Sampling
>Besar Sampel :
Metode Pengumpulan
16 Data (pilih salah satu
√ Retrospektif O Concurrent
dengan tanda "√")
51
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi
17
Indikator :
Pengumpul Data
18
Indikator : PJ litbang, mutu
Frekuensi Penilaian Harian
19
Data :
20 Periode pelaporan : Bulanan
Rencana penyebaran Internal : Performance board setiap 3 bulan sekali
21
hasil capaian:
Formulir Pengumpulan Form rekapitulasi kunjungan ulang ahli gzi
22
Data :
Target capaian 2019 2020 2021
23
≥ 80% ≥ 80% ≥ 80%
BAB VII
PENUTUP
52
Dengan tersusunnya pedoman pelayanan gizi di Instalasi gizi ini,
merupakan gambaran tahap rencana kerja kegiatan dengan harapan dapat
digunakan sebagai pedoman bagi terlasanakannya visi instlasi gizi
“ PELAYANAN GIZI YANG BERMUTU DAN PROFESIONAL “
Demikian pedoman pelayanan gizi instalasi gizi dibuat untuk dijadikan
dasar bagi perbaikan yang akan dilakukan agar kualitas/mutu pelayanan
gizi nantinya tercapai dan ditingkatkan. Agar dapat terlaksananya program
pelayanan gizi instalasi gizi, maka perlu dukungan dan partisipasi dan
dedikasi yang tinggi dan kerja keras khususnya dari seluruh karyawan
instalasi gizi dan dari semua pihak yang terkait serta perhatian dan
dukungan RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta mengingat tantangan
kedepan semakin berat.
LAMPIRAN
53
54