Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD FACHRI HERAWZA

NIM : 201710110311203
KELAS : III E

TUGAS TERSTRUKTUR 5
(Demokrasi di Indonesia)

Masyarakat Indonesia yang terkenal dengan budaya gotong royong dan


musyawarahnya, sangat mencerminkan bahwa Indonesia memang negara yang
menganut sistem demokrasi. Bahkan budaya demokrasi tidak hanya dirasakan
dikalangan masyarakat umum saja, namun juga dikalangan pejabat negara dalam
mengatur tata pemerintahan negara.
Kalau mau meneliti kebelakang, leluhur negara ini sebenarnya sudah lebih
dulu mengenal sistem demokrasi sejak berabad-abad sebelum Indonesia merdeka.
Banyak kerajaan di Indonesia yang memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas,
bahkan sampai keluar wilayah Indonesia. Hal ini bisa dijadikan sebagai bukti, bukan
tidak mungkin leluhur kita melakukan budaya musyawarah dalam menyusun strategi
untuk memperluas wilayahnya, dan ini merupakan ciri dari budaya demokrasi,
namun perlu diketahui bahwa konsepnya masih sangat primitif sekali.
Selanjutnya pada saat masa pendudukan Belanda, budaya demokrasi semakin
berkembang dengan kemunculan organisasi-organisasi masyarakat sebagai bentuk
perlawanan terhadap penjajah. Beberapa organisasi tersebut banyak dilahirkan oleh
kaum intelek pada masa itu. Keberadaan organisasi masyarakat sebagai wadah
aspirasi ini juga dapat dijadikan bukti pelengkap bahwa negara Indonesia tidak lepas
dari budaya demokrasi.
Setelah Indonesia merdeka, budaya demokrasi berkembang semakin dewasa
dan dilandasi dengan konsep pemikiran yang lebih modern. Indonesia berhasil
meraih kemerdekaannya dan mulai membuat tata pemerintahan sendiri, kemudian
dari masa awal kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia sudah beberapa kali
mengalami perubahan sistem demokrasi sebagai landasan dalam mengatur
pemerintahannya.
Demokrasi dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan penyaluran kehendak rakyat,
yaitu:
 Demokrasi langsung (direct democracy) adalah demokrasi yang
secara langsung melibatkan rakyat untuk pengambilan keputusan
terhadap suatu negara. Contohnya seperti pemilu.
 Demokrasi tidak langsung (indirect democracy) adalah demokrasi
yang tidak secara langsung melibatkan seluruh rakyat suatu negara
dalam pengambilan suatu keputusan. Contohnya seperti suatu
keputusan yang dilakukan oleh wakil-wakil rakyat (DPR, DPD,
DPRD).
Sedangkan sistem demokrasi di Indonesia dari masa ke masa, yaitu:

1. Sistem Demokrasi Parlementer


Sistem demokrasi parlementer ini diberlakukan pada masa awal kemerdekaan
Indonesia. Sebenarnya sistem demokrasi parlementer ini secara praktiknya
sudah diberlakukan sejak November 1945, namun secara hukum
konstitusional baru ditetapkan pada tahun 1950 sejak disahkannya UUDS
1950.
Sistem demokrasi parlementer bukanlah sistem pertama yang diterapakan di
Indonesia, setelah pasca proklamasi kemerdekaan. Pemerintahan pada waktu itu
menerapkan sistem presidensil tepat satu bulan setelah proklamasi kemerdekaan.
Penerapan sistem presidensil ini mengacu pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Namun
beberapa bulan setelah diberlakukannya sistem presidensil ini digantikan dengan
sistem demokrasi parlementer, tepatnya November 1945.
Pergantian sistem presidensil menjadi sistem demokrasi parlementer ini
didasari pada maklumat wakil presiden 10 November 1945. Sistem presidensil yang
mengkiblat  eropa ini dianggap terlalu memberi kekuasaan berlebih kepada sosok
seorang presiden. Pendapat ini pertama kali dicetuskan oleh Sutan Syahrir
berdasarkan kecemasannya terhadap anggapan dunia internasional bahwa
kemerdekaan Indonesia terjadi karena bantuan Jepang dan penerapan sistem
presidensil yang menganut sistem negara eropa ini dijadikan sebagai daya pikat agar
negara eropa mengakui kemerdekaan Indonesia. Namun ada juga beberapa pihak
yang menganggap Sutan Syahrir ingin menepikan posisi Soekarno hanya sebatas
simbol kekuatan negara. Setelah sistem presidensil resmi digantikan dengan sistem
demokrasi parlementer tepat pada 15 Agustus 1950 melalui disahkannya UUDS
1945.
Kesalahan-kesalahan pada sistem demokrasi parlementer :
 Kedudukan badan eksekutif bergantung pada dukungan parlemen,
mengakibatkan kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen sewaktu-
waktu.
 Badan eksekutif tidak bisa ditentukan masa berakhirnya sesuai dengan
masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat dibubarkan oleh
parlemen.
 Kabinet bisa mengendalikan parlemen. Hal ini dapat terjadi jika
anggota anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari
partai mayoritas. Oleh sebab itu pengaruh mereka yang besar
diparlemen dan partai maka anggota anggota kabinet pun dapat
mengusai parlemen.
 Parlemen dapat dijadikan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan
eksekutif, berbeda dengan sistem presidensial. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen akan sangat bermanfaat dan menjadi cikal
bakal karakter yang penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya.

2. Sistem Demokrasi Terpimpin


Setelah mengalami perubahan dari sistem presidensil menjadi sistem
demokrasi parlementer, beberapa pihak masih merasa banyak kekurangan yang
terjadi dalam pemerintahan negara. Jika pada sistem presidensil dianggap
presiden terlalu didewakan, kini untuk sistem demokrasi parlementer, peran
presiden dianggap hanya sebatas simbol atau kepala negara saja, seluruh
kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh partai politik.
Untuk meredam konflik yang terjadi pada sistem demokrasi parlementer,
maka dikeluarkanlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi.
 Pembubaran Konstituante.
 Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
 Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Dengan kemunculan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ini melahirkan dampak
positif dan dampak negatif pada jalannya pemerintahan Indonesia.
Dampak positif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
 Menyelamatkan pemerintahan negara dari perpecahan dan krisis
politik berkepanjangan.
 Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan
pemerintahan negara.
Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan
lembaga tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi
Parlemen tertertunda pembentukannya.
Dampak Negatif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
 Berdasarkan kenyataannya UUD 1945 tidak dilaksanakan secara
murni dan konsekuen. UUD 1945 harusnya dijadikan dasar hukum
konstitusional penyelenggaraan pemerintahan, namun pelaksanaannya
hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.
 Memberi kekeuasaan berlebih pada presiden, MPR dan lembaga
tinggi negara. Hal itu terlihat pada masa demokrasi terpimpin dan
berlanjut sampai Orde Baru.
 Memberi peluang untuk pihak militer terjun kedalam politik. Sejak
Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik
yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap
terasa sampai sekarang.

3. Demokrasi Masa Order Baru dan Masa Reformasi


Setelah runtuhnya rezim pemerintahan presiden Soekarno dan digantikan
dengan masa pemerintahan presiden Soeharto, pemberlakuan sistem demokrasi di
Indonesia dianggap berantakan. Sebenarnya pemberlakuan demokrasi Pancasila yang
dilakukan ada masa orde baru ini sangatlah sesuai dengan hati dan kepribadian rakyat
Indonesia, namun sering berjalannya waktu, kaidah demokrasi Pancasila mulai
diselewengkan dan fungsi-fungsi pengatur dalam demokrasi Pancasila mulai
ditinggalkan.
Sistem dan budaya demokrasi Pancasila yang diselewengkan ini sangat
terkesan jauh dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pada masa presiden Soeharto,
kebebasan rakyat dalam berpendepat sangat dibatas. Dan secara tidak langsung
Golkar menjadi satu-satunya partai politik yang sangat dominan dan menguasai
segala segi pemerintahan.
Selain itu juga selama beberapa dekade tidak terjadi perguliran kekuasaan
untuk kursi presiden. Soeharto terlalu lama memonopoli kekuasaan, kalaupun ada
kursi kekuasaan yang berganti hanya untuk kalangan pejabat sekelas lurah, camat
atauun bupati dan walikota. Masyarakat dituntut untuk mengakui Golkar sebagai
partai politik utama. Dengan adanya ketidakadilan ini, amarah rakyat melonjak
hingga terjadilah konflik di tahun 1998 untuk menggulirkan kekuasaan presiden
Soeharto.
Runtuhnya kekuasaan Soeharto kemudian digantikan dengan naiknya B.J
Habibie menjadi presiden. Kemudian penerapan sistem demokrasi Pancasila masih
diberlakukan, namun beberapa penyelewengan yang terjadi pada masa orde baru
mulai diperbaiki.
Ciri Masa Demokrasi Pancasila Reformasi :
 Adanya sistem multi partai.
 Diberlakukan pemilihan langsung (Pemilu) kepala pemerintahan.
 Diberlakukan supermasi hukum.
 Adanya pembagaian kekuasan yang lebih tegas.
 Kebebasan hak politik rakyat (kebebasan berpendapat dan informasi
publik & pers).
Pentingnya Kehidupan Demokrasi
Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi unsur-unsur sebagai
berikut:
 Partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
 Pengakuan akan supremasi hukum (kedaulatan hukum).
Pengakuan akan kesamaan di antara warga negara.
Kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan Pendapat
 Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
 Kebebasan untuk meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
 Hak asasi manusia dijamin.
 Kebebasan pers.
 Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil.
Kehidupan demokrasi dalam masyarakat itu sangat penting karena dapat
menumbuhkan hal-hal positif, sebagai berikut:
 Tumbuhnya semangat warga masyarakat untuk bersilaturahmi.
 Mempererat tali persaudaraan di antara para anggota masyarakat.
 Warga masyarakat semakin peka terhadap lingkungannya.
 Tumbuhnya sikap saling menghargai hak-hak masing-masing warga
masyarakat.

Sumber :
https://guruppkn.com/sistem-demokrasi-di-indonesia
https://www.kompasiana.com/josephineirene/59f348a5b3f5ca11ad025003/
demokrasi-di-indonesia-dulu-hingga-kini?page=all
https://www.padamu.net/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai