Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Sejarah Indonesia Kontemporer


PERKEMBANGAN POLITIK DAN MASALAH-MASALAH YANG
DITIMBULKAN MASA 1959-1966

Disusun Oleh:

Benny Hamdani 14046094


Firta Rahmadeni 14046005
Febi Rahmanita Suhari 14046051
Putri Utami 14046080
Reski Resmala 14046082

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konstituante yang diharapkan mampu menghasilkan UUD ternyata
gagal,sehingga tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
yang membubarkan Konstituante, menyatakan kembali ke UUD 1945, dan
pembentukan MPRS dan DPAS. Keluarnya Dekrit Presiden menjadi tonggak lahirnya
Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik
negara yang tidak setabil sebagai warisan masa Demokrasi Liberal menjadi lebih
mantap/stabil.

2. Rumusan Masalah

a. Apa konsepsi demokrasi terpimpin, Manipol-Usdek dan bagaimana


pelaksanaannya?

b. Bagaimana perjuangan pembebasan Irian Barat?

c. Bagaimana terbentuknya Interaksi Tiga Kekuatan (kekuatan sospol)?

d. Bagaimna konfrontasi yang terjadi dengan malaysia?


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEPSI DEMOKRASI TERPIMPIN, MANIPOL-USDEK DAN


PELAKSANAANNYA

Seperti yang telah diungkapkan dalam makalah sebelumnya. Adanya demokrasi


yang baru dilaksanakan di Indonesia membuat sebuah perubahan besar dalam kondisi
perpolitikan Indonesia. Dekrit Presiden Republik Indonesia ternyata berimplikasi luas
pada perubahan sistem ketatanegaraan dan peta politik Indonesia.

Melalui konsep demokrasi terpimpinnya ia mencela demokrasi barat yang


liberalistik yang menyebabkan ketidak stabilan politik dan tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Selain itu Sukarno ingin mengembalikan

kewenangannya sebagai Presiden (dalam sistem presidensil) yang tak didapati


dalam masa demokrasi parlementer.

Namun jika kita melihat apa sebenarnya pengertian demokrasi terpimpin, maka
kita akan tahu bahwa hal tersebut bukanlah sebuah demokrasi yang sebenarnya.
Pengertian Demokrasi menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani demos
artinya rakyat dan kratein artinya pemerintah. Hal ini berarti kekuasaan tertinggi
(pemerintah) dipegang oleh rakyat.

Sedangkan Demokrasi menurut istilah (terminologi), para ahli seperti : Abraham


Lincoln, Joseph A. Schmeter, Sidney Hook, Schmitter, Terry Lynn Karl, dll.
mempunyai pendapat yang berbeda-beda, namun pada hakikatnya Demokrasi
mengandung pengertian :

1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)

2.Pemerintahan oleh rakyat (government by people)

3.Pemerintahan untuk rakyat (government for people).1

1Tim ICCE UIN. 2003 Jakarta. Demokrasi. Hak Asasi Manusia & Masyarakat
Madani. Jakarta: UIN Jakarta press hal. 111.
Menurut A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin
menempatkan Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia
dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang
besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap
nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari
legislatif terhadap eksekutif.2

Dalam pidatonya pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1959, Sukarno


menguaraikan ideologi demokrasi terpimpin, yang beberapa bulan kemudian
dinamakan Manipol (Manifestasi Politik) yang isinya berintikanUSDEK (Undang-
Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin dan Kepribadian Indonesia). Manipol-USDEK adalah doktrin resmi yang
dicetuskan oleh Sukarno sebagai suatu konsep politik yang harus diterima dan
dijalankan dalam setiap aktifitas berbangsa dan bernegara. Sebagai konsekuensi dari
kebijakan tersebut, maka MPRS yang sudah tunduk pada Sukarno menetapkan
Manipol USDEK sebagai GBHN dan wajib diperkenalkan disegala tingkat
pendidikan dan pemerintahan, selain itu pers pun diharuskan mendukungnya.

Salah satu tindak lanjut Soekarno dalam menjaga kestabilan Indonesia saat itu
adalah dengan menyederhakan dan menghapus beberapa partai yang tidak sepaham
dengan pandangan Soekarno . Partai-partai yang ada pada waktu itu berjumlah
sebanyak 40 partai dan ditekan oleh Soekarno untuk dibubarkan. Namun demikian,
Demokrasi Terpimpin masih menyisakan sejumlah partai untuk berkembang. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan Soekarno akan keseimbangan kekuatan yang labil
dengan kalangan militer. Beberapa partai dapat dimanfaatkan oleh Soekarno untuk
dijadikan sebagai penyeimbang.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka langkah yang diambil pemerintah


Sukarno adalah melakukan seleksi dan penyederhanaan partai politik. Dengan
dikeluarkanya Pen-pres No.7 tahun 1959 tentang syarat-syarat dan penyederhanaan
partai maka menjadi pertanda dimulainya intervensi politik pemerintah terhadap
partai-partai. Peraturan tersebut menyangkut persyaratan partai, sebagai berikut:

2Miriam Budarjo.2003. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustraka


Utama hal. 71.
- Menerima dan membela Konstitusi 1945 dan Pancasila.
- Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-
cita politiknya.
- Menerima bantuan luar negeri hanya seizin pemerintah.
- Partai-partai harus mempunyai cabang-cabang yang terbesar paling
sedikit di seperempat jumlah daerah tingkat I dan jumlah cabang-cabang
itu harus sekurang-kurangnya seperempat dari jumlah daerah tingkat
II seluruh wilayah Republik Indonesia
- Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.

Presiden berhak membubarkan partai, yang programnya diarahkan untuk


merongrong politik pemerintah atau yang secara resmi tidak mengutuk anggotanya
partai, yang membantu pemberontakan.

Hasilnya melalui Keppres No.128-129 tahun 1960 dan Keprres No. 440 tahun
1961 Pemerintah hanya mengakui adanya 10 partai politik yaitu : PNI, NU, PKI,
Partai Katolik, Partai Indonesia, Murba, PSII, IPKI, Partai Kristen Indonesia
(Parkindo) dan Persatuan Tarbiyah Islam.3

Disamping upaya untuk melakukan penyederhanaan partai politik, Sukarno


mereorganisasi kembali dalam pemerintahan Indonesia, antara lain :

1. Pembentukan Kabinet Kerja

Kabinet Kerja merupakan kabinet pengganti ari kabinet Karya yang dibubarkan
anggal 9 Juli 1959. Pada kabinet ini Presiden Soekarno bertindak selaku perdana
menteri, sedangkan Ir. Djuanda menjadi menteri pertama dengan 2 oeang wakilnya dr.
Leimana dan dr. Subandrio.4

Para anggota kabinet yang dinamai Kabinet Kerja ini pada tanggal 10 Juli 1959.
Program Kabinet Kerja sebagai Triprogram, yaitu:

1. Sandang Pangan
2. Keamanan;

3M.Rusli karim. 1993. Perjalan Partai Politik di Indonesia : sebuah potret pasang
surut. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 50

4MC Riklefs. .2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi Hal :
402
3. Irian Barat. 5
2. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Setelah terbentuknya kabinet maka pada tanggal 22 juli 1959, Presiden
Soekarno membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketuai oleh
Presiden dengan berdsarkan penetapan Presiden no.3 tahun 1959. Tugasnya
adalah memberi jawaban atas pertanaan presiden dan mengajukan usul kepada
Pemerintah.6
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ( MPRS)
Setelah dibentuknya DPA dengan Penetapan Presiden No.2 tahun 1959 tanggal 31
Desember 1959 dibentuklah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPRS). Adapun
susunan MPRS antara lain :

Susunan MPRS diatur dalam Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959, sebagai
berikut:

1. MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan.

2. Jumlah Anggota MPRS ditetapkan oleh Presiden.

3. Yang dimaksud dengan daerah dan golongan-golongan ialah Daerah Swatantra


Tingkat I dan Golongan Karya.

4. Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah


menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan
oleh Presiden.

5. MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat
oleh Presiden.7

530 Tahun Indonesia Merdeka (1950-1964). Hal :145

6Marwati Joeded . Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI:


Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Hal : 420

7http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat_Sementara diakses
tanggal 20 Maret 2014
Anggota MPRS harus memenuhi syarat, antara lain: setuju kembali kepada UUD
1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju dengan Manifesto Politik. Keanggotaan
MPRS menurut Penpres No. 2 Tahun 1959. 8

Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden


Nomor 199 Tahun 1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR,
241 Utusan Golongan Karya, dan 118 Utusan Daerah. Sedangkan tugas MPRS adalah
menetapkan Garis- garis Besar Haluan Negara9 (GBHN).

4. Pembentukan DPR-GR(Gotong Royong)

Pada tanggal 5 Maret 1960 DPR hasil Pemilu I tahun 1955 dibubarkan oleh
Presiden Soekarno, karena menolak Rencana Anggaran Belanja Negara yang diajukan
oleh pemerintah. Tidak lama kemudian Presiden berhasil menyusun daftar anggota
DPR. DPR yang baru dibentuk tersebut dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong (DPRGR). Seluruh DPR-GR ditunjuk oleh Presiden mewakili golongan
masing-masing. Anggota DPR-GR dilantik pada tanggal 25 Juni 1960. Dalam upacara
pelantikan tersebut, Presiden Soekarno menyatakan bahwa tugas DPR-GR adalah
melaksanakan Manipol, merealisasikan amanat penderitaan rakyat, dan melaksanakan
demokrasi terpimpin. Pada upacara pelantikan wakil-wakil ketua DPR-GR tanggal 5
Januari 1961, Presiden Soekarno menjelaskan kedudukan DPR-GR. DPR-GR adalah
pembantu presiden/mandataris MPRS dan member sumbangan tenaga kepada
Presiden untuk melaksanakan segala sesuatu yang ditetapkan MPRS.10

5. Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk atas penetapan Presiden no.13 tahun 1959. Tugasnya
adalah menyelesaikan Revolusi Nasional, Melaksanakan Pembangunan,
mengembalikan Irian Barat.

8Mawarti Joened. Hal 420

9GBHN diambil dari sebuah pidato presiden pada peringatan 17 Agustus 1959
yang berjudul Penemuan Revolusi Kita. Pidato ii kemudian dikena dan diberi
sebutan Manifesti Politik Republik Indonesia (Manipol). Dan berdasarkan
keputusan DPA menetapkan pidoto ini menjadi GBHN pada tanggal 23-25
September 1959. Di muat dalam. 30 tahun Indonesia Merdeka. Hal: 149

10MC. Riklefs. Hal 403


Front Nasional yang dibentuk untuk menghimpun seluruh kekuatan nasional itu
kemudian dapat dipengaruhi dan akhirnya dikuasai oleh PKI serta simpatisannya dan
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik mereka.11

Arah Politik Luar Negeri

- Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo

Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi
cenderung condong pada salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik
konfrontasi yang lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa
Barat dan Amerika Serikat.Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan
tentang Nefo (New Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces).Nefo
merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti
imperialisme dan kolonialisme.Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan
yakni negara-negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim).Untuk
mewujudkan Nefo maka dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong
Yang.Dampaknya ruang gerak Indonesia di forum internasional menjadi sempit sebab
hanya berpedoman ke negara-negara komunis.

- Politik Mercusuar

Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa


Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh
dunia.Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang
terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat
besar mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games
of the New Emerging Forces ) yang membutuhkan pembangunan kompleks Olahraga
Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi asing.Pada tanggal 7 Januari 1965,
Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab Malaysia diangkat menjadi anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB.12

1130 Tahun Indonesia Merdeka (1950-1961) . hal 153


Salah satu konsepsi Sukarno yang sangat terkenal dalam masa demokrasi
terpimpin adalah NASAKOM (Nasionalis Agama dan Komunis) 13. Dengan konsepsi
tersebut Sukarno ingin menggabungkan bahkan meleburkan berbagai ideologi
kedalam suatu aliansi politik dan memaksa masing-masing ideologi yang
bertentangan itu untuk bekerjasama dalam sistem demokrasi terpimpin yang dibangun
Sukarno. Bila melihat Peta kekuatan politik yang mendominasi berbagai institusi
politik di Indonesia maka konfigurasi politik yang tebentuk pada masa demokrasi
terpimpin adalah : Sukarno - ABRI (AD) PKI.14

B. PERJUANGAN MEMBEBASKAN IRIAN BARAT

Salah satu program kabinet kerja adalah pembebasan Irian Barat yang pada
hakkatnya merupakan tuntutan nasional secara mutlak. Dalam persetujuan KMB,
disebutkan bahwa Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia satutahun setelah
penandatanganan persetujuan itu, namun Belanda mengingkari persetujuan itu dan
tetap ingin mempertahankan dan menguasai Irian Barat. 15 Dalam masalah
pembebasan Irian Barat ini, dari tahun 1950 sampai 1953 dilakukanlah usaha melalui
perundingan secara bilateral dalam lingkungan ikatan Uni-Indonesia. Namum usaha
penyelesaian secara bilateral ini telah mengalami kegagalan.16

Pada bulan September 1954 pemerintah Indonesia mengajukan masalah Irian


Barat ke dalam acara sidang Majelis Umum PBB. Pada tanggal 23 November 1954,
pemerintah Indonesia mengajukan resolusi masalah Irian Barat kepada panitia politik
12Drs. Inu Kencana Safii & Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung:
Refika Aditama. hal 13

13Nasakom pada awalnya merupakan sebuah karya Soekarno di tahun 1926 yang
berjudul Nasionalisme. Islamisme. dan Marxisme.

14Marwati Joened. Hal 220

15 Mulyono Joyomartono, dkk, Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa


Indonesia, ( Semarang : Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1990),
hlm.98.

16 Sudharmono, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964, (Jakarta : Citra Lamtoro


Gong, 1985)
PBB yang isinya Irian Barat merupakan bagian negara nasional RI, dan Indonesia
mencari jalan penyelesaian secara damai dan minta agar diadakan kembali
perundingan dengan anjuran dan pengawasan PBB. Pada sidang politik PBB tanggal
30 November 1954. Resolusi Indonesia diterima dengan perbandingan suara 34
setuju, 14 menolak, dan 10 abstain. Dalam Sidang Majelis Umum 10 Desember 1954
terjadi perubahan perbandingan suara dan perjuangan diplomasi di forum PBB
mengalami kegagalan.

Pada bulan Desember 1954, Indonesia menyelenggarakan Konferensi Perdana


Menteri Mancanegara ( Indonesia, India, Pakistan, Ceylon, Sri Lanka, Birma, dan
Myanmar) yang dilanjutkan dengan KAA ( 18-24 April 1955). Masalah utama yang
dibahas adalah masalah dekolonisasi dan kemerdekaan bagi negara-negara yang
setengah jajahan dan terjajah. Namun jalan damai yang telah ditempuh selama lebih
kurang satu dasawarsa tidak berhasil mengembalikan Irian Barat, pemerintah
Indonesia memutuskan untuk menempuh jalan lain.17

Pada tahun 1957 dilancaranlah aksi-aksi pembebasan Irian di seluruh tanah air,
yang dimulai dengan pengambilalihan perusahaan milik Belanda di Indonesia oleh
kaum buruh. SKAD Jenderal Nasution selaku penguasa perang pusat memutuskan
untuk mengambilalih semua perusahaan milik Belanda dan kemudian meyerahkannya
kepada pemerintah. Hubungan yang tegang antara Indonesia dengan Belanda
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1960. Pada waktu itu RI secara resmi
memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah kerajaan Belanda.

Dalam rangka persiapan kekuatan militer untu merebut Irian Barat, Pemerinth RI
mencari bantuan senjata ke luar negeri. Pada bulan Desember 1960, Menteri
Keamanan Nasional/ KSAD Jenderal Nasution pergi ke Moskow ( Uni Soviet) dan
berhasil mengadakan syuatu perjanjian pembelian senjata. Belanda mulai menyadari
jika Irian tidak diserahkan secara damai kepada Indonesia, Indonesia akan berusaha
membebaskannya dengan kekuatan militer. Menghadapi persiapan-persiapan militer
Indonesia pihak Belanda mengajukan protes kepada PBB dengan menuduh Indonesia
Melakukan agresi. Belanda memperkuat kedudukannya di Irian dengan

17 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional


Indonesia VI:Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hlm. 437-439.
mendatangkan bantuan dan mengirimkan kapal perangnya ke perairan Irian
diantaranya kapal Induk Karel Doorman.18

Gagasan Belanda mengenai dekolonisasi dan Internasionalisasi Irian Barat dalam


PBB tahun 1961, telah ditindak lanjuti dengan rancangan UU Dewan Papua , dalam
rangka penentuan nasib sendiri dari rakyat Irian Barat. Dewan Papua telah dilantik
oleh Belanda pada tanggal 15 April 1961 dengan meresmikan bendera dan lagu
kebangsaan Papua. Gagasan Belanda ini ditanggapi oleh Indonesia bahwa Belanda
telah mengalihkan kedaulatan Irian Barat di luar kedaulatan Indonesia. Presiden telah
memerintahkan kepada Menteri Keamanan Nasional untuk menyusun rencana
Operasi Gabungan Irian Barat. Pemerintah Belanda membelokkan gagasan tentang
penentuan nasib sendiri bagi rakyat Irian Barat tidak melalui Departemen Papua
melainkan dengan membentuk Komite Nasional Papua. Pada tanggal 19 Oktober
1961 komite itu diresmikan.

Dalam menanggapi sikap Belanda yang semakin keras, maka presiden Soekarno
membentuk DEPERTAN ( Dewan Pertahanan Nasional) yang diberi tugas untuk
merumuskan pengintegrasian segenap potensi kekuatan nasional untuk membebaskan
Irian Barat. Tanggal 11 Desember 1961 diresmikan DEPERTAN dengan Keputusan
Presiden No. 618/ KEPRES/ 1961.19 Untuk lebih meningkatkan perjuangan , Dewan
Pertahanan Nasional merusmuskan Tri Komando Rakyat ( Trikora), yang
disampaikan oleh presiden Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta,
yang isinya yaitu :

1. Gagalkan pembentukan negara Boneka Papua buatan Belanda Kolonial.


2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat , Taah Air Indonesia.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.20

18Ibid, hlm. 439-440.

19 Sri Hardiman, Kembali ke UUD 1945 Mengantar Perjuangan Pembebasan Irian


Barat ke Wilayah Republik Indonesia,( Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,
1995), hlm.66-67.

20 Mulyono Joyomartono, dkk, Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa


Indonesia, ( Semarang : Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1990),
hlm.99.
Dengan diucapkannya Trikora mulailah konfrontasi total terhadap Belanda. Rapat
Dewan Pertahanan Nasional bersama organisasi Gabungan Kepala Staf serta
Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat memutuskan :

1. Membentuk Provinsi Irian Barat gaya baru dengan putra Irian sebagai
gubernurnya.
2. Membentuk komando Mandala yang langsung memimpin kesatuan-kesatuan
ABRI dalam tugas merebut Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962 di Bogor.

Pembentukan Provinsi Irian gaya baru dikukuhkan melalui penetapan Presiden


No. 1/ 1962 dengan ibukota Kota Baru ( Jayapura). Organisasi Gabungan Kepala Staf
diubah dan Pimpinan angakatan bersenjata langsung dibawah Panglima Tertinggi.
Angkatan Udara RI pada tanggal 10 Januari 1962 meresmikan pembentukan komando
Regional Udara ( Korud) I-IV. Pada tanggal 11 Januari 1962 ditunjuklah Brigadir
Jenderal Soeharto sebagai pangliama Mandala, dan Komando Mandala bermarkas di
Makassar. Pada tanggal 13 Januari , Brigadir Jenderal Soeharto dilantik sebagai
Panglima Mandala dan diinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal. Sebagai
wakil panglima I di tunjuk Kolonel Laut Subono, sebagai wakil panglima II ditunjuk
Letkol Udara Leo Wattimena, dan Kepala Staf Umum ditunjuk Kolonel Achmad
Tahir.21

Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi peristiwa tragis, yaitu Pertempuran Laut
Aru. Pertempuran laut itu terjadi antara satuan kapal AL RI melawan Armada Kapal
Perang Belanda. Kesatuan patroli cepat yang terdiri atas tiga buah Motor Terpedo
Boat ( MTB) yaitu : RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, dan RI Harimau
melakuakan patroli rutin di laut Arafuru. Komandan satuan MTBA itu adalah Kapten
Wiratmo. Ia merangkap menjadi komandan RI Macan Tutul. Deputi KSAL Komodor
Yos Sudarso, Kepala Direktorat Operasi MBAL Kolonel Sudomo dan beberapa
perwira lainnya ikut dalam patroli itu. Pada malam harinya, dua buah kapal perusak
Belanda dan menembak dengan meriam ke aarah kapal-kapal ALRI, dan juga dua
buah pesawat Belanda. Komodor Yos Sudarso mengambil alih pimpinan satuan
patroli dan memerintahkan penembakan balasan, dan kedua kapal patroli lain dapat
menyelamatkan diri. RI Macan Tutul berjuang dengan gigih, namun karena lawan

21 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional


Indonesia VI:Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hlm. 442-443.
jauh lebih kuat, RI Macan Tutul dapat ditenggelamkan di Laut Aru. Pada peristiwa ini
gugurlah Deputi KSAL Komodor Yos Sudarso.22

Dengan terbentuknya Komando Mandala, maka kekuatan militer di sekitar Irian


Barat terus menerus diperkuat dan penerjunan pasukan ke daerah Irian Barat
dilakukan secara intensif, sehingga Belanda merasa terancam. Operasi-operasi
infiltrasi pasukan Indonesia berhasil merebut dan menduduki kota Teminbuan.
Jatuhnya ota Teminabuan ke tangan pasukan Indonesia memaksa Belanda bersedia
untuk duduk pada meja perundingan untuk menyelesaikan sengketa Irian.

Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatanganilah suatu perjanjian antara


pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda di New Yotk, yang terkenl dengan
Perjanjian New York. Perjanjian ini merupakan usulan dari Duta Besar Ellsworth
Bunker dari Amerika Serikat dan ia diminta oleh Sekretaris Jendral PBB sebagai
penengah. Soal yang penting yaitu mengenai penyerahan pemerintahan di Irian dari
pihak kerajaan Belanda kepada PBB. Untuk kepentingan itu dibentuklah United
Nations Temporary Excecutive Authority ( UNTEA) yang gilirannya akan
meyerahkan pemerintahan sementara PBB kepada RI sebelum Tanggal 1 Mei 1963.
Indonesia menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat
( PEPERA) DI Irian sebelum akhir tahun 1969.23

Pada tanggal 1 Oktober 1962 Belanda menyerahkan administrasi pemerintahan


kepada UNTEA yang sebagai pelaksana PBB adalah Dr. Jalal Abdoh dari Iran. Untuk
menjamin keamanan wilayah Irian Barat dibentuklah pasukan keamanan PBB yaitu
United Nations Security Forces (UNSF) yang dipimpin oleh Brgjen Said Udin Khan
dari Pakistan. Mulai hari itu berakhirlah pemerintahan Belanda di Irian Barat. Namun,
bendera Belanda masih berkibar di Irian Barat bersamaan dengan bendera PBB.
Tanggal 31 Desember 1962 Bendera Belanda diturunkan dan dikibarkanlah bendera
Indonesia disamping bendera PBB. Sebelum ayam jantan berkokok tanggal 1 Januari
1963 Irian Barat harus sudah kambali ke wilayah RI telah menjadi kenyataan. Pada
22 Mulyono Joyomartono, dkk, Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa
Indonesia, ( Semarang : Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1990),
hlm.99-100.

23 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional


Indonesia VI:Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hlm.441.
saat itu UNTEA telah menyerahkan administrasi pemerintahan kepada pemerintah
Indonesia. Pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA berakhir dan bendera PBB diturunkan.
Sejak itu kekuasaan de facto dan de jure Indonesia telah terwujud . pada tanggall 30
April 1963 Komando Mandal dibubarkan karena tugasnya sudah selesai.

Pada tanggal 5 Juli 1969, Indonesia menyelenggarakan PEPERA ( Pernyataan


Pendapat Rakyat) di Irian Barat yang dilaksanakan dibawah pengawasan wakil PBB
Ortiz Sans. Karena adanya bom waktu OPM, maka Komando Antar Daerah Indonesia
Timur melancarkan Operasi Sadar dan Operasi Wibawa untuk memenangkan
PEPERA. Melalui PEPERA ini Irian Barat telah menentukan nasib nya sendiri dan
merupakan bagian dari wilayah RI.24

C. INTERAKSI TIGA KEKUATAN (KEKUATAN SOSPOL)

Pada perkembangan selanjutnya , kekuatan politik terpusat ditangan presidan


dengan TNI AD dan PKI disampingnya. sehubungan dengan strateginyamenempel
pada presiden soekarno , PKI secara sistematis berusaha memperoleh citra sebagai
pancasilais dan menukung kebijakan-kebijakan presiden yang menguntungkan PKI.
d.n. Aidit mengatakan melaksanakan manipol secara konsekuen dalah samahal
dengan melaksanakan program PKI. ajaran nasakom (nasionlis, agama, dan komonis)
ciptaan soekarno dimanfaatkan benar oleh PKI karena mendapat tempat sebagai unsur
sah dalam konstelasi politik indonesia. dimana kabinet terbentuk tanpa unsur komunis
,tetapi presiden memberikan imbalan pada PKI kedudukan dalam mprs, DPRS,DPR,
GR, DPA, pengurus besar front nasional serta dalam musyawarah pembantu pimpinan
revolusi (MPRS). TNI AD menganggap adanya tindakan-tindakan pengacauan yang
dilakukan pki dimalam tepatnya dijawa tengah melalui lisan dan tulisan melaporkan
perbuatan-perbuatan serta meminta perhatian presiden soekarno dengan bukti-bukti
PKI berencana mengadakan pengacauan disumatra selatan, kalimantan selatan,
Sulawesi selatan dengan berdasarkan undang-udang keadaan bahaya dipimpin tni ad
mengambil tindakan pengawasan terhadap PKI . dipusat harian rakyat dilarang terbit,
dan dikeluarkan perintah penangkapan d.n aidit dan kawan-kawan akan tetapi mereka
berhasil melarikan diri dan segala kegiatan PKI ditingkat daerah-daerah seperti

24 Sri Hardiman, Kembali ke UUD 1945 Mengantar Perjuangan Pembebasan Irian


Barat ke Wilayah Republik Indonesia,( Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,
1995), hlm. 73-74.
sumatra selatan, kalimantan selatan, sulawesi selatan dibekukan. tindakan pimpinan
TNI AD tidak mendapatkan persetujuan presiden yang malahan memerintahkan agar
segala keputusan dicabut kembali.

di september 1960 diadakan sidang penguasan perang tertinggi (perperti) dengan


pengusa perang daerah (perperda) se-indonesia di istana negara. dalam sidang ini tni
ad dan panglima daerah mengingatkan presiden agar jangan terlampau percaya atas
keloyalan PKI baik dalam pertimbangan Ideologis maupun atas pengalaman masa
lampau. tetapi Presiden Soekarno tetap pada kebijakan melarang peperda yang
mengambil tindakan politis terhadap PKI.sikap menggayung komonis dimanfaatkan
oleh pki dengan meningkatkan apa yang disebut ofensif revolusioner, dengan tema
fobi,anti-nasakom adalah anti-pancasila dan kontrarevolusioner yang menganggap
PKI adalah yang paling progresif revolusioner dan sebagainya.25

D. KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA

Pembentukan Malaysia di tentang oleh dua negara tetangga, yakni Indonesia


dan Filipina.Ketika konsep Malaysia diumumkan pada pertengahan tahun 1961,
Indonesia masih melakukan perjuangan untuk Irian Baratdari tangan Belanda. Karena
itu Soekarno dan para pemimpin Indonesia lainnya seakan-akan tidak keberatan
dengan pembentukan Malaysia. Seorang pakar berpendapat bahwa reaksi negatif
pertama terhadap pembentukan Malaysia di Indonesia justru datang dari partai PKI.
Pendapat pakar didasarkan pada resolusi sidang pleno ke 3 Komite Setral PKI. Isi
resolusi tersebut menuduh Malaysia sebgai produk dari "intrik kaum kolonial" yang
tidak dapat diterima oleh rakyatnya sendiri dan diciptakan oleh koonialisme Inggris
dalam rangka mempertahankan kepentingan mereka di wilayah itu. Namun setelah
konflik Irian terselesaikan, dan kemenangan diperoleh Indonesia (September 1961),
para pemimpin nonkomunis yang mulai menyatakan penolakan terhadap rencana
pembentukan Malaysia.

Alasan dasar Indonesia terhadap penolakannya terhadap pembentukan


Malaysia adalah bahwa negara baru itu didirikan tanpa persetujuan rakyat setempat,
terutama di Kalimantan utara. Hal ini selalu diulang-ulang oleh pemimpin Indonesia
selama konfrontasi berlangsung.
25 marwati djoened poesponegoro:nugroho.2008. sejarah nasional indonesia VI.
jakarta: balai pustaka.Hlm : 426-429
Banyak sekali interpretasi atas latar belakang kampaye gayang malaysia yang
diluncurkan Indonesia. Para pemimpin Malaysia biasanya mengacu kepada irihatian
Indonesia atas sukses negara itu dalam pembangunan ekonominya. Mereka juga
menggap konfrontaso sebagai akibat keberhasilan kaum komunis Indonesia dan RRC
dalam menarik Soekarno. Jadi Cinq berada dibelakang konfrontasi indonesia. Bernad
K. Gordon memandangnya sebagai bukti atas ideologo ekspansionis Indonesia.

Hidley, mengajukan kemungkinan beberapa tentang motif dari tindakan


Indonesia untuk melancarkan konfrontasi. Para pemimpin Indonesia dibawah
Soekatno menyimpan beberapa kekecewaan terhadap Malaysia. Mereka yakin bahwa
pemberontakan Dahrul Islam yang mengancam eksitrnsi Indonesi pada tahun 1948-
1962 sebenarnya diduung dan dibiyai oleh Barat melalui Malaya. Wilayah Malaya
digunakan pula untk membantu pemberontakan separatis pada tahu 1950an, dan para
pemimpin pemberontakan tersebut diberi perlindungan oleh Malaya. Soekarno dan
para pendukunya juga yakin bahwa Malaysia yang masih bera dibawah penguasaan
Inggris akan tetap menjadi basis bagi aktifitas subversif terhadap Indonesia.
Kecuriagan itu ditambah dengan bahwa para pemimpin Malaya dan inggris tidak
berkonsultasi terlebih dahulu dengan Jakarta ketika mereka merencanakan
pembentukan Malaysia. Cita-cita Soekarno menjadikan Indonesia sebagai negara
paling dominan di kawasan itu juga menjadi salah satu faktor pendukungnya. Faktor
lain yaitu kepribadian yang saling berlawanan antar Soekarno dan Tunku Abdul
Rahman serta ketidak senangan Soekarno atas sikap Tunku yang dianggap terlalu pro
Barat.

Sejak tahun 1957-1962 hubungan Indonesia dengan Malay sudah mencapai


tahap hubungan bertetangga yang tidak baik. Alasannya adalah:

1. Kecurigaan Indonesia terhadap dukungan Malaya terhadap pemberontak PRRI.

2. Kuala Lumpur juga memandang Soekarno sebagai tokoh politik yang berbahaya
karena sangat bersimpati kepada PKI ketika Malaya sedang menghadapi
pemberontakan bersenjata kaum komunis.

3. Malaya mengambil posisi abstain dalam pemungutan suara di PBB dalam masalah
Irin Barat.
4. Pandangan yang sangat kontars antara Tunku dan Soekarno mengenai komunisme
dan sosialisme.

Menurut Hauswedell, menjrlang tahun 1963 ad dua konflik regional yang


dianggap mengganggu perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggra. Yaitu Vietnam dan
Malaysia.sitiasi poitik di Vietnam tengah berkembang ke arah suatu konflik bersenjata
besar-besaran yang kemungkinan melibatkan secara langsung salah satu dari negara
adidaya.

PKI merupakan organisasi pertama yang mengeluarkan pernyataan menentang


renacana pembentukan Malaysia. Karena itu Soekarno dan PKI menggap konfrontasi
penting walaupun masing-masing mempunyai pandangan dan kepentingan yang
berbeda. PKI menginginkan TNI saingan besarnya, lebih disibukkan menghadapi
ancaman dari luar. Keadaan itu memberikanpeluang bagi PKI untuk memperkuat diri
an kemungkinan turut berperan dalam memegang kekuasaan. Sedangkan Soekarno
mengharapkan agar konfrontasi dapat memalingkan perhatian TNI untuk menggayang
PKI. Bagi soekarno keruntuhan PKI berarti keruntuhan kekuasaannya dan
kekhawatiran itu terbukti terjadi. Sedangkan menurut pendapat TNI, Malaysia dalam
jangka panjangakan pro RRC. Beberapa pemimpin militer Indonesia beranggapan
proyek negara baru Malaysia yang dilindungi oleh kekuatan militer Barat, akan
menjadi penghalang bagi ambisi Indonesia untuk menjadi kekuatan dominan di
kawasan itu.

Konfrontasi Soekarno berubah darihanya perang kata-kata menjadi


konfrontasi militer ketika suatu komisi khusus PBB yang dibentuk untuk melakukan
jajak pendapat mengenai dukungan rakyat setempat terhasap pembentukan Malaysia
berkesimpulan bahwa keberatan Indonesia tidak beralasan. Soekarno semakin
tersinggung karena Tunku mengumumkan terbentuknya Malaysia sebelum komisi
PBB itu mengumumkan hasi temuan jajak pendapatnya.

Seteal Soekarno mengumumkan kampanye gayang Malayia pada akhir tahun


1963, dukunganCina makin vokal. Peetalian Cina-Indonesia disebut oleh seorang
pakar sebagai usaha untuk melancarkan strategi kekuatan ketiga gua medopra isolasi
Internasional tersebut.
Perubahan mendadak di Indonesia menyusul peristiwa September 1965 dan
diikuti dengan kehancuran PKI dan elemen-elemen politik kiri, termasuk Soekarno,
menyebabkan terputusnya konfrontasi dan bubarnya poros Jakarta-Beijing. Indonesia
secara resmi mengakhiri konfrontasi pada tahun 1966.26

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Konstituante yang diharapkan mampu menghasilkan UUD ternyata


gagal,sehingga tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
yang membubarkan Konstituante, menyatakan kembali ke UUD 1945, dan
pembentukan MPRS dan DPAS. Keluarnya Dekrit Presiden menjadi tonggak lahirnya
Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik
negara yang tidak setabil sebagai warisan masa Demokrasi Liberal menjadi lebih
mantap/stabil.

26 Dr.Dahana,2012.Indonesia dalam Arus Sejarah.Jakarta:PT Icthiar Baru Van


Hoeve
Namun pada pelaksanaannya masa Demokrasi Terpimpin mengalami berbagai
macam bentuk penyimpangan. Penyimpangan tersebut diakibatkan oleh terpusatnya
kekuatan politik pada Presiden Soekarno. Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi
beberapa penyimpangan terhadap Pancasila, dan UUD 1945 termasuk kebijakan
politik luar negeri. Pembubaran DPR hasil pemilu, pengangkatan presiden seumur
hidup, terbentuknya poros Jakarta-Peking, konfrontasi dengan Malaysia, sampai
keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB merupakan sejumlah contoh dari
penyimpangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Dahana,2012.Indonesia dalam Arus Sejarah.Jakarta:PT Icthiar Baru Van Hoeve.
Inu Kencana Safii & Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI:Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008).
MC Riklefs. .2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.
Mulyono Joyomartono, dkk, Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa
Indonesia, ( Semarang : Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1990).
M.Rusli karim. 1993. Perjalan Partai Politik di Indonesia : sebuah potret pasang surut.
Jakarta : Rajawali Pers.
Sri Hardiman, Kembali ke UUD 1945 Mengantar Perjuangan Pembebasan Irian
Barat ke Wilayah Republik Indonesia,( Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1995).
Sudharmono, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964, (Jakarta : Citra Lamtoro
Gong, 1985).
Tim ICCE UIN. 2003 Jakarta. Demokrasi. Hak Asasi Manusia & Masyarakat
Madani. Jakarta: UIN Jakarta press.

Anda mungkin juga menyukai