Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan Mental Health Check Up Rumah Sakit merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara
menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi klien.
Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh
tingkat kesehatan yang baik. Kesehatan tersebut termasuk didalamnya
adalah kesehatan jiwa/ mental yang diatur di dalam Undang-Undang
Kesehatan RI Nomor 34 Tahun 2009. Dinyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Kesehatan mental mencakup suatu keadaan sehat secara psikologis yang
memiliki indikator-indikator tertentu, misalnya mampu menyesuaikan diri,
bertanggung jawab, mampu berkembang dan menghadapi tantangan hidup
secara dinamis, serta mampu mengaktualisasikan diri (potensi) secara baik
di masyarakat. Riskesdas Indonesia 2018 menyatakan bahwa terjadi
peningkatan proporsi gangguan jiwa yang cukup signifikan. Terdapat
kenaikan sebesar 1,7 % menjadi 7 % pada data Riskesdas 2018 jika
dibandingkan Riskesdas 2013. Proporsi gangguan jiwa di DKI Jakarta
adalah 7؉ (per mil). Ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Riskedas
2018 terdapat 70.000 orang di DKI Jakarta yang mengalami gangguan jiwa
mencakup gangguan jiwa ringan sampai berat.

Untuk itu dibutuhkan suatu institusi layanan kesehatan mental yang


komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk
menghasilkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

1
Mental Health Check Up adalah sebuah instalasi yang menyelenggarakan
pemeriksaan kesehatan mental secara menyeluruh, yang bertujuan untuk
memastikan kondisi kesehatan mental, memetakan profil mental dan
potensi yang dimiliki seseorang, untuk kepastian dan kepentingan hukum,
mengantisipasi gangguan kesehatan mental yang dapat berkembang
menjadi suatu gangguan yang serius, dan deteksi dini dari suatu keadaan
yang membutuhkan penanganan segera sehingga dapat meminimalisir
kerugian yang lebih jauh.

Penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa secara profesional telah diatur


dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan MHCU
yang optimal di rumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga
secara rinci yang memuat jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan MHCU.
Dalam melaksanakan pelayanan MHCU di rumah sakit, selain tenaga
profesi dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga administrasi,
pranata komputer, dan tenaga lainnya. Sehingga diperlukan sebuah
pedoman sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan MHCU
yang bermutu dan berkualitas di Rumah Sakit.

Tenaga kesehatan MHCU dalam melakukan pekerjaannya dan


praktiknya harus memiliki STR (surat tanda registrasi) dan SIP (surat izin
praktik).
Dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi
persaingan bebas diberbagai bidang, maka pelayanan MHCU harus
disiapkan secara profesional disertai adanya usaha untuk memperbaiki di
setiap unit pelayanan, sehingga kualitas pelayanan dalam rangka
memperbaiki pelayanan yang optimal akan dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.
Pelaksanaan pelayanan MHCU di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan
Jakarta memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan
bermutu yang dapat menunjang visi dan misi RSJ Soeharto Heerdjan.
Pedoman ini telah disesuaikan dengan perkembangan peraturan

2
perundang-undangan, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang
kedokteran, dan kesehatan serta standar akreditasi rumah sakit RS Jiwa Dr
Soeharto Heerdjan Jakarta untuk menjamin keselamatan pasien yang
mengacu pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Sejalan
dengan dilaksanakannya program akreditasi pelayanan MHCU rumah sakit,
diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi RS Jiwa Dr Soeharto
Heerdjan Jakarta untuk melaksanakan kegiatan pelayanan MHCU yang
berkualitas.

1.2 TUJUAN PELAYANAN GIZI

1. TUJUAN UMUM:
Terciptanya sistem pelayanan MHCU di Rumah Sakit dengan
memperhatikan berbagai aspek biopsikososial dari klien, serta
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh
untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu layanan di Rumah
Sakit.

2. TUJUAN KHUSUS:

a. Terlaksananya kegiatan Pelayanan MHCU sesuai


perencanaan dan anggaran kebutuhan, sarana, dan prasarana
di Instalasi MHCU.
b. Penyelenggaraan layanan MHCU yang berorientasi
pada kebutuhan dan kepuasan klien untuk menunjang
pelayanan kesehatan sesuai standar dan kebijakan Direktur.
c. Terlaksananya kegiatan penyuluhan dan promosi
kesehatan terkait MHCU di Rumah Sakit.
d. Terlaksananya penelitian dan pengembangan aplikasi
di bidang MHCU sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
e. Terlaksananya pendidikan untuk peningkatan karier
bagi petugas Instalasi MHCU

3
f. Terlaksananya kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk
mahasiswa
g. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan semua
kegiatan.
h. Meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
MHCU di rumah sakit.
i. Terlaksananya higiene sanitasi, keamanan dan keselamatan
kerja.

1.3 RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup Pelayanan MHCU meliputi :


Kegiatan pelayanan MHCU rumah sakit meliputi :
1. Tes/ Pemeriksaan Napza
2. Tes/Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
3. Tes/Pemeriksaan Jasmani
4. Konsultasi Psikologi
5. Psikoterapi
6. Tes Kecerdasan
7. Tes Kepribadian
8. Tes Minat dan Bakat
9. Tes Kematangan Sikap
10. Tes Kualitas Kerja
11. Penelitian dan Pengembangan gizi

1.4 BATASAN OPERASIONAL

1. PELAYANAN GIZI

Suatu upaya memperbaiki, meningkatan gizi, makanan, dietetik


masyarakat, kelompok dan individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit.

2. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

4
Pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan
evaluasi.

3. PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN


4. Serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari assessment/pengkajian gizi,
menetapkan diagnosa gizi, melakukan intervensi gizi dan monitoring
evaluasi kepada pasien rawat jalan, dengan implementasi kegiatan
berupa konseling/penyuluhan gizi
5.
6. TERAPI GIZI

Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian


gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
( Nutrition an Diet Theraphy Dictionary, 2004 )

7. ASUHAN GIZI

Serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang


memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan
asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

8. SKRINING GIZI
9. Proses dari identifikasi klinik dan penapisan Gizi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.
10.
11. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

Pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi


yang berkualitas melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
meliputi pengkajian data (Nutrition Assesmen), diagnosa gizi
(Nutrition Diagnosis), intervensi (Nutrition Intervention), dan
monitoring evaluasi (Nutrition Monitoring and Evaluation).

5
12. DIETETIK

Integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip keilmuan


makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual,
melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi
dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek
pelayanan.

13. GIZI KLINIK

Suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan


dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan
dan dikeluarkan dari tubuh.

14. KONSELING GIZI

Serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang


dilasanakan oleh ahli gizi/dietesien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam
mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang dilakukannya.

15. PENYULUHAN GIZI

Serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan


kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan status
gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau
golongan masyarakat masal, dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilau aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

6
16. PROFESI GIZI

Suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu


ilmu (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat.

17. STANDAR PROFESI TENAGA GIZI

Batasan kemampuan minimal yang harus dimiliki.dikuasai oleh


tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik
pelayanan gizi secara profesional yang diatur oleh organisasi
profesi.

18. TENAGA GIZI


Setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

19. SARJANA GIZI


Seorang yang gtelah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik
Indonesia.

20. NUTRISIONIS/DIETISIEN
Seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik dimasyarakat maupun
dirumah sakit dan unit kesehatan lain.

21. NUTRISIONIS REGISTERED


Tenaga gizi, Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus
uji kompetensi dan terintregasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

22. REGISTERED DIETISIEN


Tenaga gizi, Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus kompetensi
serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

7
berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi, makanan dan
dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.

23. TEKNIKAL REGISTERED DIETISIEN


Seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program diploma
tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau ahli madya gizi yang telah
lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

24. TIM ASUHAN GIZI / NUTRITION SUPORT TIM (NST) TIM


TERAPI GIZI (TTG) / PANITIA ASUHAN NUTRISI
Sekelompok tenaga profesi dirumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi beresiko tinggi/malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter
spesialis, ahli gizi/dietesien, perawat, farmasi dan unit pelayanan
penunjang yang lain, bertugas bersama memberikan pelayanan
paripurna yang bermutu.

25. DOKTER PENANGGUNAG JAWAB PELAYANAN (DPJP)


26. Dokter yang bertanggung jawab dalam penatalaksanaan
medis sesuai bidang spesialisnya. Dalam penatalaksanaan tersebut
DPJP memberikan pengobatan medikamentosa untuk penyakitnya,
dan menentukan preskripsi diet awal.
27.
28. DIETETIK
29. Kombinasi penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan
jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan
sosial ekonomi pasien. ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan
menganai gizi, kehidupan, dan kondisi penyakit. Sedangakan seni
adalah pengetahuan dari prktek merencanakan dan
menyiapkan/mengolah dan menyajikan makanan yang enak dan
menarik untuk berbagai tingkat ekonomi sehingga orang sehat
maupun sakit mau menyantap makanan dan patuh terhadap diet.
30.
31.
32. PASIEN KONDISI KHUSUS
33. Pasien yang membutuhkan terapi dietetik untuk memenuhi
kebutuhan gizi, mengontrol kadar biokimia darah/urine terkait
penyakitnya dan memperbaiki status gizi seperti pasien dengan

8
penyakit ginjal kronik/hemodealisis, geriatri, anak, pasien dengan
penurunan imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan
sakit berat, pasien dengan gangguan metbolisme Diabetes Militus,
gangguan fungsi hati, sirosis hepatis, jantung, paru, hiperlipid, dll.
34.
35. PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
36. Upaya membudayakan individu, kelompok dan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan melalui
peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan, serta
mengambangkan iklim yang mendukung dalam melakukan perilaku
bersih dan sehat yang dilakukan dari, oleh dan masyarakat, sesuai
dengan sosial budaya dan kondisi setempat.

37. PENYELENGGARAAN MAKANAN RUMAH SAKIT


38. Suatu rangakaian kegiatan mulai perencanaan menu,
penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan,
produksi/pengolahan bahan makanan, sampai dengan
pendistribusian makanan kepada pasien, serta monitoring dan
evaluasi.
39.
40. DIET
41. Pengaturan pola dan konsumsi makanan dan minuman yang
dibatasi jumlahnya, dilarang, atau perlu ditambah/diperbolehkan
dengan jumlah tertentu disesuaikan dengan kebutuhan gizi untuk
tujuan terapi penyakit yang diderita.
42.
43.
44. BENTUK MAKANAN
45. Konsistensi makanan yang berupa makanan cair, makanan
saring, makanan lunak dan makanan biasa.
46.
47. JENIS DIET
48. Macam diet berdasarkan kelompok penyakit atau zat gizinya
seperti Diabetes Militus, Diet Jantung, Diet Rendah Garam, Diet
Rendah Protein, dll.
49.
50. PENERIMAAN BAHAN MAKANAN

9
51. Pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam,
kualitas bahan makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan
yang ditetapkan.
52.
53. PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN
54. Tata cara menata, menyimpan, menjaga keamanan bahan
makanan kering dan segar di gudang penyimpanan bahan.
55.
56. PERSIAPAN BAHAN MAKANAN
57. Kegiatan prapengolahan bahan, meliputi membersihkan,
mengupas, memotong, merendam, mencuci, dll.
58.
59. PENGOLAHAN MAKANAN
60. Kegiatan memproses bahan makanan mentah menjadi
makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan bercitarasa
tinggi ) dan aman.
61.
62. DISTRIBUSI MAKANAN
63. Kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi
dan jenis makanan secara sentralisasi di unit produksi makanan dan
selanjutnya dibagikan kepada pasien diruang rawat inap.
64.
65. MAKANAN CAIR
66. Makanan dalam bentuk cair yang dibuat oleh unit produksi
makanan, dibuat dari makanan enteral komersial bebas laktosa dan
rendah laktosa ( untuk makanan cair biasa/standar ),makanan
enteral komersial berbahan dasar kacang kedele (untuk pasien tidak
tahan susu/autis), makanan enteral komersial bagi penderita
diabetes.
67.
68. MAKANAN SARING
69. Makanan semi padat dengan tekstur halus. Makanan
pokoknya, lauk dan sayurnya dihaluskan dengan blender.
70.
71. MAKANAN LUNAK
72. Makanan yang memiliki testur yang mudah di kunyah, ditelan
dan dicerna dibanding makanan biasa. Makanan pokoknya beras
bisa dibuat bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak sedemikian

10
rupa sehingga tidak keras dan tidak merangsang, pemasakan tidak
digoreng dan tidak pedas.
73.
74. MAKANAN BIASA
75. Makanan yang dapat dan biasa dimakan oleh orang sehat
pada umumnya. Bentuk makanan pokoknya berupa nasi, lauk dan
sayur beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma
yang normal.
76.
77. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
78. Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guna menghadapi tantangan dan
masalah gizi yang kompleks dimana dilakukan dengan waktu
tertentu dan disesuaikan dengan dana yang tersedia.
79.
80. HIEGENE MAKANAN
81. Kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin
kebersihan dan keamanan makanan.
82.
83. SANITASI MAKANAN
84. Upaya untuk mengendalikan fator kebersihan makanan,
meliputi : orang, tempat, dan perlengkapan masak dan bahan
makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.

85. MUTU PANGAN


Nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan
minuman.

86. HIGIENE SANITASI


87. Usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
pada kesehatan individu dan upaya pencegahan untuk
membebaskan makanan dari bahaya yang menggangu /merusak
kesehatan, mulai dari persiapan sampai makanan dikonsumsi oleh
konsumen
88.
89. KEAMANAN PANGAN

11
Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi, dan benda lain yang dapat
menggangu , merugikan dan membahayakan kesehatan.

90.

1.5 LANDASAN HUKUM

1. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No :


134/Menkes/SK/IV/1978 tentang susunan Organisasi dan Tata
kerja Rumah Sakit Umum dinyatakan bahwa Instalasi Gizi
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengolahan,
penyediaan, penyaluran makanan dan penyuluhan gizi yang
dilakukan oleh tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999
tentang Standar Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara Nomor
23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutritionis dan
Angka Kreditnya.
6. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI Nomor
894/Menkes/SKB/VII/2001 dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Nutritionis dan Angka Kreditnya.
7. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
8. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
9. Berdasaran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no 1096 tahun 2011 tentang hygiene sanitasi jasaboga
10. Berdasaran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktek Tenaga Gizi.
11. Berdasaran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no 78 tahun 2013 tentang Pelayanan Gizi Rumah sakit

12
12. Berdasaran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
no 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Linkungan RS

13
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit
dalam penilaian standar akreditasi untuk menjamin keselamatan paisen
yang mengacu pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Semakin
baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik
pula standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila
tersedia tenaga gizi yang professional dalam memberikan pelayanan gizi.

Manajemen penyelenggaraan makanan pada suatu institusi yang


khususnya pada pengolahan makanan bertujuan untuk memberikan dan
menyediakan makanan bagi konsumen/pasien dengan sebaik-baiknya dari
segi kualitas atau kuantitas sesuai dengan kebutuhan konsumen/pasien.
Untuk menciptakan suatu kondisi pengolahan makanan institusi yang
berkualitas maka perlu disusun pengorganisasian seluruh unsur dalam
penyelnggaraan makanan. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan
gizi yang optimal dirumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan
tenaga gizi secara lebih rinci yang memuat jenis dan jumlah tenaga.

Tenaga merupakan salah satu sumber daya penting karena menjadi


kunci dalam keberhasilan kegiatan penyelenggaraan makanan di Rumah
Sakit. Berbagai fungsi dalam manajemen Sumber Daya Manusia meliputi
fungsi perencanaan, dan penentuan kebutuhan staff (Staffing), Rekruitmen,
Seleksi, pengembangan dan pembinaan karir, penilaian kinerja serta sistem
remunerasi.

Suatu organisasi dalam Instalasi Gizi di Rumah Sakit seyogyanya


menjamin bahwa pembagian tugas didalamnya baik secara vertikal
ataupun horizontal terjamin dan tetap, dan untuk menjamin tujuan yang
sama maka diperlukan kerjasama yang baik dalam organisasi tersebut.
Instalasi Gizi RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta dipimpin oleh seorang

14
kepala Instalasi yang mempunyai tugas mengatur agar sistem
penyelenggaraan makananan di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta
berjalan lancar. Kepala Instalasi Gizi mengepalai seluruh tenaga yang ada
di Instalasi Gizi RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta.

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tabel 2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi


1 Kepala Minimal S1-Gizi/ - Ijazah D IV/S1 Gizi
Instalasi Gizi D IV Gizi - STR, SIP
- Pengalaman kerja ≥ 5
tahun di Instalasi Gizi
- Sertifikat pelatihan gizi
klinik dan food service
2 Penanggung D III/ D IV/S 1 - Ijazah D III/D IV/S 1
Jawab Gizi Gizi
- STR, SIP
- Sertifikat pelatihan gizi
klinik dan food service
4 Pelaksana D III/ D IV/S 1 - Ijazah D III/D IV/S 1
Asuhan Gizi Gizi Gizi
Ruang Rawat - STR, SIK
Inap - Sertifikat pelatihan,
seminar, workshop gizi klinik
5 Pelaksana D IV/S 1 Gizi - Ijazah D III/D IV/S 1
Asuhan Gizi Gizi
Rawat Jalan - STR, SIK
- Sertifikat pelatihan,
seminar, workshop gizi klinik
6 Pengawas D III/ D IV Gizi - Ijazah D III/D IV/S 1
Produksi Gizi
Makanan - STR, SIK
- Sertifikat pelatihan,
seminar, workshop food
service
7 Pelaksana D III/ D IV/S 1 - Ijazah D III/D IV/S 1
penelitian dan Gizi Gizi
pengembangan - STR, SIK
gizi - Sertifikat pelatihan,
seminar, workshop gizi
klinik, worksop food service

15
Ketenagaan Berdasarkan Status Pendidikan di RSJ DR. Soeharto Heerdjan
STATUS PENDIDIKAN JUMLAH

S 1 GIZI 1

D IV GIZI 1

D III GIZI 3

SMKK (Tata Boga) 3

SMEA 2

SMA 12

TOTAL 22

2.2 DISTRIBUSI KETENAGAAN


a. Ahli Gizi
Ahli Gizi yang berdinas di Unit Produksi Makanan berjumlah 1 orang,
sedangkan 3 orang Ahli gizi bertugas diruangan, masing masing ahli
gizi memegang 4 ruangan dan akan dirotasi setiap minggu
b. PramuMasak dan Pramusaji
Terbagi atas 3 shift yaitu :
 Dinas Subuh : 1 Pramu masak 3 Pramusaji
 Dinas Pagi : 3 Pramu masak, 1 petugas
gudang,1 petugas persiapan, dan 3 Pramusaji
 Dinas Sore : 1 Pramu masak 3 Pramusaji
2.3 PENGATURAN DINAS

1. AHLI GIZI
Kegiatan Ahli gizi adalah melakukan pengawasan kegiatan unit produksi
makanan atau asuhan gizi rawat inap.Dengan system rotasi setiap
minggu (3 orang asuhan gizi rawat inap,1 Orang pengawasan Unit
Produksi Makanan)

a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 16.00 WIB


b. Hari Jum’at : pukul 07.30 – 16.30 WIB

16
c. Hari Sabtu/minggu : pukul 07.30 – 16.00 WIB
d. Dinas Sore (hari senin – Jum’at) : pukul 10.30 – 19.00 WIB

2.PRODUKSI DAN DISTRIBUSI MAKAN PASIEN

Kegiatan produksi dan distribusi makanan bagi pasien dikerjakan oleh


pelaksana rumah tangga yang terbagi dalam beberapa shif yaitu :
a. Dinas Pagi (pramusaji) : 04.00 –
12.00 WIB
b. Dinas pagi (Pemasak dan petugas Gudang) : 07.30 –
16.00 WIB
c. Dinas sore (Pramusaji) : 12.00 –
19.00 WIB

3. PELAYANAN ASUHAN GIZI RAWAT JALAN


Pelayanan asuhan gizi rawat jalan dilakukan di Poli Rawat jalan jika ada
pasien yang membutuhkan konsultasi

17
18
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.1 Denah Ruangan
(Terlampir)
3.2 Standar Fasilitas
Kegiatan pelayanan gizi dirumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan.

A. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Jalan


1. Tersedia Ruang Konseling gizi
2. Peralatan :
a. Peralatan Kantor :
1. Meubelair: Meja + kursi konseling gizi, bangku ruang tunggu,
b. Peralatan Penunjang Konseling
Lemari peraga, food model, formulir asuhan gizi, leaflet diet, dan daftar
bahan makanan penukar,.
c. Peralatan Antropometri
Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan dewasa, formulir
skrining.
B. Sarana Penyelenggaraan Makanan
1. Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan
Tempat yang diperlukan di Ruang Penyelengaraan Makanan terdiri dari:
a. Tempat penerimaan bahan makanan
Tempat/ruangan ini terletak dilantai 1 gedung instalasi gizi, digunakan untuk
penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas serta kuantitas bahan
makanan. Letak ruangan ini sebaiknya dekat dengan ruang penyimpanan
serta persiapan bahan makanan dan mudah dijangkau oleh kendaraan
untuk mengirimkan bahan makanan. Ditempat penerimaan bahan makanan
RSJSH terdapat juga bak cuci.
b. Ruang penyimpanan bahan makanan.
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan
bahan makanan segar (ruang pendingin) dan penyimpanan bahan makanan
kering.
c. Ruang persiapan bahan makanan.
Tempat persiapan digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan
bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk,
menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan makanan
dimasak. Ruang persiapan bahan makanan terbagi menjadi dua ;

19
1. Ruang Persiapan sayur dan buah : meliputi kegiatan
membersihkan, mencuci, mengupas, memotong, mengiris sayur,buah
dan lauk nabati
2. Ruang Persiapan lauk hewani : meliputi kegiatan membersihkan,
mencuci dan menyimpan lauk hewani
d. Ruang pengolahan dan distribusi makanan
Ruang pengolahan makanan ini biasanya dikelompokkan menurut kelompok
makanan yang dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan khusus.
Kemudian makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran lauk
pauk dan makanan selingan serta buah.
e. Ruang pencucian dan penyimpanan alat
Pencucian alat masak hendaknya pada tempat khusus

Fasilitas pencucian peralatan:

1) Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan.


2) Tersedia fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara yang bersih.
3) Tersedia air bersih mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi
(1,2kg/cm3).
4) Tersedia sabun dan alat pencuci piring

Fasilitas Pencucian Alat Makan.

1) Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan peralatan.


2)Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi (1,2
kg/cm3).
3) Tersedia water Heater dan alat pembersih seperti sabun, detergen, sikat.

f. Tempat pembuangan sampah


Tempat pembuanagn sampah terbagi dua, infeksius dan non infeksius
dengan jadwal pembuanagn sapah ketempat penampungan sampah
terjadwal. Sampah bahan makanan dan rumah tangga masuk kedalam
kategori sampah non infeksius.
g. Ruang fasilitas pegawai
Ruang ini adalah ruangan-ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian
pegawai, istirahat, ruang makan,mushola, kamar mandi dan kamar kecil.
Ruangan ini terletak dilantai 2 gedung instalasi gizi RSJSH
h. Ruang Pengawas
Ruang ini terletak diarea ruang pengolahan makanan sehingga ahli gizi
dapat mengawasi semua kegiatan di dapur.

2. Sarana Fisik

20
Gedung instalasi gizi RSJSH terletak dibagian belakang rumah sakit
memiliki jalur untuk keluar masuk kendaraan pengangkut bahan
makanan.Gedung instalasi gizi terdiri dari 2 lantai dimana lantai satu untuk
proses penyelenggaraan makanan dan lantai 2 adalah ruang istirahat
pegawai dan kantor instalasi gizi.

Pada ruangan penyelenggaraan makanan sudah dilengkapi dengan


cerobong/ hood yang berfungsi untuk mengeluarkan udara didalam dan
sirkulasi udara bisa berjalan dengan baik

3. Arus Kerja
Arus kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan, meliputi kegiatan dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi
makanan. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu
jurusan.
b. Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat
dihemat
c. Bahan makanan tidak dibiarkan lama sebelum diproses
d. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak
bolak-balik
e. Ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin
f. Biaya produksi dapat ditekan

Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan

Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan sesuai


alur penyelenggaraan adalah:
a. Ruangan penerimaan: Timbangan bahan makanan dan bak cuci
b. Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar: rak bahan
makanan, lemari es, freezer, cold room.Tempat bahan makanan dari plastik
atau stainless steel yang tertutup
c. Ruangan persiapan bahan makanan: Meja kerja, tempat sampah,
talenan, bangku kerja, dan bak cuci.
d. Ruang pengolahan makanan: kompor, oven, penggorengan, mixer,
blender, bain marie, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, bangku,
meja pembagi.
e. Ruang pencuci dan penyimpanan alat: bak cuci, rak alat, tempat
sampah

21
f. Ruang pegawai: Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC,
tempat sholat dan tempat tidur dan AC
g. Ruang perkantoran: meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari
es, alat peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, AC, dan
sebagainya.

4. Ruang Perkantoran Instalasi Gizi


Ruang perkantoran Instalasi Gizi RSJSH terdiri dari:
a. Ruang kepala instalasi gizi dan staf
b. Ruang istirahat pegawai perempuan
c. Ruang istirahat pegawai perempuan
d. Locker, kamar mandi, dan WC.
e. Mushola
Setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2 m2 untuk dapat bekerja
dengan baik. Dapat digunakan untuk pekerjaan yang bersifat administratif,
seperti: perencanaan anggaran, perencanaan diet, analisis, monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan makanan. Ruangan di atas sebaiknya terletak
berdekatan dengan ruangan kegiatan kerja, sehingga mudah untuk
berkomunikasi dan melakukan pengawasan.

BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

Pelayanan gizi rumah sakit merupakan suatu upaya memperbaiki,


meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok individu atau
klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit. Pelayanan yang diberikan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuh. Dalam rangka mendukung upaya keterlaksanaan Visi

22
Instalasi Gizi Rs Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta yaitu : “ PELAYANAN
GIZI YANG BERMUTU DAN PROFESIONAL ”

3.1 MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT


Pengorganisasian pelayanan gizi RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan
Jakarta mengacu pada SK Menkes nomor 983 tahun 1998 tentang
organisasi rumah sakit dan peraturan Menkes nomer
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang pedoman organisasi rumah sakit di
lingkungan departemen kesehatan
Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap
2. Pelayanan Gizi Pasien Rawat jalan
3. Penyelenggaraan Makanan Pasien
4. Penelitian dan Pengembangan gizi

Gambar. 3.1
MEKANISME PELAYANAN GIZI
di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta

23
a. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

1. PENGERTIAN
a. Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi
yang di mulai dari proses Skrining Gizi, pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makan,
penyuluhan/edukasi dan konseling gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi.
b. Skrining gizi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi
pasien terhadap resiko malnutrisi (resiko rendah,resiko sedang
dan resiko tinggi), dengan menggunakan metoda Malnutrition
Skrining Tools (MST)
c. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan
sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas melalui serangkaian kegiatan mulai dari
Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis gizi, Intervensi gizi,
Monitoring dan Evaluasi gizi.

2. TUJUAN

24
a. Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
b. Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta
perilaku sehat pada pasien rawat inap melalui kebiasaan makan
dan minum yang sesuai anjuran dietnya.

3. SASARAN
a. Pasien
b. Keluarga

Gambar 3.2
PROSES PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
di RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN

Tidak beresiko Tujuan tercapai

Tujuan tercapai
Beresiko

4. URAIAN TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


DIETISIEN RAWAT INAP

25
1. Melakukan identifikasi pasien dengan mengucap salam,
memperkenalkan profesi, dan menanyakan identitas pasien
dan mencocokkan dengan gelang pasien.
2. Melakukan Pengkajian Gizi berdasarkan risiko pada proses
skrining gizi yang meliputi pengukuran antropometri, biokimia,
fisik klinik, anamnesa riwayat gizi dan riwayat personal.
3. Menentukan diet pasien (jika preskripsi diet awal belum
ditentukan oleh dokter).
4. Melakukan Rencana Awal Gizi dengan metode NCP yang
meliputi masalah gizi, Diagnosis Gizi, Rencana Intervensi Gizi
(Penentuan Diet Pasien), Rencana Monitoring dan Evaluasi,
Rencana Edukasi.
5. Mendiskusikan diet pasien dengan tim kesehatan (dokter,
perawat, dan petugas medis lain) jika diperlukan.
6. Menterjemahkan diet ke dalam bentuk makanan sesuai
dengan standar diet pasien di RSJSH.
7. Menginformasikan diet pasien ke ahli gizi Unit Produksi
makanan dengan menggunakan lembar Permintaan Makanan
Pasien.
8. Mengecek permintaan makan pasien dengan mencocokkan
isian lembar Permintaan Makanan Pasien di ruangan.
9. Melakukan kunjungan keliling (visite) dengan/ tanpa dokter.
10. Melaksanakan monitoring evaluasi dan menulis
dilembar Catatan Pasien Terintegrasi.
11. Melakukan edukasi/konseling gizi sesuai dengan diet
pasien (penyuluhan individu).
12. Melakukan penyuluhan kelompok dan atau
demonstrasi kepada pasien dan keluarga jika diperlukan.
13. Melakukan perubahan diet pasien berdasarkan
perkembangan pasien dan hasil diskusi dengan tim kesehatan
( dokter, perawat, dan petugas medis lain ).

26
14. Melakukan penyusunan terapi diet yang baru jika ada
perubahan diet dan berikan penjelasan tentang diet tersebut
kepada pasien.
15. Melakukan edukasi diet pasien kepada keluarga bila
mereka menyediakan makanan dari luar Rumah Sakit.
16. Menulis resume gizi untuk pasien.
17. Melakukan pencatatan di Form Kegiatan Asuhan Gizi .
18. Membuat laporan bulanan kegiatan Asuhan Gizi Ruang
Rawat Inap.
19. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dalam melaksanakan pelayanan gizi.
20. Melaksanakan bimbingan praktik klinik kepada
mahasiswa D3/D4/S1 Gizi selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dalam melaksanakan asuhan gizi.
21. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi
dalam rangka meningkatkan kepuasan pasien.
22. Melaksanakan, mengelola dan mengikuti kegiatan
pengembangan profesi (seminar, worksop, pelatihan gizi dan
pendidikan formal).
23. Melakukan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana
terkait kegiatan pelayanan gizi.
24. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan
penetapan biaya pelayanan gizi).
25. Melakukan kegiatan pelayanan gizi dengan tim
kesehatan lain.

Tanggung Jawab:

a. Kegiatan Asuhan Gizi rawat inap yang tepat dan Akurat


b. Pelaksanaan kegiatan Asuhan Gizi rawat inap yang optimal
c. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat

27
d. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat/tim kesehatan.

Wewenang:
a. Melaksanakan asuhan gizi rawat inap sesuai tempat tugasnya
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam menangani
masalah gizi pasien.

b. PELAYAAN GIZI RAWAT JALAN

1. PENGERTIAN
a. Asuhan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan
asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assesmen/pengkajian, menetapkan diagnosis gizi, melakukan
intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada pasien di rawat
jalan. Implementasi dari Intervensi Gizi pasien rawat jalan adalah
kegiatan konseling gizi/dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi
b. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi 2 ( dua ) arah yang dilaksanakan oleh ahli
gizi/dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, dan perilaku klien/ pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman.

2. TUJUAN
a. Memberikan informasi mengenai pesan-pesan gizi dan diet
kepada pasien sesuai dengan penyakit yang dideritanya untuk
membantu proses penyembuhan penyakit.
b. Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta
perilaku sehat pada pasien melalui nasihat gizi mengenai Tujuan
Diet, jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat,
jadwal makan, makanan yang boleh dan dilarang serta cara
makan yang sesuai dengan kondisi kesehatan.

3. SASARAN

28
a. pasien dan keluarga
b. individu pasien yang datang atau dirujuk

Gambar. 3.3
PROSES PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN
di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta




29
5. URAIAN TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
DIETISIEN RAWAT JALAN

1. Menerima pasien yang telah membawa lembar konsultasi /


surat pengantar dari dokter.
2. Menanyakan identitas pasien meliputi : Umur,
pekerjaan/aktivitas, alamat, peserta BPJS atau umum, sudah atau
belum pernah berkunjung ke poli konsultasi gizi.
3. Melakukan skrining gizi dan menentukan pasien beresiko
atau tidak beresiko masalah gizi.
4. Melakukan pengkajian gizi yang meliputi pengukuran
antropometri, biokimia dan fisik klinik, anamnesa riwayat gizi dan
riwayat personal.
5. Menentukan diagnosis gizi untuk pasien.
6. Melakukan intervensi gizi (perencanaan dan perhitungan
kebutuhan zat gizi sesuai dengan diet yang akan diberikan), rencana
edukasi dan konseling gizi.
7. Menyiapkan dan mengisi leaflet sesuai diet dan kebutuhan
gizi pasien.
8. Memberikan konseling/edukasi diet yang harus dijalankan
pasien dengan menggunakan alat peraga leaflet dan food model.
9. Edukasi meliputi : Tujuan diet, makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi, makanan yang dibatasi, hal-hal khusus dari diet
,variasi menu dan daftar bahan makanan penukar.
10. Menanyakan kepada pasien tentang hal-hal yang belum jelas
mengenai dietnya dan menjelaskan kembali kepada pasien apabila
diperlukan.
11. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan
mengenai materi konsultasi/edukasi dengan tujuan untuk
mengetahui apakah pasien sudah memahami materi/ dietnya.
12. Memberikan Leaflet yang sudah terisi kepada pasien untuk
dibawa pulang.
13. Membuat jawaban konseling/edukasi dan memasukkan ke
rekam medik.
14. Melakukan pencatatan kegiatan kedalam buku poli konsultasi
gizi.

30
15. Membuat laporan bulanan kegiatan konseling/edukasi gizi.
16. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
melaksanakan pelayanan gizi.
17. Mendidik mahasiswa D3/D4/S1 Gizi selama Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dalam melaksanakan asuhan gizi.
18. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi dalam
rangka meningkatkan kepuasan pasien
19. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan penetapan
biaya pelayanan gizi).
20. Melaksanakan kegiatan penelitian gizi.
21. Melakukan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana terkait
kegiatan pelayanan gizi.
22. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan penetapan
biaya pelayanan gizi).
23. Melakukan kegiatan pelayanan gizi dengan tim kesehatan
lain.
Tanggung jawab
a. Kegiatan Asuhan Gizi rawat jalan yang tepat dan Akurat
b. Pelaksanaan kegiatan Asuhan Gizi rawat jalan yang optimal
c. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat
d. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat/tim kesehatan

Wewenang:
a. Melaksanakan asuhan gizi rawat jalan sesuai tempat
tugasnya
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam menangani
masalah gizi pasien

c. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. PENGERTIAN

31
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan
pencatatan, pelaporan serta evaluasi.

2. TUJUAN
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya,
aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang
optimal.

3. SASARAN DAN RUANG LINGKUP


Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen
baik pasien ataupun karyawan. Ruang lingkup penyelenggaran makanan
rumah sakit meliputi produksi dan distribusi makanan.
Gambar 3.4
PROSES PENYELENGGARAAN MAKANAN
Di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta

URAIAN TUGAS , TANGGUNG JAWAB, DAN KEWENANGAN


DIETISIEN DI PENYELENGGARAAN MAKANAN

32
Uraian Tugas
1. Melakukan kegiatan pengawasan produksi makanan yang
sesuai dengan pedoman gizi, biaya dan daya terima klien.
2. Melakukan pengembangan, modifikasi resep/formula enteral
rumah sakit.
3. Melakukan penilaian cita rasa (organoleptik) makanan dan
produk gizi dalam meningkatkan kualitas pelayanan gizi.
4. Melakukan sistem perencanaan, pengolahan, distribusi
makanan.
5. Melakukan kegiatan keamanan dan sanitasi makanan.
6. Melakukan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control
Point).
7. Melakukan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana terkait
kegiatan pelayanan gizi.
8. Melakukan kegiatan konseling, penyuluhan kelompok dalam
promosi kesehatan rumah sakit (PKRS).
9. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
melaksanakan pelayanan gizi.

10. Mendidik mahasiswa D3/D4/S1 Gizi selama Praktek Kerja


Lapangan (PKL) dalam melaksanakan asuhan gizi.
11. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi dalam
rangka meningkatkan kepuasan pasien
12. Melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (rencana operasional, anggaran institusi dan penetapan
biaya pelayanan gizi).
13. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
Kepala Instalasi Gizi.
14. Melaksanakan, mengelola dan mengikuti kegiatan
pengembangan profesi (seminar, worksop, pelatihan gizi dan
pendidikan formal).
15. Melaksanakan kegiatan penelitian gizi.
16. Melakukan kegiatan pelayanan dengan tim kesehatan lain.
17. Membuat laporan kegiatan pelayanan gizi.
Tanggung jawab
a. Kegiatan penyelenggaraan makanan yang tepat diet

33
b. Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan makanan yang
optimal
c. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat
d. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat.

Wewenang:
a. Melaksanakan penyelenggaraan makanan sesuai tempat
tugasnya
b. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam penyediaan diet
pasien.

d. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI


1. PENGERTIAN

Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah gizi yang kopleks.
Ciri suatu penelitian adalah proses yang berjalan terus menerus dan selalu
mencari, sehingga hasilnya selalu mutakhir.

2. TUJUAN

Tujuan penelitian dan pengembangan gizi adalah untuk mencapai


kualitas pelayanan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna
bidang pelayanan, penyelenggaraan makan rumah sakit, penyuluhan,
konsultasi, konseling dan rujukan gizi sesuai kemampuan institusi. Hasil
penelitian dan pengembangan gizi berguna sebagai bahan masukan bagi
perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori, terlaksana atau
standar pelayanan gizi rumah sakit.

3. SASARAN

34
Sasaran kegiatan adalah pelayanan gizi di ruang rawat inap dan rawat
jalan, penyelenggaraan makan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi,
konseling dan rujukan gizi.

4. RUANG LINGKUP

.Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokan berdasarkan aspek


mandiri, kerjasama dengan unit lain dan instansi terkait, baik didalam
maupun di luar unit pelayanan gizi dan luar rumah sakit.

Gambar 3.4
MEKANISME KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI
Di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta

URAIAN TUGAS , TANGGUNG JAWAB, DAN KEWENANGAN


DIETISIEN DI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI
Uraian Tugas

1. Menyusun perencanaan penelitian


2. Melasanakan kegitan penelitian
3. Melakukan interprestasi penilitian
4. Melakuakn evaluasi penelitian
5. Membuat dan menyusun laporan penelitian
6. Membuat perencanaan dan mengembangkan menu serta
perencanaan bahan makannya
7. Melakukan pengawasan proses produksi makanan
8. Melekuakn pengawasan pencucian peralatan makan pasien
9. Melakukan monitoring suhu ruangan dan kulkas
10. Melakukan pengisian kartu stok bahan makanan
11. Melakukan konsultasi gizi

35
12. Melakukan monitoring pemberian diet khusus
13. Melakukan reasesmen/ kunjungan ulang
14. Membuat laporan selaku PJ litbang
15. Melaksanakan bimbingan ,pelatihan, praktik klinik gizi kepada
mahasiswa D3/D4/S1/Pendidikan profesi selama praktek kerja
lapangan (PKL)
16. Melaksanakan, mengelola dan mengikuti kegiatan
pengembangan profesi (seminar, worksop, pelatihan gizi dan
pendidikan formal).
17. Melakukan kegiatan perbaikan mutu pelayanan gizi dalam
rangka meningkatkan kepuasan pasien
18. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
Kepala Instalasi Gizi.

Tanggung jawab
1. Kegiatan penyelenggaraan makanan yang tepat diet
2. Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan makanan yang
optimal
3. Laporan Kegiatan yang tepat dan Akurat
4. Meningkatkan disiplin kerja dan membina kerja sama dengan
teman sejawat.

Wewenang:
1. Melaksanakan penyelenggaraan makanan sesuai tempat
tugasnya
2. Berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam penyediaan diet
pasien.

36
BAGIAN STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GIZI

KEPALA INSTALASI

PJ.PENYELENGGARAAN PJ. ASUHAN GIZI PJ. ASUHAN GIZI PJ. PENELITIAN DAN
MAKANAN RAWAT JALAN RAWAT INAP PENGEMBANGAN
GIZI

37
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN

4.1. KEAMANAN MAKANAN

1. PENGERTIAN
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimiawi dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak harus
dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit.

2. TUJUAN
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak
aman dan tidak memenuhi syarat
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan
yang diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap
makanan yang disajikan

3. PENERAPAN
Upaya yang dilakukan dalam menjamin keamanan makanan ,
merupakan prosedur yang bersifat antisipasi dan preventif, dan
dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai penyajian
makanan ke konsumen.
a. Pemilihan Bahan Makanan
Tindakan preventif yang dilakukan, dimulai dari penetapan
kualitas bahan makanan, yang dituangkan dalam daftar
spesifikasi bahan makanan.Selanjutnya daftar spesifikasi bahan
makanan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
penerimaan bahan makanan.
b. Penyimpanan Bahan Makanan
Persyaratan penyimpanan Bahan Makanan :
 Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh
bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan yang berbahaya.
 Menggunakan prinsip First In First Out (FIFO) dan
First Expired First Out (FEFO).

38
 Tempat penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan.

1) Bahan makanan yang cepat rusak disimpan


dalam lemari pendingin .

Tabel 4.1 Suhu dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah


dan Segar
Lama waktu penyimpanan
No Jenis bahan
<3 hari ≤1 minggu >1 minggu
makanan

1. Daging, ikan, udang -5 sd 0ºC -10 sd -50ºC <-10ºC


dan hasil olahannya

2. Telur, buah dan hasil 5 sd 7ºC -5 sd 0ºC <-5 ºC


olahannya

3. Sayur, buah dan 10 ºC 10 ºC 10 ºC


minuman

4. Tepung dan biji- 25 ºC 25 ºC 25


bijian C

b).Bahan ma
2) Bahan makanan kering disimpan di tempat yang
kering dan tidak lembab.

c. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang dilakukan sesuai dengan kaidah
prinsip produksi makanan , yaitu :
1) Tempat pengolahan makanan harus memenuhi
persyaratan
hygiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran
terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat,
kecoa, tikus dan hewan lainnya.
2) Memperhatikan suhu dan waktu pengolahan karena
setiap
bahan makanan mempunyai waktu kematangan yang
berbeda
d. Penyimpanan Makanan Masak
Tabel 6.2 Suhu Penyimpanan Makanan Masak Berdasarkan Jenis

39
Suhu penyimpanan

Disajikan Akan Belum


No.
Jenis makanan dalam waktu segera segera
lama disajikan disajikan

1. Makanan kering 25 ºC–30 ºC

2. Makanan basah >40 ºC -10 ºC


(berkuah)

3. Makanan cepat ≥45 ºC -5 ºC s.d


basi (santan, -1 ºC
telur, susu)

4. Makanan 5ºC – 10ºC <10 ºC


disajikan dingin

e. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan Bahan Makanan dan makanan yang sudah diolah
masing masing menggunakan troly khusus yang disiapkan untuk
bahan makanan dan makanan yang sudah di olah. Troly untuk
mengangkut makanan yang diolah, dilengkapi dengan wadah
makanan yang tertutup, terbuat dari bahan yang utuh,kuat, tidak
berkarat dengan ukuran menyesuaikan dengan porsi makanan,
sehingga dapat mencegah terjadinya kondensasi ( Uap makanan
yang mencair)

f. Penyajian Makanan
Setiap jenis makanan ditempatkan terpisah dan ditutup untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang. Jenis alat saji yang
digunakan sesuai dengan kelas perawatan pasien dengan
menggunakan prinsip bersih, yaitu setiap peralatan atau wadah
yang digunakan harus higienis,utuh,tidak cacat atau rusak.

4.2. HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN

1. PENGERTIAN

40
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu.
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang
menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan,
pengangkutan,sampai pada saat makanan dan minuman tersebut
siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen.

2. TUJUAN
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen
b. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau
gangguan kesehatan melalui makanan
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam
penanganan makanan

3.HIGIENE TENAGA PENJAMAH MAKANAN


Tabel 4.3 Syarat Higiene Penjamah Makanan
Parameter Syarat

Kondisi kesehatan  Tidak menderita penyakit menular : batuk,


pilek, influenza, diare, penyakit menular
lainnya
 Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka
lainnya)
Menjaga kebersihan  Mandi teratur dengan sabun dan air bersih
diri  Menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi
secara teratur, paling sedikit dua kali dalam
sehari, yaitu setelah makan dan sebelum tidur
 Membiasakan membersihkan lubang
hidung, lubang telinga dan sela – sela jari

41
secara teratur
 Mencuci rambut/kramas secara rutin dua
kali dalam seminggu
 Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek,
kuku tidak dcat atau kutek, bebas luka
Kebiasaan mencuci  Menggunakan metode : 6 langkah cuci
tangan tangan
 Mencuci tangan :
 Sebelum menjamah atau memegang
makanan
 Sebelum memegang peralatan
makan
 Setelah keluar dari WC atau kamar
kecil
 Setelah meracik bahan mentah
seperti daging, ikan, sayuran, dll
 Setelah mengerjakan pekerjaan lain
seperti bersalaman, menyetir kendaraan,
memperbaiki peralatan, memegang
uang, dll
Perilaku penjamah  Tidak menggaruk–garuk rambut, lubang
makanan dalam hidung atau sela sela jari kuku
melakukan kegiatan  Tidak merokok
pelayanan  Menutup mulut saat bersin atau batuk
 Tidak meludah sembarangan diruangan
penanganan
pengolahan makanan
makanan
 Tidak menyisir rambut sembarangan
terutama diruangan persiapan dan
pengolahan makanan
 Tidak memegang, mengambil,
memindahkan dan mencicipi makanan
langsung dengan tangan (tanpa alat)
 Tidak memakan permen dan sejenisnya
pada saat mengolah makanan
Penampilan  Selalu bersih dan rapi, memakai APD
penjamah makanan dengan lengkap.
 Celemek yang digunakan diganti setiap
hari, sesuai dengan panduan penggunaan
APD.
 Memakai alas kaki yang tidak licin
 Tidak memakai perhiasan
 Memakai sarung tangan, jika dibutuhkan

4. HIGIENE PERALATAN PENGOLAHAN MAKANAN

42
Upaya yang dilakukan untuk menghindari pencemaran pangan dari
peralatan yang kotor :
a. Menggunakan peralatan yang mudah di bersihkan
b. Menyediakan peralatan ( pisau dan talenan) secara terpisah
untuk masing- masing kelompok bahan makanan ( Bumbu, Lauk
Hewani,Lauk Nabati,Sayur dan Buah)
c. Membersihkan permukaan meja tempat pengolahan dengan
detergent/sabun dan air bersih dengan benar.
d. Membersihkan semua peralatan setelah dipakai dengan
menggunakan detergent/sabun dan air panas
e. Meletakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap
ke bawah, bilas kembali peralatan dengan air bersih sebelum
mulai memasak.
5. SANITASI AIR DAN LINGKUNGAN
Upaya sanitasi Air dan Lingkungan yang diterapkan :
a. Menggunakan air yang tidak berwarna,tidak berbau, dan tidak
berasa dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau air
minum.
b. Menjaga Dapur dan tempat pengelolaan makanan agar bebas
dari tikus, kecoa, lalat ,serangga dan hewan lain.
c. Tempat sampah terpisah antara sampah kering dan sampah
basah dan ditutup dengan rapat agar tidak dihinggapi lalat dan
tidak meninggalkan bau busuk .
d. Membuang sampah secara teratur di tempat pembuangan
sampah yang sudah di tetapkan.
e. Membersihkan lantai dan dinding secara teratur.
f. Memastikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) berfungsi
dengan baik
g. Menyediakan tempat cuci tangan yang memenuhi syarat.

43
BAB V
KESELAMATAN KERJA

5.1 PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.

5.2 TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik, keracunan, infeksi dan penularan
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
10.Memelihara kebersihan, kebersihan dan ketertiban
11.Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja
12.Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
13.Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat,
perlakuan
dan penyimpanan barang
14.Mencegah terkena aliran listrik
15.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
Pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tin
5.3 PROSEDUR KESELAMATAN KERJA
1.Ruang Penyelenggaraan Makanan

44
Di Ruang Penyelenggaraan Makanan tersedia alat pemadam
kebakaran yang berfungsi baik dan ditempatkan ditempat yang
mudah dijangkau,kemudian dilengkapi juga dengan alat atau obat
P3K yang sederhana.
a..Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
 Petugas Menggunakan APD :Baju Kerja,Penutup
kepala,Apron,dan alas kaki.
 Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5
momen yang ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan
makanan.
 Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan
menurut cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakan
posisi tangan pada tempat ke arah bagian alat yang tajam
(berbahaya)
 Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan
angkatlah dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang
tersebu
 Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan
penyimpanan bahan makanan
 Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
 Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan
kemampuan.
 Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
 Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin
diruang penerimaan dan penyimpanan

b.Ruang persiapan dan pengolahan makanan


 Petugas Menggunakan APD :Baju Kerja,Penutup
kepala,Apron, masker dan alas kaki.
 Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5
momen yang ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan
makanan.
 Menggunakan peralatan yang sesuai dengan petunjuk dan
tidak bercakap – cakap selama menggunakan alat tersebut
 Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah
bahan makanan

45
 Membersihkan mesin menurut petunjuk dan mematikan
mesin sebelum membersihkannya.
 Pada saat selesai menggunakan alat, teliti kembali apakah
semua alat sudah dimatikan mesinnya
 Meletakan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
 Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan
yang akan dibersihkan

c.Ruang distribusi makanan di unit pelayanan gizi


 Petugas Menggunakan APD :Baju Kerja,Penutup kepala,
masker, Sarung Tangan ,Apron,dan alas kaki.
 Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5
momen yang ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan
makanan.
Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh
Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas
Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
Bila membawa air panas tutuplah dengan rapat atau tidak
mengisi tempat tersebut sampai penuh

2.Ruang Rawat Inap

 Menggunakan Masker Untuk pelayanan di Ruang Menular


 Menggunakan Sarung Tangan apabila memegang pasien
 Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5
momen yang sudah ditetapkan di ruang rawat Inap

BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3


komponen mutu, yaitu : 1).Pengawasan dan pengendalian mutu untuk
menjamin bahwa produk yang di hasilkan aman, 2.) menjamin Kepuasan
Konsumen dan 3).Assesment yang berkualitas. Mengingat ruang lingkup
pelayanan gizi di rumah sakit yang kompleks, maka perlu menetapkan dan
mengembangkan indicator mutu pelayanan gizi agar tercapai pelayanan
gizi yang optimal.

46
6.1 TUJUAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU
1. Mengawasi setiap tahapan proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu

6.2 PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di rumah sakit dapat dikatakan berkualitas, bila hasil


pelayanan mendekati hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai
dengan standar dan prosedur yang berlaku. Pengendalian mutu di
Instalasi Gizi adalah sebagai berikut :

1. INDIKATOR MUTU
a. Kepatuhan waktu kunjungan awal ahli gizi pada pasien
baru di ruang rawat inap.
FORMAT KAMUS INDIKATOR
Kepatuhan waktu kunjungan awal ahli gizi pada pasien baru di rua
1 Nama Indikator :
rawat inap.
O Stakeholder O Finansial
Perspektif (pilih salah satu
2 O Proses Bisnis Internal O Pengembangan Pers
dengan tanda "√") :
Organisasi
*diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
3 Sasaran Strategis : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
4 Bobot KPI (%) : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
Belum tercapainya target, dilihat dari tahun 2016 hanya sebesar 5
5 Alasan memilih indikator :
dan tahun 2017 hanya sebesar 61,9 %

47
Definisi : Kepatuhan waktu kunjungan awal ahli gizi adalah Kepatuhan wak
kunjungan awal yang dilakukan pada pasien baru sesuai dengan w
yang telah ditentukan yaitu 1 x 24 jam dengan kriteria sebagai be
a.Pasien MRS di hari kerja.
6
b.Pasien baru yang MRS pada hari Jumat sore, hari libur (Sabtu da
Minggu) dan atau hari libur nasional dinyatakan kunjungan awal a
1 x 24 jam bila dilakukan di hari pertama (hari kerja).

Jumlah pasien yang baru masuk di rawat inap yang di lakukan kun
7 Numerator : awal oleh ahli gizi dalam waktu 1 x 24 jam dengan kriteria yang te
ditetapkan
8 Denominator : Jumlah seluruh pasien baru di rawat inap.
Jumlah pasien yang baru masuk di rawat inap yang di lakukan kun
9 Formula : awal oleh ahli gizi dalam waktu 1 x 24 jam dengan kriteria yang te
ditetapkan/ Jumlah seluruh pasien baru di rawat inap X 100 %
Kriteria:
10 a. Kriteria Inklusi : Pasien tenang dan kooperatif.
b. Kriteria Eksklusi : -

Tipe Indikator (pilih salah satu


11 O Struktur √ Proses O Outcome
dengan tanda "√") :
O Proses & Outcome
Data primer yang didapat dari laporan kunjungan awal oleh ahli g
12 Sumber Data :
melalui billing system dan log book ahli gizi

Melakukan Sampling:
O Tidak
Sampel (pilih salah satu dengan
13 √ Ya,
tanda "√") :
>Metode Sampling : √ Systematic Random Sampling
O Convenience Sampling
>Besar Sampel :

√ Diagram Garis ☐ Diagram Batang


Rencana Analisis (beri
14
tanda"√") :
☐Diagram Pie ☐ Lainnya,
Sebutkan...........
15 Wilayah pengamatan : Rawat inap
Metode Pengumpulan Data
16 (pilih salah satu dengan tanda
√ Retrospektif O Concurrent
"√")
17 Penanggung Jawab Indikator : Kepala Instalasi Gizi
18 Pengumpul Data Indikator : PJ litbang,mutu dan perencanaan
19 Frekuensi Penilaian Data : Harian
20 Periode pelaporan : Bulanan

48
Rencana penyebaran hasil Internal : Performance board setiap 3 bulan sekali
21
capaian:
22 Formulir Pengumpulan Data : Form rekapitulasi kunjungan awal ahli gizi 1 x 24 jam
2015 2016 2017 2018 201
23 Target capaian :
- ≥ 80% ≥ 80% ≥ 80% ≥ 80%

b. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien

FORMAT KAMUS INDIKATOR


1 Nama Indikator : Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
O Stakeholder O Finansial
Perspektif (pilih salah satu dengan
2 O Proses Bisnis Internal O Pengembangan
tanda "√") :
Personil & Organisasi
*diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
3 Sasaran Strategis : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
4 Bobot KPI (%) : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
Belum tercapainya target, khususnya untuk ketepatan waktu
5 Alasan memilih indikator :
makan pagi .
Definisi : Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien adalah
ketepatan penyediaan makanan kepada pasien sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan antara lain : Makan pagi jam 6.30
07.00 WIB
6
Snack pagi jam 10.00 WIB
Makan siang jam 12.00 – 12.30 WIB
Snack sore jam 15.00 WIB
Makan malam jam 17.30 – 18.00 WIB
7 Numerator : Jumlah pasien rawat inap yang mendapat makanan tepat waktu
8 Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat inap pada bulan tersebut
Jumlah pasien rawat inap yang mendapat makanan tepat waktu
9 Formula : selama 1 bulan / jumlah seluruh pasien rawat inap pada bulan
tersebut x 100 %
Kriteria:
10 a. Kriteria Inklusi : -
b. Kriteria Eksklusi : -

Tipe Indikator (pilih salah satu


11 O Struktur √ Proses O Outcome
dengan tanda "√") :
O Proses & Outcome
Data diambil dari laporan harian lembar pendistribusian makan
12 Sumber Data :
pasien

49
Melakukan Sampling:
√ Tidak
Sampel (pilih salah satu dengan
13 O Ya,
tanda "√") :
>Metode Sampling : O Systematic Random Sampling O
Convenience Sampling
>Besar Sampel :

√ Diagram Garis ☐
14 Rencana Analisis (beri tanda"√") : Diagram Batang
☐Diagram Pie ☐
Lainnya, Sebutkan...........
15 Wilayah pengamatan : Rawat inap

Metode Pengumpulan Data (pilih


16
salah satu dengan tanda "√") √ Retrospektif O Concurrent

17 Penanggung Jawab Indikator : Kepala Instalasi Gizi


18 Pengumpul Data Indikator : PJ litbang,mutu dan perencanaan
19 Frekuensi Penilaian Data : Harian
20 Periode pelaporan : Bulanan
Rencana penyebaran hasil Internal : Performance board setiap 3 bulan sekali
21
capaian:
22 Formulir Pengumpulan Data : Form data ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien
2015 2016 2017 2018 2019
23 Target capaian :
- ≥ 80% ≥ 80% ≥ 90% ≥ 90%

c. Kepatuhan pelaksanaan kunjungan ulang pada pasien rawat inap yang berdiit
khusus

FORMAT KAMUS INDIKATOR


Kepatuhan pelaksanaan kunjungan ulang pada pasien rawat inap yang berdiit
1 Nama Indikator : khusus.
Perspektif (pilih O Stakeholder O Finansial
2 salah satu dengan O Proses Bisnis Internal O Pengembangan Personil & Organisa
tanda "√") : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
3 Sasaran Strategis : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI
4 Bobot KPI (%) : *diisi jika indikator dijadikan sebagai KPI

50
Alasan memilih bad performance, dilihat dari tahun 2017 hanya sebesar 61,10% dan tahun 2018
5 hanya sebesar 62 %
indikator :
Definisi : Kepatuhan pelaksanaan kunjungan ulang yang dilakukan oleh ahli gizi pada pa
rawat inap yang berdiit khusus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
6 minimal 3 hari setelah asesmen awal (kunjungan a

Jumlah pasien rawat inap yang berdiit khusus yang di lakukan kunjungan ulang o
7 Numerator : ahli gizi dalam waktu yang telah ditentukan

8 Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat inap yang mendapatkan diit khusus.
Jumlah pasien rawat inap yang berdiit khusus yang dilakukan kunjungan ulang ol
9 Formula : ahli gizi dalam waktu yang telah ditentukan / jumlah seluruh pasien rawat inap y
mendapatkan diit khusus X 100 %
Kriteria:
a. Kriteria Inklusi Pasien yang mendapatkan diit khusus.
10 :
b. Kriteria -
Eksklusi :
Tipe Indikator
11 (pilih salah satu O Struktur √ Proses O Outcome
dengan tanda "√") : O Proses & Outcome
Data primer yang didapat dari laporan kunjungan ulang oleh ahli gizi melalui form
12 Sumber Data :
lembar visite ahli gizi

Melakukan Sampling:
Sampel (pilih salah O Tidak
13 satu dengan tanda √ Ya,
"√") : >Metode Sampling : √ Systematic Random Sampling O Convenience
Sampling
>Besar Sampel :

√ Diagram Garis ☐ Diagram


Rencana Analisis (beri
14 Batang
tanda"√") :
☐Diagram Pie ☐ Lainnya,
Sebutkan...........
15 Wilayah pengamatan : Rawat inap

Metode Pengumpulan
16 Data (pilih salah satu
√ Retrospektif O Concurrent
dengan tanda "√")

51
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi
17
Indikator :
Pengumpul Data
18
Indikator : PJ litbang, mutu
Frekuensi Penilaian Harian
19
Data :
20 Periode pelaporan : Bulanan
Rencana penyebaran Internal : Performance board setiap 3 bulan sekali
21
hasil capaian:
Formulir Pengumpulan Form rekapitulasi kunjungan ulang ahli gzi
22
Data :
Target capaian 2019 2020 2021
23
≥ 80% ≥ 80% ≥ 80%

BAB VII
PENUTUP

52
Dengan tersusunnya pedoman pelayanan gizi di Instalasi gizi ini,
merupakan gambaran tahap rencana kerja kegiatan dengan harapan dapat
digunakan sebagai pedoman bagi terlasanakannya visi instlasi gizi
“ PELAYANAN GIZI YANG BERMUTU DAN PROFESIONAL “
Demikian pedoman pelayanan gizi instalasi gizi dibuat untuk dijadikan
dasar bagi perbaikan yang akan dilakukan agar kualitas/mutu pelayanan
gizi nantinya tercapai dan ditingkatkan. Agar dapat terlaksananya program
pelayanan gizi instalasi gizi, maka perlu dukungan dan partisipasi dan
dedikasi yang tinggi dan kerja keras khususnya dari seluruh karyawan
instalasi gizi dan dari semua pihak yang terkait serta perhatian dan
dukungan RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta mengingat tantangan
kedepan semakin berat.

Kepala Instalasi Gizi

Indah Noviana, S.SiT,RD


NIP: 19781102 200501 2005

LAMPIRAN

DENAH RUANGAN INSTALASI GIZI

53
54

Anda mungkin juga menyukai