Anda di halaman 1dari 2

Pada Masa Orde Lama, proses rekrutmen politik dilaksanakan berdasar pada kualitas Pola rekruitmen

politik masih terbatas karena tidak adanya demokrasi dalam sistem pemerintahan, presiden masih
memiliki pengaruh terkuat dan dapat menjadi diktator. Tetapi pemberian hak-hak politik saat itu sudah
tersebar di parlemen. Saat itu biasa disebut demokrasi masa revolusi kemerdekaan.

Tahun 1949-1959: Pola rekruitmen politik saat masa ini sudah demokrasi, artinya sudah melalui proses
pemilihan umum yang berlangsung pada tahun 1955. Dan perwakilan rakyat mempunyai peranan lebih
serta partai-partai pada masa ini mempunyai peluang berkembang. Ini disebut masa demokrasi
parlementer.

Tahun 1959-1965: Disinilah terjadi penurunan demokrasi yang sangat jauh, karena kebebasan untuk
memilih sangat di batasi Dewan Perwakilan Rakyat tidak memiliki kekuatan dan lemah pada masa ini.
Serta Hak dasar manusia menjadi lemah. Ini disebut masa demokrasi terpimpin.

Pada periode pertama antara tahun 1945-1950, dikenal dengan zaman demokrasi Parlementer dan
Presidensial. spirit perjuangan masih lebih mencolok kepada penyelenggaraan pemerintahan. Bahkan
tak jarang hal ini terlihat di dalam kekuatan moyoritas menekan kepentingannya sendiri untuk
menghargai aspirasi minoritas demi persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini disadari, bahwa bagsa
indonesia baru mengalami kemerdekaan. Jadi semnagat integritas nasional menjadi perhatian semua
elemen pemerintah, dan ideologi-ideologi politik. Bulum terlalu mencolok konfigurasi kepentingan dari
berbagai ideologi politik yang berjung melepaskan Indonesia dari cengkeraman kolonialisme.

Walaupun ada semangat primordial tetapi tidak mengemuka karena tenggelam oleh semangat nasional.
Satu-satunya yang menjadi ancaman Negara adalah PKI (Partai Komunis Indonesia) yang sempat
memberontak dalam rangka menguasai pemerintahan dan negara. Di awal kemerdekaan ada semacam
consensus bahwa lembaga pemerintahan merupakan sarana politik yang baik untuk mempersatukan
bangsa. Anggapan ini cukup logis sebab hanya birokrasi yang mampu menjangkau rakyat sampai ke
desa-desa. (Thoha, 2003 : 135-136).

Pada saat ini aparat pemerintah banyak direkrut dari berbagai etnis yang dianggap mewakili hampir
semua suku bangsa. Dan boleh dikatakan orang-orang yang duduk di pemerintahan hanya
mempertimbangkan asal-usul orangnya tanpa melihat kepada keahliannya. Misalnya di dalam setiap
departemen harus ada etnis Jawa, etnis Batak, etnis Padang, etnis Sunda dan berbagai etnis lain yang
kemudian dianggap dapat mewakili gambaran integrasi semua suku bangsa.

Pada masa ini dilaksanakan juga pemilihan umum pertama yang demokratis yaitu Pemilu tahun 1955.
Ketika itu partai yang memenangkan pemilu memiliki niat untuk menguasai beberapa departemen.
Bahkan tak jarang kabinet bubar karena pembagian kementerian di departemen tak sesuai dengan
keinginan partai politik yang bersangkutan. (Thoha, 2003 : 136).

Aparat pemerintah sepertinya hanya patuh kepada kepentingan partai tempat dia menyalurkan aspirasi
politik ketimbang serius memberikan pelayanan kepada rakyat. Saat partai yang berkuasa berganti maka
aparat birokrasi pun banyak yang berganti karena lebih memilih mengikuti keinginan dari partainya.
Pada pokoknya, keterlibatan Birokrasi dalam politik sudah melakukan peran ganda, pada satu sisi
Birokrasi atau elite birokrasi menjalankan tugasnya sudah di pengaruhi oleh partai politik yang
memerintah. Pada masa ini dalam sejarah politik Indonesia dikenal dengan zaman demokrasi
Parlementer atau Liberal.

Pengaruh elite birokrasi terhadap ranah politik secara langsung, pada periode ini tidak seperti yang
terjadi pada periode sebelumnya. Karena sistem pemerintahan mengalami perubahan. Dimana
perubahan tersebut dirasakan secara langsung oleh seluruh struktur pemerintahan, termasuk institusi
birokrasi dalam melakukan perannya.

Pada periode ini dikenal dengan demokrasi terpimpin atau akhirnya demokrasi parlementer liberal.
Kekuasaan terpusat pada diri Presiden Soekarno. Partai-partai politik di disederhanakan dalam bungkus
Nasakom, dengan dibubarkan parlemen hasil pemilu tahu 1955 sebagai konsekuensi dari dekrit presiden
5 juli. Peran presiden sangat kuat dalam membentuk dan memimpin pemerintahan. Dimana presiden
sebagai kepala pemerintahan memimpin kabinet dan tidak bertanggung jawab terhadap DPR. Menteri
sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab terhadap Presiden.

Daftar Pustaka

-Miftah Thoha. Birokrasi dan Politik Indonesia. PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2003

-Budiardjo, Mariam, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Anda mungkin juga menyukai