40
Begitu pula kewenangan Presiden dalam
pemberian amnesti dan abolisi harus
melalui konfirmasi DPR (Pasal 14 ayat (2)
UUD 1845). Lebih jauh lagi, Perubahan
Ketiga UUD 1945 menegaskan bahwa
kekuasaan kehakiman bersifat
independen “kekuasaan yang merdeka”
yang dilakukan oleh Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi (pasal 24)
Dalam kaitan ini, ada sembilan prinsip
pokok yang perlu dipenuhi oleh suatu
sistem pemerintahan agar bisa
dikategorikan sebagai sistem presidensial
yang sekaligus membedakannya dengan
sistem parlementer seperti yang terlihat
dalam tabel berikut:
No Prinsip-prinsip Sistem Prinsip-prinsip Sistem
Presidensial Parlementer
1 Terdapat pemisahan kekuasaan Eksekutif dan legislatif tidak terpisah
yang jelas antara eksekutif,
mlegislatif, dan yudikatif
2. Presiden adalah eksekutif tunggal Eksekutif terpisah antara kepala
kekuasaannya tidak terbagi pemerintahan dan kepala Negara
3. Kepala Pemerintahan adalah Kepala Pemerintahan diangkat oleh
sekaligus Kepala Negara Kepala Negara
4. Presiden mengangkat para menteri Kepala Pemerintahan mengangkat
sebagai pembantu para menteri sebagai suatu kesatuan
bertanggungjawab kepadanya institusi yang bersifat kolektif
5. Anggota parlemen tidak boleh Menteri bisa merangkap menjadi
merangkap jabatan menteri, begitu anggota parlemen
juga sebaliknya
6. Presiden tidak bertanggungjawab Pemerintah bertanggung jawab
kepada parlemen dan tidak dapat kepada parlemen
membubarkannya
No Prinsip-prinsip Sistem Prinsip-prinsip Sistem
Presidensial Parlementer
7. Berlaku prinsip supremasi Berlaku prinsip supremasi parlemen
konstitusi
8. Presiden bertanggung jawab Sebagai konsekuansi supremasi
kepada rakyat parlemen maka kedudukan parlemen
lebih tinggi dari bagian-bagian
pemerintahan lainnya
9. Sebagai konsekuansi pemisahan Kekuasaan negara terpusat pada
kekuasaan maka kekuasaan negara parlemen.
tersebar ke cabang pemerintahan
lainnya.
Di samping kelebihan-kelebihannya,
sistem pemerintahan presidensial memiliki
kekurangan atau kelemahan yang secara
institusi melekat pada dirinya.
Permasalahan sistem demokrasi
presidensial bertambah lagi jika pada saat
yang sama berlaku sistem multipartai
seperti dianut Indonesia pasca-Soeharto.
Sejumlah problematik itu antara lain
adalah “pertama, pemilihan Presiden
kemungkinan besar menghasilkan
“Presiden minoritas”, yakni Presiden
dengan basis politik minoritas di perlemen,
Realitas ini dialami pula oleh bangsa
Indonesia, ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada Pilpres 2004
hanya berbasis sekitar 10 kursi Partai
Demokrat di DPR. Hak yang sama terjadi
pada 2009.
Meskipun memenangkan Pemilu
Legislatif, total kursi Partai Demokrat di
DPR Senayan hanya 26,6 persen atau tak
mencapai separuh dari keseluruhan kursi
DPR. Realitas “Presiden Minoritas” inilah
yang menjelaskan mengapa Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono harus
membentuk koalisi parpol pendukungnya,
baik ketika membentuk Kabinet Indonesia
Bersatu (2004-2009) maupun Kabinat
Indonesia Bersatu II (2009-2014).
Kedua, peta kekuatan politik hasil pemilu
legislatif di parlemen kemungkinan besar sangat
fragmentatif karena tidak ada satu pun partai
politik yang meraih kursi mayoritas. Peta politik
fragmatif tersebut tampa pada pemilu 1999,
2004, dan 2009 di Indonesia. Konsekuensi logis
dari DPR (dan juga DPRD) yang fragmatif
adalah berlangsungnya proses pembentukan
kebijakan yang bertele-tele di parlemen karena
parpol-parpol terperangkap pada politik “dagang
sapi” yang bersifat transasksi kepentingan politik
jangka pendek.
Ketiga, legitimasi demokratis ganda (dual
democratic legitimacy) antara Presiden
dan parlemen berpotensi melahirkan
gesekan politik dan bahkan konflik akibat
persaingan legitimasi diantara dua
institusi. Fenomena penggunaan hak
interpelasi oleh DPR periode 2004-2009
serta penggunaan hak angket sejak DPR
hasil pemilu 2009 bekerja,
memperlihatkan relatif tingginya
persaingan legitimasi antara Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR.
Hampir tidak satupun hak interpelasi dan hak
angket DPR pada era SBY yang tindaklanjutnya
jelas bagi publik, kecuali sekear sebagai
momentum bagi para politikut parpol untk
menunjukkan eksistensi sebagai wakil rakyat
yang kritis dan seolah-oleh peduli atas nasib
dan masa depan bangsa.
Keempat, konflik presiden-parlemen bisa
mengarah pada jalan buntu politik (deadlock)
dan menghasilkan demokrasi presidensial yang
tidak efektif dan tidak stabil.
Selain berbagai perubahan terkait penguatan
sistem pemerintahan presidensial, konstitusi
hasil amandemen juga mengintroduksi lembaga
perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Pada awalnya DPD didesain
sebagai semacam lembaga senat dengan
kewenangan legislasi, tetapi pada akhirnya yang
bertindak adalah lembaga perwakilan yang
mewakili wilayah dengan basis provinsi tanpa
otoritas legislasi.
Secara konstitusional DPD memang dapat
mengusulkan suatu RUU tetapi kewenangan
untuk membahas dan memutuskannya tetap
berada di DPR yang dilakukan bersama-sama
dengan Presiden.
Jadi walaupun para wakil setiap daerah
(Provinsi) di DPD yang berjumlah sama (4
orang) dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
pemilu legislatif, sehingga memiliki mandat
politik dari daerahnya, mereka tidak memiliki
hak politik seperti yang dimiliki para anggota
DPR.
Konsekuensi logis dari hal ini adalah tidak
adanya lembaga kontrol atas DPR yang
akhirnya tidak hanya berdampak pada
terjadinya penumpukan kekuasaan pada
DPR, melainkan juga tidak melembaganya
sistem checks and balances sebagaimana
seharusnya berlangsung dalam skema
sistem presidensial.
Realitas peta politik DPR khususnya dan
perwakilan umumnya pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan dari pilihan bangsa Indonesia atas
format pemilu, baik dalam pengertian skema
penyelenggaraannya maupun pilihan atas
sistem-sistem pemilu. Persoalannya, skema
penyelenggaraan pemilu berdampak pada
evektifitas pemerintahan hasil pemuli,
sementara pilihan atas sistem pemilu tidak
berimplikasi pada kualitas wakil rakyat yang
dihasilkan pemilu tetapi juga sistem kepartaian
yang berlaku.
Sistem pemilu perwakilan berimbang
(proportional representative system),
misalnya mau tidak mau akan
menghasilkan sistem multipartai yang
pada gilirannya membentuk struktur DPR
dan DPRD yang cenderung fragmentatif
serta tanpa parpol mayoritas di parlemen.
Konsekuensi logis berlakunya sistem
proporsional adalah munculnya para
legislator yang memiliki loyalitas ganda.
Yakni loyalitas kepada parpol yang
mengusulnya, dan loyalitas kepada
konsumen yang memilihnya.
Kenyataan bahwa para anggota DPR dan
DPRD sekaligus juga merupakan wakil
parpol selain wakil rakyat, menjadi dasar
melembaganya mekanisme pergantian antar
waktu dalam sistem perwakilan yang dianut
bangsa Indonesia. Artinya, pencopotan atas
anggota DPR dan DPRD bukan hanya
menjadi hak konstituen, melainkan juga
merupakan otoritas parpol yang
mencalonkannya.
Selain itu, kasus-kasus pencopotan atau
pergantian antar waktu yang dialami
sebagian wakil rakyat sejauh ini
cenderung dilakukan secara subyektif oleh
pimpinan parpol. Para wakil yang bersifat
kritis ataupun berseberangan sikap
dengan pimpinan parpol sering menjadi
satu-satunya faktor pencopotan ketimbang
kinerja mereka sebagai wakil rakyat.
Skema penyelenggaraan pemilu yang dimulai
dengan pemilu legislatif baru kemudian diikuti
oleh pemilu Presiden berimplikasi pada
terbentuknya format pemilu Presiden yang
“didikte” oleh hasil pemilu legislatif.
Hasil pemilu legislatif menjadi dasar bagi parpol-
parpol untuk bergabung atau berkoalisi, baik
dalam pengusungan pasangan calon Presiden
maupun dalam bentuk pemerintahan hasil
pemilu jika kelak pasangan calon tersebut
menang.
Skema pemilu seperti ini yang kemusian
dilembagakan melalui ketentuan
pemenuhan prosentasi ambang batas
bagi perpol sebagai syarat pengajuan
calon Presiden; jelas merupakan anomali
dalam upaya memperkuat
presidensialisme sebagaimana obsesi
besar di balik konstitusi hasil amandemen.
Dampak dari skema penyelenggaraan
pemilu seperti ini adalah berlangsungnya
praktik presidensial dengan cita rasa
sistem parlemen.
Struktur Parlemen
Dalam struktur parlemen, selain DPR dan
MPR, juga dibentuk DPD. Perubahan
dimaksud juga mencakup perubahan
dalam keanggotaan MPR.
Kewenangan dalam Parlemen
Kewenangan DPR dan MPR mengalami
perubahan terkait dengan pembentukan
DPD sebagai kamar berdua dalam
parlemen RI.
Anggota DPR merupakan penghubung
antara rakyat dan pemerintah
Hubungan antara rakyat dan legislator
membantu dalam memberikan legitimasi
dalam tindakan pemerintah. Dalam sistem
pemerintahan parlemen, parlemen sering
kali hanya sebagai “tukang stempel”
terhadap keputusan eksekutif.
Penyebabnya karena partai mayoritas
dalam parlemen yang menyelenggarakan
pemerintahan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem
pemerintahan presidensil seperti di
Indonesia, peranan anggota DPR sebagai
wakil rakyat sangat besar, terutama dalam
memberikan legitimasi atas tindakan
pemerintah.
Legitimasi dilakukan dengan cara
mengartikulasikan aspirasi konstituennya
dan mengintegrasikan dalam programnya.
Tentunya terkait penyusunan kebijakan
nasonal dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan.
Pemilihan Umum adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam NKRI Tahun
1945. Pemilu seyogyanya selain
dilaksanakan untuk memilih anggota
legislatif, baik dari tingkat pusat (Anggota
DPR dan DPRD) hingga tingkat daerah
(DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota) juga
sebagai sarana untuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden.
Indonesia mengenai tiga jenis Pemilu, yaitu:
1. Pemilu Anggota Legislatif DPR, DPD, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kotamadya,
yaitu Pemilu untuk memilih Anggota DPR,
DPRD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota berdasarkan Pancasila dan
UUD RI Tahun 1945.
2. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, adalah
Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dalam NKRI berdasarkan Pancasila
dan UUD RI Tahun 1945.
3. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, adalah Pemilu Gubernur dan
Wakil Gubernur atau Bupati dan Wakil
Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota
dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan
UUD RI Tahun 1945.
Fungsi
Pengaturan
(Legislasi
Fungsi
PARLEMEN Pengawasan
(Control)
Fungsi
Representasi
Fungsi DPR dalam UUD 1945 adalah:
a. Fungsi Legislasi
b. Fungsi Anggaran
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPR
merupakan bagian dari fungsi
pengawasan, yaitu pengawasan DPR
terhadap anggaran Negara.
Negara Fungsi Parlemen
Burundi dan Rwanda Parlemen adalah garis depan untuk
memecahkan konflik yang berkepanjangan
Raya No. 17
Jakarta Selatan,
Telp (021)
7975588, Faks:
7975632
10 PARTAI PERJUANGAN Ketua : Dra. Zannuba Jl. Wolter M.HH-14.AH.11.01
INDONESIA BARU (PIB) Arifah CH. R. Monginsidi No. 84 TAHUN 2012
berubah menjadi Sekjen : Imron Rosyadi AE Jakarta Selatan Tanggal 02 Agustus
Hamid Telp. 021- 2012
PARTAI KEDAULATAN
Bendahara: Janti Solihin 726829194, fax
BANGSA INDONESIA
021-726829194
BARU
No. NAMA PARTAI POLITIK LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETERA
TANDA GAMBAR PUSAT KEPUTUSA NGAN
N MENTERI
HUKUM
DAN HAK
ASASI
MANUSIA
11 PARTAI KEDAULATAN Ketua : Denny M. Cilah, Jl. Pulomas Utara M.HH-
SE,SH,MSi Raya No 28 Jakarta 09.AH.11.01
Sekjen : H. Eddy Martin Ilyas, Timur 13210, Telp Tahun 2013,
S.E (021) 4716550 tgl 26 Agustus
Bendahara: Widiyal Fitri 2013
Zulkarnaen, S.H.
12 PARTAI PERSATUAN DAERAH Ketua : Dr. Oesman Sapta Jl. Prof. Dr. Satrio C M.HH-
(PPD) Berubah Menjadi Partai Sekjen : Ratna Ester 4 no 18 Jakarta 04.AH.11.01
Persatuan Nasional (PPN) Lumbantobing Selatan tahun 2012
Bendum : Hj.Gunarijah Ratna Telp/Fax. 021- tanggal 9
Mirah Kartasasmita 5205764 Januari 2012
13 PARTAI KEBANGKITAN Ketua : Drs.H. A. Muhaimin Jl. Raden Saleh No. M.HH-
BANGSA Iskandar,M.Sc 9 Jakarta Pusat 01.AH.11.01
(PKB) Sekjen : H. Imam Nahrawi 10430 Telp. (021) Tahun 2014
Bendahara: H. Bachrudin Nasori 3145328; Faks. Tanggal 19
(021) 3145328 Februari 2014
No. NAMA PARTAI POLITIK LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETERANGAN
TANDA PUSAT KEPUTUSAN
GAMBAR MENTERI
HUKUM DAN
HAK ASASI
MANUSIA
14 PARTAI PEMUDA Ketua : HM. Effendi Saud Jl. Anggrek M.HH-09.11.01
INDONESIA (PPI) Sekjen : Satrio Purwanto Cenderawasi Tahun 2011
Subroto h I, Blok J, Tanggal 14 Juni
Bendahara: Irfandi Ciputra No. 27 Slipi 2011
Rt. 006, Rw.
003, Kel.
Kemanggisa
n, Kec. Pal
Merah,
Jakarta
Barat. Kode
Pos 11480
Telp : 021-
53662018,
Fax : 021-
53662019
15 PARTAI NASIONAL Ketua : Sukmawati Sukarno Jalan Cibulan M.HH-03.AH.11.01
INDONESIA MARHAENISME Sekjen : Drs. Sunarko Raya No. 17 TAHUN 2010,
(PNI MARHAENISME) Bendahara: Sylvana Esther Kebayoran Tanggal 6 April
Maringka Baru Jakarta 2010
Selatan
12170,
Telpon (021)
72798233,
Faksimile
(021)
72798234
No. NAMA PARTAI LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETER
POLITIK TANDA PUSAT KEPUTUSAN ANGAN
GAMBAR MENTERI
HUKUM DAN
HAK ASASI
MANUSIA
16 PARTAI DEMOKRASI Plh Ketua : Roy Binilang Jl. Tebet M.HH-
PEMBARUAN Bawatanusa Janis Barat Dalam 26.AH.11.01
Sek : KRHT. H. Didi Raya No. 29 Tahun 2012
Supriyanto, S.H., M.H. Jakarta Tanggal 7
Bendahara: Ny. Noviantika Selatan September 2012
Nasution 12810 Telp.
(021)
8290545,
8313258,
fax. (021)
8313261
17 PARTAI KARYA Ketua : H. Muhammad Jl.Buncit M.HH-
PERJUANGAN Yasin, SH Raya No.98 06.AH.11.01
(PAKAR PANGAN) Sekjen : Jackson Andre Jakarta Tahun 2009
Kumaat, SE Selatan Tanggal 1 Juli
Bendahara: Dwinita Feby Telp. 021- 2009
Purnamayanti, SE 98581945
20 PARTAI DEMOKRASI Ketua : Ir. Sayuti Asyathri Jl. Pejaten Barat M.HH-
KEBANGSAAN (PDK) Sekjen : DR. Kun Wardana No. 30 Jakarta 08.AH.11.01
Abyoto Telp/Fax. 021- Tahun 2012,
Bendahara: Tan Prayitno 7804654 Tanggal 22
Maret 2012
23 PARTAI GOLONGAN KARYA Ketua : H. Aburizal Bakrie Jl. Anggrek Nelly M.HH-21.AH.11.01
(GOLKAR) Sekjen : Idrus Marham Murni XI Slipi, Tahun 2012,
Bendahara: Drs. Setya Novanto Jakarta Barat tanggal 04
Telp. 021- September 122012
5302222
30 PARTAI PATRIOT Ketua : Japto Soelistio Jl. Langsat III No. 7 M.HH-
Soerjosoemarno, SH Kebayoran Baru 55.AH.11.01
Sekjen : Drs. H. Ronald Jakarta Selatan Tahun 2008
Sulistianto Pindah alamat : Tanggal 19
Bendahara: Irwandi Noor Jl. Tanah Arah No. Mei 2008
55 Rt. 08/012, Kel.
Kebon Baru, Kec.
Pondok Pinang
Jakarta Selatan
No. Telp/Fax. (021-
7501209)
No. NAMA PARTAI LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETERANGAN
POLITIK TANDA PUSAT KEPUTU
GAMBAR SAN
MENTERI
HUKUM
DAN HAK
ASASI
MANUSIA
31 PARTAI DEMOKRAT Ketua : Dr. Susilo Jl. Kramat Raya M.HH-
Bambang Yudhono No. 146, Jakarta 07.AH.11.01
Sekjen : Edhi Baskoro Pusat Tahun 2013
Yudhoyono Telp. 021- Tanggal 18
Bendahara: Handoyo Mulyadi 31907999 Faks. April 2013
(021) 91908999
33 PARTAI PERSATUAN Ketua : Hary Jl. Tebet Timur III M.HH- Perubahan dari Partai
INDONESIA (PERINDO) Tanoesoedibjo No. 13 -, Tebet 03.AH.11.01 Indonesia Sejahtera
Sekjen : Ahmad Rofiq Jakarta Selatan Tahun 2014 (PIS) Menjadi Partai
Bendahara: Henry Suparman No Tlp.(021) Tanggal 8 Persatuan Indonesia
8294868 Oktober (Perindo)
2014
No. NAMA PARTAI LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETERANGAN
POLITIK TANDA PUSAT KEPUTU
GAMBAR SAN
MENTERI
HUKUM
DAN HAK
ASASI
MANUSIA
34 PARTAI KEBANGKITAN Ketua : Drs.H.Choirul Jl. Kramat VI M.HH-
NASIONAL ULAMA Anam No.8 Jakarta 10.AH.11.01
( PKNU ) Sekjen : Ahyad alfida’i Telp.021- Tahun 2013
Bendahara: H. Dipo Nusantara 31923717 Tanggal 15
Pua Upa, S.H Nopember
2013
36 PARTAI PERSATUAN Ketua : Dr. KH. M. Yusuf Jl. Kikir No. 12 M.HH-
NAHDLATUL UMMAH Humaidi, MA KP. Ambon 23.AH.11.01
INDONESIA Sekjen : Ir. Andi William Rawasari, Jakarta Tahun 2012
(PPNUI) Irfan, M.Sc Timur Tanggal 6
Bendahara: H. Agus Marbai, September
SE 2012
No. NAMA PARTAI LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETERANGAN
POLITIK TANDA PUSAT KEPUTU
GAMBAR SAN
MENTERI
HUKUM
DAN HAK
ASASI
MANUSIA
37 PARTAI SARIKAT Ketua : Jus Usman Jl. HOA M.HH-
INDONESIA Sumanegara,SE.MM,MBA Cokroaminoto 15.AH.11.
(PSI) Berubah Menjadi Sekjen: Neneng A. Tutty, Nomor 55-57, 01 tahun
PARTAI NASIONAL S.H. Menteng, 2012
REPUBLIK Bendahara Umum: H. Jakarta Pusat tanggal 10
Arief Juwanto Tepl. 021- Agustus
3907149, 2012
3904535,
3146149, fax.
021-3146294
38 PARTAI BURUH Ketua : H. Sonny Jalan Tanah M.HH-
Pudjisasono, SH.MM Tinggi II No. 44- 10.AH.11.01
Sekjen : Tiwow Marcus B Jakarta Pusat TAHUN
Wenas 2010
Bendahara: Tommy Sanyoto Tanggal 10
Agustus
2010
39 PARTAI REPUBLIKU Ketua: Ramses David Jalan Letnan M.HH-
INDONESIA Simanjuntak, S.IP, M.Si Jenderal 74.AH.11.
Sekjen: Drs. Suyono Suprapto 01 Tahun
Bendahara: Ronald Nomor 38 2008, 12
Simanjuntak, S.E., MBA. Cempaka Septembe
Putih Jakarta r 2008
Pusat - 10520
Telpon (021)
4288 3860 Fax
(021)
42883861
No. NAMA PARTAI POLITIK LAMBANG/ PENGURUS TINGKAT ALAMAT NOMOR KETERA
TANDA GAMBAR PUSAT KEPUTUS NGAN
AN
MENTERI
HUKUM
DAN HAK
ASASI
MANUSIA
40 PARTAI KONGRES Ketua : Ny. Zakariani Jalan Pramuka M.HH-
Santoso, SIP Raya 137 Jakarta 24.11.01
Sekjen : Drs. Fachrudin Timur-13120 Tahun 2008,
Hasan Telpon/Fax (021) 3 April 2008
Bendahara: Trinarni, SH 85902275 tentang
Pengesahan
Partai
Kongres
Sebagai
Badan
Hukum
41 PARTAI KERAKYATAN Ketua : Ir. Jalan Pintu I M.HH-
NASIONAL SOEBIANTORO, SE Senayan Blok C 25.AH.11.0
Sekjen : JEMMY Lantai 5 Nomor 50 1 TAHUN
SETIAWAN Wisma Fajar 2008, 3 April
Bendahara: Ir. EDIE Gelora Bung Karno 2008
HARIHIANTO Jakarta - 10270 TENTANG
Telpon (021) PENGESAHA
68502299 Fax (021) N PARTAI
8308274 KERAKYATA
N NASIONAL
SEBAGAI
BADAN
HUKUM
No. NAMA PARTAI LAMBANG/ PENGURUS ALAMAT NOMOR KETERAN
POLITIK TANDA TINGKAT PUSAT KEPUTUSAN GAN
GAMBAR MENTERI
HUKUM DAN
HAK ASASI
MANUSIA
Telp. 021-
5302222
6 PARTAI GERAKAN Ketua : Prof. Dr. Ir. Suhardi, Jl. Harsono RM M.HH-13.AH.11.01
INDONESIA RAYA M.Sc No. 54 Tahun 2012 tanggal
(GERINDRA) Sekjen : H. Ahmad Muzani, ragunan, 23Juli 2012
S.Sos Pasasr Minggu,
Bendahara : TA. Muliatna Jakarta Selatan
Djiwandono,MA
Telp. 021-
7801396, fak.
021-7819712
NOMOR
LAMBANG/ KEPUTUSAN
NAMA PARTAI PENGURUS MENTERI KETER
No. TANDA ALAMAT
POLITIK GAMBAR
TINGKAT PUSAT HUKUM DAN ANGAN
HAK ASASI
MANUSIA
7 PARTAI DEMOKRAT Ketua : Dr. Susilo Jl. Kramat Raya No. M.HH-
Bambang Yudhono 146, Jakarta Pusat 07.AH.11.01
Sekjen : Edhi Baskoro Telp. 021- 31907999 Tahun 2013
Yudhoyono Faks. (021) Tanggal 18 April
Bendahara: Handoyo Mulyadi 91908999 2013
10 PARTAI HATI NURANI Ketua : Wiranto Jl. Imam Bonjol No. 4 M.HH-24.AH.11.01
RAKYAT Sekjen : Dossy Iskandar Menteng Jakarta Pusat, Tahun 2012,
(HANURA) Prasetyo telp 3100169, Faks Tanggal 6
Bendahara : Bambang Sujagad 3100174 September 2012
NOMOR
LAMBANG/ KEPUTUSAN
NAMA PARTAI PENGURUS MENTERI KETER
No. TANDA ALAMAT
POLITIK GAMBAR
TINGKAT PUSAT HUKUM DAN ANGAN
HAK ASASI
MANUSIA
11 PARTAI BULAN BINTANG Ketua : H.MS. Kaban, SE Jl. Pasar Minggu Km. M.HH-
(PBB) MSi 18 Jakarta Selatan - 30.AH.11.01
Sekjen : 12740 Tahun 2012
BM.Wibowo,SE.,MM Telp. 021- 79180734 Tanggal 12
Bendahara: Sarinandhe Nopember 2012
Djibran,S.H
12 PARTAI KEADILAN DAN Ketua Umum : LETJEN TNI Jl. Diponegoro No. M-HH-
PERSATUAN INDONESIA (PURN) DR. 63, Menteng – 05.AH.11.01
(PKPI) (Hc) H. Jakarta Pusat TAHUN 2013,
SUTIYOSO, Telp. 021-31922733, TGL. 17 APRIL
SH. Fax. 021-31922822, 2013
Sekjen : Letjen TNI
(Purn) Yusuf
Kartanegara
Bendahara : Ie Kiang Ging
(Cing-Cing)
PDI-P
109
Partai
Golkar
91
Partai
Gerindra
73
Partai
Demokrat
61
PAN
49
PKB
47
PKS
40
PPP
39
Partai
NasDem
35
Partai
Hanura
16 Total
560
kursi
Putusan Mahkamah Konstitusi yang
mengukuhkan syarat pencalonan
Presiden (presidential threshold) dalam
Undang-Undang Pemilihan Umum
mempersempit munculnya calon
Presiden alternatif.
Pemilihan Presiden 2019 berpeluang
kuat menjadi pertarungan ulang seperti
pada 2014 antara Joko Widodo dan
Prabowo Subianto. Namun tidak
tertutup kemungkinan akan ada calon
lain yang muncul.
Presiden Joko Widodo Prabowo Subianto
JUMLAH KURSI
291 KURSI (51,9 PERSEN) 113 KURSI (20,2 PERSEN)
Telp. 021-
7801396, fak.
021-7819712
NOMOR
LAMBANG/ KEPUTUSAN
NAMA PARTAI PENGURUS TINGKAT KETER
No. TANDA ALAMAT MENTERI HUKUM
POLITIK GAMBAR
PUSAT DAN HAK ASASI ANGAN
MANUSIA
Telp. 021-
5302222
NOMOR
LAMBANG/ KEPUTUSAN
NAMA PARTAI PENGURUS TINGKAT KETER
No. TANDA ALAMAT MENTERI HUKUM
POLITIK GAMBAR
PUSAT DAN HAK ASASI ANGAN
MANUSIA
7 Partai Berkarya