Anda di halaman 1dari 4

Dampak demokratisasi bagi sistem pemerintahan Indonesia

Proses transisi menuju demokrasi telah menjadi perhatian para ilmuwan studi
pembangunan politik. Ada sejumlah pendekatan konspetual untuk melihat proses transisi menuju
demokrasi Dalam menganalisa kejatuhan renjim authoritarian. Sehingga diperlukan transisi
proses pendemokrasian, agar rakyat turut serta dalam kegiatan politik suatu Negara

Indonesia merupakan salah satu negara yang saat ini mengalami proses transisi pada sistem
pemerintahannya . Pada masa orde lama Sistem pemerintahan Indonesia berjalan dari tahun 1945
hingga tahun 1968 di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Penyebutan masa “orde lama”
merupakan istilah yang diciptakan pada masa orde baru. Sebenarnya Soekarno tidak begitu
menyukai istilah “orde lama” ini. Ia lebih suka menyebut masa kepemimpinannya dengan istilah
“orde revolusi”. Pada tanggal 18 agustus 1945, Indonesia mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar
Negara. Sebenarnya di bawah UUD 1945 telah tercantum bahwa Indonesia menggunakan system
pemerintahan presidensial.namun setelah tiga bulan terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945.
Penyimpangan itu adalah mengenai pembentukan cabinet parlementer dengan Sultan Syahrir
sebagai perdana menteri. Sehingga pada masa ini, dipengaruhi oleh Belanda, Indonesia
menggunakan system parlementer. Masa parlementer berakhir ketika dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.

Pada masa orde baru, Istilah “orde baru” di pakai untuk memisahkan kekuasaan era
Soekrno (orde lama) dengan masa kekuasaan era Soeharto. Era orde baru juga digunakan untuk
menandai setelah masa baru setelah ditumpasnya pemberontakan PKI tahun 1965. Pada masa
orde baru, awalnya demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan. Namun, dalam
perkembangannya kehidupan demokrasi era orde baru tidak jauh berbeda dengan demokrasi
terpimpin. System pemerintahan presidential juga terlihat ditonjolkan.kemudian soeharto
menetapkan demokrasi pancasila sebagai system pemerintahan Indonesia.
Di Era reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan soeharto pada tahun 1998 hingga
sekarang. Pada era reformasi, pelaksnaan system pemerintahan demokrasi pancasila diterapkan
sesuai dengan asas demokrasi yang berlandaskan pancasila. Pada era ini, pemerintahan
memberikan ruang gerak kepada partai politik dan DPR untuk turut serta mengawasi
pemerintahan secara kritis.

Era Reformasi bisa dibilang sebagai awal demokratisasi Indonesia. Gerakan 1998
merupakan sebuah pintu yang membukakan jalan bagi demokrasi di Indonesia. Gerakan 1998
bisa juga dikatakan sebagai transisi awal demokratisasi di Indonesia. Gerakan yang menjadi
pertanda runtuhnya otoritarianisme dan bangkitnya demokratisme di Indonesia.

Jika kita melihat dampak yang paling jelas terlihat setelah era reformasi mulai di
Indonesia adalah dibolehkannya partai politik lain untuk mengikuti kembali pemilihan umum.
Pada masa orde baru, partai politik yang diizinkan untuk mengikuti pemilu hanyalah PDI, PPP,
dan Golkar. Sementara pada masa reformasi diikuti oleh 48 partai politik.

Selain itu, dampak yang paling membedakan masa reformasi dan orde baru mengenai
adanya kebebasan berpendapat di depan umum. Hal ini merupakan hal yang bisa dikatakan
“tabu” di masa pemerintahan orde baru. Banyak sekali korban-korban politik yang dibunuh atau
dihilangkan apabila tidak sejalan ataupun bertentangan dengan pemerintah. Tidak perlu
disebutkan semua, Munir dan Wiji Thukul sudah menjadi saksi atas kekejaman politik orde baru.
Hal ini tentu berbeda dengan masa reformasi dimana kebebasan berpendapat sudah dijalankan
seluas-luasnya.

Namun dua hal tadi adalah dampak demokratisasi bagi lingkungan politik Indonesia,
berikut akan saya jelaskan mengenai apa saja dampak demokratisasi bagi sistem pemerintahan
Indonesia :

 Tidak adanya supremasi kewenangan oleh satu Lembaga.

Sebelum reformasi, undang-undang kita mengatur jika MPR merupakan Lembaga


tertinggi negara dan mempunyai kewenangan yang sangat besar. Akan tetapi, setelah reformasi,
undang-undang pun di amandemen dan MPR tidak lagi menjadi Lembaga tertinggi negara,
melainkan di sejajarkan dengan Presiden, DPR, DPD, MK, KY, MA, dan BPK.

 Dikuranginya kewenangan dan hak prerogative bagi Presiden.

Tidak dapat dipungkiri jika sebelum reformasi, kekuasaan presiden sangatlah besar.
Tidak hanya memegang peranan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi, presiden juga
memegang peranan sebagai kekuasaan legislative dan kekuasaan yudikatif. Selain itu, presiden
juga mempunyai hak prerogative yang sangat besar. Dan juga tidak adanya undang-undang yang
membatasi periode seorang presiden menjabat membuat seorang presiden selalu berambisi untuk
menjadi presiden seumur hidup. Akan tetapi, setelah reformasi Undang-Undang pun di
amandemen dan mengurangi kewenangan presiden hanya sebagai pemegang kekuasaan
eksekutif saja. Selain itu mengenai batasan jabatan presiden pun diatur dalam pasal 7 UUD 1945
yang sudah diamandemen dengan menyatakan jika masa jabatan presiden adalah lima tahun dan
dapat dipilih kembali selama satu periode. Hal ini tentunya membuat arah demokratisasi di
Indonesia menjadi lebih baik. Dengan adanya pasal ini, membuat seorang presiden tidak bisa lagi
berlaku otoriter dan melakukan tirani. Dan juga hal ini membuat siapapun bisa menjadi presiden
apabila sudah memenuhi ketentuan-ketentuannya untuk menjadi presiden.

Anda mungkin juga menyukai