Anda di halaman 1dari 7

Tutorial 1 Blok 21

Rif’an Irham Maulana


Pen y elen g garaan

A. PELAKU SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN adalah : Masyarakat, Pemerintah,
Badan legislatif & Badan yudikatif
B. PROSES PENYELENGGARAAN
1. Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yg logis, sistematis,
komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan :
a. Masukan : subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan subsistem obat dan
perbekalan kesehatan
b. Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen
kesehatan
c. Keluaran : terselenggaranya pembangunan kesehatan yg berhasil guna, berdaya guna, bermutu,
merata, dan berkeadilan
d. Lingkungan : berbagai keadaan yg menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global yg berdampak terhadap
pembangunan kesehatan
Sistem Kesehatan Nasional, Kepmenkes RI No: 374/MENKES/SK/V/2009 RPJPK 2005-2025 dan SKN
2. Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN, yaitu :
a. Subsistem pembiayaan kesehatan
b. Subsistem SDM kesehatan
c. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan
d. Subsistem pemberdayaan masyarakat
e. Subsistem manajemen kesehatan
3. Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dg sistem serta subsistem lain
di luar SKN
4. Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yg tinggi dan dukungan serta kerjasama yg
baik dari para pelaku SKN yg ditunjang oleh tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yg
baik (good governance)
5. Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk penetapan
berbagai peraturan perundang-undangan yg sesuai
6. Dilakukan melalui sikklus perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan

Sistem Kesehatan Nasional, Kepmenkes RI No: 374/MENKES/SK/V/2009 RPJPK 2005-2025 dan SKN
Kedudukan
1. Suprasistem SKN
2. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain
 Sistem Pendidikan Nasional
 Sistem Perekonomian Nasional
 Sistem Ketahanan Pangan Nasional
 Sistem Hankamnas
 Sistem-sistem nasional lainnya
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di Daerah
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Perkembangan & Tantangan
1. Upaya kesehatan (Hasil sudah terlihat, Akses pelayanan meningkat, rasio puskemas
meningkat)
2. Pembiayaan kesehatan (Peningkatan presentase APBN)
3. Sumberdaya Manusia Kesehatan (Jumlah SDM Belum memadai)
4. Sediaan Farmasi, Alkes, dan Makanan
5. Manajemen & Informasi Kesehatan
6. Pemberdayaan masyarakat
7. Perubahan Lingkungan Strategis

Sistem Kesehatan Nasional, Kepmenkes RI No: 374/MENKES/SK/V/2009 RPJPK 2005-2025 dan SKN
SJKS
 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). SJSN
diselenggarakan berdasarkan 3 (tiga) asas, yakni asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan
terhadap martabat manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional
menggambarkan pengelolaan yang efektif dan efisien. Asas keadilan merupakan asas yang
bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan
hak peserta.
 SJSN merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup  yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau
berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan
pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
 SJSN diselenggarakan berdasarkan pada 9 (sembilan) prinsip:
 Kegotong-royongan; prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang
diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau penghasilannya.
 Nirlaba; prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
 Keterbukaan; prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi setiap peserta.
 Kehati-hatian; prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib.
 Akuntabilitas; prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Portabilitas; prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Kepesertaan bersifat wajib; prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang
dilaksanakan secara bertahap.
 Dana amanat; bahwa iuran dan pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-
besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.
 Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS) dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besar kepentingan peserta;  bahwa hasil dividen dari pemegang saham yang dikembalikan untuk kepentingan
peserta jaminan sosial

Website Dewan Jaminan Sosial Nasional. Asas, Tujuan dan Prinsip SJSN

Anda mungkin juga menyukai