Disusun Oleh:
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konstituante yang diharapkan mampu menghasilkan UUD ternyata
gagal,sehingga tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
yang membubarkan Konstituante, menyatakan kembali ke UUD 1945, dan
pembentukan MPRS dan DPAS. Keluarnya Dekrit Presiden menjadi tonggak lahirnya
Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik
negara yang tidak setabil sebagai warisan masa Demokrasi Liberal menjadi lebih
mantap/stabil.
2. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Namun jika kita melihat apa sebenarnya pengertian demokrasi terpimpin, maka
kita akan tahu bahwa hal tersebut bukanlah sebuah demokrasi yang sebenarnya.
Pengertian Demokrasi menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani demos
artinya rakyat dan kratein artinya pemerintah. Hal ini berarti kekuasaan tertinggi
(pemerintah) dipegang oleh rakyat.
1Tim ICCE UIN. 2003 Jakarta. Demokrasi. Hak Asasi Manusia & Masyarakat
Madani. Jakarta: UIN Jakarta press hal. 111.
Menurut A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin
menempatkan Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia
dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang
besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap
nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari
legislatif terhadap eksekutif.2
Salah satu tindak lanjut Soekarno dalam menjaga kestabilan Indonesia saat itu
adalah dengan menyederhakan dan menghapus beberapa partai yang tidak sepaham
dengan pandangan Soekarno . Partai-partai yang ada pada waktu itu berjumlah
sebanyak 40 partai dan ditekan oleh Soekarno untuk dibubarkan. Namun demikian,
Demokrasi Terpimpin masih menyisakan sejumlah partai untuk berkembang. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan Soekarno akan keseimbangan kekuatan yang labil
dengan kalangan militer. Beberapa partai dapat dimanfaatkan oleh Soekarno untuk
dijadikan sebagai penyeimbang.
Hasilnya melalui Keppres No.128-129 tahun 1960 dan Keprres No. 440 tahun
1961 Pemerintah hanya mengakui adanya 10 partai politik yaitu : PNI, NU, PKI,
Partai Katolik, Partai Indonesia, Murba, PSII, IPKI, Partai Kristen Indonesia
(Parkindo) dan Persatuan Tarbiyah Islam.3
Kabinet Kerja merupakan kabinet pengganti ari kabinet Karya yang dibubarkan
anggal 9 Juli 1959. Pada kabinet ini Presiden Soekarno bertindak selaku perdana
menteri, sedangkan Ir. Djuanda menjadi menteri pertama dengan 2 oeang wakilnya dr.
Leimana dan dr. Subandrio.4
Para anggota kabinet yang dinamai Kabinet Kerja ini pada tanggal 10 Juli 1959.
Program Kabinet Kerja sebagai Triprogram, yaitu:
1. Sandang Pangan
2. Keamanan;
3M.Rusli karim. 1993. Perjalan Partai Politik di Indonesia : sebuah potret pasang
surut. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 50
4MC Riklefs. .2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi Hal :
402
3. Irian Barat. 5
2. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Setelah terbentuknya kabinet maka pada tanggal 22 juli 1959, Presiden
Soekarno membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketuai oleh
Presiden dengan berdsarkan penetapan Presiden no.3 tahun 1959. Tugasnya
adalah memberi jawaban atas pertanaan presiden dan mengajukan usul kepada
Pemerintah.6
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ( MPRS)
Setelah dibentuknya DPA dengan Penetapan Presiden No.2 tahun 1959 tanggal 31
Desember 1959 dibentuklah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPRS). Adapun
susunan MPRS antara lain :
Susunan MPRS diatur dalam Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959, sebagai
berikut:
1. MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan.
5. MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat
oleh Presiden.7
7http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat_Sementara diakses
tanggal 20 Maret 2014
Anggota MPRS harus memenuhi syarat, antara lain: setuju kembali kepada UUD
1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju dengan Manifesto Politik. Keanggotaan
MPRS menurut Penpres No. 2 Tahun 1959. 8
Pada tanggal 5 Maret 1960 DPR hasil Pemilu I tahun 1955 dibubarkan oleh
Presiden Soekarno, karena menolak Rencana Anggaran Belanja Negara yang diajukan
oleh pemerintah. Tidak lama kemudian Presiden berhasil menyusun daftar anggota
DPR. DPR yang baru dibentuk tersebut dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong (DPRGR). Seluruh DPR-GR ditunjuk oleh Presiden mewakili golongan
masing-masing. Anggota DPR-GR dilantik pada tanggal 25 Juni 1960. Dalam upacara
pelantikan tersebut, Presiden Soekarno menyatakan bahwa tugas DPR-GR adalah
melaksanakan Manipol, merealisasikan amanat penderitaan rakyat, dan melaksanakan
demokrasi terpimpin. Pada upacara pelantikan wakil-wakil ketua DPR-GR tanggal 5
Januari 1961, Presiden Soekarno menjelaskan kedudukan DPR-GR. DPR-GR adalah
pembantu presiden/mandataris MPRS dan member sumbangan tenaga kepada
Presiden untuk melaksanakan segala sesuatu yang ditetapkan MPRS.10
Front Nasional dibentuk atas penetapan Presiden no.13 tahun 1959. Tugasnya
adalah menyelesaikan Revolusi Nasional, Melaksanakan Pembangunan,
mengembalikan Irian Barat.
9GBHN diambil dari sebuah pidato presiden pada peringatan 17 Agustus 1959
yang berjudul Penemuan Revolusi Kita. Pidato ii kemudian dikena dan diberi
sebutan Manifesti Politik Republik Indonesia (Manipol). Dan berdasarkan
keputusan DPA menetapkan pidoto ini menjadi GBHN pada tanggal 23-25
September 1959. Di muat dalam. 30 tahun Indonesia Merdeka. Hal: 149
Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi
cenderung condong pada salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik
konfrontasi yang lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa
Barat dan Amerika Serikat.Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan
tentang Nefo (New Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces).Nefo
merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti
imperialisme dan kolonialisme.Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan
yakni negara-negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim).Untuk
mewujudkan Nefo maka dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong
Yang.Dampaknya ruang gerak Indonesia di forum internasional menjadi sempit sebab
hanya berpedoman ke negara-negara komunis.
- Politik Mercusuar
Salah satu program kabinet kerja adalah pembebasan Irian Barat yang pada
hakkatnya merupakan tuntutan nasional secara mutlak. Dalam persetujuan KMB,
disebutkan bahwa Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia satutahun setelah
penandatanganan persetujuan itu, namun Belanda mengingkari persetujuan itu dan
tetap ingin mempertahankan dan menguasai Irian Barat. 15 Dalam masalah
pembebasan Irian Barat ini, dari tahun 1950 sampai 1953 dilakukanlah usaha melalui
perundingan secara bilateral dalam lingkungan ikatan Uni-Indonesia. Namum usaha
penyelesaian secara bilateral ini telah mengalami kegagalan.16
13Nasakom pada awalnya merupakan sebuah karya Soekarno di tahun 1926 yang
berjudul Nasionalisme. Islamisme. dan Marxisme.
Pada tahun 1957 dilancaranlah aksi-aksi pembebasan Irian di seluruh tanah air,
yang dimulai dengan pengambilalihan perusahaan milik Belanda di Indonesia oleh
kaum buruh. SKAD Jenderal Nasution selaku penguasa perang pusat memutuskan
untuk mengambilalih semua perusahaan milik Belanda dan kemudian meyerahkannya
kepada pemerintah. Hubungan yang tegang antara Indonesia dengan Belanda
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1960. Pada waktu itu RI secara resmi
memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah kerajaan Belanda.
Dalam rangka persiapan kekuatan militer untu merebut Irian Barat, Pemerinth RI
mencari bantuan senjata ke luar negeri. Pada bulan Desember 1960, Menteri
Keamanan Nasional/ KSAD Jenderal Nasution pergi ke Moskow ( Uni Soviet) dan
berhasil mengadakan syuatu perjanjian pembelian senjata. Belanda mulai menyadari
jika Irian tidak diserahkan secara damai kepada Indonesia, Indonesia akan berusaha
membebaskannya dengan kekuatan militer. Menghadapi persiapan-persiapan militer
Indonesia pihak Belanda mengajukan protes kepada PBB dengan menuduh Indonesia
Melakukan agresi. Belanda memperkuat kedudukannya di Irian dengan
Dalam menanggapi sikap Belanda yang semakin keras, maka presiden Soekarno
membentuk DEPERTAN ( Dewan Pertahanan Nasional) yang diberi tugas untuk
merumuskan pengintegrasian segenap potensi kekuatan nasional untuk membebaskan
Irian Barat. Tanggal 11 Desember 1961 diresmikan DEPERTAN dengan Keputusan
Presiden No. 618/ KEPRES/ 1961.19 Untuk lebih meningkatkan perjuangan , Dewan
Pertahanan Nasional merusmuskan Tri Komando Rakyat ( Trikora), yang
disampaikan oleh presiden Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta,
yang isinya yaitu :
1. Membentuk Provinsi Irian Barat gaya baru dengan putra Irian sebagai
gubernurnya.
2. Membentuk komando Mandala yang langsung memimpin kesatuan-kesatuan
ABRI dalam tugas merebut Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962 di Bogor.
Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi peristiwa tragis, yaitu Pertempuran Laut
Aru. Pertempuran laut itu terjadi antara satuan kapal AL RI melawan Armada Kapal
Perang Belanda. Kesatuan patroli cepat yang terdiri atas tiga buah Motor Terpedo
Boat ( MTB) yaitu : RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, dan RI Harimau
melakuakan patroli rutin di laut Arafuru. Komandan satuan MTBA itu adalah Kapten
Wiratmo. Ia merangkap menjadi komandan RI Macan Tutul. Deputi KSAL Komodor
Yos Sudarso, Kepala Direktorat Operasi MBAL Kolonel Sudomo dan beberapa
perwira lainnya ikut dalam patroli itu. Pada malam harinya, dua buah kapal perusak
Belanda dan menembak dengan meriam ke aarah kapal-kapal ALRI, dan juga dua
buah pesawat Belanda. Komodor Yos Sudarso mengambil alih pimpinan satuan
patroli dan memerintahkan penembakan balasan, dan kedua kapal patroli lain dapat
menyelamatkan diri. RI Macan Tutul berjuang dengan gigih, namun karena lawan
2. Kuala Lumpur juga memandang Soekarno sebagai tokoh politik yang berbahaya
karena sangat bersimpati kepada PKI ketika Malaya sedang menghadapi
pemberontakan bersenjata kaum komunis.
3. Malaya mengambil posisi abstain dalam pemungutan suara di PBB dalam masalah
Irin Barat.
4. Pandangan yang sangat kontars antara Tunku dan Soekarno mengenai komunisme
dan sosialisme.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dahana,2012.Indonesia dalam Arus Sejarah.Jakarta:PT Icthiar Baru Van Hoeve.
Inu Kencana Safii & Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI:Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008).
MC Riklefs. .2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.
Mulyono Joyomartono, dkk, Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa
Indonesia, ( Semarang : Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1990).
M.Rusli karim. 1993. Perjalan Partai Politik di Indonesia : sebuah potret pasang surut.
Jakarta : Rajawali Pers.
Sri Hardiman, Kembali ke UUD 1945 Mengantar Perjuangan Pembebasan Irian
Barat ke Wilayah Republik Indonesia,( Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1995).
Sudharmono, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964, (Jakarta : Citra Lamtoro
Gong, 1985).
Tim ICCE UIN. 2003 Jakarta. Demokrasi. Hak Asasi Manusia & Masyarakat
Madani. Jakarta: UIN Jakarta press.