Kelas : 1PA07
Matkul : Pendidikan Kewarganegaraan
Demokrasi di Indonesia
Pemilu 1955 dianggap sebagai pemilu yang paling demokratis dan jujur dalam
sejarah Indonesia. Pemilu ini melibatkan 29 partai politik dan empat golongan
karya (pekerja, petani, nelayan, dan buruh). Hasil pemilu menunjukkan bahwa
tidak ada satu partai pun yang mendapat mayoritas absolut. Empat partai terbesar
adalah PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Hal ini menyebabkan sulitnya pembentukan
kabinet yang stabil dan koalisi yang solid. Selain itu, Konstituante yang bertugas
menyusun UUD baru juga mengalami kebuntuan karena perbedaan pandangan
tentang dasar negara, yaitu antara Pancasila dan Islam. Demokrasi parlementer
berakhir ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang membubarkan parlemen dan Konstituante, serta mengembalikan UUD 1945
sebagai dasar negara.
Demokrasi transisi juga mengatur penyelenggaraan pemilu bebas dan adil dengan
system multipartai terbuka. Pemilu di era reformasi melibatkan banyak partai
politik yang bermunculan setelah dibukanya ruang demokrasi. Pemilu di era
reformasi juga lebih transparan dan akuntabel karena adanya pengawasan dari
masyarakat sipil dan media massa. Pemilu di era reformasi juga lebih kompetitif
dan dinamis karena adanya pergantian kekuasaan antara partai-partai politik.
Amandemen UUD 1945 juga mengubah sistem pemilihan presiden dari pemilihan
oleh MPR menjadi pemilihan langsung oleh rakyat. Amandemen UUD 1945 juga
mengubah komposisi MPR dari gabungan DPR dan DPD menjadi lembaga
legislatif bikameral yang terdiri dari DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat dan
DPD sebagai lembaga perwakilan daerah.
Pada Demokrasi Terpimpin terjadinya krisis ekonomi, poilitik akibat G30SPKI dan
konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. G30S/PKI adalah Gerakan 30 September yang
dilakukan oleh PKI untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno dengan
membunuh enam jenderal TNI. G30S/PKI gagal karena berhasil ditumpas oleh pasukan
loyalis yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. G30S/PKI menimbulkan trauma nasional
dan pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI. Konfrontasi dengan
Malaysia adalah konflik bersenjata antara Indonesia dan Malaysia. Konfrontasi dengan
Malaysia berakhir dengan perjanjian damai di bawah tekanan internasional.
Pada Demokrasi Transisi atau Reformasi terjadinya pembatasan kebebasan sipil atau
lemahnya kebebasan sipil di Indonesia.
c. Inflasi
Adanya sikap neo-kolonialisme dan neo-imperialisme. yang menyebabkan
Indonesia kehilangan dukungan di bidang politik dan ekonomi dari luar negeri.
Bahkan, inflasi di Indonesia mencapai 600 persen pada tahun 1966. Kondisi
inflasi yang kian memburuk akhirnya membuat masyarakat berada dalam
kesulitan dan terdorong untuk mulai melancarkan pemberontakan.
2) Demokrasi Terpimpin
a. Tuntutan Pembubaran PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) dituding sebagai dalang dari G30S. Oleh karena
itu, sentimen anti-PKI berkembang di Indonesia. Masyarakat menuntut Soekarno
untuk membubarkan PKI. Namun, Soekarno tidak berbuat banyak. Akibatnya
rakyat dan mahasiswa menggelar demonstrasi untuk menuntut 3 hal yakni
pembubaran PKI, pembersihan kabinet Dwikora dari unsur G30S, dan penurunan
harga.
3) Demokrasi Pancasila
a. Sistem Hukum yang Tidak Berjalan.
Penyebab dari pelanggaran HAM salah satunya karena tidak tegasnya aparat
penegak hukum kepada pelaku yang melanggar HAM.
b. Penyalahgunaan Kekuasaan
Banyaknya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebabkan penyalahgunaan
kekuasaan. Penyalahgunaan kekuasaan sering dilakukan oleh elit politik demi
melindungi kepentingannya. Mereka menggunakan kesempatan tersebut untuk
melindungi dirinya, keluarga, dan kerabatnya.
4) Demokrasi Transisi atau Reformasi
a. Krisis Mata Uang