Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

Tentang Pelaksanaan Demokrasi (1949-1959) dan (1959-


1965)

Oleh Kelompok 4:
Bayu Putra
Masyariq Anwar
Nabila Fauziya Putri
Fadhil Havizh Syauqi
Reski Alber Satria

SMA NEGRI 3 BUKITTINGGI


TP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 3
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan demokrasi (1949-1959)…………………………… 4
B. Pelaksanaan demokrasi (1959-1965)…………………………... 6

DAFTAR PUSAKA……………………………………………………….. 8
Demokrasi Indonesia Periode Parlementer (1949-1959)
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung dalam rentang
waktu antara 1949-1959.Pada periode ini terjadi dua kali pergantian undang-
undang dasar, yaitu:Pergantian UUD 1945 dengan Konstitusi RIS pada rentang
waktu 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950. Dalam rentang waktu ini, bentuk
negara Indonesia berubah dari kesatuan menjadi serikat. Sistem pemerintahan
berubah dari presidensil menjadi quasi parlementer. Pergantian Konstitusi RIS
dengan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 pada rentang waktu 17
Agustus 1950 - 5 Juli 1959

Periode pemerintahan ini bentuk negara kembali berubah menjadi negara kesatuan.
Sistem pemerintahan menganut sistem parlementer.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pada periode 1949-1959, negara Indonesia menganut
demokrasi parlementer. Masa demokrasi parlementer adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia.
Karena hampir perwujudan semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
kehidupan politik di Indonesia.Berikut ini enam indikator ukuran kesuksesan
pelaksanaan demokrasi pada masa pemerintahan parlementer:

1. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen berperan tinggi dalam proses


politik
Perwujudan kekuasaan parlemen terlihat dari sejumlah mosi tidak percaya pada
pihak pemerintah.Akibatnya kabinet harus meletakkan jabatan meski pemerintahan
baru berjalan beberapa bulan. Seperti Djuanda Kartawidjaja diberhentikan dengan
mosi tidak percaya dari parlemen.

2. akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politisi pada


umumnya sangat tinggi
Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga sejumlah media massa
sebagai alat kontrol sosial.Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini
merupakan contoh konkret tingginya akuntabilitas.
3. kehidupan kepartaian memperoleh peluang sebesar-besarnya untuk
berkembang secara maksimal
Dalam periode ini, Indonesia menganut sistem multipartai.Pada periode ini 40
partai politik terbentuk dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam proses
rekrutmen, baik pengurus atau pimpinan partai maupun para pendukungnya.

4. sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali pada 1955, tetapi
Pemilihan Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan
prinsip demokrasi.
Kompetisi antar partai politik berjalan sangat intensif dan fair. Setiap pemilih dapat
menggunakan hak pilih dengan bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut

5. masyarakat umumnya dapat merasakan hak-hak dasar dan tidak dikurangi


sama sekali
Meski tidak semua warga negara dapat memanfaatkan hak-hak dasar dengan
maksimal.Tetapi hak untuk berserikat dan bekumpul dapat diwujudkan, dengan
terbentuknya sejumlah partai politik dan organisasi peserta Pemilihan Umum.
Kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dirasakan dengan baik. Masyarakat
bisa melakukan tanpa rasa takut menghadapi risiko, meski mengkritik pemerintah
dengan keras.Contoh Dr. Halim, mantan Perdana Menteri, menyampaikan surat
terbuka dengan kritikan sangat tajam terhadap sejumlah langkah yang dilakukan
Presiden Soekarno. Surat tersebut tertanggal 27 Mei 1955.

6. dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah yang memperoleh


otonomi yang cukup
Daerah-daerah bahkan memperoleh otonomi seluas-luasnya dengan asas
desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak, dalam mengatur hubungan
kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
Demokrasi Indonesia Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Sebelumnya, di masa parlementer, Indonesia mengalami stagnansi hukum dan


dasar negara. Dewan Konstituante yang bertugas menyusun Konstitusi atau
Undang-Undang Dasar baru untuk menggantikan UUDS 1950, tak kunjung
menyelesaikan tugasnya. Kinerja Dewan Konstituante yang berlarut-larut
membawa Indonesia ke dalam persoalan politik yang pelik.Kondisi negara serta
tidak pasti. Landasan konstitusional tidak mempunyai kekuatan hukum tetap
karena hanya bersifat sementara.

Situasi seperti ini berpengaruh besar terhadap situasi keamanan nasional. Karena
membahayakan persatuan dan kesatuan nasional. Presiden Soekarno sebagai
kepala negara melihat situasi ini sangat membahayakan bila terus dibiarkan.Oleh
karena itu untuk mengeluarkan bangsa dari persoalan pelik tersebut, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959 yang selanjutnya disebut Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Dalam dekrit tersebut, Presiden menyatakan membubarkan
Dewan Konstituante dan kembali pada Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.Dekrit presiden tersebut mengakhiri era demokrasi parlementer.
Dekrit Presiden juga membawa dampak sangat besar dalam kehidupan politik
nasional.
Era baru demokrasi dan pemerintahan Indonesia dimulai yaitu suatu konsep
demokrasi yang oleh Presiden Soekarno disebut Demokrasi Terpimpin.Maksud
konsep terpimpin ini dalam Pandangan Soekarno adalah dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan
pada masa demokrasi parlementer.Yang disebut demokrasi pada masa ini ialah
perwujudan kehendak presiden dalam rangka menempatkan dirinya sebagai satu-
satunya institusi yang paling berkuasa di Indonesia.

Masa suram demokrasi Indonesia


Perpolitikan Indonesia pada masa demokrasi terpimpin sudah keluar dari aturan
yang benar.Demokrasi bukan dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan akan tetapi
dipimpin oleh institusi kepresidenan yang sangat otoriter yang jauh dari nilai-nilai
demokrasi universal.Soekarno memiliki kuasa absolut dan berwenang penuh atas
penyelenggaraan negara. Beberapa kebijakan masa demokrasi terpimpin yakni:
a.Berkonfrontasi dengan Malaysia
b.Keluar dari PBB
c.menyelenggarakan Asian Games pertama
d.Menghabiskan anggaran negara dan memanfaatkan pinjaman untuk
pembangunan proyek-proyek mercu suar
e.Soekarno ditetapkan sebagai presiden seumur hidup
f.Tidak ada pemilu
g.Soekarno membentuk Kabinet 100 Menteri (Kabinet Dwikora II) dengan jumlah
132 pejabat pembantu presidenMasa demokrasi terpimpin disebut sebagai masa
suram demokrasi di Indonesia.
DAFTAR PUSAKA
https://amp.kompas.com/skola/read/2020/02/12/173000969/demokrasi-indonesia-
periode-parlementer-1949-1959
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/183000469/demokrasi-indonesia-
periode-demokrasi-terpimpin-1959-1965

Anda mungkin juga menyukai