Anda di halaman 1dari 41

BAB.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah di bidang kesehatan


kualitas sistim informasi kesehatan di tingkat kabupaten sangat di tentukan oleh
sistim informasi yang berkualitas di tingkat Kecamatan/Puskesmas oleh karena
itu kami membuat profil UPTD Puskesmas Bajoe yang menyajikan informasi
kesehatan secara menyeluruh di wilayah puskesmas Bajoe tahun 2015
khususnya cakupan pelayanan Kesehatan sebagai dasar evaluasi tahunan dan
pemantauan kinerja bagi petugas kesehatan di wilayah UPTD Puskesmas
Bajoe.

Upaya pelayanan kesehatan dititik beratkan pada pelayanan dasar


sebagai upaya terpadu yang diselenggarakan melalui kegiatan pokok, karena
puskesmas merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat di samping
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara menyeluruh dan terpadu
diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Departemen Kesehatan
1991).

Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah tercapainya


kecamatan sehat yang merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan
yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dengan
perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, puskesmas juga melaksanakan


upaya-upaya kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan

1
upaya tersebut diharapkan terwujud tujuan pembangunan kesehatan dengan
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

UPTD Puskesmas Bajoe sebagai salah satu ujung tombak dalam upaya
pembangunan kesehatan tersebut khususnya di wilayah Kecamatan Tanete
Riattang Timur, dalam mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan
melalui beberapa program yang dilaksanakan akan menggunakan beberapa
indikator mengacu kepada penggabungan Indikator Indonesia Sehat 2015 dan
indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal yang terdiri dari 47 indikator
kinerja. Untuk mengukur keberhasilan dari program tersebut akan
menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil akhir, yang meliputi indikator


mortalitas, morbiditas dan status gizi.
2. Indikator Hasil Antara, yang meliputi indikator untuk keadaan lingkungan,
perilaku hidup, akses dan mutu pelayanan kesehatan.
3. Indikator Proses dan Masukan yang meliputi, indikator pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi
sektor terkait.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Bajoe kali ini merupakan salah satu sarana
untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan
Kecamatan Tanete Riattang Timur dan merupakan salah satu sarana untuk
mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah
tersebut berdasarkan indikator-indikator yang tercantum di atas.

2
B. VISI DAN MISI
1. VISI
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang Optimal Menuju
Masyarakat Kecamatan Tanete Riattang Timur yang Sehat, Cerdas dan
Sejahtera.

2. MISI
a. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan manajemen kesehatan.
b. Peningkatan pencegahan penyakit dan kesehatan lingkungan serta
peningkatan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
d. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam
program BPJS kesehatan dalam rangka Universal coperage di tahun
2019 serta program jaminan kesehatan lainnya.
e. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia di bidang
kesehatan.

C. STRATEGI

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam


pembangunan kesehatan melalui kerja sama lintas program dan lintas
sektoral
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh dengan pengutamaan
pada upaya promotif dan preventif dengan seiring peningkatan
pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
3. Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui pendanaan
yang ada di puskesmas dan masyarakat.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
3
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan pelayanan kesehatan
yang bertanggungjawab.             

D. BENTUK KEGIATAN

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam pembangunan


kesehatan melalui kerja sama lintas program dan lintas sektoral

a. Mengoptimalkan koordinasi dan jejaring lintas sektoral dan lintas


program di tingkat kecamatan.
b. Membuat jejaring dengan lembaga di tingkat desa/kelurahan dalam
rangka implementasi program kesehatan.
c. Membuat jejaring dengan kader sebagai pelaksana program
kesehatan di masyarakat.
d. Membina posyandu, desa/kelurahan siaga yang telah ada di
masyarakat.
e. Meningkatkan jejaring pelayanan kesehatan di sekolah ataupun
pondok pesantren.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh dengan pengutamaan pada
upaya promotif dan preventif.
a. Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan
fasilitas yang tersedia.
b. Mengoptimalkan peran SDM sesuai tupoksi pelayanan yang ada.
c. Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap
sesuai perkembangan jaman.
d. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar.
e. Melaksanakan rujukan horizontal dalam rangka meningkatkan
peran klinik sehat, dengan tetap memberikan pelayanan rujukan
vertikal sesuai standar.
f. Meningkatkan koordinasi antar unit pelayanan.

4
3. Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui pendanaan yang ada
di puskesmas dan masyarakat
a. Mendorong masyarakat untuk mendukung pendanaan kesehatan
yang bersumber dari masyarakat
b. Merencanakan anggaran kegiatan kesehatan yang sesuai dengan
permasalahan yang ada di masyarakat
c. Mendukung pencapaian SPM (Standar Pelayanan Minimal)
melalui dana yang ada.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu.
a. Melaksanakan transfer ilmu (kalakarya) dari SDM yang mengikuti
pelatihan kepada rekan-rekan lainnya.
b. Membuat peta jabatan sesuai dengan kompetensi yang ada.
c. Melaksanakan analisis beban kerja dan mutasi internal.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
a. Mengoptimalkan peran apotek dan gudang obat dalam pelayanan
kesehatan.
b. Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi penggunaan obat
pelayanan kesehatan.
c. Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan obat dan
alkes.Merencanakan kebutuhan obat dan alkes secara rutin.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan pelayanan kesehatan
yang bertanggungjawab.
a. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terpadu setiap bulan
b. Menanggapi dengan segera setiap keluhan konsumen yang
disampaikan.
c. Melaksanakan lokmin bulanan dan tribulanan secara rutin.

5
E.  TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan Profil UPTD Puskesmas Bajoe adalah untuk


memberikan gambaran masyarakat Kecamatan Tanete Riattang Timur,
melalui hasil pencapaian program dan indikator kesehatan yang
dilaksanakan, sehingga nantinya dapat menjadi tolak ukur atau dasar
pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya di Puskesmas Bajoe.

2. Tujuan Khusus

a. Tersedianya data dan informasi yang akurat tentang pencapaian


program kesehatan di Puskesmas Bajoe.
b. Tersedianya informasi tentang bagaimana akses masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Bajoe terhadap pemeliharaan kesehatan.
c. Diperolehnya informasi mengenai cakupan program sehingga
dapat memotivasi pengelolah program untuk lebih meningkatkan
kinerjanya.
d. Mekanisme Kerja Pengelolaan Data

F.  MEKANISME PENGELOLAAN DATA

1.   Pengumpulan data

Dalam penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Bajoe, data


dikumpulkan secara aktif oleh petugas pengelolah data dengan cara
melakukan pengambilan data secara langsung dari masing-masing
pemegang program di Puskesmas dan di kantor BPS Kabupaten Bone serta
Kantor Camat Tanete Riattang Timur selanjutnya data tersebut diolah dan
dituangkan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisa sebelum disajikan
dalam bentuk profil.

Metode yang digunakan adalah pengumpulan data secara rutin melalui


pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan baik di dalam maupun di luar

6
gedung Puskesmas yang dilakukan setiap hari dan berkala baik di
kelurahan/desa maupun di Puskesmas.

2.  Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan tersebut dimasukkan ke dalam format


tabel yang telah disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bone
kemudian dilakukan analisis. Jenis analisis data yang dilakukan pada
penyajian profil ini adalah jenis Analisis Deskriptif, yaitu upaya
menggambarkan / menjelaskan data yang terdapat dalam tabel sesuai
karakteristik data yang ditampilkan, termasuk angka rata-rata, angka
maksimum dan minimum.

3.  Sistimatika Penyajian

Sistimatika penyajian Profil Kesehatan Puskesmas Bajoe adalah sebagai


berikut :

Bab-1 : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan penyusunan


Profil Kesehatan dan sistimatika penyajiannya.

Bab-2 : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum wilayah kerja UPTD


Puskesmas Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur. Selain uraian tentang
letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga
mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-
faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya
dan lingkungan.

7
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai mortalitas,


morbiditas dan angka status gizi masyarakat Kecamatan Tanete Riattang
Timur.

Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar,


pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan yang
diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar
Pelayanan Minimum bidang kesehatan.

Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,


pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab-6 : Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak
dan ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan di tahun tersebut.

Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga


mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

8
BAB. II

GAMBARAN UMUM

Puskesmas Bajoe berdiri pada tahun 1972 (sesuai SK Pemerintah Dati II


Bone Nomor : … tahun 1972) dan mengalami perubahan lokasi dan pembangunan
gedung baru yang sebelumnya berada di depan ex pasar Bajoe ke Lokasi yang
baru disebelah barat ex pasar Bajoe berdampingan dengan SD Inpres 5/81 Bajoe
Kelurahan Bajoe yang dibangun pada tahun 2009 dan mulai ditempati tahun 2010.
dengan luas wilayah 49 km2 yang terdiri dari 8 Kelurahan, 34 Lingkunagn/Dusun
dengan jarak tempuh dari Kelurahan terjauh (Kelurahan Pallette) berjarak 11 km
dan jarak dari Ibu Kota Kab. Bone (Watampone) 7 km dan termasuk Wilayah
Puskesmas Perkotaan. Wilayah kerja merupakan daerah datar dengan curah hujan
sedang tiap tahunnya.Tiap Kelurahan dapat dengan mudah dijangkau baik
kendaraan roda dua maupun roda empat dengan jalan yang yang rata-rata mulus
beraspal.

A.  KEADAAN GEOGRAFIS

UPTD Puskesmas Bajoe terletak di Kecamatan Tanete Riattang Timur


yaitu di Kelurahan Bajoe (Jalan Yos Sudarso No.294 Bajoe) dengan luas
wilayah 48.88 km2 (1,07%) dari luas Kabupaten Bone. Secara geografis
Kecamatan Tanete Riattang Timur mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan wilayah kerja UPTD Puskesmas Awaru


Kecamatan Awangpone.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone.
3. Sebelah Selatan berbatasan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kading
Kecamatan Barebbo.
4. Sebelah Barat berbatasan wilayah kerja UPTD Puskesmas Biru Kecamatan
Tanete Riattang.

9
Peta Kecamatan Tanete Riattang Timur
(Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bajoe)

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bajoe terbagi atas 8 kelurahan dengan


rincian masing-masing :

1. Kelurahan Tibojong terbagi atas 4 Lingkungan/Dusun, yaitu :


Lingkungan Tibojong, Lappobatue, Maloi, dan Perumnas Tibojong.
2. Kelurahan Cellu terbagi atas 4 Lingkungan/Dusun, yaitu : Lingkungan
Cellu Rilau, Cellu Riaja, Amessangeng dan Dare’e.
3. Kelurahan Bajoe. terbagi atas 6 Lingkungan/Dusun, yaitu : Lingkungan
Appasareng, Kampung Bajo, Rompe, Maccedde, Pao dan Tengnge.
4. Kelurahan Lonrae terbagi atas 4 Lingungan/Dusun, yaitu : Lingkungan
Lonrae, Bene, Benteng dan Doajeng.
5. Kelurahan Toro terbagi atas 5 Lingungan/Dusun yaitu: Lingkungan Toro,
Tippulue, Balakang, Lona dan Cilellang
6. Kelurahan Panyula terbagi atas 4 Lingkungan/Dusun, yaitu : Lingkungan
Panyula, Awang Salo, Pao-pao dan Maccili.
7. Keluarahan Waetuo terbagi atas 4 Lingkungan/Dusun, yaitu : Lingkungan
Waetuo, Tabu, Lapanning dan Maccika. Keluarahan Palette terbagi atas 3
Lingkungan/Dusun, yaitu : Lingkungan Teppoe, Kampung Tengah dan
Kalicoppeng.

B.   KEADAAN DEMOGRAFIS
10
Jumlah penduduk Kecamatan Tanete Riattang Timur berdasarkan data
statistik pada tahun 2015 berjumlah 43.642 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 20.967 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 22.675 jiwa, Angka
kepadatan penduduk rata-rata di wilayah Kecamatan Tanete Riattng Timur
adalah 998 jiwa/km2, Kelurahan Lonrae adalah wilayah yang paling padat
penduduknya yaitu 4.374 jiwa.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kelurahan

Kecamatan Tanete Riattang Timur  Tahun 2015

No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 Tibojong 2178 2527 4705
2 Cellu 2152 1871 4023
3 Bajoe 5106 5132 10238
4 Lonrae 3617 4677 8294
5 Toro 2207 2356 4563
6 Panyula 2887 3076 5963
7 Waetuwo 2031 2153 4184
8 Pallette 789 883 1672
  Jumlah 20967 22675 43642

Sumber Kantor Kec.T.Riattang Timur, 2015

C.    Keadaan Sosial Ekonomi

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan sumber daya


manusia. Di wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur jumlah sarana
pendidikan yang ada sekolah terbagi dalam Taman Kanak-Kanak ada 23
Sekolah, sekolah Dasar 24 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah ada 4 sekolah,
Sekolah Menengah Pertama ada 7 sekolah, Madrasah Tsanawiyah ada 1
sekolah, SMU ada 4 sekolah, Sekolah Akademi 2 sekolah Perguruan
Tinggi ada 1 Sekolah.

11
Tabel 2.  Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Tanete Riattang Timur
Di Puskesmas Bajoe Tahun 2015
Jenis Sarana Pendidikan
Perguru
NO Kelurahan
an Sekolah SLTA/ SLTP/ SD/
Tinggi akademi MA MTS MI TK Pesantren TPA
1 Tibojong     0 1 1 2   2
2 Cellu 1 2 0   3 3   1
3 Bajoe     1 2 6 4 1 1
4 Lonrae     1 1 3 4   1
5 Toro     0 1 2 3    
6 Panyula     1 1 4 3 1 1
7 Waetuwo     1 1 3 2   1
8 Palltette     0   2 2    
  Total 1 2 4 7 24 23 2 7
Data Puskesmas Bajoe 2015
2. Agama
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari
besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Menurut data statistik
tahun 2015 penduduk Kecamatan Tanete Riattang Timur , sebagian besar
menganut Agama Islam.
Tabel 3. Jumlah Tempat – Tempat Ibadah di Kec. Tanete Riattang Timur
Diwilayah Puskesmas Bajoe Tahun 2015
Langgar/ Kuil/
No Kelurahan Mesjid Mushollah Gereja Vihara
1 Tibojong 4 - - -
2 Cellu 6 - - -
3 Bajoe 9 1 - -
4 Lonrae 4 1 - -
5 Toro 6 - - -
6 Panyula 4 1 - -
7 Waetuwo 4 - - -
8 Pallette 3 1 - -
  Total 40 4 - -
Sumber data KUA Kec.T.Riattang Timur 2015

BAB   III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

 A.    Mortalitas (Angka Kematian)
12
1. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR) Pada Tahun 2015, di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Bajoe jumlah kematian bayi sebanyak 5
orang
2. Angka Kematian Balita
Di tahun 2015 ini jumlah kematian balita di wilayah UPTD Puskesmas
Bajoe sebanyak 3 orang.
3. Angka Kecelakaan Lalu Lintas Wilayah Kecamatan Tanete Riattang
Timur termasuk wilayah yang rawan terhadap kejadian kecelakaan lalu
lintas, selain karena termasuk wilayah perkotaan yang padat penduduknya
juga menjadi jalan utama penyebarangan laut poros pelabuhan laut Bajoe
ke Kolaka Sulawesi Tenggara yang banyak penumpang dan kendaraan
yang lalu hilir mudik setiap hari.
Disepanjang tahun 2015 jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas yang
terjadi di wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur sebanyak 1 orang

B.     Morbiditas (Angka Kesakitan)
1. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Pada tahun 2015 jumlah suspek yang diperiksa sputum BTA sebanyak
101 orang dan yang dinyatakan positif menderita (TB Paru BTA (+)
sebanyak 25 orang. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
tersebut maka dilakukan pemberian pengobatan anti tuberkulosis secara
rutin selama 6 bulan kepada semua penderita yang dinyatakan positif
Penderita. yang dinyatakan sembuh setelah pemeriksaan kembali
sputum BTA dan memperlihatkan sputum BTA (-) sebanyak 15 orang.
Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa angka kesembuhan
penderita TB Paru BTA (+) yang ditangani Puskesmas Bajoe belum
dapat dilihat karena sebagian masih dalam program pengobatan selama
6 (enam) bulan lamanya

2. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani


Jumlah penderita pneumonia yang berobat ke Puskesmas Bajoe
sebanyak 6 orang yang diobati dan penderita yang dirujuk ke Rumah Sakit
3. Angka Kesakitan Diare
13
Diare merupakan penyakit endemis khususnya di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini senantiasa ada dan sering
terjadi peningkatan jumlah penderita khususnya pada musim-musim hujan.
di Wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur berdasarkan hasil rekapan
tahunan STP (Surveilans Terpadu Penyakit) Puskesmas Bajoe tahun 2015,
penyakit diare sebanyak 884 penderita yang kesemuanya mendapatkan
penanganan pengobatan dan pemberian oralit dan tablet zinc
4. Angka Kesakitan Malaria
Pada tahun 2015, pemeriksaan sediaan darah tidak dilakukan karena
tidak ditemukan kasus dan juga Kecamatan Tanete Riattang Timur tidak
termasuk daerah endemis malaria.
5. Angka penyakit Kusta
Pada tahun 2015 jumlah penderita kusta sebanyak 8 orang yang
sembuh 2 orang dengan masa penyembuhan 6 -12 bulan, selengkap seperti
tabel berikut:

Tabel.Cakupan penderita Kusta Tahun 2015


No. Kelurahan JML penderita Tipe MB Tipe PB
1 Tibojong 0   0 0 
2 Cellu  0  0  0
3 Bajoe  3  2  1
4 Lonrae  2  1  1
5 Toro  1  1 0
6 Panyula  1  1  0
7 Waetuwo  1  1  0
8 Pallette  0  0  0
  Jumlah  8  6  2

6. Angka penyakit Filariasis


Tahun 2015, tidak ada data penyakit Filariasis selain tidak ditemukan
adanya kasus di wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur dan tidak
termasuk daerah endemis filariasis.

14
7. Angka penyakit Rabies
Pada tahun 2015 tidak ditemukan adanya kasus positif rabies.
8. Angka penyakit Campak
Kasus campak tidak di temukan pada tahun 2015.
9. Angka penyakit DBD
10. Kasus penyakit Demam berdarah ditemukan 233 pada tahun 2015.

15
C. Situasi Gizi

Tabel 4.cakupan kunjugan neonatal, bayi dan bayi bblr yang ditangai di puskemsas bajoe tahun 2015

NEONATUS BAYI BAYI LAHIR


JUML.
Jum JML LAHIR BBLR
No Kecamatan Puskesmas lah KN3 % Bayi KUNJ % HIDUP BBLR % DITANGANI %
1 Tanete
Riattang Bajoe 806 746 92,56 806 772 95.78 807 12 1,48 12 100
Timur

1. Persentase Kunjungan Neonatus dan Bayi

Kunjungan neonatus di wilayah kerja Puskesmas Bajoe tahun 2015 yaitu 806 dengan KN3 sebanya 746 (92,56%) sesuai standard
pelayanan minimal. Kunjungan bayi baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (posyandu) sebanyak 806 dengan kunjungan 772
(95.78%). Hal ini dapat menggambarkan bahwa masyarakat sudah mulai memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

2. Persentase BBLR Ditangani

Dari 807  bayi yang lahir, sebanyak 12 bayi dengan BBLR, di tangani 12 bayi ( 100 %). Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan
bayi lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram antara lain umur dan paritas ibu serta umur kehamilan yang kurang dari batas normal, ibu
tidak rutin memeriksakan kehamilannya serta faktor gizi yang tidak mencukupi.
16
3. Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita

Tabel 5. Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Puskesmas Bajoe Tahun 2015

No KELURAHAN S K N D % K/S %N/S %N/D D/S


1 Tibojong 626 625 290 358 99,95 46,36 81,14 57,14
2 Cellu 611 610 264 328 99,92 43,27 80,52 53,74
3 Bajoe 1964 1963 519 639 99,94 26,42 81,19 32,55
4 Lonrae 1133 1132 465 580 99,96 41,05 80,18 51,19
5 Toro 719 719 300 383 99,99 41,75 78,42 53,23
6 Panyula 852 851 349 436 99,96 40,99 80,05 51,20
7 Waetuo 595 595 269 331 99,94 45,17 81,22 55,61
8 Palette 238 238 111 141 100,00 46,78 78,91 59,28
9 PUSKESMAS 6737 6734 2568 3196 99,95 38,11 80,35 47,43
Sumber :Data Gizi Puskesmas Bajoe 2015

Pada tahun 2015, pemantauan status gizi di Puskesmas Bajoe dilaksanakan setiap bulannya di Posyandu melalui penimbangan bayi dan balita, yang
dilaporkan pada setiap akhir bulan setelah semua kegiatan posyandu selesai dilaksanakan dalam bulan berjalan.

17
Jumlah sasaran bayi dan balita yang tersebar di 8 Kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas Bajoe pada tahun 2015 menurut data dari program gizi adalah
6702 bayi dan balita. Dari jumlah tersebut yang aktif mengikuti penimbangan
setiap bulan di posyandu 2568 bayi dan balita. Jumlah balita yang memiliki KMS
6734

Kurangnya cakupan D/S menggambarkan kurangnya partisipasi masyarakat


dan pemerintah Kelurahan dalam kegiatan posyandu ,Hal ini disebabkan
diantaranya karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mayoritas
pekerjaannya adalah petani sehingga sering kali pada saat jadwal posyandu
mereka tidak bisa datang karena alasan yang berbeda-beda, di samping itu
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak
setelah berusia 12 bulan ke atas.

Masalah gizi bukan hanya masalah sektor kesehatan, dan keberhasilan


penanggulangannya tidak akan maksimal jika sektor kesehatan berjalan sendiri
tanpa adanya dukungan sektor terkait serta dukungan politik dari kebijakan
pemerintah setempat.

Masih terdapatnya balita BGM di Kecamatan Tanete Riattang Timur Bajoe


yaitu 5 balita, sedangkan gizi buruk sebanyak 1 balita hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain sosial budaya dan ekonomi keluarga, tingkat
pengetahuan dan kekurang pedulian keluarga .Balita Gizi buruk dan BGM ini
semuanya telah mendapat makanan pendamping ASI dan sudah ditangani oleh
dokter ahli anak di Rumah Sakit.

18
BAB.  IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

 A.    Pelayanan Kesehatan

IBU HAMIL IBU BERSALIN


No Di tlg
Kelurahan JML K1 % K4 % JML Nakes %
93,68 92,63 96,13
190 178 176 181 174
1 BAJOE
98,86 97,73 90,59
88 87 86 85 77
2 CELLU
100,61 95,15 88,54
165 166 157 157 139
3 LONRAE
88,57 88,57 75,76
35 31 31 33 25
4 PALETTE
99,21 95,24 92,56
126 125 120 121 112
5 PANYULA
103,33 98,89 105,81
90 93 89 86 91
6 TIBOJONG
101,90 97,14 97,00
105 107 102 100 97
7 TORO
96,55 95,40 108,43
87 84 83 83 90
8 WAETUO
844 95,26
886 871 98.31 95.26 805 95.15
Jumlah
Sumber : KIA Puskesmas Bajoe 2015

Dari 886 ibu hamil, cakupan K-1 : 871 (98,18%) dan K-4 sebanyak 844 (95,26%).
Dari persentase cakupan K1 dan K-4 menggambarkan bahwa kesadaran ibu hamil
untuk memeriksakan kandungannya sedini mungkin ke Puskesmas, Pustu dan
Poskesdes sudah mulai meningkat, Namun demikian masih ada sebagian ibu
hamil memeriksakan kehamilannya setelah usia di atas triwulan pertama, sehingga
kunjungannya tetap tercatat sebagai K1 padahal jika berdasarkan usia
kehamilannya mestinya sudah tercatat sebagai K2, K3 ataupun K4.

19
Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah 805( 95,15%) persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Bajoe pada tahun 2015.

Persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun ini menggambarkan


tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap persalinan semakin
baik dibandingkan tahun sebelumnya ,didukung adanya kebijakan pemerintah
yaitu BPJS Kesehatan.

2. Persentase Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita (Pra Sekolah)

Anak balita ( Anak prasekolah ) yang dideteksi kesehatan dan tumbuh


kembangnya sesuai standar paling sedikit 4 kali per tahun di wilayah kerja
Puskesmas Bajoei tahun 2015. Kegiatan belum dilaksanakan karena belum ada
petugas yang pernah dilatih.

3. Persentase Siswa SD, SMP dan SMA sederajat yang Diperiksa Kesehatannya
Cakupan pemeriksaan kesehatan pada anak SD/MI kelas 1 oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan
kesehatan di SD/MI di wilayah kerja Puskesmas Bajoe tahun 2015 sebanyak 27
SD/sederajat, 5 SMP/Sederajat dan 2 SMA Sederajat.

4. Persentase Peserta KB Baru dan Aktif di Kec. Tanete Riattang Timur Wilayah
Puskesmas Bajoe tahun 2015

Jumlah Peserta KB Baru Peserta KB Aktif


NO. Kelurahan PUS JML % JML %
1 BAJOE 1971 518 26,28 1378 69,91
2 CELLU 920 297 32,28 697 75,76
3 LONRAE 1706 392 22,98 1319 77,32
4 PALETTE 358 107 29,89 320 89,39
5 PANYULA 1309 334 25,52 979 74,79
6 TIBOJONG 935 309 33,05 745 79,68
7 TORO 1086 383 35,27 852 78,45
8 WAETUO 904 243 26,88 666 73,67
Jumlah 9189 2583 28,11 6956 75,70

20
Berdasarkan data Pengelola KB Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2015,
Peserta KB Baru 2583 (28.11 % ) dan peserta KB Aktif sebanyak 6956 75.,70%)
orang dari 9189 pasangan usia subur. Angka ini menunjukan tingkat partisipasi
masyarakat tentang KB cukup baik.

5. Persentase Desa yang mencapai UCI Puskesmas Bajoe Tahun 2015

% Pencapaian
POLIO
DPT/HB(3)
No Kelurahan Sasaran bayi BCG 4 CAMPAK
1 Bajoe 82 98,8 96,3 97,6 93,9
2 Cellu 81 96,3 97,5 95,1 95,1
3 Lonrae 173 89 83,8 85,5 89
4 Palette 150 92 90,7 89,3 93,3
5 Panyula 95 98,9 98,9 98,9 95,8
6 Tibojong 115 90,4 93,9 93 93
7 Toro 79 98,7 97,5 97,5 97,5
8 Waetuo 31 96,8 96,8 96,8 93,5
Jumlah 806 93,9 92,8 92,7 93,3
Pada tahun 2015 cakupan imunisasi Puskesmas Bajoe semua Desa UCI .
( Universal child immunization)

Persentase Cakupan Imunisasi Bayi


Imunisasi merupakan salah satu jalan untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian khususnya pada bayi dan balita melalui pemberian perlindungan /
kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan
imunisasi (PD3I).
Imunisasi bayi terdiri atas :

1. Imunisasi BCG untuk memberi perlindungan terhadap penyakit TBC


2. Imunisasi DPT/HB 1 sampai 3, memberi perlindungan terhadap penyakit
hepatitis, diftheri, pertusis dan tetanus.
3. Imunisasi Polio 1 sampai Polio 4, untuk memberikan perlindungan terhadap
penyakit polio.
4. Imunisasi campak, untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit campak.

21
Pada tahun 2015 cakupan imunisasi Puskesmas Bajoe dari sasaran bayi sebagai
berikut :

1. Cakupan imunisasi HBO mencapai 93.9%


2. Cakupan imunisasi BCG mencapai 93.1%
3. Cakupan imunisasi P0LIO 1 mencapai 92%
4. Cakupan imunisasi DPT/HB1 mencapai 95%
5. Cakupan imunisasi P0LIO 2 mencapai 94.7%
6. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 mencapai 94.4%
7. Cakupan imunisasi P0LIO 3 mencapai 92.7%
8. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 mencapai 92.8%
9. Cakupan imunisasi P0LIO 4 mencapai 92.7%
10. Cakupan imunisasi Campak mencapai 93.3%

Pencapaian ini memberi gambaran proporsi bayi yang telah mendapat


perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (khususnya
bagi yang telah mendapat DPT3 + HB3, Polio3, BCG dan campak. Yang berarti
tingkat pengelolaan program imunisasi sudah bagus dan begitu juga pemanfaatan
pelayanan imunisasi di posyandu oleh masyarakat, hal ini tidak terlepas kesadaran
dari ibu bayi untuk membawa anaknya ke posyandu dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya..

Cakupan imunisasi tahun 2015 sebagaimana terlihat pada data tersebut di


atas di sebabkan karena tingginya partisipasi masyarakat tentang pentingnya
imunisasi dan tak lepas dari proaktifnya pengelolah program imunisasi dan para
bidan/perawat yang bertugas di pustu/poskesdes di Kelurahan melakukan kegiatan
sweeping imunisasi.

22
6. Persentase Balita Mendapat Vitamin A 2 kali Cakupan Kapsul Vit A Dosis
Tinggi pada Bayi (6-11 Bulan), Balita (1-5 Tahun) di Puskesmas Bajoe bulan
Agustus Tahun 2015

No Kel/Desa Sasaran Cakupan %


1 Tibojong 600 484 80,67
2 Cellu 591 481 81,39
3 Bajoe 2070 1731 83,62
4 Lonrae 1095 895 81,74
5 Toro 697 561 80,49
6 Panyula 840 688 81,90
7 Waetuo 580 470 81,03
8 Palette 229 188 82,10
Jumlah 6702 5498 82,04

Data Gizi Puskesmas Bajoe tahun 2015 Persentase bayi/balita di wilayah


Puskesmas Bajoe tahun 2015 yang mendapatkan vitamin dosis tinggi sebanyak
5498 Bayi & Balita (82,04%) dari jumlah sasaran 6702 Bayi & Balita. Ini
menujukkan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita
hampir tidak menemui kendala.

23
7. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe3 hamil Puskesmas Bajoe tahun
2015

No  Kelurahan Sasaran Jumlah bumil yg dapat FE %


98,89
1 Tibojong 90 89
97,73
2 Cellu 88 86
92,63
3 Bajoe 190 176
95,15
4 Lonrae 165 157
97,14
5 Toro 105 102
96,83
6 Panyula 126 122
95,40
7 Waetuwo 87 83
88,57
8 Pallette 35 31
Jumlah 886 854 96.39

Data Gizi Puskesmas Bajoe 2015 Dari 886 sasaran bumil di wilayah kerja
Puskesmas Bajoe tahun 2015 yang mendapat tablet Fe berjumlah 854 selama
periode kehamilannya . Angka cakupan ini sangat dipengaruhi oleh kunjungan ibu
hamil ke sarana pelayanan kesehatan.

24
8. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Imunisasi TT

Cakupan Kumulatif Ibu Hamil Di imunisasi


Sasaran TT (%)
No Kelurahan Bumil TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
1 Tibojong 82 98,9 65,2      
2 Cellu 81 98,9 68,2      
3 Bajoe 173 79,8 54,3      
4 Lonrae 150 81 55,2      
5 Toro 95 96,2 66,3      
6 Panyula 115 91,2 56      
7 Waetuwo 79 95,3 70,9      
8 Pallette 31 97,1 73,5      
Jumlah 806 89,6 61      
Data Imunisasi Puskesmas Bajoe 2015

Persentase ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bajoe yang mendapatkan


imunisasi TT1 sampai TT5 selain dipengaruhi oleh kunjungan ibu ke sarana
pelayanan kesehatan dalam hal ini ke Puskesmas atau ke posyandu, juga
dipengaruhi oleh keterbatasan stock vaksin yang ada di Dinas Kesehatan Kab.
Bone. Pada tahun 2015 cakupan imunisasi TT bumil harus di sesuaikan dengan
ketersediaan vaksin yang ada di puskesmas dan pemberian imunisasi TT
sebelumnya,

25
9. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif Agustus Di Wilayah Puskesmas
Tahun 2015

   
No Kelurahan Sasaran Bayi dapat ASI Ekslusif %
37,5
1 Tibojong 32 12
40
2 Cellu 30 12
40
3 Bajoe 55 22
40,82
4 Lonrae 49 20
41,18
5 Toro 34 14
45
6 Panyula 40 18
44,4
7 Waetuwo 27 12
55,56
8 Pallette 9 5
Jumlah 276 114 41,30 %
Data Gizi Puskesmas Bajoe 2015

Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6
bulan di wilayah Puskesmas Bajoe pada bulan Agustus tahun 2015 adalah
276 Bayi  angka tersebut dipengaruhi oleh tingkat kesibukan ibu, termasuk
kesibukan mencari nafkah dan juga dipengaruhi oleh gaya hidup sehingga
mengabaikan pemberian ASi terhadap bayinya. Disamping itu faktor
pengetahuan ibu yang kurang sehingga sebagian bayi kadang diberi susu
instan, air tajin, teh manis jika ASI ibunya terasa kurang.

10. Persentase Kelurahan/Desa dengan Garam Beryodium yang Baik


Berdasarkan hasil pemeriksaan disetiap rumah di wilayah puskesmas
Bajoe semua Kelurahan dinyatakan kategori menggunakan garam
beryodium yang masih banyak rumah tangga yang menggunakan garam
yang tidak beryodium dengan alasan sudah lama memakai dan lebih
murah harganya dan sebagian rumah tangga memang tdk mengetahui
manfaat garam beryodium.

26
11. Rasio Tambal/Cabut Gigi Tetap
Di Puskesmas Bajoe pada tahun 2015 Pelayanan dalam gedung
hanya dilaksanakan Pencabutan gigi saja karena keterbatasan peralatan
gigi yang ada di Puskesmas Bajoe tidak memungkinkan untuk dilakukan
tindakan lain seperti tumpatan gigi tetap. Selaian kegiatan pelayanan di
Puskesmas juga dilaksanakan kegiatan di luar gedung seperti UKGS
(Promotif dan Preventif).
12. Persentase Murid SD/MI yang mendapat Pemeriksaan Gigi mulut
Kegiatan UKGS di Puskesmas Bajoe adalah pemeriksaan gigi dan
mulut khususnya pada anak SD/MI, pada tahun 2015 sebanyak 24 sekolah.
13. Penyuluhan P3 Napza Oleh Nakes
Salah satu program utama sebuah Puskesmas adalah Promosi
Kesehatan dalam hal ini penyuluhan kesehatan yang dilakukan untuk
memperbaiki perilaku seseorang agar sesuai dengan prinsip hidup sehat.
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalan mengadakan penyuluhan di
sekolah terutama SMP ,SMA/Sederajat dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan remaja tentang bahaya yang dapat ditimbulkan Napsa bagi
generasi muda. Pada tahun 2015 di Kecamatan Matakali penyuluhan napsa
dilakukan sebanyak 3 kali bagi siswa SMP/SMU sederajat.
Tabel penyuluhan kesehatan

PENYULUHAN KESEHATAN
Puskesma
Jumlah % Keterangan
s
penyuluha Jumlah penyuluhan
No n Napza
Kegiatan yg
dilaksanaka
1 Bajoe 44 6 13% n hanya
bersipat
perorangan

27
14. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Proporsi penduduk yang terlindung jaminan pemeliharaan kesehatan
di wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2015 belum dapat
diketahui dengan pasti karena tidak ada data yang mendukung karena
beberapa peserta pemegang jaminan kesehatan dari beberapa kelurahan
yang ada di wilayah Kec. Tanete Riattang Timur sebagian
terdaftar/berobat di Puskesmas Watampone dan Puskesmas Biru. Jumlah
kunjungan poliklinik di Puskesmas Bajoe tahun 2015 berdasarkan jenis
kepesertaan sebagai berikut :

Jumlah peserta jaminan Kesehatan


Jumlah Prabayar
No. Puskesmas
Penduduk
PBI Umum Jamkesda Non PBI
1 Bajoe 43642 1873 822 20848 1873

 
15. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Gakin dan Masyarakat Rentan
Di Kecamatan Tanete Riattang Timur, pada tahun 2015 jumlah
masyarakat yang memiliki kartu Jamkesmas/BPJS Kesehatan sebanyak
1873 jiwa, Jamkesda 20848 untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.Namun demikian, masih banyak pula masyarakat yang tidak
menggunakan kartunya disebabkan karena seluruh pelayanan kesehatan
dasar di Kabupaten Bone di gratiskan melalui program Jamkesda
kerjasama antara Pemrov Sulsel dan Pemkab Bone, baik terhadap pasien
dengan status umum terlebih yang memiliki Jaminan kesehatan
masyarakat.

28
Tabel. Cakupan Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Di Wilayah Puskesmas
Bajoe Tahun 2015

Penduduk miskin Pelayanan Bayi Gakin


No Puskesmas Jmh yg Mendapat Jml Bayi JML yg Dapat
%
ada/Jiwa YANKES Gakin BGM MP-ASI
1 Bajoe  3842 16167  5 5  100 

16. Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila

Jumlah kelompok Usila Di wilayah Puskesmas Bajoe sebanyak 8


kelompok dan anggotanya sebanyak 5388 orang. Jumlah Usila yang dilayani
selama tahun 2015 sebanyak 3269 orang atau (60.67%) dari jumlah usila yang
ada.

B.  AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Cakupan Rawat Jalan

Jumlah kunjungan rawat jalan di dalam ataupun di luar gedung


Puskesmas Bajoe adalah 28.451 kunjungan yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan di wilayah Puskesmas Bajoe, termasuk yang mendapat
pelayanan di Poli Umum, Poli Gigi, KIA, pelayanan di Puskesmas
keliling, dsb.

Dari sejumlah penduduk yang berkunjung ke Puskesmas tersebut


mayoritas mereka datang dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan
pengobatan, hal ini kurang sejalan dengan fungsi Puskesmas yaitu bukan
hanya kuratif tetapi juga promotif, preventif. Sehingga diharapkan bukan
hanya mereka yang sakit saja yang datang untuk berobat tetapi sebagian
mereka diharapkan datang berkonsultasi tentang bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Namun kenyataannya
hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan karena persepsi masyarakat
bahwa Puskesmas adalah tempat bagi orang-orang yang sedang sakit,
29
sehingga masyarakat yang datang dengan tujuan konsultasi masalah
kesehatan sangat minim.

Berikut Gambaran 10 Penyakit terbanyak di wilayah Puskesmas


Bajoe selama tahun 2015:

No
. Nama penyakit Jumlah
1 Batuk 2676
2 Demam 1870
3 Sakit kepala 1407
4 Gastritis 1635
5 Penyakit sistem otot dan jaringan 1292
6 Hipertensi 1781
7 Influenza 1034
8 Dermatitis 1025
9 Diare 901
10 Diabetes mellitus 646
  Jumlah kunjungan 31546

Dari tabel diatas,menunjukkan bahwa kunjungan tertinggi masih di


dominasi penyakit menular basis lingkungan, hal ini menggambarkan
bahwa kesehatan lingkungan di wilayah Puskesmas Bajoe masih perlu
mendapat perhatian sehingga kedepannya dapat menurunkan penularan
penyakit yang berbasis lingkungan.

2. Ketersediaan Obat Esensial dan Generik Kebutuhan


Obat-obatan yang tersedia di Puskesmas Bajoe adalah obat yang
tergolong obat generik yang pengadaannya langsung melalui Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bone.

30
C.    PERILAKU HIDUP MASYARAKAT
1. Persentase Rumah Tangga Ber PHBS
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, faktor
perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh sehingga diharapkan
masyarakat mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2015, dari 7079 rumah tangga yang
dipantau hanya 1384 (18.89%) rumah tangga yang dinyatakan berperilaku
hidup bersih dan sehat.
Dalam pemantauan rumah tangga yang ber-PHBS digunakan
sepuluh indikator perilaku, yang mana setiap rumah tangga mayoritas
hanya memenuhi beberapa kriteria saja. Hal ini disebabkan karena tingkat
pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat masih sangat kurang,
seperti masih adanya masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi air yang
tidak dimasak dengan alasan lebih nikmat sebagai pelepas dahaga, masih
banyaknya bapak-bapak yang merokok tidak pada tempatnya sehingga
anak-anak sekolah pun sudah ada yang mulai belajar merokok, masih ada
masyarakat yang tidak mencuci tangan atau sekedar membilas dengan air
tanpa memakai sabun sebelum makan sehingga kebiasaan-kebiasaan
seperti itu dapat mempermudah masuknya kuman penyakit ke dalam
tubuh. Dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
dianggap sepele namun mereka kurang menyadari bahwa perilaku
tersebutlah yang menyebabkan mereka sakit. Terlebih dengan penyakit-
penyakit yang berbasis lingkungan, yang mana penyebabkan juga karena
kondisi lingkungan yang tidak sehat / bersih oleh kekurang pedulian
masyarakat atau perilaku mereka yang kurang bersih.

2. Persentase Posyandu Aktif


Posyandu yang ada di wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur
berjumlah 23 posyandu tersebar pada setiap Lingkungan/dusun yang ada.
Dalam pelaksanaannya posyandu terkait dengan beberapa program
Puskesmas, yaitu Program Gizi, Imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak, KB
dan Promosi Kesehatan. Sehingga dalam pengklasifikasiannya juga
didasarkan pada kriteria hasil pencapaian cakupan program tersebut
31
disamping berdasarkan frekuensi penimbangan setiap tahun dan jumlah
kader 29 aktif.
Berdasarkan kriteria penilaiannya maka posyandu yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Bajoe dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Posyandu Pratama   : 23 buah


2. Posyandu Madya      : 0 buah
3. Posyandu Purnama : 0 buah
4. Posyandu Mandiri   : 0 buah

Di wilayah Puskesmas Bajoe belum ditemukan adanya posyandu


mandiri. Yang paling mempengaruhi karena kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memanfaatkan posyandu secara maksimal, tetapi dalam
hal ini kesalahan bukan hanya berasal dari masyarakat saja tetapi juga
karena kurangnya perhatian pemerintah setempat, serta kurangnya
kerjasama lintas sektor.

Tabel. Jumlah Posyandu dan Kader Di Puskesmas Bajoe Tahun 2015

Jumlah Posyandu Jumlah kader


No Kelurahan
Ada aktif Ada Aktif
1 Tibojong  3  3 7 7 
2 Cellu  3  3 6  6
3 Bajoe  3  3 4  3
4 Lonrae  3  3 6  2
5 Toro  3  3 5  3
6 Panyula  3  3 10  3
7 Waetuwo  3  3 4  2
8 Pallette  2  2 3  3
Jumlah  23  23 45  29
Sumber Data Promkes Pkm Bajoe 2015

32
D.  KEADAAN LINGKUNGAN

1. Persentase Rumah Sehat


Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia. Dari jaman dulu hingga sekarang manusia mendesain rumahnya
(tempat tinggal) sedemikian rupa agar penghuninya merasa aman dan
nyaman. Namun kadang dalam membangun sebuah rumah kurang
memperhatikan unsur kesehatan/ sanitasi lingkungan. seperti ventilasi,
pencahayaan, sarana pembuangan air limbah, pembuangan sampah,
jamban keluarga dan sarana air bersih.
Pada tahun 2015, jumlah rumah yang diperiksa kesehatan
lingkungannya sebanyak 2829 rumah dari 8974 rumah yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Bajoe. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
yang dinyatakan rumah sehat dengan berbagai kriteria penilaian hanya
31.52% rumah atau Berarti masih banyak rumah yang belum memenuhi
syarat dari segi kesehatan lingkungan. Dapat dilihat dari cakupan
pemanfaatan jamban keluarga yang sangat rendah utamanya di sepanjang
pantai di 5 kelurahan (Bajoe, Lonrae, Toro, Panyula, Waetuo dan Pallette)
kebanyakan masyarakatnya membuang hajat di pinggir laut dan sebagian
ada juga di sawah. Di samping itu rumah yang memiliki SPAL juga masih
sedikit, umumnya mereka membuang.limbahnya / comberan dikolom
rumah jika rumah panggung atau di samping rumah jika rumah
permanen/semi permanen, sehingga air limbah tersebut menjadi genangan
air yang menimbulkan bau dan menjadi sarang vektor penyakit..
Dari kondisi lingkungan fisik yang kurang memadai seperti di atas
akan memberikan kontribusi jelek terhadap lingkungan biologis.
Kepemilikan sarana sanitasi yang kurang seperti saluran pembuangan air
limbah dan jamban keluarga mengakibatkan masyarakat membuang
limbah rumah tangga dan tinja di sembarang tempat, hal ini jelas akan
menunjang terjadinya penularan penyakit. Di samping itu tingkat
pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir
masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

33
2. Persentase Keluarga yang memiliki Akses terhadap Air Bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangatlah kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci, dan sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan tersebut yang
paling penting adalah kebutuhan untuk minum. Untuk itu air harus
mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia. Di antaranya tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak
terkontaminasi oleh bakteri patogen serta tidak mengandung zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah yang terbatas.
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih tersebut, maka
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bajoe mengakses air dari berbagai
sumber, jumlah rumah yang menggunakan sumber air bersih sebanyak
8974 yang mereka gunakan diantaranya

Tabel. Jumlah Dan Akses Sarana Air Bersih (SAB) Menurut Jenisnya


Puskesmas Bajoe Tahun 2015

Kondisi Air Bersih Jenis sasarannya Total Akses


Jumlah
No Kelurahan Sumur Kemasa Lain
Rumah PDAM SPT PAH Jiwa
Gali n nya
1 Tibojong 933 6 25 0 4 5 0 4705
2 Cellu 978 8 45 0 24 1 0 4023
3 Bajoe 1715 5 118 0 0 2 0 10238
4 Lonrae 1760 8 43 0 3 4 0 8294
5 Toro 875 6 58 0 3 1 0 4563
6 Panyula 1043 6 263 0 47 0 0 5963
7 Waetuwo 975 5 27 0 13 0 0 4184
8 Pallette 681 0 6 0 4 0 1 1672
Jumlah 8974 44 585 0 94 13 1 43642
Sumber :Data Laporan Kesling PKM Bajoe 2015

3. Persentase Keluarga yang Memiliki Sarana Sanitasi Dasar

34
Dikatakan rumah sehat jika memiliki sarana sanitasi dasar yang
memenuhi syarat kesehatan seperti jamban kelurga, tempat sampah dan
pengelolaan air limbah rumah tangga.
Pada tahun 2015, dari 8974 rumah yang ada di wilayah Puskesmas
Bajoe, yang memiliki jamban keluarga (jaga) hanya 6497 rumah ,dan 6494
jaga yang dinyatakan/memenuhi syarat,hal ini disebabkan karena sebagian
besar masyarakat menganggap jamban belum merupakan suatu kebutuhan
sehingga kesadaran untuk membangun jamban masih sangat kurang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut cakupan sarana sanitasi
lingkungan di wilayah Puskesmas Bajoe masih sangat rendah, hal ini pula
yang menjadi salah satu penyebab masih banyaknya penyakit-penyakit
berbasis lingkungan yang ditemukan di masyarakat.

Tabel. Jumlah Akses Jamban Keluarga Di wilayah puskesmas Bajoe Tahun 2015

Jumlah memiliki
Yg sehat %
No Kecamatan Rumah Jamban
1 T.R.Timur 8974 6497 6494  72.36%
Sumber :Data Laporan Kesling PKM Bajoe

Data diatas menunjukkan masih rendahnya rumah tangga


yang memiliki akses jamban yang sehat sebanyak 6494 dari jumlah rumah
yang memiliki jamban 6497 (72.36%)

35
Tabel. Jumlah Sarana Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Menurut
Jenisnya Di wilayah Puskesmas Bajoe Tahun 2015

Jumlah Jml kk yg Jumlah %


NO Kecamatan
Rumah memiliki sehat SEHAT
1 T.R.Timur 8974 11266 3385 37.72 %
Sumber :Data Laporan Kesling PKM Bajoe

Data diatas menunjukkan masih rendahnya rumah tangga yang


membuang limbahnya sesuai dengan syarat kesehatan dari jumlah rumah
8974 jumlah rumah yang sehat hanya sebesar 3385 (37.72%) sehingga
dapat menimbulkan bau dan tempat berkembang biaknya vektor penyebab
penyakit.

4. Persentase Tempat-Tempat Umum Sehat


Tempat pengelolaan makanan pun dilakukan pemeriksaan
berdasarkan beberapa kriteria penilaian. Di wilayah kerja Puskesmas
Bajoe dari TTU & TPM yang ada 46 sebanyak yang dinyatakan
memenuhi syarat sebanyak 25 (54.34%).

36
BAB   V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan
1. Data Dasar Puskesmas
Puskesmas Bajoe didirikan pada tahun 1971, Yang terletak di
Poros Pelabuhan laut Bajoe (jalan Yos Sudarso No.294 Bajoe)
Kelurahan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone,
yang dilengkapi dengan 1 buah bangunan bertingkat II (Lantai I untuk
pelayanan dan Lantai II untuk Administrasi Per Kantoran), perumahan
dokter tidak ada, perumahan Paramedis 1 buah dan Perumahan untuk
bidan tidak ada.
2. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Di wilayah kerja Puskesmas Bajoe tahun 2015 memiliki upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang terdiri dari 2
Pustu, 6 Poskesdes dan 22 Posyandu.

Tabel. Jumlah Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

No Jenis Sarana/Prasarana Jumlah Keterangan


1 Gedung Puskesmas 1 Bertingkat II
2 Pustu 2  
3 Poskesdes 6  
4 Posyandu 23  
5 Kendaraan Dinas Roda 4 1  
6 Kendaraan Dinas Roda 2 8  
Sumber : Data Laporan Logistik PKM Bajoe 2015

37
B. Tenaga Kesehatan
1. Persentase Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja
Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Bajoe
termasuk yang ada di pustu dan Poskesdes yaitu tenaga dengan
status PNS sebanyak 21 orang dan tenaga honorer/magang sebanyak
28 orang, total keseluruhan sebanyak 59 orang.

Tenaga Jml.Tenaga yg
Standar Tenaga Non Ada (PNS+Non
No Profesi Ketenagaan PNS PNS PNS) Ket
1 Dokter Umum 1 1 1 2  
2 Dokter Gigi 1 1 0 1  
3 Apoteker 0 0 0 0  
4 Tenaga Kesmas (S1) 1 4 0 4  
5 Perawat (S1-NERS) 0 3 0 3  
6 Tenaga Promkes (D IV) 1 0 0 0  
7 Epidemiologi ( D IV) 1 0 0 0  
8 Bidan ( D III) 4 8 12 20  
9 Perawat (D III) 6 6 11 17  
10 Sanitarian (D III) 1 0 1 1  
11 Nutrision (Ahli Gizi/D III) 1 2 0 2  
12 Perawat gigi (D III) 1 1 1 2  
13 Asisten  Apoteker 1 0 0 0  
14 Farmasi 0 1 1 2  
14 Analis Kesehatan (D III) 1 1 1 2  
15 Tenaga Pendukung/Juru 1 0 1 1  
(SMK)
16 Nakes lainnya 0 0 0 0  
17 Non Nakes 0 0 2 2  
  Jumlah 21 28 31 59  

C. Pembiayaan Kesehatan
Biaya operasional yang digunakan, baik didalam gedung puskesmas
maupun di luar gedung puskesmas bersumber dari :

No Jenis sumber biaya Jumlah


1 Jamkesda Rp 1.111.186.000
2 JKN Rp 473.772.000
3 Bantuan operasional Kehatan Rp 130.552.000

38
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

 A.    KESIMPULAN

Berdasarkan data kegiatan program kesehatan yang dicapai Puskesmas


Bajoe, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Dari 886 ibu hamil, cakupan K-1 : 871 (98,18%) dan K-4 sebanyak 844
(95,26%). Dari persentase cakupan K1 dan K-4 menggambarkan bahwa
kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya sedini mungkin
ke Puskesmas, Pustu dan Poskesdes sudah mulai meningkat, Namun
demikian masih ada sebagian ibu hamil memeriksakan kehamilannya
setelah usia di atas triwulan pertama, sehingga kunjungannya tetap
tercatat sebagai K1 padahal jika berdasarkan usia kehamilannya
mestinya sudah tercatat sebagai K2, K3 ataupun K4
2. Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan adalah 805( 95,15%) persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Bajoe pada tahun 2015.
3. Persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun ini
menggambarkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
terhadap persalinan semakin baik dibandingkan tahun
sebelumnya ,didukung adanya kebijakan pemerintah yaitu BPJS
Kesehatan.
4. Pencapaian cakupan imunisasi diwilayah Puskesmas Bajoe pada tahun
2015 sudah lebih baik dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini
semua desa mencapai UCI ( Desa yang cakupan imunisasi dasarnya > 85
%)
5. Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya (41,30%,) angka
tersebut dipengaruhi oleh tingkat kesibukan ibu, termasuk kesibukan
mencari nafkah dan juga dipengaruhi oleh gaya hidup sehingga
mengabaikan pemberian ASi terhadap bayinya. Disamping itu faktor

39
pengetahuan ibu yang kurang sehingga sebagian bayi kadang diberi susu
instan, air tajin, teh manis jika ASI ibunya terasa kurang.
6. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu, hal
ini terlihat dari masih rendahnya cakupan penimbangan balita, sehingga
pemantauan status gizi balita yang dilakukan setiap bulannya melalui
posyandu tidak dapat digunakan dalam menentukan status gizi
masyarakat.khususnya N/D ,dan masih rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang pemberian makanan tambahan masih rendah..
7. Masih rendahnya cakupan kepemilikan sarana sanitasi yang memenuhi
syarat kesehatan seperti Jamban keluarga, pengelolaan limbah, dan
tempat sampah disebabkan karena sebagian besar masyarakat
menganggap hal tersebut tidak begitu penting dan bukan merupakan
suatu kebutuhan sehingga hal ini pula yang menjadi salah satu penyebab
masih banyaknya penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
ditemukan di masyarakat seperti ISPA, diare dan Penyakit kulit allergi
maupun infeksi.
8. Persentase Cakupan rumah tangga ber PHBS di wilayah Puskesmas
Bajoe masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena masih kurangnya
tingkat pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk ber-
Perilaku Hidup bersih dan Sehat.

B.     Saran

1. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang Pelayanan Kesehatan ibu


dan anak, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang cakupan
kunjungan ibu hamil K – 1 dan K – 4, cakupan pemberian ASI Eksklusif,
serta angka persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat.dan menurunnya
angka kesakitan khususnya penyakit menular berbasis lingkungan.
2. Perlunya kerjasama dengan semua sektor terkait dalam upaya
meningkatkan cakupan penimbangan bayi di posyandu, utamanya
kerjasama dengan tim penggerak PKK desa.
3. Perlunya kerjasama lintas sektor utamanya dalam memicu masyarakat
dalam upaya meningkatkan kepemilikan sarana sanitasi

40
4. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan diperlukan kerja keras oleh petugas kesehatan untuk melakukan
penyuluhan tentang pentingnya sanitasi dan PHBS.
5. Mengingat Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
yang banyak bersentuhan langsung ke masyarakat terutama Puskesmas
Bajoe masih memerlukan peningkatan sumber daya manusia dan fasilitas
– fasilitas kesehatan lainya yang dapat mendukung terlaksananya program
kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas.

41

Anda mungkin juga menyukai