Jadi pengertian kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keangggotaan dan saling berinteraksi, sehingga menumbuhkan persamaan bersama.
Kelomopok sosial merupakan sekumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaanya dimana dasar pembentukan kelompok sosial, antara lain adalah faktor
kepentingan yang sama, faktor darah dan keturunan, faktor geografis, dan faktor daerah asal
yang sama.
Secara garis besar masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan yang tidak
sesuai dengan unsur budaya serta membahayakan kehidupan kelompok sosial sehingga perlu
diatasi. Lalu pengertian Eksklusi Sosial merupakan marginalisasi sosial berupa tindakan
penyingkiran atau pengucilan ke pinggiran masyarakat. Eksklusi sosial mengacu pada cara
individu dapat terputus dari keterlibatan penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Kata “kesetaraan” berasal dari kata “setara” yang jika diartikan secara bahasa memiliki
makna yang sederajat.
Sementara, jika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “setara” memiliki
makna yang sejajar, sama tingkatannya, sederajat.
Kesetaraan sosial juga dapat diartikan sebagai sebuah tatanan politik sosial yang ada pada
suatu kelompok masyarakat tertentu dan dianggap memiliki tatanan kehidupan yang sama
tanpa adanya pembeda-bedaan.
Pada Pasal 27 secara ekplisit menegaskan adanya prinsip kesetaraan. Setiap warga
negara Indonesia adalah setara atau sederajat. Artinya, setiap manusia memiliki
persamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai Bangsa Indonesia. Pengakuan akan
prinsip kesetaran atau kesederajatan secara yuridis telah diakui dan dijamin oleh negara
melalui UUD 1945. Warga negara dengan keanekaragaman ras, suku bangsa, agama,
dan lainnya memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintah Indonesia.
Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 27 yang telah Anda pelajari sebelumnya.
F. Harmoni sosial
Pembangunan yang merata dapat dijadikan salah satu upaya untuk menghindari adanya
perpecahan di masyarakat. Pembangunan yang dilakukan diharapkan juga menyangkut
aspek keselarasan, keserasian dan keseimbangan dengan kehidupan sesama masyarakatnya,
bukan hanya dalam aspek infrastruktur saja. Dalam mewujudkan harmonisasi dan
kesejahteraan bersama maka pembangunan juga harus dilaksanakan dan diperuntukkan bagi
semua lapisan masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat perbedaan pasti ada. Akan tetapi, perbedaan dan
keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat bukanlah penghalang untuk menciptakan
kehidupan yang harmonis. Salah satu jalan menciptakan keharmonisan yaitu dengan
penerapan prinsip-prinsip keseteraan. Hal ini terkait dengan hak setiap orang yang ingin
diperlakukan sama atau mendapatkan hak-haknya. Menjaga keharmonisan merupakan
kewajiban bagi setiap anggota masyarakat termasuk kita.
Beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat,
antara lain:
1. Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat.
2. Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat.
3. Bersikap ramah dengan orang lain
4. Selalu berfikir positif.
BAB IV
KONFLIK MASALAH SOSIAL DI MASYARAKAT
Coser meyakini keberadaan konflik tidak harus bersifat disfungsional. Oleh karena itu,
keberadaan konflik dapat memicu suatu bentuk interaksi dan memicu konsekuensi yang
bersifat positif. Selain itu, dengan adanya konflik juga dapat menggerakkan anggota
kelompok yang terisolasi menjadi berperan aktif dalam aktivitas kelompoknya.
Selain itu, Coser mengelompokkan konflik sosial menjadi dua jenis, yaitu konflik
realistis dan non-realistis. Konflik Realistis adalah konflik yang berdasar dari
kekecewaan individu maupun kelompok atas berbagai bentuk permasalahan dalam
hubungan sosial. Sementara Konflik non-Realistis lahir karena ada kebutuhan
melepaskan ketegangan dari salah satu atau 2 pihak yang berkonflik.
Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan identik dengan tindakan melukai orang lain dengan
sengaja, membunuh, atau memperkosa. Kekerasan seperti itu sering disebut sebagai
kekerasan langsung (direct violence). Kekerasan juga menyangkut tindakan-tindakan seperti
mengekang, mengurangi atau meniadakan hak seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan
menteror orang lain. Jenis kekerasan yang terakhir disebut kekerasan tidak langsung
(indirect violence)
Teori-Teori tentang Kekerasan
1. Teori Faktor Individual
Agresivitas perilaku seseorang dapat menyebabkan timbulnya kekerasan. Faktor
penyebab perilaku kekerasan adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi
meliputi kelainan jiwa, seperti psikopat, psikoneurosis, frustasi kronis, serta pengaruh
obat bius. Faktor yang bersifat sosial, antara lain konflik rumah tangga, faktor budaya,
dan media massa.
2. Teori Faktor Kelompok
Terjadi karena benturan identitas kelompok yang berbeda. Contohnya konflik
antarsupoter bola
3. Teori Dinamika Kelompok
Kekerasan yang timbul karena adanya deprivasi relative (kehilangan rasa memiliki)
yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial
yang terjadi demikian cepat dalam sebuah masyarakat dan tidak mampu ditanggapi
dengan seimbang oleh sistem sosial dan nilai masyarakatnya.
2. Dampak Negatif
Retaknya persatuan kelompok, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia,
berubahnya sikap dan kepribadian individu yang mengarah pada hal yang bersifat
negatif, serta munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang
salah.
2. Menurut William Ury, resolusi konflik bisa dilakukan dalam tiga bentuk langkah.
Ketiganya ialah sebagai berikut: Menyalurkan berbagai ketegangan yang bersifat laten
(tidak begitu nampak) agar tidak terjadi akumulasi ketegangan yang bisa membuat
konflik jadi makin besar dan sulit untuk diselesaikan. Segera menyelesaikan bentuk-
bentuk konflik di permukaan. Resolusi dilandasi asumsi proses penyelesaian konflik
secara dini, akan menutup kemungkinan proses menguatnya konflik. Mencegah potensi-
potensi konflik melalui kebijakan yang responsif dan komprehensif.
3. Menurut Johan Galtung, terdapat beberapa bentuk resolusi konflik yang digunakan
dalam proses penyelesaian konflik. Galtung menawarkan beberapa model resolusi
konflik, yakni peacemaking, peacekeeping, dan peacebuilding. Ketiga model resolusi
konflik yang ditawarkan Galtung itu memiliki dimensi dan target yang tidak sama. Akan
tetapi, rangkaian pelaksanaan ketiga model itu sama-sama memiliki tujuan akhir berupa
mewujudkan perdamaian jangka panjang. Peacemaking ialah sesegara mungkin
menciptakan suatu perdamaian pada tahap awal, atau sebelum konflik semakin besar.
Sementara peacekeeping adalah menerapkan perjanjian perdamaian untuk menjaga
perdamaian. Tahap selanjutnya, peacebuilding, yaitu membangun kembali landasan
perdamaian dan menyediakan berbagai perangkat untuk membangun sesuatu yang lebih
dari sekadar tidak adanya kekerasan. Peacebuilding merupakan proses yang berjalan
jangka panjang memperkuat elemen pemersatu semua pihak dalam formasi baru dan
bertahan lama.
2. Represif
Upaya represif adalah upaya penyelesaian masalah yang dilakukan setelah masalah
terjadi. Represif kerap dilakukan untuk menindak pelanggaran. Upaya represif biasanya
dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintahan untuk mengontrol masyarakat.
Tujuannya adalah mengembalikan keserasian yang terganggu akibat penyimpangan yang
ada.
Tindakan represif dapat digolongkan ke dalam beberapa tindakan, yaitu:
Tindakan Pribadi Represif: Pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu
yang menjadi panutan.
Tindakan Institusional Represif: Pengaruh yang ditimbulkan dari adanya suatu
institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tidak hanya mengawasi para anggota
lembaga saja, tetapi juga mengawasi kehidupan masyarakat di sekitar lembaga
tersebut.
Tindakan Resmi: Pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan oleh
lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-undangan dengan sanksi yang
mengikat.
Tindakan Tidak Resmi: Pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan
tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas.
3. Kuratif
Upaya mengatasi konflik secara kuratif adalah dengan menanggulangi dan mengatasi
dampak yang disebabkan oleh masalah atau konflik yang terjadi. Sehingga, upaya kuratif
merupakan tindak lanjut dalam masalah atau konflik yang sedang berlangsung.
Berikut langkah-langkah mengatasi konflik secara kuratif yang dapat dilakukan:
Mencari penyebab terjadinya konflik.
Mencari solusi yang bersifat win-win solution atau menguntungkan kedua belah
pihak.
Melakukan mediasi dengan menghadirkan pihak ketiga sebagai mediator.
Menempuh jalur hukum atau pengadilan sebagai upaya terakhir apabila konflik
tidak bisa diatasi secara damai.
BAB V
INTEGRASI SOSIAL SEBAGAI UPAYA PEMECAHAN MASALAH DI
MASYARAKAT