Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
“Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi pada Masa Demokrasi
Parlementer (1950-1959)”

Di Susun Oleh :
Nama : Shevia Ananda Putri
Kelas : X-AK 3
No. Absen : 17

SMK NEGERI KASREMAN

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat limpahan karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
kami yang berjudul “Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi pada Masa
Demokrasi Parlementer (1950-1959)”

Selain itu, kami pun mengucapkan terimakasih kepada para penulis


yang tulisannya kami kutip sebagai bahan rujukan. Tak lupa juga kami
ucapkan maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata dan pembahasan yang
keliru dari kami. Kami berharap kritik dan saran Anda. Semoga makalah
kami ini dapat menjadi pelajaran dan menambah wawasan Anda dalam
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah


pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang demokrasi di Indonesia.
Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan.
Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Ngawi, 06 Maret 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1


II. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
III. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI

I. Demokrasi Liberal …..................................................................... 3


A. Sejarah Lahirnya Demokrasi Liberal ……………………….. 3
B. Pelaksanaan Pemerintah ……………………………...…….. 3
C. Bidang Ekonomi ………………………………..…...…….. 10
D. Akhir Masa Demokrasi Liberal …………………………….. 12
II. Demokrasi Terpimpin ………………………………………….. 13
A. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin ……………….……….. 15
B. Perkembangan Ekonomi …………………….…….……….. 15
C. Perkembangan Politik …………………….….…….……….. 16
III. Pelaksanaan Demokrasi Liberal …................................................ 5
IV. Pengertian Demokrasi Terpimpin …............................................. 9
V. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin …........................................... 11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Dalam perjalanan sitem politik di Indonesia banyak bukti menunjukan
bahwa UUD tidak dapat dijadikan pegangan dalam sistem pilitik maupun
penegakan hukum. Telah terjadi empat periode pemerintahan masa Kemerdekaan
(1945-1959), era Demokrasi Terpimpin (1959-1966), masa Orde Baru (1966-
1998) dan era Reformasi (1998-Sekarang). Pada saat kemerdekaan dulu berlaku
tiga macam UUD(1945, RIS dan 1950) namun dalam prosesnya sitem demokrasi
dan hukum dapat ditegakan. Dekrit presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 kembali
berlaku dan dinyatakan penggunaan sistem Demokrasi Terpimpin, namun yang
berlaku sistem otoritarian (Hatta, Demokrasi Kita, 1960).
Kemudian beralih pada masa Demokrasi Orde Baru 1966. Rakyat dan
pemerintah bekerjasama menjalankan pemerintahan yang demokratis dan
menegakan hukum dengan semboyan “kembali ke UUD 1945 dengan murni dan
konsekuen”. Kemudian belangsung Era Reformasi yang diawali perubahan
mendadak dari sistem politik otoriter ke sistem demokrasi. Pada saat pergantian
kepemimpinan di bawah presiden BJ Habibie, sistem demokrasi berubah 180
derajat. Kebebasan membentuk partai politik, Lembaga-lembaga perwakilan
bebas berbicara.

II. RUMUSAN MASALAH


1.Apa pengertian Demokrasi Liberal?
2.Bagaimana sejarah masa demokrasi liberal?
3.Apa pengertian Demokrasi Terpimpin?
4.Bagaimana sejarah pada masa Demokrasi Terpimpin?

1
III. .TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu
1. Untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian,ciri ciri, kelebihan dan kekurangan Demokrasi
Liberal dan Demokrasi Terpimpin.
3. Untuk mengetahui sejarah tentang masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

I. DEMOKRASI LIBERAL
A. SEJARAH MUNCULNYA DEMOKRASI LIBERAL
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa
ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar Sementara tahun
1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin
oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai
– partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam
kenyataanya rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi
Liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden
Soekarno mengumumkan dekrit mengenai pembubaranKonstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena
dianggap tidak cocok dengan kedaan ketatanegaraan Indonesia.
B. PELAKSANAAN PEMERINTAHAN
1. Bidang Politik
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-
partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian
kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi
merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -
1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat
kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad
Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang

3
dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana
PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak
diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana tokoh – tokoh
terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono
IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Kendala yang dihadapi oleh cabinet inin yaitu dalam memperjuangkan Irian
Barat dan Belanda mengalami kebuntuan, terjadi pemberontakan hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan
APRA, Gerakan RMS. Keberhasilan Kabinet Natsir adanya perundingan antara
Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya
dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan
DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD
terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disampaikan kepada parlemen
tanggal 22 Januari 1951 dan memperoleh kemenangan, sehingga pada tanggal 21
Maret 1951 Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden
menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia
mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas selama 28 hari (28
Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik
Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi ) sebagai formatur
dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini
terkenal dengan nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang
dipimpin oleh Soekiman.

4
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
1. Menjamin keamanan dan ketentraman
2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar
sesuai dengan kepentingan petani.
3. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian
Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
5. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan serikat
buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian
pertikaian buruh.
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti
awalnya program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman. Kendala/Masalah
yang dihadapi oleh kabinet ini yaitu adanya Pertukaran Nota Keuangan antara
Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat
Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act
(MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri
RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan
Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang
bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan
Indonesia ke dalam blok barat. Adanya krisis moral yaitu korupsi yang terjadi
pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik karena kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden karena adanya pertentangan dari
Masyumi dan PNI.
c. KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik
Djojosukarto ( PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi

5
formatur, namun gagal.Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur.
Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah
pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini
mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:
1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum
(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat,
meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-
Belanda,Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai berikut; adanya
kondisi krisis ekonomi, terjadi defisit kas negara, munculnya gerakan sparatisme
dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa, terjadi peristiwa 17
Oktober 1952 yang menempatkan TNI sebagai alat sipil, munculnya masalah
intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang
menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di
Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan
tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli), peristiwa Tanjung Morawa
merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar
mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa
Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya
pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada
tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak dari
berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai baru NU.
Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro (partai
Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:

6
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan
Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I
yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955, menyelenggarakan Konferensi Asia-
Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting dagi solidaritas dan
perjuangan kemerdekaan bangsa – bangsa Asia – Afrika dan juga membawa
akibat yang lain, seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi di
negaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih
bertahan di Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan,
seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni
1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD.
Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU
memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955
yang diikuti oleh partai lainnya. Nu menarik dukungan dan menterinya dari
kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus
mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret
1956)

7
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap.
Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan
dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4. .Perjuangan pengembalian Irian Barat
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Burhanuddin
Harahapyaitu;
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955
(memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat
70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.
Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI,
NU, Masyumi, dan PKI. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian
Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan
menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer. Terbinanya
hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Kendala/ Masalah
yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam lingkungan
pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Dengan berakhirnya
pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh.
Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang
baru pula.
f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret
1957)
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet
baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai
yaitu PNI, Masyumi, dan NU. Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II

8
adalah Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang
memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
i. Perjuangan pengembalian Irian Barat
ii. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya
anggota-anggota DPRD.
iii. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
iv. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
v. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
 Pembatalan KMB
 Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif
 Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo II
adalah kabinet ini mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai
titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan
seluruh perjanjian KMB. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai
berikut. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat. Muncul pergolakan /
kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatisme dengan pembentukan dewan militer Memuncaknya krisis di berbagai
daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di
daerahnya. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru
khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Timbulnya
perpecahan antara Masyumi dan PNI. Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi
membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada
presiden.
g. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari
Kabinet Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:

9
· Membentuk Dewan Nasional
· Normalisasi keadaan RI
· Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
· Perjuangan pengembalian Irian Jaya
· Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu.
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda,
Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di
berbagai daerah. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin
meningkat. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga
program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai
puncaknya, terjadi peristiwa Cikini. Kabinet Djuanda berakhir saat presiden
Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
C. BIDANG EKONOMI
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut;
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember
1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan
seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa
hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri
sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar
5,1 miliar
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi
yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor
dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia
melainkan dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk
mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.

10
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum
memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung
banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah
di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program
kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara
program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Kelebihan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal sebagai berikut;
a) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
b) Penyelenggaraan pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah
Republik Indonesia secara demokratis pada 29 September 1955
(memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante).
c) Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB
d) Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional
Indonesia melalui Deklarasi Djuanda
e) Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia.
f) Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama
republik ini berdiri.
Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;
11. Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal
ini menjadikan pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga
perekonomian Indonesia sering jatuh dan terinflasi.
12. Timbul berbagai masalah keamanan
13. Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17
Oktober 1952.

11
14. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya
sistem pemerintahan.
15. Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk
mendapatkan kekuasaan.
16. Praktik korupsi meluas.
17. Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus
pada pengembangan bidang politik bukan pada ekonomi.
D. Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia.
Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan
darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami
kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indinesia tidak
memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan karena
masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa
mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara.
Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante. Sekelompok
partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun sekelompok
partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara. Pemungutan suara
dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari
suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu
kurang dari dua pertiga. Hal ini menjadi masalah karena masih belum memenuhi
syarat. Dengan kegagalan konstituante mengambil suatu keputusan, maka
sebagian aanggotanya menyatakan tidak akan menghadiri siding konstituante lagi.
Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah berhasil merumuskan UUD baru.
Keadaan itu semakin mengguncang situasi politik Indonesia saat itu.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul
kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan
pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut;
 Pembubaran Konstituante.
 Berlakunya kembali UUD 1945.

12
 Tidak berlakunya UUDS 1950.
 Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi
UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak
berlaku lagi di Indonesia.
II. DEMOKRASI TERPIMPIN
Demokrasi terpimpin adalah sistem pemerintahan di mana semua
kebijakan atau keputusan yang diambil atau dilaksanakan difokuskan pada satu
orang, yaitu kepala pemerintahan (presiden atau perdana menteri).Dalam
penerapan sistem pemerintahan ini, warga negara atau masyarakat tidak
memainkan peran penting dalam semua kebijakan yang diambil dan dilaksanakan
oleh pemerintah melalui efektivitas teknik kinerja humas (hubungan masyarakat)
yang sifatnya berkelanjutan.
Sistem pemerintahan ini juga dikenal sebagai “sistem pemerintahaan yang
terkelola”, yang merupakan pemerintahan demokratis dengan peningkatan
otokrasi. Dengan kata lain, sebuah negara yang menerapkan sistem pemerintahan
ini berada di bawah kekuasaan tunggal.
 CIRI CIRI DEMOKRASI TERPIMPIN
1) Kekuasaan Penuh Dipegang Oleh Presiden
Dalam sistem pemerintahan ini, Presiden bertindak sebagai otoritas tertinggi
di suatu negara. Di Indonesia, sistem pemerintahan ini mulai berlaku pada 5
Juli 1959, ketika negara Indonesia berada di bawah pemerintahan Presiden
Soekarno.
Menerapkan sistem demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno pada saat itu
mampu mengubah peran yang berbeda dari perwakilan rakyat yang
dianggap tidak sesuai dengan keinginannya, terutama di bidang politik.
2) Peran Partai Politik Terbatas
Selama periode sistem pemerintahan ini, peran partai politik menjadi sangat
terbatas. Kehadiran partai politik tampaknya hanya mendukung berbagai
kebijakan Presiden Soekarno.
3) Peran dan Partisipasi Militer dalam Pemerintahan Meningkat

13
Selama periode demokrasi terpimpin, peran militer di Indonesia sangat
kuat. Saat itu, tentara memiliki dua fungsi (fungsi ganda / dwi fungsi), yaitu
sebagai garda pertahanan negara dan juga peran dalam pemerintahan. Peran
tentara yang kuat dalam pemerintahan ternyata menyebabkan kerusuhan
politik di Indonesia.
4) Pemahaman Komunisme Berkembang
Pada saat itu, hubungan antara Presiden Soekarno dan Partai Komunis
Indonesia (PKI) menjadi sangat baik. Dukungan PKI untuk Presiden
Soekarno dimanfaatkan dengan baik, sehingga gagasan komunisme
berkembang pesat pada saat itu.
5) Anti-Kebebasan Pers
Pers bertugas untuk menghubungkan suara rakyat dalam sistem politik
sangat dibatasi oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah tentang pers
menyebabkan sebagian besar media berhenti dan tidak berani menyebarkan
berita karena ancaman larangan dan dicekal.
6) Sentralisasi Pemerintahan Pusat
Sistem pemerintahan ini menciptakan ketidakadilan, termasuk pemerintah
yang sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah pusat. Peran partai politik
dalam pemerintahan menjadi semakin tidak jelas, menyebabkan kekacauan.
7) Pelanggaran HAM
Kebebasan pers, sentralisasi pemerintah pusat, dan peran militer yang sangat
besar berdampak pada meningkatnya tindakan sewenang-wenang terhadap
rakyat. Pelanggaran HAM sering kali dilakukan oleh pemerintah jika
mereka menemukan orang yang menentang kebijakan pemerintah.
 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DEMOKRASI TEROIMPIN
 Kelebihan
1) Negara dapat memecahkan perpecahan dan krisis yang tak
berkesudahan.
2) Mengembalikan UUD 1945 sebagai pedoman pemerintah.
3) Merupakan awal dari pendirian Lembaga Tinggi Negara, yaitu MPRS
dan DPAS.

14
 Kekurangan
1) Presiden, MPR dan badan-badan pemerintah tinggi lainnya memiliki
kekuatan besar, menciptakan potensi penyalahgunaan.
2) Memaksakan fungsi ganda militer sehingga tentara dapat berpartisipasi
dalam politik.
3) Pada saat itu, sistem pemerintahan ini juga memiliki dampak besar pada
situasi politik di Indonesia. Kepemimpinan borjuasi dan PKI membawa
banyak orang pada penolakan. Selain itu, praktik korupsi yang
merajalela di kalangan birokrat dan militer menyebabkan pendapatan
Indonesia dari ekspor turun secara drastis. Tidak hanya itu, ada juga
inflasi yang cukup kuat karena kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak
stabil saat itu.
A. PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA

Masa demokrasi terpimpin dimulai dari disampaikannya Dekrit Presiden


pada 5 Juli 1959. Dekrit ini berisi mengenai pembubaran konstituante, Pemesanan
DPA dan MPR, serta kembalinya konstitusi Indonesia pada UUD 1945. Kebijakan
ini diterima dengan baik oleh kalangan yang jengah dengan ketidakstabilan politik
nasional selama sembilan tahun (1950 -1959) yang berdampak pada kondisi
ekonomi yang semakin memburuk. Pada masa ini, posisi presiden Soekarno
menjadi sangat kuat dengan dukungan dari TNI dan kemudian PKI. Soekarno
banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pemikirannya
tentang revolusi Indonesia, yang oleh banyak pihak yang mempertimbangkan
terlalu banyak pihak dan membawa Indonesia jatuh lebih jauh ke dalam jurang
kekacauan.

B. PERKEMBANGAN EKONOMI
Untuk mengatur perekonomian Nasional, presiden membentuk Dewan
Perancang Nasional pada Agustus 1959. Badan ini diketuai oleh Muh. Yamin
yang jalan untuk mempersiapkan RUU Pembangunan Nasional dan melakukan
penyelenggaraan pembangunan. Badan ini kemudian berganti menjadi Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 1963. Masuknya masa

15
demokrasi terpimpin terjadi Bersama kekacauan ekonomi, pemerintah
memprioritaskan penurunan inflasi dan mata uang yang masuk. Pemerintah juga
mengimbau untuk melakukan pelayanan dan penertiban manajemen terhadap
seluruh perusahaan. Tapi di sisi lain, pemerintah tidak mampu menahan ambisi
politiknya seperti dalam perhelatan Ganefo dan Conefo yang menghabiskan
banyak biaya.
Kehidupan masyarakat Indonesia kurang lebih 80% bersifat agraris, sehingga
barang-barang produksi yang dijual sangat murah dan agregatnya sangat jauh
dibandingkan dengan impor yang dilakukan negara. Sementara kredit luar negeri
akan memberikan pengaruh politik yang sangat kuat, karena keadaan perang yang
dinginkan untuk berpihak kepada salah satu blok atau pakta. Usaha-usaha
pemerintah dalam memperbaiki ekonomi pada umumnya tidak berjalan baik
karena kepentingan politik yang memiliki biaya besar, dan politik internasional
yang menghambat lancarnya keluar masuk bantuan atau kredit.
C. PERKEMBANGAN POLITIK
1) Pembebasan Irian Barat
Pembebasan Irian Barat menjadi program utama pemerintah Indonesia
sejak permasalahannya diputuskan dalam Konferensi Meja Bundar Desember
1949. Program ini baru digenjot pelaksanaannya pada masa demokrasi
terpimpin. Indonesia dasar pembahasan dalam Konferensi Perdana Menteri dan
kemudian Sidang Dewan Keamanan PBB pada 1956 sampai 1960 hingga
Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya pada bulan Agustus. Amerika
Serikat ditunjuk PBB untuk membantu menyelesaikan masalah Irian Barat,
namun pada saat yang sama Indonesia mempersiapkan opsi militer. Jenderal
Nasution memesan senjata dengan Moskow, sementara Soekarno
mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora). Hal ini direspon Belanda
dengan patroli perbatasan. Operasi Mandala dilakukan di bawah Pimpinan
Mayjen Soeharto berhasil menguasai Terminabuan. Belanda mendapat tekanan
dari AS untuk berunding, karena Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari
Uni Soviet. Konflik berkelanjutan akan membuat AS dan Uni Soviet terlibat
dalam agresi di Pasifik Barat Daya.

16
Belanda melunak, dan akhirnya menyepakati Perjanjian New York pada
Agustus 1962. Perjanjian ini ditindaklanjuti dengan penyerahan Irian Barat dari
PBB ke RI secara sementara pada 1 Mei 1963.
2) Gerakan Non-Blok
Politik Luar Negeri Indonesia berdasarkan prinsip bebas-aktif, sehingga
dapat berhubungan dengan negara manapun yang berusaha mewujudkan
perdamaian. Tidak terikat pada blok barat atau pun timur. Hal ini dalam
keikutsertaan Indonesia dalam Gerakan Non-Blok. Gerakan ini berupaya untuk
membentuk kekuatan netral dan mencegah konflik antara AS dan Soviet
sebagai dua kutub politik dunia. Gerakan ini juga konflik-konflik seperti India-
RRC, India Pakistan, dan kemudian Indonesia-Malaysia. Dua kali Konferensi
Tingkat Tinggi di Beograd dan Kairo berupaya memberikan tekanan kepada
PBB untuk menekan konflik AS-Soviet dan bahaya perang antara antara.
Meski begitu, dengan semakin memanasnya konflik Irian Barat.
3) Konfrontasi Malaysia
Konfrontasi ini dimulai setelah Tengku Abdul Rachman mengumumkan
Pemberitahuan Malaya pada 27 Mei 1961, kebijakan ini didukung oleh Inggris
dalam persiapannya. Kebijakan membuat hubungan Indonesia-Malaysia
memanas yang mengganggu revolusi Indonesia dengan hadirnya pangkalan
militer Inggris. Selain itu, Federasi Malaysia asas sebagai proyek neokolonial
Inggris. Indonesia, Filipina, dan Malaya melalui PBB melakukan peninjauan
keinginan rakyat untuk bergabung dalam federasi. Namun federasi
diproklamasikan sebelum peninjauan dilakukan oleh PBB. Indonesia
memutuskan hubungan ekonomi dengan wilayah-wilayah Federasi Malaya
pada 21 September 1963. Konflik pecah di Kalimantan Utara, dan diskusinya
berjalan alot sampai Mei 1964. Presiden kemudian mengatur Dwi Komando
Rakyat sebagai tanda masuknya konfrontasi pada fase perang.
4) Keluar dari PBB
Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB pada Januari 1965,
disebabkan oleh diterimanya Malaysia sebagai anggota PBB bahkan dewan
keamanan tidak tetap. Aksi ini sangat disayangkan karena Indonesia

17
Kehilangan forum yang besar untuk memperjuangkan penyelesaian konfliknya
dengan Malaysia. Hal ini kemudian diganti dengan menginisiasi berdirinya
New Emerging Forces (NEFO) sekaligus berlangsungnya Conference of New
Emerging Forces (CONEFO) dan Games of Emerging Forces (GANEFO).
Meski begitu program ini tidak berjalan efektif, karena PBB adalah forum yang
sangat penting, dan kebijakan Indonesia yang lawan lawan bubar sangatlah
buruk. Hal ini berlawanan dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang
bebas aktif. Indonesia baru masuk kembali ke PBB pada masa Orde Baru.
5) Penyimpangan-Penyimpangan Demokrasi Terpimpin
6) Era demokrasi terpimpin yang ketakutan dengan berdiri di posisi presiden
Soekarno, didukung oleh TNI dan PKI. Seluruh kebijakan negara hampir selalu
dikeluarkan oleh Presiden Soekarno, tanpa mempertimbangkan suara pihak-
pihak lain. Penyimpangan yang dilakukan antara lain:
a. Membubarkan DPR hasil pemilu pada 4 Juni 1960, kemudian
membentuk DPR-GR karena menolak anggaran belanja negara yang
diusulkan pemerintah.
b. Membubarkan konstituante pemilu melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959
c. Pembentukan MPRS yang dibuat oleh presiden sendiri
d. Melayani setiap sendi kehidupan negara melalui 5.Manipol, Usdek, dan
Nasakom
e. Mengangkat Ketua MPRS dan Ketua DPR-GR sebagai Menteri kabinet
kerja.
f. Meningkatkan reputasi AB dalam politik nasional
g. Membubarkan Masyumi dan PSI dalam lingkungannya dengan PRRI
dan Permesta.
h. Kekuasaan Presiden yang tidak terbatas, termasuk dalam mengeluarkan
kebijakan-kebijakan secara sepihak seperti keluar dari PBB, konfrontasi
Irian Barat dan Malaysia, Mengadakan CONEFO dan GANEFO.
 AKHIR DEMOKRASI TERPIMPINGencarnya aktivitas politik internasional
Indonesia seakan menutupi dinamika dalam negeri. Di Jakarta, tiga poros PKI,
TNI, dan Soekarno semakin kuat memberikan pengaruh satu sama lain. Posisi

18
PKI semakin kuat sebagai pendukung politik Soekarno, di sisi lain
menggiatkan upaya di akar rumput. Salah satunya “Angkatan Kelima” dengan
mempersenjatai buruh tani sebagai bentuk bantuan atas panggilan revolusi
Soekarno. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan di kalangan TNI, yang
menganggap PKI sudah melampaui batas partai politik biasa. Muncul
informasi yang menyatakan bahwa antara PKI atau TNI sedang
mempersiapkan kudeta pemerintahan karena ketidaksenangan tersebut.
30 September 1965 Malam, sebuah aksi yang diduga dilakukan oleh PKI
menewaskan tujuh perwira tinggi TNI di Jakarta. Presiden Soekarno
memberikan mandat kepada Soeharto selaku Men / PangAD untuk
mengembalikan keamanan dan wibawa pemerintah setelah kekacauan yang
terjadi melalui Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar). Terjadi
dualisme kepemimpinan pada masa ini, karena roda pemerintahan sekarang
dijalankan oleh Soeharto. Meski begitu, Soekarno menyampaikan Pel
Nawaksara pada Sidang MPRS 10 Januari 1967, namun tetap tidak cukup
untuk mempertanggungjawabkan peristiwa yang telah terjadi dalam hampir
dua tahun ini.
Kamis, 20 Februari 1967 Presiden Soekarno memindahkan kekuasaan
pada pengemban Tap MPRS No. IX / MPRS / 1966 yaitu Soeharto. Dengan ini
masa demokrasi terpimpin kemudian berakhir, dan dipimpin oleh Soeharto
Indonesia memasuki masa Orde Baru.

19
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
 Demokrasi Liberal
 Demokrasi Liberal tidak cocok dengan kepribadian bangsa indonesia
hingga akhirnya mengalami keruntuhan karena dominannya politik aliran
sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolahan konflik, basis
sosial ekonomi yang masih sangat lemah , struktur sosial yang masih
sangat hirarkis.Karena ciri utama demokrasi liberal adalah sering
bergantinya kabinet . sehingga hal ini menyebabkan jumlah partai yang
cukup banyak, tetapi tidak ada partai yg memiliki mayoritas mutlak .
setiap kabinet terpaksa didukung oleh sejumlah partai berdasarkan hasil
usaha pembentukan partai ( kabinet formatur).
 Dampak dari Demokrasi Liberal adalah pembangunan tidak berjalan
lancar karena kabinet selalu silih berganti, karena masing-masing partai
lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya.Karena tidak
ada partai yang pionir (pelopor) .
Dampak Demokrasi Liberal dalam masyarakat yaitu munculnya
pemberontakan di berbagai daerah (DI/TII, permesta, APRA, RMS) &
memunculkan ketidak percayaan publik terhadap pemerintahan yg ada saat itu .
 Demokrasi Terpimpin
 Salah satu ciri yang nampak dalam masa Demokrasi Parlementer adalah
seringnya terjadi penggantian kabinet, mulai dari Kabinet Natsir, Kabinet
Sukiman, Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Sastroamijoyo I, Kabinet
Burhanuddin Harahap, Kabinet Ali Sastroamijoyo II, dan Kabinet
Djuanda.
 Penyebab utama seringnya terjadi pergantian kabinet pada masa
Demokrasi Parlementer adalah karena adanya perbedaan kepentingan
diantara partai-partai yang tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik.

20
Pada masa ini, sistem kepartaian yang diterapkan memang bersifat multi
partai.
 Pemilu pertama di Indonesia berhasil dilaksanakan pada masa Demokrasi
Parlementer, dan menampilkan empat partai besar dalam perolehan kursi
hasil pemilu : PNI, Masyumi, NU dan PKI.
 Dalam bidang ekonomi, kebijakan ekonomi yang diterapkan pada 1950an
umumnya merupakan upaya untuk menggantikan struktur perekonomian
kolonial menjadi perekonomian nasional.

II. SARAN

Dari sejarah berlakunya masa Demokrasi Liberal semoga kita mendapat pelajaran
dan hikmah dari apa yang telah terjadi juga bisa memperbaiki kesalahan yang ada
untuk kebaikan masa depan.

21
DAFTAR PUSTAKA

EBOOK SEJARAH INDONESIA

BUKU PAKET SEJARAH INDONESIA

https://www.zenius.net/blog/23437/ciri-demokrasi-liberal-pengertian-adalah

https://www.studiobelajar.com/demokrasi-liberal/

https://www.gurupendidikan.co.id/demokrasi-terpimpin/

https://www.studiobelajar.com/demokrasi-terpimpin/

22

Anda mungkin juga menyukai