Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

Kelompok 2 PPKN
“PELAKSANAAN DEMOKRASI PADA PERIODE 1949-1959”

Di Susun Oleh :
1. Evan. R. Soares
2. Gabriel. M. Rahawarin
3. Wendi Kondolele
4. Jenia. E. Tame
5. Ria. Y. S. Buranus
6. Rachellin. O. M. Bosawer
7. Yulianti. L. Rantetampang

SMA YPPK TERUNA BAKTI WAENA JAYAPURA PAPUA


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Pelaksaan Demokrasi di Indonesia Periode 1949-1959”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini mengulas tentang Pelaksanaan Demokrasi di
Indonesia Periode 1949-1959, dan system kerja demokrasi liberal.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang


telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Jayapura, 04 November 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI :
Halaman Judul………………………………………………………………i

Kata Pengantar………………………………………………………………ii

Daftar Isi…………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………...1
C. TUJUAN…………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………2
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………2-4
B. SISTEM KERJA DEMOKRASI LIBERAL……………………………..4

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN………………………………………………………5
B. KRITIK DAN SARAN………………………………………………5

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, maksudnya pemerintahan memberi
kekuasaan dan wewenang kepada rakyat,semua keputusan berdasarkan suara
rakyat. Jadi, Demokrasai Indonesia adalah pemerintahan dari semua rakyat
Indonesia ,oleh rakyat Indonesia dan untuk rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke. Cara pemerintahan seperti ini menjadi cita-cita semua partai
Nasionalis di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman Pelaksaan Demokrasi di Indonesia Periode 1949-1959 ?
2. Sistem kerja pada masa demokrasi liberal ?

C. TUJUAN
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pelaksanaan demokrasi di
Indonesia periode 1949-1959, dan juga system kerja demokrasi liberal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan demokasi di Indonesia priode 1949-1959
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung
dalamrentang waktu antara tahun 1949 ampai 1959. Pada priode ini terjadi dua kali
pergantian undang-undang dasar. Pertama, pergantian UUD 1945 dengan
Konstitusi RIS pada rentang waktu 27 Desember 1949 sampai dengan 17Agustus
1950. Dalam rentang waktu ini, bentuk negara kita berubah dari kesatuan menjadi
serikat, sistem pemerintahan juga berubah dari presidensil menjadi quasi
parlementer. Kedua, pergantian konstitusi RIS dengan undang undang dasar
sementara 1950 pada rentan waktu 17 agustus 1950 sampai dengan 5 juli 1959. Pada
periode pemerintahan ini kemenganut system parlementer. Denga demikian, dapat
disimpulkan pada periode 1949 sampai dengan 1959, negara kita menganut
demokrasi parlementer.
Masa demokrasi parlementer merupakan masa yang semua elemen
demokrasinya dapat kita temukan perwujudnya dalam kehidupan politik di
Indonesia. Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan
yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan
parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada
pihak pemerintah yang mengabaikan cabinet harus meletakkan jabatannya
meskipun pemerintahannya baru berjalan beberapa bulan, seperti yang terjadi pada
Ir. Djuanda Kartawidjaja yang diberhentikan dengan mosi tidak percaya dari
parlemen.
Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jawaban dan politisi
pada umumnya sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen
dan juga sejumlah media massa sebagai alat control sosial. Sejumlah kasus jatuhnya
cabinet pada periode ini merupakan konkret dari tingginya akuntabilitas tersebut.
Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang
sebesar-besarnya untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode ini, Indonesia
menganut system multipartai. Pada periode ini, hamper 40 partai politik terbentuk
dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam proses rekrutmen,baik pengurus
atau pimpinan partainya maupun para penduduknya. Campur tangan pemerintah
dalam hal rekrutmen boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Setiap partai bebas
meilih kedua dan segenap anggota pengurusnya.
Keempat, sekalipun pemilihan umum hanya dilaksanakan hanya satu kali
yaitu pada 1955, tetapi pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan
prinsip demokrasi. Kompetisi antarpartai politik berjalan sangat intensif dan fair,
serta yang tidak kalah pentingnya adalah setiap pemilih dapat menggunalkan hak
pilihnya dengan bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut.
Kelima, masyarakat pada umunya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar
mereka tidak dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga negara dapat
memanfaatkannya dengan maksimal. Hak untuk berserikat dan berkumpul dapat
diwujudkan dengan jelas, dengan terbentuknya sejumlah partai politik dan
organisasi peserta pemilihan umum. Kebebasan pers juga dirasakan dengan baik.
Demikian juga dengan kebebasan berpendapat. Masyarakat mampu melakukannya
tanpa ada rasa takut untuk menghadapi risiko, sekalipun mengkritik pemerintah
dengan keras. Sebagai contoh adalah yang dilakukan oleh Dr. Halim, mantan
perdana menteri, yang menyampaikan surat terbuka dan mengeluarkan semua isi
hatinya dengan kritikan yang sangat tajam terhadap sejumlah langkah yang
dilakukan presiden Soekarno.
Keenam, dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah memperoleh
otonomi yang cukup bahkan otonomi yang seluas-luasnya dengan asas
desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan
kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah .
Keenam indicator tersebut merupakan ukuran dalam pelaksaan demokrasi pada masa
pemerintahan parlementer. Akan tetapi, pelaksanaan tersebut tidak berumur panjang.
Demokrasi parlementer hanya bertahan selama Sembilan tahun seiring dengan di
keluarkannya dekrit oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 yang
membubarkan Konstituante dan kembali kepada UUD 1945. Presiden menggangap
bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
yang dijiwai oleh semangat gotong royong sehingga beliau menggangap bahwa
system demokrasi ini gagal mengadopsi nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa demokrasi parlementer
mengalami kegagalan ? Banyak sekali para ahli mencoba menjawab pertanyaan
tersebut. Dari sekian banyak jawaban tersebut, ada beberapa hal yang di nilai tepat
untuk menjawab pertanyaan berikut.
Pertama, munculnya usulan presiden yang dikenal dengan konsepsi Presiden untuk
membentuk pemerintahan yang bersifat gotong royong yang melibatkan semua
kekuatan politik yang ada termasuk Partai Komunis Indonesia. Melalui konsepsi ini
Presiden membentuk Dewan Nasional yang melibatkan semua organisasi politik dan
organisasi kemasyarakatan. Konsepsi Presiden dan Dewan Nasional ini mendapat
tantangan yang sangat kuat dari sejumlah partai politik terutama Masyumi dan Partai
Syarikat Islam.
Kedua, Dewan Konstituante mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan
merumuskan ideologi nasional, karena tidak tercapainya titik temu antara dua kubu
politik, yaitu kelompok yang menginginkan Islam sebagai ideologi negara dan
kelompok lain yang menginginkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Ketiga, dominannya politik aliran sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelRlaan kRnfik. $kibat pRlitik aliran tersebut, setiap kRnfik yang terMadi
cenderung meluas melewati batas wilayah yang pada akhirnya membawa dampak
yang sangat negatif terhadap stabilitas politik.
Keempat, basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah. Struktur sosial yang
dengan tegas membedakan kedudukan masyarakat secara langsung tidak mendukung
keberlangsungan demokrasi. Akibatnya, semua komponen masyarakat sulit
dipersatukan, sehingga hal tersebut mengganggu stabilitas pemerintahan yang
berdampak pada begitu mudahnya pemerintahan yang sedang berjalan dijatuhkan
atau diganti sebelum masa jabatannya selesai.

B. SISTEM KERJA

Sistem kerja demokrasi liberal sebagai berikut :


1. Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR yang dibentuk melalui pemilu
multipartai.
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/dewan menteri yang
dipimpin oleh seorang perdana mentri.
3. Presiden hanya berperan sebagai kepala negara, bukan kepala
pemerintahan.
4. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas.
5. Jika DPR menilai kinerja menteri/ beberapa menteri/ kebinet kurang atau
bahkan tidak baik, DPR dapat memberi mosi tidak percaya kepada
seseorang atau beberapa menteri atau bahkan cabinet secara keseluruhan.
6. Jika kabinet bubar, presiden akan menunjuk formatur kabinet untuk
menyusun kabinet baru.
7. Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya lagi kepada kabinet yang baru
tersebut, DPR dibubarkan kemudian diadakan pemilihan umum.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
demokrasi yang baik dan aman dapat membuat keadaan politik dan
pemerintahan yang semakin baik dan dewasa dimata internasional.
Demokrasi Indonesia harus dijalankan dengan baik oleh semua dukungan
kalangan masyarakat tanpa pandang bulu. Mulai dari kegiatan demokrasi
yang paling sederhana sampai dengan kegiatan demokrasi yang paling
kompleks didalam pemerintahan Indonesia. Oleh sebab itu untuk dapat
menjalankan demokrasi yang baik diperlukan aturan – aturan hukum yang
dapat menjadi panutan untuk semua masyarakat agar terciptanya demokrasi
yang aman, tentram, serta rukun untuk semua kalangan.

B. KRITIK DAN SARAN


Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita patut bangga memiliki sistem
demokrasi yang mampu mengayomi masyarakat majemuk Indonesia.
Namun, agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu
mengerti apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik
dengan sadar akan hak dan kewajiban terhadap negara.

Sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan demokrasi


harus dilakuakan terhadap berbagai lapisan masyarakat. Pemikiran tua,
dimana banyak rasa takut akan beraspirasi dan merasa lemah dihadapan
pemerintah perlu dihilangkan guna kemajuan bersama. Sehingga
keberhasilan akan tercipta saat melihat rakyat dan pemerintah dapat
berinteraksi secara langsung dengan hal-hal baru yang sesuai dengan norma
dan persatuan serta kesatuan.

Kesadaran dalam diri masyarakat Indonesia sendiripun seharusnya menjadi


faktor utama perubahan yang ada di negeri ini. Sistem dimana masyarakat
yang memiliki kekuasaan tertinggi seharusnya menjadikan masyarakat lebih
memiliki wibawa dan lebih terhormat dibandingkan mereka yang menjabat.
Apabila masyarakat mampu memiliki kesadaran tersebut, maka masyarakat
akan membawa perubahan positif dan kesadaran inilah yang akan
menciptakan demokrasi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
 http://lithaherman.blogspot.com/2013/10/makalah-pelaksanaan-demokrasi-
di_17.html
 https://www.slideshare.net/Rachmat123/demokrasi-indonesia-1949-1959
 http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/10/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia-
pada_54.html
 https://www.academia.edu/5459677/Pelaksanaan_Demokrasi_Parlementer_di_Indone
sia_tahun_1945-1959

Anda mungkin juga menyukai