Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGARUH POLITIK DALAM KELOMPOK KEPENTINGAN DAN


GERAKAN SOSIAL BARU DI INDONESIA

Disusun oleh:

Kholifia Rahma Prasatya

F1B021100
Dosen Pembimbing:

Drs. Guntur Gunarto, M.Si.


Program Studi Administrasi Publik
PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

ANGKATAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan
inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah
Sistem Politik Indonesia dengan tema yang sudah ditentukan. Saya memutuskan untuk
mengambil judul “Pengaruh Politik dalam Kelompok Kepentingan dan Gerakan Sosial Baru
di Indonesia” dalam bentuk maupun isinya yang jelas dan sederhana.

Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi


sebagai bahan untuk membuat makalah yang berguna bagi saya untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada beberapa kesalahan dalam
makalah ini karena saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Purwokerto, 20 Juni 2022

Penyusun,
Kholifia Rahma Prasatya
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, sebuah kelompok kepentingan dan sebuha gerakan


semakin meningkat dan memiliki pengaruh yang cukup luas dalam implementasinya pada
sebuah negara. Sebuah kelompok organisasi berpengaruh sebagai sebuah kelompok yang
terorganisir dan sistematis yang mana kelompok ini senantiasa memiliki tujuan secara
kolektif untuk mempengaruhi dari setiap kebijakan-kebijakan yang akan dibuat atau yang
sedang dijalankan dari sebuah state atau government. Kelompok kepentingan dan gerakan
merupakan sebuah katalisator penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah yaitu
masyarakat. Hal ini disimpulkan dalam sebuah jalannya sistem demokrasi.

Secara konsepsual, sebuah organisasi dibagi dalam dua jenis berbeda dilihat dari segi
tindakan untuk mencoba mempengaruhi perkembangan politik dan hasil akhir dari sebuah
pencapaiannya. Seperti organisasi-organisasi kepentingan, pergerakan sosial menjalankan
dua fungsi politik yang pertama adalah agregasi serangkaian pandangan dan kepentingan
yang tidak sama. Yang kedua yaitu artikulasi kepentingan, yakni mengeksplor dan
berekspresi serta mempublikasikan berbagai kebijakan yang dimaksud untuk mempengaruhi
peran-peran pemerintah.

Organisasi-organisasi kepentingan dan pergerakan sosial juga memanfaatkan beragam


corak yang sama dalam mengartikulasikan kepentingan, seperti melobi para birokrat, politisi,
membuat riset dan petisi, serta mengoordinasikan gerakan-gerakan dan aksi kekerasan
tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan politik kelompok?


2. Apa hubungan antara model dan kelompok kepentingan?
3. Bagaimana implementasi gerakan sosial baru?
4. Bagaimana implementasi gerakan sosial dalam politik?
5. Kelompok Kepentingan dan Gerakan Sosial Baru dalam Kebijakan Politik

1.3 Tujuan
Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai melalui
makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh politik dalam kelompok
kepentingan dan gerakan sosial baru di Indonesia.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Politik Kelompok

Kelompok merupakan suatu kumpulan individu atau masyarakat yang memiliki


kepentingan yang dapat dipertahankan demi terciptanya kelangsungan hidup setiap warga
negara, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Dalam rangka mencapai dan
mempertahankan sebuah kepentingan, tentu saja memerlukan sebuah usaha, kerja keras,
dan sebuah perjuangan yang semuanya saling bersentuhan antar individua tau
masyarakat, maupun lebih besar yaitu negara dan beberapa pihak international. Untuk itu
semua, sangat diperlukan kekuatan dan motivasi maupun dukungan dari berbagai pihak
sehingga di peroleh tanggapan yang baik dari masyarakat dan kelompok atau pihakpihak
tertentu menjadi tujuan dari sebuah kepentingan.

Sebuah kelompok tidaklah mudah diklasifikasikan, apalagi bertujuan untuk


memperjuangkan suatu kepentingan dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar
dapat mempermudah maupun memperlurus langkah mereka dalam menetapkan keputusan
yang menguntukngkan. Hal tersebut tidak dapat dihindari pada sebuah kelompok yang
akan merasa dirugikan dari keputusan tersebut. Kelompok kepentingan tidak sedang
berusaha mendapatkan wakil-wakilnya di dewan permusyawaratan rakyat, melainkan
mereka mempengaruhi satu atau beberapa partai politik yang didalamnya berwenang
mendukung setiap aktivitas dan langkah strategis mereka kedepannya. Hal ini
dikhawatirkan akan menimbulkan sebuah konflik baru yang akan timbul ketika ada suatu
kelompok yang merasa dianak tirikan sehingga perlu sebuah kajian yang mendalam akan
hal tersebut.

B. Model dan Pola Kelompok Kepentingan

Beberapa individu dan lapisan masyarakat mempunyai kepentingan yang harus diraih
dan dipertahankan untuk kelangsungan hidupnya, baik dalam kelompok masyarakat
ataupun suatu bagian struktur keluarga. Dalam rangka mempertahankan dan meraih
kepentingan tentu memerlukan sebuah kerja keras dan melalui usaha serta perjuangan
yang saling bersentuhan dengan kelompok masyarakat dan individu. Untuk semua itu
memerlukan suatu dukungan yang kuat dari segala pihak agar dapat memperoleh respon
yang baik dari kalangan masyarakat atau pihak tertentu.

Dalam perwujudannya, peran dan pengaruh dari politik kelompok berasal


sepenuhnya dari faktor-faktor yang spesifik pada masing-masing sistem politik. Menurut
Heywood, A. ada tiga model politik kelompok kepentingan yang paling berpengaruh,
antara lain sebagai berikut:

 Model Pluralis
Model ini memberikan gambaran paling positif tentang politik kelompok.
Mereka menekankan kemampuan dari kelompok-kelompok untuk membela
individu dari pengaruh pemerintah dan mempromosikan kepekaan
demokratis. Tema inti dari pluralisme adalah bahwa kekuasaan politik
terbagi-bagi dan tersebar secara luas.
 Model Korporatis
Berbeda dari pluralisme, dimana mereka berusaha untuk menelusuri
implikasi-implikasi dari hubungan yang lebih erat yang telah berkembang
dimasyarakat industri antara kelompok-kelompok dan negara. Korporatisme
adalah sebuah teori sosial yang menekankan posisi istimewa yang dimiliki
kelompok-kelompok tertentu dalam hubungannya dengan pemerintah, yang
memampukan mereka untuk memengaruhi rumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
 Model Kanan Baru
Model ini menunjukkan antipati terhadap kelompok-kelompok kepentingan
berasal, secara ideologis, dari individualis yang terletak di jantung dari
ekonomi neoliberal. Kelompok sosial dan badan-badan kolektif dari segala
jenisnya karena itu dipandang dengan penuh kecurigaan.

C. Gerakan Sosial Baru

Gerakan sosial dibentuk oleh satu perilaku kolektif yang dimana sebagian besar sosial
dibangkitkan pada gerakan-gerakan sosial yang baru. Di abad ke-19 gerakan-gerakan
telah marak muncul baik dari gerakan perempuan, gerakan lingkungan, maupun gerakan
perdamaian. Gerakan-gerakan ini muncul oleh sebuah faktualiasi yang terjadi pada
gejolak dunia belakangan ini, misalnya pada gerakan perempuan muncul akibat
banyaknya perempuan yang merasa ditindas, hal lain dipicu sebagai gerbang perempuan
mengaspirasikan kesetaraan gender, kesetaraan upah, legalisasi aborsi, dan beberapa
masalah lainnya tentang keperempuanan. Gerakan lingkungan tentunya hadir sebagai
bentuk perlawanan terhadap pencemaran lingkungan, penebangan hutan, serta kampanye
penghijauan diberbagai pelosok negeri dalam mengajak masyarakat berpartisipasi dalam
penghijauan lingkungan. Selanjutnya gerakan perdamaian yang ditenggarai oleh beberapa
peperangan yang juga terjadi di penjuru dunia seperti yang terjadi pada Israel dan
Palestina kemudian kekerasan yang terjadi pada kaum etnis Rohingya di Thailand yang
memicu munculnya gerakan-gerakan perdamaian untuk mendamaikan seluruh lapisan
kelompok masyarakat yang berbangsa dan bernegara sehingga tercipta kehidupan yang
harmonis baik antar umat beragam maupun bernegara.

Gerakan sosial mencerminkan sebuah usaha oleh individu untuk mencapai sebuah
keamanan yang bersifat individual dan menyeluruh, selain itu identitas melalui komitmen
yang kuat serta kepatuhan mereka terhadap suatu pemimpin agar mengharapkan suatu
keamanan dan kenyamanan. Pengaruh gerakan-gerakan sosial dinilai terpengaruh pada
kelompok kepentingan maupun partai politik. Tujuan mereka dipengaruhi oleh langkah-
langkah strategis kebudayaan, perubahan gerakan tersebut dianulir dapat menggeser nilai-
nilai sikap dan kebudayaan.

Gerakan sosial dilihat dalam sudut pandang lain sebagai produk dari power
lingkungan yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi,
kepemimpinan yang diharapkan mampu memberikan sebuah kontribusi baru dalam
proses-proses gerakan, sebagai individu yang berupaya mendesain dan terdesain begitu
paripurna agar menciptakan sebuah ketingkatan sumberdaya manusia. Faktor eksternal
meliputi, tingkat respresi sebuah masyarakat yang dimana mampu ikut andil dan berperan
dalam kelangsungan sebuah proses gerakan sosial, yang diharapkan mampu
menumbuhkan sikap simpati terhadap perkembangan gerakan sosial baru. Dalam hal ini
diperlukan pada suatu gerakan dan bagaimana proses dari sebuah tingkat gerakan sosial
dapat dimobilisasi untuk digunakan dalam suatu gerakan. Pendekatan ini lebih konsen
pada pemahaman-pemahaman yang baik untuk perkembangan gerakan sosial, sehingga
mampu melahirkan sumberdaya manusia untuk gerakan sosial.
Sementara (Charles Tilly 2017) mengkaji beberapa tahapan yang diperlukan pada
suatu gerakan dan bagaimana proses dari sebuah tingkat gerakan sosial dapat dimobilisasi
untuk digunakan dalam suatu gerakan. Pendekatan ini lebih konsen pada pemahaman-
pemahaman yang baik untuk perkembangan gerakan sosial, sehingga mampu melahirkan
sumberdaya manusia untuk gerakan sosial. (Culture and Singh 2011) berorientasi pada
gerakan sosial yang sifatnya kontemporer, yang dimana sifatnya dilandasi sebagai asumsi
dasar dalam kriti terhadap gerakan sosial baru. Partisipasi gerakan sosial tidaklah menjadi
sebuah konsekuensi melainkan keputusan rasional yang dimana perlu dilakukan
pertimbangan untung dan rugi dalam melibatkan gerakan sosial sebagai kelompok yang
menjadikan wadahnya sebagai mobilisasi dalam sumberdaya. Istilah mobilisasi mengacu
pada proses dalam sebuah pembentukan kerumunan, asosiasi, kelompok, dan organisasi
yang kolektif demi mencapai tujuan bersama.

Beberapa teoritisi lebih mengkaji pada sisi rasional dimana menjelaskan perilaku
kolektif dan memahami individu sangat terlibat dalam proses gerakan sosial. Tidak hanya
itu sebuah bentuk biaya, keamanan, gaji, juga menjadi perhitungan yang matang dalam
membentuk sebuah gerakan sosial, sebab dalam membangun sebuah gerakan sosial tidak
hanya diperlukan sebuah taktik yang matang, konsep yang baik melainkan juga berupa
biaya yang memadai agar terhidar dari keguncangan pembiayaan dalam sebuah perjalan
kehidupan gerakan-gerakan sosial baru. Gerakan soial baru (New Social Movements)
melibatkan dimensidimensi rasionalitas yang melibatkan banyak pandangan baik tindakan
kolektif maupun kerangka teoritik yang baik sehingga memfokuskan pada partisipasi
masyarakat dalamsuatu gerakan sosial.

D. Gerakan Sosial dalam Politik

Gerakan sosial dapat menargetkan preferensi masyarakat hak-hak sipil kulit hiyam,
aktivis berusaha untuk meningkstkan kesadaran dan membentuk sikap masyarakat
berharap bahwa ini akan menekan elit politik untuk mengambil tindakan, sementara
secara bersamaan menargetkan lembaga-lembaga ekonomi dan politik.

Dengan demikian, peran gerakan sosial dalam proses pembuatan kebijakan publik
menimbulkan pertanyaan tentang jangka pendek dan proses perubahan sosial jangka
panjang. Analisis gerakan rakyat miskin dan kebijakan kesejahteraan Amerika pada tahun
1960 menyarankan bahwa lembaga secara inheren stabil selama jangka waktu yang lama
tetapi untuk titik-titik tertentu dimana perubahan datang dalam semburan. Hal ini disini
dimana gerakan dapat bermakna mempengaruhi perubahan. sebagai fokus utama tumbuh
dengan menyertakan cara-cara dimana gerakan politik memengaruhi selama periode
berlarut-larut waktu. Ditingkat lokal, gerakan sosial yang terus menerus berusaha untuk
mengharapkan pembentukan provinsi dianggap realistis. Asumsi ini didasarkan pada UU
Otonomi Daerah. 22, 1999, memberikan kesempatan dan ruang baru ke daerah untuk
mengurangi eksploitasi dan marjinalisasi.

E. Kelompok Kepentingan dan Gerakan Sosial Baru dalam Kebijakan Politik

Kelompok kepentingan dan gerakan berusahan mengintervensi suatu kebijakan


pemerintah tanpa berkehendak lain dapat memperoleh jabatan politik. Sedangkan partai
politik secara terang-terangan memang bertujuan untuk memperoleh dan menguasai
jabatan-jabatan publik melalui pemilu. Kalaupun kelompok kepentingan mendapatkan
porsi dalam kekuasaan tidak menunjukkan bahwa kelompok kepentingan itu berorientasi
kekuasaan.

Strategi masyarakat sipil sebagai kelompok kepentingan dan gerakan dalam


mempengaruhi kebijakan dengan sejumlah instrumen yaitu: advising, advocasi, lobbying,
dan activism. Masing-masing instrumen ini memiliki karakter gerakan yang berbeda-
beda. Namun, dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan pilihan-pilihan yang
dikehendaki. Masing-masing instrumen dan pilihan-pilihan gerakan tersebut menjadi
penentu warna hubungan masyarakat sipil sebagai kelompok kepentingan dan gerakan
pemerintah.

Selanjutnya menurut Heywood (2013), secara garis besar ada beberapa faktor utama
yang menentukan pengaruh kelompok, yaitu seperti kebudayaan politik, struktur
kelembagaan, watak dari sistem partai, watak dan gaya dari kebijakan publik. Dalam
pelaksanaannya ada beberapa aspek yang mempengaruhi suatu kelompok kepentingan
dalam memberikan pengaruhnya, terutama dalam watak dan sumber dayanya, yaitu
seperti: simpati publik terhadap kelompok tersebut dan tujuan-tujuannya, ukuran
keanggotaannya dan basis aktivisnya, kekuatan finansial dan kemampuan
organisasionalnya, kemampuan untuk mempengaruhi pemerintah, hubungan-hubungan
personal atau institusional yang mungkin dimilikinya dengan partai-partai politik atau
badan-badan pemerintahan.
Metode-metode yang digunakan oleh kelompok kepentingan dipengaruhi oleh
saluran-saluran akses yang digunakan untuk memberikan pengaruh. Saluran-saluran akses
tersebut adalah seperti:

- Birokrasi
- Majelis
- Pengadilan-pengadilan
- Partai-partai politik
- Media massa
- Organisasi-organisasi internasional.

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Kelompok kepentingan dan gerakan adalah sebuah kelompok organisasi berpengaruh


sebagai sebuah asosiasi yang terorganisir dan sistematis yang mana kelompok ini senantiasa
memiliki tujuan untuk mempengaruhi dari setiap kebijakankebijkan yang akan dibuat atau
yang sedang dijalankan dari sebuah state atau government. Saat ini peran dari sebuah
kelompok kepentingan dan sebuah gerakan semakin meningkat dan memiliki pengaruh yang
cukup luas dalam implementasinya dalam sebuah negara. Dalam sebuah jalannya system
demokrasi, kelompok kepentingan dan gerakan merupakan sebuah katalisator penghubung
antara yang memerintah dan yang di perintah (masyarakat).

Secara garis besar dan komprehensip, kelompok kepentingan dan gerakan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam seperti kelompok komunal, kelompok institusional,
kelompok asosiasional, dan secara garis besar ada tiga model politik kelompok kepentingan
yang paling berpengaruh, yaitu seperti Pluralisme, Korporatisme, Kanan Baru, dimana faktor
utama yang menentukan pengaruhnya, yaitu seperti Kebudayaan Politik, Struktur
Kelembagaan, Watak dari system partai, Watak dan gaya dari kebijakan publik, dengan
menjalankan dua fungsi politik yang utama: (1) Agregasi kepentingan, yakni dibentuk pada
suatu program kebijakan yang didasarkan atas rangkaian kepentingan dan perspektif yang
berbeda-beda, (2) Artikulasi kepentingan, yakni di anulir sebagai ekpresi dan
mempublikasikan berbagai ragam kebijakan yang mampu untuk mempengaruhi tindakan-
tindakan pemerintah. Kelompok-kelompok kepentingan dan gerakan-gerakan sosial juga
sangat memanfaatkan bentuk-bentuk metode yang sama dalam mengartikulasikan suatu
kepentingan, seperti, melakukan lobby dan negosiasi terhadaoa politisi dalam membuat dan
menyebarkan pamflet, membuat riset, mengoordinasikan aksi-aksi pemogokan, dan
mengorganisasikan petisi, sambil mengorganisasikan aksi-aksi kekerasan tertentu, dan
lainnya. Resourch Mobilization Theory (RMT), focus pada agenda-agenda sosial yang
memunculkan pada berhasilnya suatu gerakan, Resourch Mobilization Theory (RMT) lebih
memberikan perhatiannya pada faktor politik dan faktor ekonomi. Teori ini juga dibangun
atas sebuah asumsi bahwa adanya suatu keterangisangan individu dan masyarakat sehingga
lebih cenderung pada ketidaksesuaian antara kapasitas sebuah gerakan disbanding suatu
individu. Sehingga muncul ketidak puasan terhadap sebuah gerakan sosial yang berdampak
pada kurang simpati masyarakat pada gerakan-gerakan sosial baru.

Gerakan-gerakan ini muncul oleh sebuah faktualiasi yang terjadi pada gejolak dunia
belakangan ini, misalnya pada gerakan perempuan muncul akibat banyaknya perempuan
yang merasa ditindas, hal lain dipicu sebagai gerbang perempuan mengaspirasikan kesetaraan
gender, kesataraan upah, legaliasasi aborsi dan beberapa masalah lainnya tentang
keperempuanan. Gerakan lingkungan tentunya hadir sebagai bentuk perlawan terhadap
pencemaran lingkungan, penebangan hutan, serta kampanye penghijauan diberbagai pelosok
negeri dalam mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengahijauan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Charles Tilly. 2017. ‘Contentious Repertoires in Great Britain, 1758-1834 Authors:


Charles Tilly Published by: Cambridge University Press Stable URL:

Http://Www.Jstor.Org/Stable/1171282 Contentious Repertoires’. 17(2): 253–

80.

Culture, Consumer, and Prasidh Raj Singh. 2011. ‘Consumer Culture and

Postmodernism Consumer Culture and Postmodernism’. 5(5): 55–88.


Heywood, A. (2013). Politik: Edisi ke-4; terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.

Politik.

Anda mungkin juga menyukai