Anda di halaman 1dari 7

POLITIK INDONESIA

Indonesia merupakan negara republik yang berdasarkan UUD NRI 1945. Indonesia
tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan atau separation of power, tetapi distribution of
power atau pembagian kekuasaan, dengan sentral berada pada pemerintahan Indonesia. hal
ini tercermin dari dimilikinya sebagian kekuasaan yudikatif dan kekuasaan legislatif oleh
presiden (eksekutif). Kekuasaan yang dimiliki eksekutif dalam bidang yudikatif meliputi
pemberian grasi, abolisi, amnesti dan rehabilitasi oleh presiden, namun harus dengan
persetujuan DPR. Sedangkan kekuasaan eksekutif dalam bidang legislatif meliputi
menetapkan Perpu dan Permen. Sistem pemerintah Indoneisa sering disebut sebagai “sistem
pemerintahan presidensil dengsn isfat parelemter”. Setelah kerusuhan Mei 1998 yang
berujung pada lengsernya Presiden Soeharto, reformasi besar-besaran dilakukan di bidang
politik.

Proses Reformasi

Proses reformasi dalam kanca politik Indonesia telah berjalan sejak 1999 dan telah
menghasilkan banyak perubahan penting. Diantaranya adalah pengurangan masa jabatan
menjadi dua kali masa bakti dengan masing-masing masa bakti selam a5 tahun untuk
presiden dan wakil presiden, serta dilaksanakannya langkah-langkah untuk memeriksa
institusi bersalah dan keuangan negara. MPR, yang fungsinya meliputi : melantik presiden
dan wakil presiden (sejak 2004 presiden dipilih langsung oleh rakyat), menciptakan GBHN,
mengamandemen UUD dan mengesahkan UU. MPR beranggotakan 695 ornag yang meliputi
seluruh anggota DPR yang beranggotakan 550 orang ditambah 130 orang dari perwakilan
daerah yang dipilih dari masing-masing DPRD tiap-tiap provinsi serta 65 anggota yang
ditunjuk dari berbagai golongan profesi.

DPR, yang merupakan institusi legislatif, mencakup 462 anggota yang terpilih melalui
sistem perwakilan distrik maupun proporsional (campuran). Sebelum pemilu 2004, TNI dan
Polri memiliki perwakilan di DPR dan perwakilannya di MPR akan berakhir pada tahun
2009. Perwakilan kelompok golongan di MPR telah ditiadakan pada 2004. Dominasi militer
di dalam pemerintahan daerah perlahan-lahan menghilang setelah peraturan yang baru
melarang angggota militer yang masih aktif untuk memasuki dunia politik.
Sistem Politik Indonesia sebelum Amandemn UUD NRI 1945

Sistem politik demokrasi di Indonesia mengalami pasang runtuh sejak berdirinya


Negara Kesatuan Republik Indonesia. sistem politik Indonesia telah mengalami perubahan-
perubahan, baik sebelum amandemen maupun sesudah amandemen UUD NRI 1945. Sejak
merdeka, perkembangan politik Indoneisa dapat disimpilak sebagai berikut.

Perkembangan politik dan sistem politik suatu negara dapat disimpulkan, salah
satunya, dari perkembangan partai-partai politiknya. Perkembangan partai politik di
Indonesia dimulai sejak zaman Belanda. Ini menjadi manifestasi bangkitnya kesadaran
nasional. Pola kepartaian pada masa itu menunjukkan keanekaragaman, ada yang bertujuan
sosial (Budi Utomo dan Muhammadiyah), ada yang menganut asas politik berdasarkan
agama, seperti Masyumi, Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), Partai Katolik, dan Partai
Kristen Indonesia (Parkindo), dan ada juga partai-partai yang mendasarkan diri pada suatu
ideologi tertentu, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berasaskan nasionalisme dan
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berasaskan komunisme. Di masa penjajahan Jepang,
kegiatan partai politik tidak diperbolehkan, kecuali pembentuk partai golongan Islam
(Masyumi).

Menurut Mohammad Mahfud M.D. dalam bukunya Hukum dan Pilar-Pilar


Demokrasiperkembangan politik di Indonesia setelah kemerdekaan dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga periode.

a) Periode Demokrasi Liberal (1945–1959)


Masa ini ditandai dengan adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik.
Peranan partai-partai politik sangat dominan dalam menentukan arah tujuan negara
melalui badan perwakilan. Masa ini berakhir dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden
5 Juli 1959. Indikator demokrasi liberal di Indonesia, yakni :
(1) Partai-partai politik sangat dominan menentukan arah bagi perjalanan negara
melalui badan perwakilan
(2) Eksekutif berada pada posisi lemah karena sering jatuh bnagun akibta adanya
mosi partai
(3) Adanya kebebasan pers yang relatif cukup baik, bahkan pada periode ini peraturan
sensor dan pembredelan yan diberlakukan sejak zaman Belanda dicabut.

b) Periode Demokrasi Terpimpin (1959–1966)


Masa ini ditandai dengan adanya persaingan (rivalitas) tiga kutub,
yaitu antara Soekarno (Presiden RI) yang didukung oleh partai-partai berhaluan
nasionalis, PKI yang didukung oleh partai-partai berhaluan sosialis, dan pihak militer
yang dimotori oleh TNI AD. Saat itu, partai politik memiliki posisi tawar (bargaining
position) yang lemah sehingga kurang menunjukkan aset yang berarti dalam
pencaturan politik di Indonesia. Puncak periode ini adalah terjadinya Pemberontakan
G-30-S/PKI tanggal 30 September 1965. Indikator demokrasi liberal di Indonesia,
yakni :
(1) Partai-partai politik snagat lemah, kekuatan politik ditandai dengan adanya tarik
tambang antara Presiden, AD, dan PKI
(2) Kedudukan eksekutif yang dipimpin presiden sangat kuat, presiden merangkap
sebagai ketua DPA yang dlaam praktiknya menjadi pembuat dan selektor produl
legialatif
(3) Kebebasan pers sangat terkekang, bahkan suatu tindakan antipers yang jumlahnya
sangat spektakuler.

c) Periode Orde Baru (1966–1998)


Inilah masa pemerintahan Soeharto (Presiden RI yang kedua) yang
melakukan “pembenahan” dalam sistem politik, antara lain, mengenai jumlah partai
politik, yaitu melalui penyederhanaan partai politik (fusi) menjadi tiga, yaitu :
(1) PPP (Partai Persatuan Pembangunan) yang berdasarkan ideologi Islam
(2) Golkar (Golongan Karya) yang berdasarkan asas kekaryaan dan
keadilan sosial
(3) PDI (Partai Demokrasi Indonesia) yang berdasarkan demokrasi,
nasionalisme, dan keadilan, merupakan fusi dari Parkindo, Partai
Katolik, PNI, dan Murba

Dengan ini, kedudukan partai politik lemah karena adanya kontrol yang ketat dari
lembaga eksekutif. Hal ini berdampak pada lembaag perwakilan yang penuh dengan
intervensi dari kekuasaan eksekutif. Indikator sistem politik orde baru adalah :

(1) Partai politik lemah karena adanya kontrol yang ketat oleh eksekutif dan lembaga
perwakilan penuh dengan intervensi tangan-tangan eksekutif
(2) Kedudukan eksekutif (pemerintahan Soeharto) sangat kuta, mengintervensi
kehidupan partai-partai politik, serta menentukan spektrum politik nasional
(3) Kebebasan pers terkekang dengan adanya lembaga SIT yang selanjutnya diganti
dengan SIUPP.

Sistem Politik Indonesia setelah Amandemn UUD NRI 1945

Sistem politik hasil amandemen UUD 1945 tidak mengenal adanya


lembaga tertinggi negara. Semua lembaga berada pada posisi yang sebanding.
Setelah adanya amandemen yang keempat terdapat lembaga negara yang dihapuskan, yaitu
DPA (Dewan Pertimbangan Agung), dan ada pula beberapa lembaga negara yang baru, yaitu
DPD (Dewan Perwakilan Daerah), MK (Mahkamah Konstitusi), dan KY (Komisi Yudisial).
Sistem politik setelah Amendemen UUD 1945 sebagai berikut:

a) Bentuk negara adalah kesatuan dan bentuk pemerintah adalah republik yang terdiri dari
34 provinsi dengan asas desentralisasi sehingga terdapat pemerintahan daerah dan
pemerintahan pusat.
b) Parlemen terdiri dari dua kamar (sistem bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Daerah. Anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilu dan
merupakan perwakilan dari rakyat,sedangkan anggota DPD adalah perwakilan provinsi
yang anggotanya dipilih oleh rakyat di daerah yang bersangkutan melalui pemilu. Masa
jabatannya adalah lima tahun. DPR memiliki kekuasaan membuat undang-undang,
menetapkan APBN, dan mengawasi jalannya pemerintahan.
c) Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga negara yang
berwenang melantik Presiden dan Wakil Presiden, memberhentikan
presiden dan wakil presiden, serta mengubah dan menetapkan UUD. Anggota MPR
adalah anggota DPR dan anggota DPD yang memiliki masa jabatan lima tahun.
d) Eksekutif dipegang dan dijalankan oleh Presiden yang berkedudukan sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung
oleh rakyat melalui pemilu untuk masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali satu
kali dalam jabatan yang sama. Presiden sebagai kepala pemerintahan membentuk kabinet
yang terdiri dari menteri-menteri. Menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Presiden tidak dapat membubarkan parlemen dan tidak bertanggung jawab kepada
parlemen.
e) Kekuasaan yudikatif dipegang dan dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya bersama Mahkamah Konstitusi. Adapun Komisi Yudisial
berwenang memberikan usulan mengenai pengangkatan Hakim Agung.
f) Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR dan DPD, juga memilih Presiden
dan Wakil Presiden dalam satu paket.
g) Sistem kepartaian adalah multipartai. Jumlah partai yang mengikuti Pemilu pada tahun
2004 adalah 24 partai dan pada tahun 2009 adalah 34 partai politik.
h) BPK merupakan badan yang memiliki kekuasaan untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada DPR.
Anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dipilih oleh DPR dengan memerhatikan
pertimbangan dari DPD dan selanjutnya diresmikan oleh Presiden.
i) Pada pemerintahan daerah, yaitu provinsi dan kabupaten/kota dibentuk pula
badan/lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
(1) Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPRD Provinsi di wilayah
provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota di wilayah kabupaten/kota.
Anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu.
(2) Kekuasaan eksekutif pada provinsi dipegang oleh gubernur, sedang pada daerah
kabupaten/kota dipegang oleh bupati/wali kota yang semuanya dipilih langsung oleh
rakyat di daerah masing-masing melalui Pemilu.
(3) Kekuasaan yudikatif pada provinsi dijalankan oleh pengadilan tinggi dan untuk
kabupaten/kota dijalankan oleh pengadilan negeri.....

Sistem Politik Demokrasi Pancasila

Indonesia memiliki sistem politik demokrasi, yaitu demokrasi pancasila. Menurut


Prof Dardji Darmo Diharjo demokrasi pancasila ialah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam
ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945.

Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang
bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia. demokrasi pancasila
menghendaki suatu sistem pemerintahan yang berdasarkan pada kedaulatan rakyat, yang
artinya bahwa sistem pemerintahan yang berdasarkan pada kedaulatan rakyat yang
artinyabahwa sistem pemerintahan menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi di dalam negara.

Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang tidak langsung, artinya bahwa meski
kedaulatan ada ditangan rakya, rakyat tidak langsung memerintah, melainkan melalui para
wakilnya yang dipilih oleh rakyat sendiri melalui suatu pemilu untuk duduk di lembaga-
lembaga perwakilan rakyat. Prinsip-prinsip demokrasi yang berdasarkan pancasila adlaah
prinsip-prinsip dmeokrasi yang berdasarkan pada Ketuhanan YMA, HAM, Kedaulatan
rakyat, kecerdasan rakyat, pemisahan kekuasaan negara, otonomi daerah, supremasi hukum
(rule of law), peradilan yang bebas, kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial.

Adapun prinsip-prinsip dasar pelaksanaannya sebagai berikut :

1) Bentuk negara Indonesia yang sesuai dengan demokrasi pancasila adalah negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik.
2) Kedaulatan rakyat ada di tangan rakyat, yang artinya pemegang kekuasaan tertinggi
adalah rakyat. Dlama hal ini, kehendak atau keinginan rakyat merupakan dasar bagi
pemerintahan demokrasi.
3) Pemerintah berdasarkan konstitusi, yang artinya pemerintah menjalankan
kekuasaannya berdasarkan UUD 1945 sehingga memiliki kekuasaan terbatas dan
bertanggungjawab.
4) Negara berdasarkan hukum dan hukum yang ada di Indonesia harus sesuai dengan
Pancasila. Segala aktifitas atau kegiatan dalam negara harus berdasarkan hukum
sehingga tidak terjadi suatu bentuk kesewenangan atau penindasan.
https://anggrashawol.wordpress.com/2014/12/16/perkembangan-sistem-politik-di-indonesia-
sebelum-dan-sesudah-amandemen-uud-1945/

Anda mungkin juga menyukai