Anda di halaman 1dari 14

Kelompok Kepentingan dan Gerakan Sosial

Disusun oleh:

1. Dimas Eko Ardany (19044010030)


2. Nadhifa Nariswari (19044010036)
3. Zefanya Natasya Swandono (19044010037)
4. Endiva Khoirum Putri (19044010038)
5. Indra Sahputra (19044010039)
6. Anggi Koenjaini P. (19044010040)

PROGDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan makalah Ilmu Politik dengan judul “Kepentingan Sosial dan
Gerakan Sosial”. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini
dapat berguna bagi masyarakat luas.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan. Maka, penulis memohon maaf kepada pembaca apabila terjadi
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Surabaya, 18 November 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap individu maupun masyarakat pasti memiliki kepentingan yang harus


dicapai dan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya dalam
keluarga,masyarakat ataupun Negara. Dalam rangka mencapai dan
mempertahankan kepentingan ini tentu saja diperlukan sebuah usaha yang
memerlukan sebuah interaksi dengan individu ataupun masyarakat dan
yang lebih luas lagi dengan Negara.

Untuk mencapai semua itu diperlukan dukungan dari segala unsur lapisan
masyarakat agar kepentingannya dapat sampai pada pihak pembuat
keputusan dan ditanggapi dengan serius.

Bentuk kekuatan tersebut disebut juga organisasi yang berdiri dan


mengatasnamakan dirinya sebagai organisasi kepentingan berupa Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM),Organisasi Masyarakat (ORMAS) dan lain
sebagainya.

Hal yang melatarbelakangi lahirnya kelompok kepentingan ini adalah


adanya dominasi individu, masyarakat, Negara, dan Negara lain yang
memiliki kekuatan yang besar terhadap individu, masyarakat, Negara, dan
Negara lain yang lemah (terbelakang, baru, berkembang).

50 tahun terakhir, studi tentang gerakan social berkembang pesat. Ditandai


dengan meningkatnya kuantitas publikasi dan penelitian tentang gerakan
social, baik studi kasus maupun pendalaman teori. Studi tentang gerakan
social tidak lagi didominasi kalangan akademisi Negara-negara utara
dengan menitikberatkan berbagai contoh kasus gerakan social di Negara
mereka tetapi telah menjadi focus akademisi Negara-negara selatan
mengambil beragam contoh gerakan social di Negara dunia ketiga baik
meminjam teori yang telah ada atau memodifikasinya agar sesuai dengan
konteks atau era dan lingkungannya.

Gerakan sosial membahas aktivitas kelompok-kelompok social dalam


menyampaikan aspirasi mereka kepada para pemimpin masyarakat atau
Negara. Dalam pembahasannya, banyak pakar teoritis social memberikan
definisi mengenai gerakan social karena sangat beragamnya ruang lingkup
gerakan sosial. Salah satu definisi gerakan social dari Anthony giddens
yaitu “gerakan social adalah upaya kolektif untuk mengejar suatu
kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui
tindakan kolektif diluar lingkup lembaga-lembaga yang mapan”. Konsep
gerakan social dari giddens adalah sebuah gerakan yang dilakukan secara
bersama-sama diinginkan oleh kelompok atau dengan kata lain gerakan
social adalah tindakan kolektif untk mencapai keinginan yang menjadi
cita-cita bersama.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari kelompok kepentingan?
2. Apakah pengertian dari gerakan sosial?
3. Apakah fungsi keduanya dalam politik?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui definisi dari kelompok kepentingan
2. Untuk mengetahui definisi dari gerakan sosial
3. Untuk mengetahui fungsi keduanya dalam politik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KELOMPOK KEPENTINGAN

Pengertian Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan (interest group) seringkali di defenisikan sebagai,


a group of persons who share a common cause, which puts them into
political competition with other groups of interests (Benditt 1975:34).
Berdasarkan definisi tersebut fungsi kelompok kepentingan terbatas pada
agregasi dan artikulasi kepentingan saja. Mereka merupakan kelompok
terorganisasi yang memiliki tujuan bersama yang secara aktif berusaha
mempengaruhi pemerintahan (Janda, Berry, & Goldman 1997). Dengan
kata lain, tujuan mereka hanyalah berusaha untuk “mempengaruhi” proses
pengambilan kebijakan pemerintah agar sesuai dengan keinginan
kelompok yang diwakilinya.

Tujuan dan Cara Kelompok Kepentingan mempengaruhi pemerintah

Dalam politik di Indonesia kita bisa mencatat setidaknya ada beberapa


tujuan dari kelompok kepentingan. Pertama, adalah kelompok kepentingan
merepresentasikan konstituen mereka dalam mempengaruhi agenda
politik. Dimana melalui loby-loby yang dilakukan diharapkan berdampak
pada tujuan yang ingin mereka capai. Kedua, kelompok kepentingan
memberikan peluang bagi anggotanya untuk berpartisipasi dalam proses
politik. Minimal menyangkut satu isu tertentu, anggota-anggotanya dapat
terlibat dalam mempengaruhi pejabat pemerintah. Ketiga, membantu
mendidik individu atau masyarakat yang menjadi anggotanya untuk sadar
terhadap isu-isu tertentu, sehingga memiliki sikap yang sama dengan
anggota lain. Keempat, membantu individu untuk mengambil tindakan
terhadap isu-isu tertentu, sehingga dapat menjadi perhatian umum.

Klasifikasi Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan diklasifikasikan menjadi beberapa tipe sesuai


dengan berbagai patokan. Misalnya menurut jenis kegiatan, dikenal
dengan berbagai macam kelompok kepentingan, seperti;
profesi,okupasi,keagamaan,kegemaran,lingkungan hidup,kepemudaan,dan
kewanitaan,adapun kepentingan berdasarkan lingkungan kepentingan yang
diartikulasikan, dikenal adanya kelompok kepentingan yang
memperjuangkan kepentingan yang terbatas, seperti: petani, guru, buruh,
dan pegawai negeri; tetapi ada pula kelompok kepentingan yang
memperjuangkan kepentingan yang berlingkup luas seperti lembaga
bantuan hukum dan lembaga konsumen.
Kelompok kepentingan berbeda-beda jenisnya, antara lain: dalam hal
struktur, gaya, sumber pembiayaan, dan basis dukungannya. Perbedaan-
perbedaan ini sangat mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, dan
sosial suatu bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga
diorganisir berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama atau pun
berdasarkan issue-issue kebijakan, kelompok-kelompok kebijakan,
kelompok-kelompok kepentingan yang paling kuat, paling besar, dan
secara finalsial paling mampu adalah kelompok yang berdasarkan pada
bidang pekerjaan atau profesi, terutama karena kehidupan sehari-hari dan
karier seseoranglah yang paling cepat dan yang paling langsung
dipengaruhi oleh kebijaksanaan atau tindakan pemerintah.

Gabriel A Almond dalam Interest Group and Interest Articulation-nya


(Boston: Little Brown and Company, 1974) dan Bingham Powell (1978)
menyebutkan setidaknya ada empat kelompok kepentingan dalam
kehidupan politik, yaitu :

Kelompok Anomik

Kelompok ini terbentuk dalam unsur masyarakat secara spontan dan hanya
seketika, dan tidak memiliki nilai-nilai dan norma yang mengatur.
Kelompok kepentingan ini dapat terjadi secara mendadak dan tidak
bernama. Dan, karena tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
mengatur, kelompok ini sering tumpang tindih (overlap) dengan bentuk-
bentuk partisipasi politik non-konvensional, seperti demonstrasi,
kerusuhan, tindak kekerasan politik, dan seterusnya.
Sehingga, apa yang dianggap sebagai kelompok anomik ini mungkin saja
tidak lebih dari tindakan kelompok-kelompok terorganisasi yang
menggunakan cara-cara non-konvensional atau kekerasan. Aktivitas pada
umumnya berupa aksi-aksi demonstrasi atau aksi-aksi bersama. Kelompok
ini memiliki identitas yang tidak jelas.

Apabila kegiatannya tidak dikendalikan, dapat menimbulkan keresahan


dan kerusuhan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban
masyarakat serta stabilitas nasional. Untuk mencegah dampak buruk
aktivitas kelompok ini, pemerintah mengeluarkan UUD No.9 Tahun 1998
tentang hak mengeluarkan pendapat dimuka umum.

Kelompok Non- Assosiasional

Berwujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik,


regional, status, dan kelas yang menyatakan kepentingan tidak secara
kontinyu. Jarang terorganisir secara rapi dan kegiatannya bersifat kadang
kala. Kelompok kepentingan ini tidak didirikan secara khusus dan
kegiatannya juga tidak dijalankan secara teratur atau berkesinambungan,
tetapi aktivitasnya hanya kelihatan dari luar apabila masyarakat
memerlukan dan dalam keadaan mendesak.

Yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini, dapat berwujud


masyarakat setempat tinggal, masyarakat sekelurahan (trah Jawa),
masyarakat seasal pendidikan, masyarakat paguyuban, masyarakat
patembayan,dsb.

Secara teoretis, kegiatan kelompok non-asosiasional ini terutama


merupakan ciri masyarakat belum maju, di mana kesetiaan kesukuan atau
keluarga-keluarga aristokrat mendominasi kehidupan politik, dan
kelompok kepentingan yang terorganisasi dan fokus tidak ada atau masih
lemah.
Tetapi dalam Negara-negara industri maju pun, kelompok non-
assosiasional seperti keluarga-keluarga berpengaruh, tokoh-tokoh local
atau regional, dan pamimpin-pemimpin agama seringkali menerapkan
pengaruh yang walaupun kadangkala lebih besar dari pada pengaruh
perkumpulan professional serikat buruh,dan sebagainya.

Kelompok Institusional

Kelompok yang bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi politik atau


sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Kelompok kepentingan
tersebut pada umumnya terdiri atas berbagai kelompok manusia berasal
dari lembaga yang ada, dengan tujuan untuk memperjuangkan
kepentingan-kepentingan orang-orang yang menjadi anggota lembaga
yangdimaksudkan.
Karenanya organisasi-organisasi seperti partai politik, korporasi bisnis,
badan legislatif, militer, birokrasi, dan ormas-ormas keagamaan sering kali
mendukung kelompok ini atau memiliki anggota-anggota yang khusus
bertanggung jawab melakukan kegiatan lobi. Sebagai kelompok yang
formal seperti itu, kelompok ini bisa menyatakan kepentingannya sendiri
maupun mewakili kepentingan dari kelompok-kelompok lain dalam
masyarakat. Jika kelompok institusional ini sangat berpengaruh, biasanya
akibat dari basis organisasinya yang kuat.

Tetapi, baik sebagai badan hukum maupun sebagai kelompok-kelompok


lebih kecil dalam badan hukum itu (seperti fraksi-fraksi badan
legislative,klik-klik di level perwira militer, klik-klik departemen, dan
klik-klik ideologis dalam birokrasi) kelompok semacam ini bisa
menyatakan kepentingannya sendiri maupun mewakili kepentingan dari
kelompok-kekompok lain dalam masyarakat. Misalnya Dharma Wanita,
KORPRI, dan organisasi profesi lainnya
Kelompok Assosiasional

Kelompok ini menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus,


memakai tenaga profesional, dan memiliki prosedur baku untuk
merumuskan kepentingan dan tuntutan. Kelompok kepentingan khusus
yang didirikan memperjuangkan kepentingan-kepentingan tertentu dari
masyarakat atau dari golongan, namun masih mencakup beberapa yang
luas. Yang termasuk kelompok ini adalah ormas. Kelompok khusus ini
memakai tenaga professional yang bekerja penuh dan memiliki prosedur
teratur untuk memutuskan kepentingan dan tuntutan.

Kelompok meliputi serikat buruh, kamar dagang atau perkumpulan


usahawan dan industrialis, paguyuban etnik, persatuan-persatuan yang
diorganisir oleh kelompok-kelompok agama, dan sebagainya. Studi-studi
menunjukan bahwa kelompok kepentingan asosional bila diizinkan
berkembang cenderung untuk menentukan perkembangan dari jenis-jenis
kelompok kepentingan yang lain.

2.2 GERAKAN SOSIAL

Pengertian Gerakan Sosisal


Menurut Tarrow (1998), gerakan sosial merupakan politik perlawanan
yang terjadi ketika rakyat biasa yang bergabung dengan para kelompok
masyarakat yang lebih berpengaruh menggalang kekuatan untuk melawan
para elit, pemegang otoritas, dan pihak-pihak lawan lainnya. Dari sudut
pandang Tarrow yang berfokus aspek social politik dimana dalam
pernyataannya Gerakan social adalah sebuah tindakan perlawanan yang
dilakukan oleh rakyat biasa atau sekelompok masyarakat yang bergabung
pada tokoh tokoh atau kelompok yang dipandang memiliki pengaruh besar
dalam suatu negara, dan Bersama sama bergerak untuk melakukan
perlawanan terhadap pemegang kekuasaan negara atau elit politik yang
dirasa kebijakannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat.
Dalam kasus ini di Indonesia sendiri pernah terjadi Gerakan social yaitu
pada tragedi pelengseran presiden Soeharto, dimana rakyat yang menjadi
korban dari kebijakan pemerintah yang dianggap tidak bias mengangkat
derajat kehidupan rakyatnya dan penuh dengan isu isu korupsi, kolusi dan
nepotisme di elit politiknya membuat rakayat bergabung pada kelompok
mahasiswa yang dirasa mahasiswa adalah kelompok yang dapat
menyuarakan aspirasi rakyat Bersama sama melakukan perlawanan untuk
menurunkan pemerintahan yang berkuasa yaitu presiden Soeharto.

Tahap tahap Gerakan Sosial


Menurut W.E Gettys, kebanyakan gerakan sosial melewati tahap-tahap
berikut:
1. Tahap kegelisahan. tahap ini terjadi ketidakpuasan akibat pergolakan
sistem yang kurang baik.
2. Tahap kegusaran. Setelah perhatian dipusatkan pada kondisi-kondisi yang
menimbulkan kegelisahan, maka terhimpunlah sebuah kolektivitas.
3. Tahap formalisasi. Dalam tahap ini, tidak tampak struktur formal yang
terorganisir yang dilengkapi dengan hierarki petugas-petugas. Salah satu
tugas penting adalah mejelaskan ideologi gerakan kepada anggota yang
telah bersatu. Sebab-sebab terjadinya ketidakpuasan, rencana aksi dan
sasaran-sasaran gerakan.
4. Tahap pelembagaan. Jika geraka tersebut berhasil menarik banyak
pengikut dan dapat memenagkan dukungan publik, akhirnya akan terjadi
pelembagaan. Selama tahap ini, ditetapkan suatu birokrasi dan
kepemimpinan yang profesional yang disiplin mengganti figur-figur
kharimatik sebelumnya.

Jenis jenis dan tipologi Gerakan Sosial


Karena keragaman gerakan sosial sangat besar, maka berbagai ahli
sosiologi mencoba menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria
tertentu. David Aberle, misalnya, dengan menggunakan kriteria tipe
perubahan yang dikehendaki (perubahan perorangan dan perubahan sosial)
dan besar pengaruhnya yang diingginkan ( perubahan untuk sebagain dan
perubahan menyeluruh). Membedakan empat tipe gerakan sosial, tipologi
Aberle yaitu:

a. Alterative Movement

Ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku


perorangan.

b. Rodemptive Movement

Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena


yang hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku
perorangan.

c. Reformative Movement

Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat


namun lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat.

d. Transformative Movement
Gerakan ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara
menyeluruh.
2.3 FUNGSI KELOMPOK KEPENTINGAN DAN GERAKAN SOSIAL
2.3.1. FUNGSI KELOMPOK KEPENTINGAN
1. Media penampung kepentingan rakyat
Kebijakan pemerintah terkadang dapat menguntungkan ataupun
merugikan rakyat. Kepentingan dan kebutuhan rakyat dapat
terpenuhi atau malah terabaikan. Maka rakyat berkepentingan dan
perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang diputuskan
oleh pemerintahnya.
2. Mengartikulasikan kepentingan-kepentingan
Kelompok kepentingan berfokus pada upaya mengartikan
kepentingan tertentu yang diarahkan kepada pemerintah. Mereka
berharap agar setiap kebijakan yang dibuat dapat sesuai dan
berpihak pada kelompoknya. Kelompok kepentingan memiliki
tujuan memperjuangkan sesuatu kepentingan dengan
mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapat
keputusan yang menguntungkan kelompoknya dan bukan
keputusan yang merugikan kelompoknya.
3. Sebagai salah satu saluran masukan bagi pemerintah
Kelompok kepentingan memberikan masukan yang digunakan
pemerintah dalam membuat kebijakan yang akan diambil dari
suara rakyat. Masukan yang mereka berikan bertujuan agar
aspirasi-aspirasi mereka dapat dipahami oleh para pembuat
keputusan dan agar mendapat output/hasil kebijakan yang sesuai
dengan tuntutan mereka. Dalam tulisannya, Gabriel A. Almond
mengatakan bahwa untuk memberikan masukan pada pembuat
kebijakan, cara-cara yang biasa digunakan adalah dengan cara
demonstrasi. Tindakan ini biasa digunakan untuk menyatukan
tuntutan kepada pembuat kebijakan

2.3.2. FUNGSI GERAKAN SOSIAL


Gerakan sosial dasarnya berdampak besar terhadap perubahan-
perubahan sosial yang terjadi. Gerakan sosial memiliki fungsi utama
yaitu memperkenalkan dan memberi perubahan dalam tatanan sosial
yang ada, terlepas dari berhasil atau tidaknya gerakan sosial tersebut
dalam menjalankan tujuannya. Selain fungsi utama atau fungsi
manifest, ada juga fungsi laten dari gerakan sosial, antara lain
sebagai berikut:
1. Gerakan sosial memiliki fungsi untuk membangun opini publik
misalnya lewat diskusi mengenai masalah sosial dan politik yang
ada dan juga dengan melakukan penghimpunan dari opini,
gagasan atau pendapat yang ada di masyarakat serta
menyatukannya menjadi sebuah opini publik yang dominan.
2. Gerakan sosial memiliki fungsi untuk memberikan latihan bagi
para elit politik maupun calon elit politik agar bisa bersikap
menghadapi perubahan sosial dan apabila mereka bisa
menghadapi gerakan sosial, akan memberikan kekuatan lebih bagi
mereka dalam menjalankan tugasnya. Dan dapat kita ketahui juga
bahwa elit-elit politik saat ini banyak yang memiliki latar
belakang seorang tokoh gerakan sosial.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kelompok kepentingan adalah berusaha untuk “mempengaruhi” proses
pengambilan kebijakan pemerintah agar sesuai dengan keinginan
kelompok yang diwakilinya. Gerakan sosial adalah kegiatan yang
dilakukan untuk melawan kekuasaan yang dianggap tidak sesuai. Fungsi
dari kepentingan sosial adalah media penampung kepentingan rakyat,
mengartikulasikan kepentingan, dan saluran masukan bagi pemerintah.
Sedangkan gerakan sosial berfungsi untuk memberikan perubahan sosial,
lalu untuk membangun opini publik dan pelatihan bagi elit politik.
3.2 SARAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa kelompok
kepentingan memiliki kedudukan yang strategis dalam masyarakat, yakni
sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah.
Keberadaannya dapat mendinamisasikan sistem politik, yang hakikatnya
diwarnai persaingan berbagai kepentingan untuk saling mempengaruhi.
Dalam prakteknya ada beberapa jenis kelompok kepentingan yakni:
Kelompok anomik, kelompok nonassosiasional, kelompok institusional,
kelompok assosiasional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almond, Gabriel and Powell, Bingham, Comparative Politics: A
Developmental Approach, Boston, MA.: Little, Brown and Co., 1980.
2. ______________, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam
Mohtar Mas’oed & Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.
3. https://www.academia.edu/3769448/Makalah_SPI
4. https://www.academia.edu/19533324/Gerakan_sosial
5.

Anda mungkin juga menyukai