Anda di halaman 1dari 39

MATERI SEJARAH XII IPA

Diktat Sejarah –XII-IPA/Smt-5/SMA

Standar Kompetensi : Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa


Proklamasi sampai masa Reformasi.
Kompetensi Dasar : Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia pada
masa Orde Baru.

Ringkasan Materi Pembelajaran

PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN INDONESIA


BAB 1
PADA MASA ORDE BARU

A.LATAR BELAKANG
1). PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN (1959 – 1966)
1.Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Sukarno.
Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno adalah kepemimpinan pada satu tangan
saja yaitu presiden., tugas Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan
politik negara yang tidak setabil sebagai warisan masa Demokrasi
Parlementer/Liberal menjadi lebih mantap/stabil. Demokrasi Terpimpin merupakan
reaksi terhadap Demokrasi Parlementer/Liberal. Hal ini disebabkan karena :
Pada masa Demokrasi parlementer, kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai
kepala negara. Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan oleh partai.
Dampaknya: Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu
demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi
(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).

2. Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :


Kebebasan partai dibatasi, Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Pemerintah berusaha menata kehidupan
politik sesuai dengan UUD 1945. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain
MPRS,DPAS, DPRGR dan Front Nasional. Penyimpangan-penyimpangan
pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1). Kedudukan Presiden


Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk
kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal
tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS
dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua MPRS yang
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing
berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.

2). Pembentukan MPRS


Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena
Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi
negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat
memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.
Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :
Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik Indonesia, dan
Setuju pada manifesto Politik.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan
200 orang wakil golongan.
Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

3). Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena
DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya
menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya ditunjuk
oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR
harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebut
bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat
membubarkan DPR.
Tugas DPR GR adalah sebagai berikut.
Melaksanakan manifesto politik
Mewujudkan amanat penderitaan rakyat
Melaksanakan Demokrasi Terpimpin

4). Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara


Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan
Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri.
Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil partai politik,
8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan. Tugas DPAS adalah memberi
jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah.
Pelaksanaannya kedudukan DPAS juga berada dibawah pemerintah/presiden sebab
presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena DPAS yang mengusulkan
dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari kemerdekaan RI 17 AGUSTUS
1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN
berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang
Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
5). Pembentukan Front Nasional
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959.
Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita
proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah
menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan
pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front
nasional adalah sebagai berikut.
a. Menyelesaikan Revolusi Nasional
b. Melaksanakan Pembangunan
c. Mengembalikan Irian Barat

6). Pembentukan Kabinet Kerja


Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil
presiden diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga
kali perombakan (reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut.
a. Mencukupi kebutuhan sandang pangan
b. Menciptakan keamanan negara
c. Mengembalikan Irian Barat.

7). Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom


Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa
dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada
masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan
ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk menggalang
persatuan bangsa. Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai
golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan
melaksanakan Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom
mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja
dengan upaya untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak
Nasakom sama saja dengan menolak presiden.
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan
ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM.
Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran
kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan
UUD 1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan
kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa
Presiden Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.

8). Adanya ajaran RESOPIM


Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan
Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
ke-16.
Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu
pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden
Sukarno.
Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan
tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya
pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan
menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.

9). Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI) yang terdiri atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut,
TNI Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin
oleh Menteri Panglima Angkatanyang kedudukannya langsung berada di bawah
presiden. ABRI menjadi salah satu golongan fungsional dan kekuatan sosial politik
Indonesia.

10). Pentaan Kehidupan Partai Politik


Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik
secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai
dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi
syarat, misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan sehingga dari
28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai.
Tindakan pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.
Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah
terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut tampak dengan
tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya masa
demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan
pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari kedua partai
tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua Partai tersebut
resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.

11). Arah Politik Luar Negeri


a. Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo
Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi cenderung
condong pada salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik
konfrontasi yang lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan
tentang Nefo (New Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces)
Nefo merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti
imperialisme dan kolonialisme.
Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis
yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim).
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
Untuk mewujudkan Nefo maka dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-
Pyong Yang. Dampaknya ruang gerak Indonesia di forum internasional menjadi
sempit sebab hanya berpedoman ke negara-negara komunis.
b. Politik Konfrontasi Malaysia
Indonesia juga menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini disebabkan
karena pemerintah tidak setuju dengan pembentukan negara federasi Malaysia yang
dianggap sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang membahayakan Indonesia
dan negara-negara blok Nefo.
Dalam rangka konfrontasi tersebut Presiden mengumumkan Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964, yang isinya sebagai berikut.
Perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia.
Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari Nekolim Inggris.
Pelaksanaan Dwikora dengan mengirimkan sukarelawan ke Malaysia Timur dan
Barat menunjukkan adanya campur tanggan Indonesia pada masalah dalam negeri
Malaysia.
c. Politik Mercusuar
Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa
Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh
dunia.
Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan spektakuler
yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang terkemuka di
kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar
mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games of the
New Emerging Forces ) yang membutuhkan pembangunan kompleks Olahraga
Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi asing.
Pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab
Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
d. Politik Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok merupakan gerakan persaudaraan negara-negara Asia-Afrika
yang kehidupan politiknya tidak terpengaruh oleh Blok Barat maupun Blok Timur.
Selanjutnya gerakan ini memusatkan perjuangannya pada gerakan kemerdekaan
bangsa-bangsa Asia-Afrika dan mencegah perluasan Perang Dingin.
Keterlibatan Indonesia dalam GNB menunjukkan bahwa kehidupan politik Indonesia
di dunia sudah cukup maju.
GNB merupakan gerakan yang bebas mendukung perdamaian dunia dan
kemanusiaan. Bagi RI, GNB merupakan pancaran dan revitalisasi dari UUD1945
baik dalam skala nasional dan internasional.
Besarnya kekuasaan Presiden dalam Pelaksanaan demokrasi terpimpin tampak
dengan:
a. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar
serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memimpin departemen.
b. Pidato presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal 17
Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang bersidang tanggal 23-25 September
1959.
c. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga
lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
d. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti
sebagai presiden seumur hidup.
e. Pidato presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai pedoman
revolusi dan politik luar negeri.
f. Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan,
persaingan di antara TNI dengan Parpol.
g. Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan di
bentuk Komandan Operasi Tertinggi (KOTI).

2. Sistem Ekonomi Demokrasi Terpimpin


Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan
bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan
di pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat.
Langkah yang ditempuh pemerintah untuk menunjang pembangunan ekonomi
adalah sebagai berikut.
1). Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas)
Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka
dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959
dipimpin oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang.
Tugas Depernas :
Mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang
berencana
Menilai Penyelenggaraan Pembangunan
Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun Rancangan
Dasar Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan
tahun 1961-1969 yang disetujui oleh MPRS.
Mengenai masalah pembangunan terutama mengenai perencanaan dan
pembangunan proyek besar dalam bidang industri dan prasarana tidak dapat
berjalan dengan lancar sesuai harapan.
1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden
Sukarno.
Tugas Bappenas adalah
Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahuanan, baik nasional maupun
daerah.
Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan.
Menyiapkan serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS.

2). Penurunan Nilai Uang (Devaluasi)


Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
Tujuan dilakukan Devaluasi :
Guna membendung inflasi yang tetap tinggi
Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.
Maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya
mengenai penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu sebagai berikut.
a. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50
b. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1.000 menjadi Rp. 100
c. Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000
Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan
ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para
pengusaha daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan
keuangan tersebut.
Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi
murah tetapi tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki
uang. Hal ini disebabkan karena :
Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat
pergolakan daerah yang menyebabkan ekspor menurun.
Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh
tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.
Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI sedang
mengeluarkan kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.

3). Kenaikan laju inflasi


Latar Belakang meningkatnya laju inflasi :
Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami
kemerosotan.
Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan.
Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar.
Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada.
Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil.
Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan
keuangan tak memberikan banyak pengaruh.
Penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting bagi kesejahteraan
rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan karena:
Pemerintah tidak mempunyai kemauan politik untuk menahan diri dalam melakukan
pengeluaran.
Pemerintah menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti GANEFO (Games
of the New Emerging Forces ) dan CONEFO (Conference of the New Emerging
Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar pengeluarannya pada
setiap tahunnya.
Dampaknya :
Inflasi semakin bertambah tinggi
Harga-harga semakin bertambah tinggi
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
Kehidupan masyarakat semakin terjerpit
Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus membiayai kekeurangan
neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa.
Ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya devisa.
1965, cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo negatif
sebesar US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-
negara barat.
Kebijakan pemerintah :
Keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini diakhiri pemerintah dengan
pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga menambah berat angka
inflasi.
13 Desember 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi dengan menjadikan
uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1.
Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut :
Uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan
tetapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi
dari uang rupiah baru.
Tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi malahan menyebabkan
meningkatnya angka inflasi.

4). Deklarasi Ekonomi (Dekon)


Latar belakang dikeluarkan Deklarasi Ekonomi adalah karena:
Berbagai peraturan dikeluarkan pemerintah untuk merangsang ekspor (export drive)
mengalami kegagalan, misalnya Sistem Bukti Ekspor (BE)
Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga dari luar negri sehingga
pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat tidak dapat
terlaksana dengan baik. Sehingga pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan
baru guna perbaikan ekonomi secara menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi
(DEKON) dengan 14 peraturan pokoknya. Dekon dinyatakan sebagai strategi dasar
ekonomi Terpimpin Indonesia yang menjadi bagian dari strategi umum revolusi
Indonesia.
Strategi Dekon adalah mensukseskan Pembangunan Sementara Berencana 8
tahun yang polanya telah diserahkan oleh Bappenas tanggal 13 Agustus 1960.
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah
Berdikari yaitu berdiri diatas kaki sendiri.
Tujuan utama dibentuk Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat
nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap
ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
Pelaksanaannya,
Peraturan tersebut tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah inflasi
Dekon mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia
Kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok, tampak dengan adanya kenaikan
harga barang mencapai 400 % pada tahun 1961-1962.
Beban hidup rakyat semakin berat.
Kegagalan Peraturan Pemerintah disebabkan karena:

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Tidak terwujudnya pinjaman dari International Monetary Fund (IMF) sebesar US$
400 juta.
Adanya masalah ekonomi yang muncul karena pemutusan hubungan dengan
Singapura dan Malaysia dalam rangka kasi Dwikora.
Politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara barat semakin memperparah
kemerosotan ekonomi Indonesia.

5). Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri


Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian, sebab kurang lebih
80% penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian tersebut
diekspor untuk memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan untuk mengimpor
berbagai bahan baku/ barang konsumsi yang belum dihasilkan di Indonesia.
Jika Indonesia tidak mampu memperoleh keuntungan maka akan mencari bantuan
berupa kredit luar negeri guna memenuhi biaya import dan memenuhi kebutuhan
masyarakat di dalam negeri. Sehingga Indonesia mampu memeprbesar komoditi
ekspor, dari eksport tersebut maka akan digunakan untuk membayar utang luar
negeri dan untuk kepentingan dalam negeri. Dengan bantuan kredit tersebut
membuka jalan bagi perdagangan dari negara yang memeberikan pinjaman kepada
Indonesia.

6). Kebijakan lain pemerintah


a. Pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan
Operasi (KESOP)
Dikeluarkan peraturan tanggal 17 April 1964 mengenai adanya Komando Tertinggi
Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP) dalam usaha
perdagangan.
b. Peleburan bank-bank negara
Presiden berusaha mempersatukan semua bank negara ke dalam satu bank sentral
sehingga didirikan Bank Tunggal Milik Negara berdasarkan Penpres No. 7 tahun
1965.
Tugas bank tersebut adalah sebagai bank sirkulasi, bank sentral, dan bank umum.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dilakukan peleburan bank-bank negara
seperti Bank Koperasi dan Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara, Bank Tabungan
Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam Bank Indonesia.
Dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan
tugas dan pekerjaan masing-masing.
Tindakan itu menimbulkan spekulasi dan penyelewengan dalam penggunaan uang
negara sebab tidak ada lembaga pengawas.
Kegagalan pemerintah dalam menanggung masalah ekonomi, disebabkan
karena:
a. Semua kegiatan ekonomi terpusat sehingga kegitan ekonomi mengalami
penuruan yang disertai dengan infasi.
b. Masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi diatasi
dengan cara-cara politis.
c. Kemenangan politik diutamakan sedangkan kehidupan ekonomi diabaikan (politik
dikedepankan tanpa memperhatikan ekonomi).
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
d. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangana antara satu
peraturan dengan peraturan yang lainnya.e. Tidak ada ukuran yang objektif untuk
menilai suatu usaha atau hasil dari suatu usaha.
f. Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus.
g. Kebrangkutan tidak dapat dikendalikan, Masyarakat mengalami kesulitan hidup,
kemiskinan, dan kriminalitas.

3. Perjuangan Pembebasan Irian Barat


Ada 3 bentuk perjuangan dalam rangka pembebesan Irian Barat : Diplomasi,
Konfrontasi Politik dan Ekonomi serta Konfrontasi Militer.
1). Perjuangan Diplomasi
Ditempuh guna menunjukkan niat baik Indonesia mandahulukan cara damai
dalam menyelesaikan persengketaan. Perjuangan tersebut dilakukan dengan
perundingan. Jalan diplomasi ini sudah dimulai sejak kabinet Natsir (1950) yang
selanjutnya dijadikan program oleh setiap kabinet. Meskipun selalu mengalami
kegagalan sebab Belanda masih menguasai Irian Barat bahkan secara sepihak
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Kerajaan Belanda.
Perjuangan secara diplomasi ditempuh dengan 2 tahap, yaitu
a. Secara bilateral, melalui perundingan dengan belanda.
Berdasarkan perjanjian KMB masalah Irian Barat akan diselesaikan melalui
perundingan, setahun setelah pengakuan kedaulatan. Pihak Indonesia menganggap
bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat pada waktu yang telah ditentukan.
Sementara Belanda mengartikan perjanjian KMB tersebut bahwa Irian Barat hanya
akan dibicarakan sebatas perundingan saja, bukan diserahkan. Berdasarkan alasan
tersebut maka Belanda mempunyai alasan untuk tetap menguasai Indonesia.
Akhirnya perundingan dengan Belanda inipun mengalami kegagalan.
b. Diplomasi dalam forum PBB,
yaitu dengan membawa masalah Indonesia-Belanda ke sidang PBB. Dilakukan sejak
Kabinet Ali Sastroamijoyo I, Burhanuddin Harahap, hingga Ali Sastroamijoyo II.
Dikarenakan penyelesaian secara diplomatik mengalami kegagalan dan karena
adanya pembatalan Uni Indonesia-Belanda secara sepihak maka Indonesia sejak
1954 melibatkan PBB dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
Dalam sidang PBB Indonesia berupaya meyakinkan bahwa masalah Irian Barat perlu
mendapatkan perhatian Internasional. Alasan Indonesia adalah karena masalah Irian
Barat menunjukkan adanya penindasan suatu bangsa terhadap hak bangsa lain.
Upaya melalui forum PBB pun tidak berhasil karena mereka menganggap masalah
Irian Barat merupakan masalah intern antara Indonesia-Belanda. Negara-negara
barat masih tetap mendukung posisi Belanda. Indonesia justru mendapat dukungan
dari negara-negara peserta KAA di Bandung yang mengakui bahwa Irian Barat
merupakan bagian dari Negara Kesatuan republik Indonesia.
2). Perjuangan Konfrontasi Politik, Ekonomi dan Militer
Karena perjuangan diplomasi baik bilateral maupun dalam forum PBB belum
menunjukkan hasil sehingga Indonesia meningkatkan perjuangannya dalam bentuk
konfrontasi. Konfrontasi dilakukan tetapi tetap saja melanjutkan diplomasi dalam
sidang-sidang PBB. Konfrontasi yang ditempuh yaitu konfrontasi politik dan ekonomi,
serta konfrontasi militer.
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
Konfrontasi militer terpaksa dilakukan setelah Belanda tidak mau berkompromi
dengan Indonesia.
a. Konfrontasi Politik dan Ekonomi
Konfrontasi ekonomi dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap aset-aset dan
kepentingan-kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia. Konfrontasi ekonomi
tersebut sebagai berikut.
1) Tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB, diumumkan
pembatalan utang-utang RI kepada Belanda.
2) Selama tahun 1957 dilakukan :
-Pemogokan buruh di perusahaan-perusahaan Belanda
-Melarang terbitan-terbitan dan film berbahasa Belanda
-Melarang penerbangan kapal-kapal Belanda
-Memboikot kepentingan-kepentingan Belanda di Indonesia

3) Selama tahun 1958-1959 dilakukan :


-Nasionalisasi terhadap ± 700 perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
-Mengalihkan pusat pemasaran komoditi RI dan Rotterdam (Belanda) ke
Bremen,
Jerman.
Konfrontasi Politik dilakukan melalui tindakan sebagai berikut.
1) Tahun 1951, Kabinet Sukiman menyatakan bahwa hubungan Indonesia dengan
Belanda merupakan hubungan bilateral biasa, bukan hubungan Unie-Statuut.
2) Tanggal 3 Mei 1956, pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II, diumumkan
pembatalan semua hasil KMB.
3) Pada tanggal 17 Agustus 1956 dibentuk provinsi Irian Barat dengan ibukotanya
kotanya di Soa Siu (Tidore) dan Zaenal Abidin Syah (Sultan Tidore) sebagai
gubernurnya yang dilantik tanggal 23 September 1956. Provinsi Irian Barat
meliputi : Irian, Tidore, Oba, Weda, Patani, dan Wasile.
4) 18 November 1957 terjadi Rapat umum pembebasan Irian Barat di Jakarta.
5) Tahun 1958, Pemerintah RI menghentikan kegiatan-kegiatan konsuler Belanda
di
Indonesia. Pemecatan semua pekerja warga Belanda di Indonesia
6) Tanggal 8 Februari 1958, dibentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat.
7) Tanggal 17 Agustus 1960 diumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan
Belanda.

b. Konfrontasi Militer
Dampak dari tindakan konfrontasi politik dan ekonomi tersebut maka tahun 1961
dalam Sidang Majelis Umum PBB terjadi perdebatan mengenai masalah Irian Barat.
Diputuskan bahwa Diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker bersedia menjadi
penengah dalam perselisihan antara Indonesia dan Belanda.
Bunker mengajukan usul yang dikenal dengan Rencana Bunker, yaitu :
1. Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada Republik Indonesia.
2. Setelah sekian tahun, rakyat Irian Barat harus diberi kesempatan untuk
menentukan
pendapat apakah tetap dalam negara Republik Indonesia atau memisahkan diri.
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
3. Pelaksanaan penyelesaian masalah Irian Barat akan selesai dalam waktu dua
tahun.
4. Guna menghindari bentrokan fisik antara pihak yang bersengketa, diadakan
pemerintah peralihan di bawah pengawasan PBB selama satu tahun.
Indonesia menyetujui usul itu dengan catatan jangka waktu diperpendek.
Pihak Belanda tidak mengindahkan usul tersebut bahkan mengajukan usul untuk
menyerahkan Irian Barat di bawah pengawasan PBB. Selanjutnya PBB membentuk
negara Papua dalam jangka waktu 16 tahun. Jadi Belanda tetap tidak ingin Irian
Barat menjadi bagian dari Indonesia. Keinginan Belanda tersebut tampak jelas ketika
tanpa persetujuan PBB, Belanda mendirikan negara Papua, lengkap dengan
bendera dan lagu kebangsaan. Tindakan Belanda tersebut tidak melemahkan
semangat bangsa Indonesia. Indonesia menganggap bahwa sudah saatnya
menempuh jalan kekuatan fisik (militer).
Perjuangan melalui jalur militer ditempuh dengan tujuan untuk:
Menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memperjuangankan apa pun yang
memang menjadi haknya.
Menunjukkan kesungguhan dan memperkuat posisi Indonesia.
Menunjukkan sikap tidak kenal menyerah dalam merebut Irian Barat
.
Persiapan pemerintah untuk menggalang kekuatan militer adalah :
Pada Desember 1960, mengirimkan misi ke Uni Soviet untuk membeli senjata dan
perlengkapan perang lainnya. KSAD mengunjungi beberapa negara, seperti India,
Pakistan, tahiland, Filipina, Australia, Selandia Baru, Jerman, Perancis, dan Inggris
untuk menjajaki sikap negara-negara tersebut bila terjadi perang antara Indonesia
dengan Belanda. Tindakan persiapan Indonesia tersebut dianggap oleh Belanda
sebagai upaya untuk melaklukan Agresi. Sehingga Belanda kemudian memperkuat
armada dan angkatan perangnya di Irian Barat dengan mendatangkan kapal induk
Karel Dorman.Maka Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno
mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di Yogyakarta yang telah dirumuskan
oleh Dewan Pertahanan Nasional. Peristiwa ini menandai dimulainya secara resmi
konfrontasi militer terhadap Belanda dalam rangka mengembalikan Irian Barat ke
pangkuan ibu pertiwi.
Isi Trikora adalah sebagai berikut.
1) Gagalkan Pembentukan Negara boneka papua buuatan Belanda
2) Kibarkan Sang merah Putih di Irian Barat, Tanah air Indonesia
3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.
Selanjutnya, diadakan rapat Dewan Pertahanan Nasional dan Gabungan
Kepala Staf serta Komamndo Tertinggi Pembebasan Irian Barat. Keputusan dari
rapat tersebut adalah sebagai berikut.
1).Dibentuk Provinsi Irian Barat gaya baru yang beribu kota di Jayapura(zaman
Belanda
bernama Hollandia) dengan putra Irian sebagai gubernurnya.
2).Tanggal 11 Januari 1962 dibentuk Komando Tertinggi dan Komando Mandala
3).Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makassar yang langsung di bawah

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
ABRI dengan tugas merebut Irian Barat. Tugas Komando Mandala adalah
sebagai
berikut.
a.Menyelenggarakan operasi Militer untuk membebaskan Irian Barat. Operasi
militer
tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu penyusupan (infiltrasi), serangan besar-
besaran (eksploitasi), dan penegakan kekuasaan Republik Indonesia
(Konsolidasi).
b.Menggunakan segenap kekuatan dalam lingkungan Republik Indonesia untuk
membebaskan Irian Barat. Kekuatan itu terdiri atas tentara regulerdan suka
relawan maupun berbagai potensi perlawanan rakyat lainnya
c.Tanggal 13 Januari 1962, Brigadir Jendral Suharto dilantik sebagai Panglima
Mandala dengan pangkat Mayor Jendral, beliau juga merangkap sebagai
Deputi
KSAD untuk wilayah Indonesia bagian timur.
d.Sebelum konsolidasi yang dilakukan oleh Komando Mandala selesai, Tanggal
15
Januari 1962 terjadi pertempuran di Laut Aru. Dalam pertempuran tersebut
Deputi
KSAL Komodor Yos Sudarso gugur.

c. Konfrontasi Total
Sesuai dengan perkembangan situasi Trikora diperjelas dengan Instruksi Panglima
Besar Komodor Tertinggi Pembebasan Irian Barat No.1 kepada Panglima Mandala
yang isinya sebagai berikut.
Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer dengan
tujuan mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia.
Mengembangkan situasi di Provinsi Irian Barat sesuai dengan perjuangan di bidang
diplomasi dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya di Wilayah Irian Barat dapat
secara de facto diciptakan daerah-daerah bebas atau ada unsur kekuasaan/
pemerintah daerah Republik Indonesia.
Strategi yang disusun oleh Panglima Mandala guna melaksanakan instruksi tersebut.
a. Tahap Infiltrasi (penyusupan) (sampai akhir 1962),
yaitu dengan memasukkan 10 kompi di sekitar sasaran-sasaran tertentu untuk
menciptakan daerah bebas de facto yang kuat sehingga sulit dihancurkan oleh
musuh dan mengembangkan pengusaan wilayah dengan membawa serta rakyat
Irian Barat.
b. Tahap Eksploitasi (awal 1963),
yaitu mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan dan menduduki
semua pos-pos pertahanan musuh yang penting.
c. Tahap Konsolidasi (awal 1964),
yaitu dengan menunjukkan kekuasaan dan menegakkan kedaulatan Republik
Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat.
Pelaksanaannya Indonesia menjalankan tahap infiltasi, selanjutnya melaksanakan
operasi Jayawijaya, tetapi sebelum terlaksana pada 18 Agustus 1962 ada sebuah
perintah dari presiden untuk menghentikan tembak-menembak.
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
d. Akhir Konfrontasi
Surat perintah tersebut dikeluarkan setelah ditandatangani persetujuan antara
pemerintah RI dengan kerajaan Belanda mengenai Irian Barat di Markas Besar PBB
di New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang selanjutnya dikenal dengan
Perjanjian New York. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menlu Subandrio sementara
itu Belanda dipimpin oleh Van Royen dan Schuurman. Kesepakatan tersebut berisi.
1) Kekuasaan pemerintah di Irian Barat untuk sementara waktu diserahkan pada
UNTEA(United Nations Temporary Executive Authority)
2) Akan diadakan PERPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) di Irian sebelum
1969.
Untuk menjamin Keamanan di Irian Barat dibentuklah pasukan penjaga perdamaian
PBB yang disebut UNSF (United Nations Security Force) yang dipimpin oleh Brigadir
Jendral Said Udin Khan dari Pakistan.
Berdasarkan Perjanjian New York proses untuk pengembalian Irian Barat ditempuh
melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Antara 1 Oktober -31 Desember 1962 merupakan masa pemerintahan UNTEA
bersama Kerajaan Belanda.
2. Antara 1 Januari 1963- 1 Mei 1963 merupakan masa pemerintahan UNTEA
bersama RI.
3. Sejak 1 Mei 1963, wilayah Irian Barat sepenuhnya berada di bawah kekuasaan
RI.
4. Tahun 1969 akan diadakan act of free choice, yaitu penentuan pendapat rakyat
Penentuan Pendapat rakyat (Perpera) berarti rakyat diberi kesempatan untuk
memilih tetap bergabung dengan Republik Indonesia atau Merdeka.
Perpera mulai dilaksankan pada tanggal 14 Juli 1969 di Merauke sampai dengan 4
Agustus 1969 di Jayapura. Hasil Perpera tersebut adalah mayoritas rakyat Irian
Barat menyatakan tetap berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hasil Perpera selanjutnya dibawa oleh Diplomat PBB, Ortis Sanz (yang
menyaksikan setiap tahap Perpera) untuk dilaporkan dalam sidang Majelis Umum
PBB ke-24.
Tanggal 19 November 1969, Sidang Umum PBB mengesahkan hasil Perpera
tersebut.

1. Lahirnya kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa


peristiwa G30S/PKI ternyata menjadi pemicu aksi protes terhadap
kepemimpinan presiden Soekarno, bahkan di tuduhkan soekarno berada di balik
peristiwa tersebut. Presiden soekarno juga di anggap tidak tegas dalam mengambil
sikap terhadap PKI yang nyata-nyata telah melakukan penghianatan terhadap
bangsa dan negara. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kesatuan-kesatuan
aksi, seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia), KAGI (KesatuanAksi Guru Indonesi), KAWI (Kesatuan
Aksi Wanita Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KABI (Kesatuan
Aksi Buruh Indonesia). Pada tanggal 26 Oktober 1966, berbagai kesatuan aksi
tersebut bersatu dalam barisan Front Pancasila.
Demonstrasi besar-besaran mulai di laksanakan, mereka melakukan aksi

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
mogok kuliah, menghentikan kendaraan di jalan dan corat-coret yang bernada
mengecam kepemimpinan soekarno dan PKI. Pada tanggal 12 Januari 1966 aksi
mahasiswa mengeluarkan tiga tuntunan rakyat yang dikenal dengan Tritura. Adapun
isi tritura adalah sebagai berikut.
a. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
b. Bersihkan kabinet dwikora dari unsur-unsur PKI.
c. Turnkan harga perbaikan ekonomi.
Kabinet Dwikora mengadakan sidang pada tanggal 11 maret 1966 di Istana
Negara untuk membahas tuntunan tersebut. Sidang yang di pimpin oleh Presiden
Soekarno gagal karna adanya laporan bahwa di luar ada pasukan liar yang sudah
mengepung istana. Presiden yang kemudian di ikuti oleh Waperdam Subandrio an
Dr.Chairul Saleh meniggalkan sidang, terbang menuju Istana Bogor. Sidang kabinet
dilanjutkan dan di pimpin oleh Dr. Leiman, tetapi tidak menghasilkan keputusan apa-
apa dan kemudian di tutp oleh pemimpin sidang. Pada sore harinya, mayjen basuki
rahmat, brigjen amir mahmud dan brigjen M. Yusuf atas ijin men/ pangad letjen
soeharto menghadap presiden di Istana Bogor. Ketiga perwira ini menyarankan agar
presiden memberikan wewenang kepada Letjen Soeharto untuk mengambil langkah-
langkah pengamanan dan penerbitan umum. Presiden Soeharto mengadakan
diskusi dengan ketiga Waperdam dan brigjen Sabur (ajudan Presiden). Berdasarkan
hasil diskusi presiden soekarno akhirnya mengeluarkan surat perintah kepada
Men/Pangad Letjen soeharto untuk mengatasi segala ke adaan. Surat itulah
yang dikenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

2. Tindakan lanjut Supersemar


sebagai pemegang supersemar, maka sejenak tanggal 11 maret 1966 Letnan
Jenderal Soeharto telah mempunyai hak dan tanggung jawab terhadap isi
supersemar. Supersemar menjadi landasan yuridis Letnan Jendral Soeharto
(pengemban supersemar) untuk mengambil langkah-langkah di segala bidang demi
keselamatan negara adapun. Adapun langkah-langkah politik yang di ambil Letjen
Soeharto, antara lain.
a. Tanggal 12 maret 1966, membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya dari pusat
sampai daerah.
b. Tanggal 18 maret 1966, mengamankan 15 menteri yang terlibat PKI. Kelima belas
menteri (dalam kabinet Dwikora) tersebut adalah Dr. Subandrio, Dr chairul saleh,
Ir. Setiadi Reksoprodjo, sumardjo, Oei Tju Tat, SH, Ir. Surahman, Yusuf Muda
Dalam , armunanto, Sutomo Martopradoto, A. Astrawinata, SH. Mayjen. Achmadi,
Drs. Achadi, Letkol Sjafei J.K Tumakaka, dan Mayjen. Dr. Sumarno.
c. Tanggal 25 juli 1966, membentuk Kabinet Ampera menggantikan Kabinet Dwikora.
Adapun tugas pokok dari kabinet Ampera di kenal dengan nama Dwidharma yaitu
dalam rangka mewujudkan stabilitas politik dan ekonomi. Dalam melaksanakan
tugas ini maka penjabarannya tertuang dalam Program Kabinet Ampera yang di
kenal dengan nama Catur Karya, meliputi.
1) Memperbaiki perikehidupan rakyat terytama dalam bidang sandang dan
pangan.
2) Melaksanakan Pemilihan Umum paling lambat tanggal 5 Juli 1968.
3) Melaksanakan Politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
nasional
4) Melanjutkan perjuangan anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya.
Dengan terbentuknya Kabinet Ampera timbul dualisme kepemimpinan
nasional. soeharto masih menjadi Presiden Republik Indonesia, sementara Soeharto
menduduki pelaksanaan pemerintahan yang memimpin Kabinet Ampera. Untuk
mengakhiri dualisme ini, Presiden Soekarno menyerahkan kepada Letjen Soeharto.

3. Kepemimpinan nasional
Kendala utama yang dihadapi oleh kabinet Ampera adalah dualisme
kepemimpinan nasional. Pada waktu itu, Presiden Soekarno bertindak sebagai
kepala negara dan kepala Pemerintahan. Sementara itu, Jenderal Soeharto sebagai
pelaksana pemerintahan. Pada tanggal 23 Februari 1967, Presiden Soekarno
mengumumkan penyerahan kekuannya kepada Jenderal Soeharto. Penyerahan
kekuasaan ini kemudian dikukuhkan dengan Tap No. XXXIII/MPRS/1967 dalam
Sidang Istimewa MPRS bulan maret 1967.

Kemudian pada tanggak 27 Maretr 1968 dalam Sidang Umum ke V MPRS,


Soehrto diangkat sebagai Presiden RI berdasarkan Tap MPRS No.
XLIV/MPRS//1968. Soeharto menjabat sebagai sampai dengan terpilihnya Presiden
oleh MPR hasil pemilu berikutnya. Akhirnya, Kabinet Pembangunan I pemerintah
Orde Baru dibentuk pada tanggal 6 Juni 1968. Dengan demikian dimulailah
pembangunan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

4. Peralihan kekuasaan
Pada tanggal 23 Februaari 1967, bertempat di Istana Negara, Jenderal
Soeharto menerima penyerahan pemerintah dari Presiden Soekarno, sebagai
Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/1966. Penyerahan kekuasaan ini di lakukan di
atas prakarsa Presiden Soekarno demi mengatasi politik yang belum stabil.
Penyerahan kekuasaan didasarkan pada Ketetapan MPRS No. XV/1966 yang
menyatakan bahwa apabila presiden berhalangan, maka pemegang Surat Perintah
11 Maret lah yang memegang jabatan Presiden.
Penyerahan kekuasaan dituangkan dalam sebuah Pengemuman Presiden
Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI, tertanggal 20 Februari 1967. Tanggal 4
Maret 1967 Jenderal Soeharto memberikan keterangan atas nama pemerintah di
depan Sidang DPR-GR tentang peristiwa penyerahan kekuasaan merupakan salah
satu upaya mengatasi situasi p[olitik yang sedang terjadi demi keselamatan bangsa
dan negara. Jenderal Soeharto menegaskan bahwa pemerintah tetap m emerlukan
penyelesaian secara konstitusional melalui siding MPRS.
Jenderal Soeharto secara resmi dilantik sebagai pejabat presiden
padatanggal 12 Maret 1967. Pada tanggal 6Juni 1967, Soeharto mengumumkan
susunan kabinet yang disebut Kabinet Pembangunan, sedangkan program kerjanya
disebut Pancakrida.
Perubahan politik mulai terjadi sejak LetnanJenderal Soeharto diberi tugas
membentuk Kabinet Ampera . hal ini merupakan awal terjadinya dualisme
kepemimpinan nasional. Pada awal pembentukan kabinet Presiden Soekarno masih
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
memegang kekuasaan pemerintah dan kepala Negara, namun mulai tanggal 11
Oktober 1966, Presiden Soekarno hanya sebagai kepala Negara dan Letjen
Soeharto sebagai kepala pemerintahan. Sejak dikeluarnya Surat Perintah Sebelas
Maret 1966, tatanan perikehidupan rakyat , bangsa da Negara dilaksanakan atas
dasar kemurnian Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru
memiliki landasan, sebagai berikut:
a. Landasan tetap, terdiri dari:
1).Landasan Idiil: Pancasila
2).Landasan Konstitusional: Undang-Undang Dasar 1945
b. Landasan situasional (operasional): Ketetapan-ketetapan MPRS.
Akhirnya, dengan sikeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 merupakan
tonggak lahirbya Orde Baru.

B. Penataan Kembali Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif


Dalam bidang politik luar negeri, pemerintahan Orde Baru bertekad
menjalankan pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif. Politik luar negeri yang tidak
memihak antara Blok Barat dan Blok Timur serta selalu ikut aktif dalam
mengusahakan perdamaian dunia. Pada masa pemerintahan sebelumnya politik luar
negeri bebas aktif pernah diselewengkan dengan kebijakan condong pada Blok
Timur dan politik konfrontasi. Langkah-langkah kebijakan pemerintahan Orde Baru di
bidang politik luar negeri, antara lain
.
1.Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Mengingat kepentingan nasional semakin mendesak, Indonesia merasa perlu secara
aktif mengambil bagian dalam kegiatan badan-badan internasional. Indonesia
menjadi anggota PB ke-60 pada tanggal 28 September 1950. Banyak manfaat yang
bias didapatkan Indonesia sebagai anggota PBB, termasuk diantaranya:
1). PBB turut berperan dalam penyelesaian konflik Indonesia Belanda selama
perang kemerdekaan, yaitu dengan membentuk Komisi Jasa Baik lewat
KTN dan UNCI.
2). PBB berjasa dalam pembebasan Irian Barat ke pangkuan RI dengan
mengirim UNTEA.
3).PBB banyak memberikan bantuan ekonomi, social dan budaya melalui Organisasi
khususnya, seperti: IMF, FAO, UNESCO dan WHO.
Hubungan Indonesia ketika usul agar Malaysia tidak dimasukkan kedalam
Anggota Tidak tetap DK PBB tidak membuahkan hasil, sehingga pada 7 Januari
1965 keluar dari keanggotaan PBB. Ketika Orde Baru memegang pemerintahan,
DPR-GR mendesak pemerintah supaya Indonesia masuk kembali menjadi anggota
PBB sebelum persidangan umum tahun 1966. Indonesia kembali aktif di PBB pada
tanggal 28 September 1966.
Sejak tahun 1967, politik luar negeri bebas aktif telah diterapkan secara konkret
dalam menanggapi masalah-masalah internasional. Politik luar negeri dilakukan
sesuai dengan maksud dan tujuan Pancasila dan UUD 1945, Keaktifan Indonesia
dalam PBB secara nyata tampak dengan terpilihnya Menteri Luar Negeri, Adam
Malik, menjadi Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.

2.Mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia


Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
Konfrontasi dengan Malaysia terjadi Karena Indonesia menganggap bahwa
Malaysia adalah suatu proyek neokolonialis Inggris yang membahayakan Revolusi
Indonesia dan merupakan pangkalan asing yang ditujukan kepada Indonesia. Hal ini
berarti menentang Indonesia dan menentang New Emerging Forces di Asia
Tenggara. Di samping itu, Indonesia menentang Malaysia yang akan membentuk
Federasi Malaysia.
Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia diselesaikan melalui jalan damai,
yakni jalan diplomasi. Perundingan-perundingan antara Indonesia dan Malaysia terus
dilaksanakan untuk menyelesaikan konfrontasi tersebut. Penyelesaian konfrontasi
Indonesia dengan Malaysia diprakarsai oleh Filipina. Pada tanggal 31 Juli-5 Agustus
1966, ketiga Negara, yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia mengadakan pertemuan
dan menghasilkan tiga dokumen, yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan
Komunike Bersama.
Untuk mempererat hubungan ketiga Negara, dibentuklah forum Maphilindo
(Malaysia, Philippine, Indonesia) yang dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan yang menyangkut kepentingan ketiga Negara. Pihak Indonesia
memanfaatkan forum ini untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya,
terutama konfrontasi dengan Malaysia.
Pada tanggal 11 Agustus 1966, ditandatangani persetujuan normalisasi hubungan
Malaysia-Indonesia. Malaysia diwakili Tun Abdul Razak, Indonesia diwakili Adam
Malik. Persetujuan tersebut merupakan hasil dari perundingan di Bangkok pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1966. Perundingan di Bangkok itu dikenal sebagai
“Persetujuan Bangkok”.
Persetujuan Bangkok mengandung tiga pokok, yakni sebagai berikut.
1) Rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi
keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka di Malaysia
2) Kedua Pemerintah (Malaysia dan Indonesia) menyutujui pemulihan
hubungan diplomatik
3) Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan
Dengan ini berakhirlah politik konfrontasi yang tidak sesuai dengan dasar
politik luar negeri bebas aktif. Politik yang dilaksanakan selanjutnya adalah politik
bertetangga dan bersahabat baik serta hidup berdampingan secara damai.

3. Indonesia menjadi Anggota ASEAN


1). Negara RI dikelilingi Negara-negara tetangga dalam kawasan Asia Tenggara.
Sudah lama `Negara-negara dikawasan ini ingin mengikat rasa setia kawan,
persahabatan dan kerjasama dalam wadah Organisasi Regional.
2). Cita-cita ini terwujud setelah lima negarawan Asia Tenggara berkumpul di
Bangkok, Thailand pada 8 Agustus 1967. Mereka kemudian berhasil
menandatangani

Uji Kompetensi
#. Kerjakan Soal-soal berikut dengan benar
1.Sebutkan sejumlah kesatuan Aksi, yang muncul pada tahun 1966 !

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Jawab: ....
……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
2. Apa dampak yang dirasakan dari peristiwa G. 30 S/PKI ?
Jawab: ....
…………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
3. Apa yang anda ketahui tentang Tri Tura ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
4. Tuliskan isi dari Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) !
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
5. Sebutkan dasar hokum kelahiran Orde Baru !, Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..
C.Langkah Kebijakan di Bidang Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya
1. Menata kehidupan politik berbangsa dan bernegara
Supersemar dapat dikatakan sebagai toggak dalam memasuki era baru
kehidupan berbangsa dan bernegara atau tonggak sejarah lahirnya Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru menjelaskan bahwa tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan Negara yang diletakkan pada Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Letjen Soeharto dalam melaksanakan pemerintahan
Orde Baru berdasarkan pada amanat Supersemar. Untuk itu diperlukan dasar hokum
yang kuat, sehingga makna Supersemar bukan saja kepercayaan dan wewenang
Soekarno kepada Soeharto, tetapi juga sebagai wujud kehendak rakyat. Pada
tanggal 20 Juni 1966 MPRS menyelenggarakan sidang umum, yang menerima dan
menetapkan supersemar dalam salah satu ketetapan, dari 24 ketetapan MPRS yang
dihasilkannya.
Ketetapan MPRS terkait dengan perkembangan politik yang terjadi pada
waktu itu adalah.
a. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 yang memperkuat kebijaksanaan
Presiden/Panglima ABRI/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS Republik
Indonesia yang dituangkan dalam Supersemar dan meninggalkan menjadi
ketetapan MPRS.
b. Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 tentang Pemilihan Umum yang dilaksanakan
secara langsung, umun, bebas, dan rahasia. Pemungutan suara dilaksanakan
selambat-lambatnya tanggal 5 juli 1968.
c. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Penegasan kembali Landasan
Kebijaksanaan Politik Luar Negeri yang aktif. Bertujuan membentuk satu
persahabatan yang baik antara Indonesia dan semua Negara di dunia, terutama
Negara-negara Asia-Afrika atas dasar kerja sama membentuk satu dunia yang
sempurna.

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
d. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang Pembentukan Kabinet Ampera
yang menggantikan Kabinet Dwikora.
e. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis
Indonesia (PKI), pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah RI
dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham
atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.
Dalam siding umum MPRS tanggal 20 juni 1966 Soekarno menyampaikan
pidato pertanggungjawaban yang berjudul “Nawaksara” terkait dengan peristiwa
G30S/PKI. Soekarno menyempurnakan pertanggungjawabannya kepada MPRS
pada tanggal 10 Januari 1966 yang disebut “Pelengkap Nawaksara” Namun MPRS
menolak pertanggungjawaban Soekarno melalui Tap MPRS No. v/mprs/1966.
Karena itu MPRS melaksanakan Sidang Istimewa pada tanggal 7-12 Maret yang
menghasilkan empat ketetapan. yaitu:
a. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan
Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Letnan Jenderal
Soeharto pemegang Tap MPRS No. XI/MPRS/1966 sebagai pejabat Presiden
hingga dipilihnya Presiden oleh MPRS hasil pemilu.
b. Ketetapan MPRS No. XXXI/MPRS/1967 tentang Peninjauan Kembali Tap MPRS
No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Indonesia sebagai Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
c. Ketetapan MPRS No. XXXV/MPRS/1967 tentang Pencabutan Ketetapan
MPRS/1966 tentang Pemimpinan Besar Revolusi.
d. Ketetapan MPRS No. XXXVI/MPRS/1967 tentang Pencabutan Ketetapan MPRS
No. XXVI/MPRS/1966 tentang Pencabutan Panitia Penelitian Ajaran-ajaran
Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Selain itu, pemerintahan Orde Baru juga menerapkan wajibnya Penataran
P-4 bagi warga Negara. Seperti kita ketahui, Pancasila adalah bagian dari sistem
nilai budaya dan filosofis idiil dari bangsa Indonesia. Walaupun Pancasila secara
resmi telah menjadi falsafah bangsa sejak tahun 1945, namun hampir selama tiga
dasawarsa sesudah itu baru ditetapkan secara detail perumusan konsep yang
dikandungnya.
Dalam Pekembangan, muncul berbagai tafsiran terhadap Pancasila.
Berbagai tafsiran tersebut tentu dapat membahayakan kesatuan bangsa dan
Negara. Setidaknya hal itu telah terjadi pada masa Orde Lama hingga munculnya
Tragedi G30S/PKI tahun 1965. Berdasarkan pengalaman sejarah tersebut, maka
Presiden Soeharto dalam berbagai kesempatan menganjurkan agar Pancasila di
satu tafsirkan.
Sebagai tindak lanjut dari anjuran Presiden Seharto tersebut, maka
dibentuklah Panitia Lima. Anggota yang duduk dlam kepanitian itu adalah
Mohammad Hatta (ketua), Mr. Ahmad Subarjo , Prof. Mr. AG. Pringgodigdo, Prof. Mr.
Sunaryo, Mr. AA. Maramis. Panitia Lima bertugas merumuskan tafsiran Pancasila.
Pada tanggal 10 Februri 1975, Panitia ini mengumumkan hasil kerjanya yang di beri
nama “Uraian Pancasila” kepada pers.
Uraian Pancasila kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk dibahas
bersama-sama dengan memerhatikan berbagai masukan dari berbagai pihak.
Hasilnya berupa rumusan yang kemudian diberi nama Eka Prasetya Pancakarsa.
Pada Sidang Umum MPR-RI tanggal 11-23 Maret 1978, pemerintah mengajukkan

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Eka Prasetya Pancakarsa untuk dibahas dan mendapat pengesahan dari MPR.
Akhirnya, MPR dengan Ketetapan Nomor II/MPR/1978 menetapkannya sebagai
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau disingkat P-4.
Orde Baru sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara ingin
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Pancasila
harus menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan system sosial
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Orde Baru menempuh kebijakan
untuk melaksanakan penataran P-4.
Tujuan penataran P-4 atau yang dikenal dengan Eka Prasetya Pancakarsa
adalah manusia Pancasilais. Manusia Pancasilais adalah manusia yang dalam
keadaan apapun secara konsisten dan konsekuen mengamalkan Pancasila.
Konsisten adalah setia kepada apa yang diyakini benar dan adil. Konsekuen adalah
kemampuan menghadapi konsekuensi atau akibat dari sikap laku dengan tabah,
sabar, tawakal, serta bertanggung jawab.
Pada tanggal 1 Oktober 1978, untuk pertama kali Presiden Soeharto
membuka penataran tingkat nasional yang terdiri dari para pejabat tinggi negara.
Mereka ini kemudian menjadi penatar lagi pada penataran berikutnya. Begitulah
seterusnya sampai seluruh pegawai negeri tingkat pusat dan daerah selesai
mendapatkan penataran P-4.
Penataran P-4 tidak saja ditujukan kepada kalangan pegawai negeri sipil,
melainkan juga para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Semua ini
diasumsikan bahwa Pancasila merupakan bagian dari sistem nilai budaya dan
filosofis idiil bangsa Indonesia yang harus dihayati dan diamalkan oleh segenap
rakyat. Pelaksanaan penataran P-4 ini sering disebut dengan reideologi Pancasila.
Akan tetapi, pelakasana reideologi Pancasila, pada perjalanannya menuai
beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan itu muncul disebabkan
adanya ketidaksepakatan beberapa pihak dengan penataran P-4 yang dianggap
sebagai bentuk pengekangan dari kemerdekaan berpikir dan berpendapat, atau
sering disebut dengan tidak demokratis. Sebab, P-4 mengharuskan seseorang
menerima Pancasila secara doktrin dan setiap organisasi yang ada harus menyetujui
dan mencantumkan Pancasila sebagai asas tunggal organisasinya.
Akibat dari semua ini adalah terjadinya penangkapan dan penculikan
terhadap para aktivis baik dari kalangan mahasiswa maupun yang lainnya. Ini terjadi
karena para aktivis tersebut kurang sepakatjika Pancasila dipaksakan ke dalam diri
setiap individu bangsa Indonesia dan melakukan penentangan terhadap kebijakan
Orde Baru tersebut. Para aktivis itu oleh Orde Baru dianggap akan melakukan
makar.
Penangkapan dan penculikan ini ternyata semakin membuat pemerintahan
Orde Baru semakin tidak popular di kalangan para aktivis. Mereka menganggap
pemerintahan berlaku tidak demokratis dan lebih cenderung dictator. Segala bentuk
kritik terhadap pemerintah tidak boleh dilakukan, oposisi ditumpas habis, dan yang
paling mencengangkan dan dianggap sebagai bentuk penekanan yang sadis adalah
peristiwa Petrus (Penembakan Misterius) dan DOM (Daerah Operasi Militer).
Petrus adalah sebuah istilah untuk menyebut pihak yang “diutus” pemerintah
untuk menghabisi nyawa para aktivis yang mengkritik segala kebijakan pemerintah.
Biasanya petrus ini berasal dari diinas intelejen yang mempunyai tugas khusus
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
melakukan penculikan terhadap para aktivis-aktivis yang kritis terhadap pemerintah.
Sedangkan DOM (Daerah Operasi Militer) adalah sebuah istilah untuk menyebut
suatu wilayah tertentu yang diindikasi sebagai pusat gerakan penentang
pemerintah. Aceh adalah wilayah yang menjadi salah satu korban penerapan DOM.
Pada masa Orde Baru, di acehdiberlakukan operasi terhadap warga sipil yang
dilakukan oleh aparat pemerintah untuk mengantisipasi gerakan-gerakan penentang
pemerintah. Kasus DOM oleh sebagian kalangan dinilai sebagai kasus terburuk
pemerintahan Orde Baru, sebab DOM telah memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
DOM telah menjadi teror tersendiri bagi rakyat aceh. Tercatat, ribuan orang
melayang akibat penerapan DOM di Aceh.
Hal tersebut semakin diperkuat dengan penangkapan dan penculikan
terhadap orang-orang yang tidak sepakat dengan segala bentuk kebijakan Orde
Baru. Akibat nyata dari hal tersebut adalah beberapa peristiwa yang pada masa Orde
Baru sengaja tidak pernah diungkit-ungkit seperti Geger Talangsari, Lampung
Berdarah, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Malari, dan Peristiwa Kudatuli. Akhirnya
para aktivis itu pun melakukan gerakan-gerakan di bawah tanah (rahasia) untuk
menjalankan berbagai aktivitasnya. Organisasi-organisasi tersebut akan muncul
sesaat setelah Pemerintah Orde Baru tumbang oleh gerakan Reformasi. Kelak
rakyat akan terkejut dengan kemunculan berbagai organisasi-organisasi baru yang
sebelumnya tidak mereka temui pemerintah Orde Baru, pada umumnya organisasi-
organisasi tersebut memyembunyikan gerakannya dari pemerintah Orde Baru.

3. Politik dalam negeri


Transisi kekuasaan sebagai akibat peristiwa Gerakan 30 September telah
dilalui, dengan tampilnya Soeharto sebagai presiden. Ciri khas pemerintahan yang ia
kembangkan berbeda dengan model pendahulunya. Demi kepentingan
kelangsungan kekuasaan pemerintahannya, Soeharto mulai mengadakan langkah-
langkah rehabilitas dan stabilisasi. Pada tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana
Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I 1969-1974). Konsentrasi
pembangunan lebih diarahkan pada tercapainya perbaikan kehidupan dibidang
ekonomi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan dan konsolidasi di bidang politik
agar tidak mengganggu proses pembangunan. Proses konsolidasi di bidang politik
agar tidak mengganggu pemilu pertama masa Orde Baru.
Pemilihan umum (pemilu) adalah sarana yang digunakan untuk perpindahan
kekuasaan secara damai dan konstitusional bagi sebuah negara demokrasi. Pemilu
pertama pada masa Orde Baru dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971. Asas
pemilihan yang digunakan dalam pemilu tahun 1971 adalah umum, langsung, bebas,
dan rahasia sesuai penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969.
Golakar sebagai pendatang baru dalam perpolitikan nasional langsung dapat
memenangkan pemilu tahun 1971. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Golkar
meraih dukungan rakyat. Pertama, sejak kelahirannya Golkar didukung oleh ABRI
dan birokrasi pemerintahan. Kedua, isu-isu kampanye yang dijual oleh Golkar
berfokus pada upaya pembangunan bangsa. Ketiga, birokrasi pemerintah dan ABRI
saat itu terlibat aktif dalam upaya memenangkan Golkar. Jadi, tidak mengherankan
apabila Golkar dapat meraih suara yang sangat besar.

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Demi kelangsungan kekuasaannya, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
menyederhanakan jumlah partai politik. Salah satu alasan yang digunakan oleh
pemerintah adalah stabilitas politik tidak akan tercapai apabila jumlah partai terlalu
banyak. Oleh karena itu, mulai tahun 1973 sejumlah partai politik islam, yaitu NU,
PSII, Perti, Permusi berfusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada
tanggal 11 Januari 1973 lima buah partai politik, yaitu PNI, Parkindo, IPKI, Partai
Katolik, dan Murba melebur diri menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai ini
berasaskan Pancasila dengan ketua umumnya Moh.Isnaeni. selain kedua partai
tersebut, ada Golongan Karya (Golkar) yang semula bernama Sekretariat Bersama
Golongan Karya. Ketiga kontestan itulah yang boleh mengikuti pemilihan umum yang
diadakan oleh pemerintahan Orde Baru sejak tahun 1971-1997. Bahkan, mulai tahun
1987 seluruh organisasi pemilu harus menggunakan satu-satunya asas yang
diperbolehkan pemerintah, yaitu Pancasila.
No. Kontestan Pemilu Tahun pelaksanaan pemilu
1977 1982 1987 1992 1997
1. Golkar 62,1% 64.3% 73,1% 68,1% 70,2%
2. PPP dan PDI 37,9% 35,7% 26,9% 31,9% 29,8%
Berdasarkan table diatas terlihat bahwa dari pemilu ke pemilu, Golkar mampu
mendominasi perolehan suara. Apa dampak dari fenomena ini? Golkar mampu
menguasai jalur-jalur birokrasi pemerintahan dari level teratas hingga terbawah.
Bahkan, saat itu pemerintahan Orde Baru identik dengan pemerintahan Golkar.
Salah satu buktinya adalah beragam bentuk bantuan dan sumbangan pembangunan
yang diberikan oleh pejabat-pejabat pemerintah selalu atas nama Golkar.
Setelah sukses menata struktur dan kelembagaan politik nasional, praktik
kekuasaan berada di tangan Soeharto sepenuhnya. Ia menjadi operator tunggal
dalam penataan sistem perpolitikan nasional, yaitu sebagai presiden, ketua dewan
Pembina Golakar, dan panglima tertinggi ABRI. Namun, kekuasaan yang tidak
pernah terkontrolitu menjelma menjadi gurita yang mencengkram apa pun yang ada
dihadapannya. Meskipun berhasil membnagun stabilitas politik dan keamanan serta
mampu menekan angka kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan, dan menciptakan
swasembada beras, tetapi kebocoran anggaran pembangunan akibat korupsi telah
meruntuhkan sendi-sendi kehidupan bangsa. Kesenjangan antara kelompok kaya
dan miskin semakin lebar. Selain itu, kehidupan pers dan demokrasi dikekang. Akibat
penyelewengan tersebut, Soeharto mengalami krisis legimitasi a tahun 1998.
Upaya lain yang ditempuh Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaannya
adalah dengan menempatkan peran ganda ABRI atau yang lebih dikenal Dwifungsi
ABRI. Peran ganda tersebut adalah peran hankam (pertahanan dan keamanan)
serta peran sosial. Peran-peran ini dilandasi oleh pemikiran historis bahwa TNI
adalah “tentara pejuang dan pejuang tentara”. Gagasan tentang Dwifungsi ABRI lahir
dari kenyataan sejarah bahwa antara rakyat dan ABRI merupakan kekuatan
terintegrasi. Keduanya merupakan kekuatan yang saling bekerja sama dalam
berjuang untuk mewujudkan Indonesia sebagai Negara merdeka dalam wadah NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Doktrin hankamrata (pertahanan keamanan
rakyat semesta) yang masih dipakai sampai sekarang sangat berhubungan dengan
konsep Dwifungsi ABRI ini.

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Manifesta dari Dwifungsi ABRI ini dapat dilihat dari banyaknya anggota TNI
dan Polri yang menduduki jabatan politik. Sebagai contoh, pada masa Orde Baru
banyak dijumpai jabatan gubernur, walikota, bupati, camat, hingga lurah dijabat oleh
anggota TNI dan Polri. Demikian pula di dalam institusi MPR/DPR, anggota TNI dan
Polri juga mendapatkan jatah kursi melalui pengangkatan. Kebijakan politik Orde
Baru tersebut dilandasi argumentasi bahwa TNI dan Polri memiliki fungsi sebagai
stabilisator dan dinamisator. Alasan lain yang melatarbelakangi kebijakan tersebut
tercantum dalam Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945. Pasal tersebut mengemukakan
bahwa, “Segala warga negara bersama kedudukannya di dalm hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Disamping bidang politik, manifesatasi Dwifungsi ABRI juga diterapkan di
bidang ekonomi. Tidak sedikit para jenderal yang menduduki jabatan-jabatan dalam
suatu perusahaan (BUMN). Banyak di antara panglima tinggi TNI dan Polri yang
menjadi komisaris perusahaan. Berdasarkan realitas pelaksanaan Dwifungsi ABRI
tersebut, maka lahir pemahaman masyarakat di luar lingkungan TNI dan Polri,
bahwqa Dwifungsi ABRI dilihat sebagai sebuah intervensi militer dan legimitasi militer
untuk melakukan control terhadap masyarakat. Di satu sisi implementasi dwifungsi
ABRI ditafsirkan sebagai “dwi kekuasaan” ABRI, sedangkan di sisi lain “dwi
pengabdian” ABRI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Bidang ekonomi
Selama beberapa tahun sebelum Orde Baru keadaan ekonomi telah
mengalami kemerosotan terus-menerus. Pada tahun 1960-1965 harga-harga
meningkat dengan laju inflasi rata-rata 226% setahun. Pada tahun 1966 laju inflasi
itu mencapai puncaknya, yaitu 650% yang diikuti oleh kemerosotan ekonomi di
segala bidang. Demi terealisasikannya stabilitas eknomi maka pemegang
Supersemar melakukan langkah-langkah yang meliputi :
a. Tanggal 11 Agustus 1966, dibentuknya Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional .
b. Tanggal 1 April 1969, dimulai Repelita sebagai langkah pembangunan secara
bertahap dalam jangka waktu lima tahunan.
Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dimulai tanggal 1 April 1969
dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Dasar pertimbangannya adalah 75%
penduduk hidup dari sektor pertanian, 55% produksi nasional dari pertanian dan
lebih dari 60% ekspor berasal dari komoditi pertanian. Adapun sasaran
pembangunan menurut Repelita sebagai berikut :
a. Pangan
b. Sandang
c. Perbaikan prasarana
d. Perumahan rakyat
e. Perluasan lapangan kerja
f. Kesejahteraan rohani
Pelaksanaan pembangunan ini bertumpu pada trilogy pembangunan, yaitu :
a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
c. Stabilitas pembangunan yang sehat dan dinamis
Asas pembangunan yang dilakukan Orde Baru, adalah:
a. asas manfaat,
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
b. asas demokrasi,
c. asas adil dan merata,
d. asas kesadaran,
e. asas usaha bersama dan kekeluargaan,
f. asas perikehidupan dalam keseimbangan, dan
g. asas kepercayaan pada diri sendiri
Adapun modal dasar pembangunan nasional adalah:
a. kemerdekaan dan kedaulatan bangsa,
b. kedudukan geografi,
c. sumber-sumber kekayaan alam,
d. jumlah penduduk
e. modal rohani dan mental,
f. modal budaya,
g. potensi efektif bangsa, dan
h. angkatan bersenjata.
Faktor-faktor dominan yang menggerakkan modal dasar untuk mencapai
pembangunan adalah:
a. faktor demografi dan sosial-budaya;
b. faktor klimatologi;
c. faktor geografi, hidrografi, geologi, dan topografi;
d. faktor flora dan fauna; dan Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia
e. faktor kemungkinan pengembangan.
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Nasional disusun Pola Umum
Pembangunan Jangka Panjang yang meliputi kurun waktu 25-30 tahun.
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 25 tahun pertama dimulai tahun 1969-1994.
Sasaran utama PJP I adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan tercapainya
struktur ekonomi yang seimbang antara industry dan pertanian.
Selain jangka panjang ada juga yang berjangka pendek, yaitu setiap tahan
berjangka waktu lima tahun. Tujuan pembangunan dalam setiap pelita adalah
pertanian, yaitu meningkatnya penghasilan produsen pertanian sehingga mereka
mampu untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari yang dihasilkan oleh sektor
industri. Sampai tahun 1999, Pelita di Indonesia sudah dilaksanakan sebanyak 6 kali.
a. Pelita I ( 1 April 1969-31 Maret 1974 ), bertujuan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dengan meletakkan landasan yang kuat
untuk tahap pembngunan berikutnya. Diprioritaskan pada sektor pertanian dan
industri yang menunjang sektor pertanian.
b. Pelita II ( 1 April 1974-31 Maret 1974 ), diprioritaskan pada pembangauna
ekonomi dengan titik berat pembangunan sektor pertanian dan peningkatan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
c. Pelita III ( 1 April 979-31 Maret 1984 ), tujuannya meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan
meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya.
Diprioritaskan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat pembangunan
sektor pertanian menuju swasembada pangan dengan meningkatkan sektor
industri yang mengolola bahan mentah menjadi bahan baku dan barang jadi
dalam rangka menyeimbangkan struktur ekonomi Indonesia.

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
d. Pelita IV ( 1 April 1984-31 Maret 1989 ), diprioritaskan pad pembangunan
ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan
swasembada pangan, meningkatakan industri yang menghasilkan mesin-mesin
untuk industri berat dan ringan.
e. Pelita V ( 1 April 1989-31 Maret 1994 ), diprioritaskan pada bidang ekonomi
dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada
pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian serta sektor industri,
khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, banyak menyerap tenaga
kerja, pengolahan hasil pertanian, dan yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri.
f. Pelita VI ( 1 April 199-31 Maret 1999 ). Sektor pertanian selalu menjadi prioritas
dalam setiap Pelita, sebab sektor pertanian memberikn sumbangan devisa
terbesar dan mayoritas rakyat Indonesia hidup dari sektor pertanian,
Dalam membiayai pelaksanaan pembangunan, tentu dibutuhkan dana yang
besar. Di samping mengandalkan devisa dari ekspor nonmigas, pemerintah juga
mencari bantuan kredit luar negeri. Dalam hal ini, badan keuangan internasional IMF
berperan penting. Dengan adanya pembangunan tersebut, perekonomian Indonesia
mencapai kemajuan. Meskipun demikian, laju pertumbuhan ekonomi yang cukup
besar hanya dinikmati para pengusaha besar yang dekat dengan penguasa.
Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan pemerataan dan landasan ekonomi
yang mantap sehingga ketika terjadi krisis ekonomi dunia sekitar tahun 1997,
Indonesia tidak mampu bertahan sebab ekonomi Indonesia dibangun dalam fondasi
yang rapuh. Bantuan IMF ternyata tidak mampu membangkitkan perekonomian
nasional. Hal inilah yang menjadi salah satu factor penyebab runtuhnya
pemerintahan Orde Baru tahun 1998.

5. Bidang sosial-budaya
Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk
mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan social-budaya, masyarakat dapat
digamabarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan
penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan
menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia
mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an
harapan hidup lebih dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian
bayi menurun dari 142 untuk setiap 1.000 kelahiaran hidup. Dalam himpunan Tap
MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas pendidikan dasar sudah semakin
merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat menampung
sekitar 41% dari seluruh anak yang berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar
yang telah dibangun dipelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia
yang berusia sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju
pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan dating. Sementara itu,
jumlah rakyat yang masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971
menjadi 17% ditahun 1990-an.
Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat
pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruha angkatan
kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah yang tidak atau

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
belum pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%. Dalm kurun waktu yang sama
angkatan kerja yang berpendidikan SMTA ke atas adalah meningkat dari 2,8% dari
seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu angkatan kerja akan
mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan di waktu-waktu yang akan
datang.
Kebhinekaan Indonesia dari berbagai hal ( suku, agama, ras, budaya,
antargolongan,dan sebagainya) yang mempunyai peluang tinggi akan terjadi konflik,
maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan terkait dengan pemahaman dan
pengalaman terhadap dasar Negara pancasila. Berdasarkan Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa). Dengan pancasila akan dapat
meberikan kekuatan, jiwa kepada bengsa Indonesia serta membimbing dalam
menjalani kehidupan lahir dan batin yang makin baik menuju masyarakat yang adil
dan makmur. Dengan penghayatan terhadap Pancasila oleh manusia Indonesia,
maka Pancasila akan selalu tercermin dalam kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi penuntun
dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk
melaksanakannya maka dilakukan penataran-penataran baik melalui cara-cara
formal, maupun nonformal sehingga ditradisikan sebagai gerakan budaya.

Uji
Uji Kompetensi
Kompetensi

A. Kerjakan Soal-soal berikut dengan benar


1.Jelaskan Kebijakan Pemerintah Orde Baru !
Jawab: ....
……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
2. Apa langkah yang diambil Pemerintah, dalam menata kehidupan Politik awal
Orde Baru ? Jawab: ....
…………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
3. Apa yang anda ketahui tentang Modal dasar Pembangunan Nasional ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
4. Bagaimana menurut anda, Pelaksanaan Pelita di Indonesia selama Orde Baru ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
5. Apa yang anda ketahui, tentang Eka Prasetya Panca Karsa ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..

B. Kerjakan Soal-soal berikut dengan benar


Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
1. Sebutkan peristiwa yang melibatkan orde baru yang mensinyalir melanggar HAM !
Jawab…………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan yang dimaksud dengan manusia pancasialis !
Jawab…………………………………………………………………………………………
3. Pada tanggal berapakah dibuka pertamakali penataran P-4 !
Jawab…………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan akibat dari penerapan reideologi pancasila oleh horde baru !
Jawab…………………………………………………………………………………………
5. Mengapa pelaksanaan reidologi pancasila banyak ditentang oleh kalangan aktivis
?
Jawab…………………………………………………………………………………………

D. Proses menguatnya peran Negara pada masa Orde Baru


Sejak Orde Baru berkuasa telah banyak perubahan yang dicapai oleh
bangsa Indonesia, langkah yang dilakukannya adalah menciptakan stabilitas
ekonomi politik. Tujuan perjuangannya adalah menegakkan tata kehidupan negara
yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.
Kabinet yang pertamakali dibentuk adalah Kabinet AMPERA dengan tugas
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan
pembangunan nasional yang disebut DWI DHARMA KABINET AMPERA. Adapun
programnya antara lain :

a. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan


b. Melaksanakan Pemilu
c. Melaksanakan Politik Luar Negeri yang Bebas dan Aktif
d. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk.
Keempat program ini disebut dengan Catur Karya Kabinet Ampera.

E. Proses pertumbuhan dan mobilitas penduduk masa Orde Baru


a. Pertumbuhan dan mobilitas penduduk
Menurut Edward Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya
interaksi kota, yaitu :
1. Adanya wilayah yang saling melengkapi
2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi
3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang
Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk
dapat diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun
geografis. Hubungan timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota
dengan desa dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi
aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Gejala ini dapat bersifat positif ataupun
negatif bagi desa dan kota.

b. Pusat-Pusat pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru


Untuk mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia
terdapat 2 teori yaitu :
1. Teori Tempat Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller
Bahwa Pusat lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
berada di suatu tempat sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia
dengan jumlah yang maksimum.Tempat sentral itu berupa ibukota kabupaten,
kecamatan, propinsi ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik sentral memiliki
daya tarik terhadap penduduk untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang
berbeda.
2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux
Bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi
muncul pada tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda.
Kawasan yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-
kutub pertumbuhan. Dari kutub inilah proses pembangunan menyebarke wilayah-
wilayah lain di sekitarnya.
c. Faktor penyebab suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan
Suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal
antara lain :
1. Kondisi fisik wilayah
2. Kekayaan sumber daya alam
3. Sarana dan prasarana transportasi
4. Adanya industri

B. DAMPAK REVOLUSI HIJAU DAN INDUSTRIALISASI TERHADAP


PERUBAHAN TEKNLOGI DAN LINGKUNGAN DI BERBAGAI DAERAH PADA
MASA ORDE BARU
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18
dapat dilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada
masa sekarang ini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi
perbedaan makin besar dalam taraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan
perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk.
Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi
dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi.
Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian,
perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada
yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu perubahan
secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan
peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam
System pertanian pada abad sekarang.
Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam
dari cara tradisional ke cara modern .Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang
dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika.
Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766–
1834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan
bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia.
Di Meksiko pada tahun 1944 didirikan sebuah pusat penelitian benih jagung
dan gandum. Pusat penelitian ini mendapat bimbingan langsung dari Rockefeller
Foundation. Hanya dalam beberapa tahun, para peneliti di lembaga tersebut
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
berhasil menemukan beberapa varietas baru yang hasilnya jauh di atas rata-rata
hasil varietas lokal Meksiko.Diilhami oleh kesuksesan hasil penelitian di Meksiko,
pada tahun 1962 Rockefeller Foundation bekerja sama dengan Ford Foundation
mendirikan sebuah badan penelitian untuk tanaman padi di Filipina. Badan penelitian
ini dinamakan International Rice Research Institute (IRRI) yang bertempat di Los
Banos, Filipina. Pusat penelitian ini ternyata juga menghasilkan suatu varietas
padi baru yang hasilnya jauh melebihirata-rata hasil varietas lokal di Asia.
Salah satu hal yang cukup berhasil dicapai oleh orde baru dengan program-program
nya adalah revolusi hijau.dengan revolusi hijau maka Indonesia menjelma sebagi
Negara besar yang mampu berswasembada pangan pada masa ini.seperti apa
revolusi hijau yang dilaksanakan di Indonesia? Berikut penjelasannya

1.Pengertian Revolusi Hijau di Indonesia


Revulusi Hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa
benih unggul baru dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat
hasil panen komoditas tersebut meningkat di negara-negara berkembang, atau
Perubahan secara cepat yang menyangkut masalah pembaharuan teknologi
pertanian dan peningkatan produksi pertanian, atau Perubahan cara bercocok tanam
dari cara tradisional ke cara modern
· Tokoh Revolusi Hijau adalah Thomas Robert Malthus. Menurutnya,
pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan peningkatan hasil pertanian
Revolusi Hijau di dasari oleh adanya masalah yang di akibatkan pertambahan jumlah
penduduk yang pesat, yaitu bagaimana mengupayakan peningkatan hasil produksi
pertanian. Peningkatan jumlah penduduk harus di imbangi dengan peningkatan
produksi pertanian. Jika tidak maka akan menyebabkan angka mobilitas semakin
tinggi. Perang Dunia II telah menghancurkan banyak lahan pertanian di negara-
negara di Eropa. Hal itu tentu saja mengancam produksi pangan dunia. Untuk
mengatasi masalah tersebut, para pengusaha Amerika berupaya mengembangkan
pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan dengan melaksanakan penelitian.
Pelaksanaan penelitian di sponsori oleh Ford dan Rockefeller Foundation. Penelitian
di lakukan di beberapa negara berkembang seperti Meksiko, Filipina, India, dan
Pakistan . Dalam penelitian itu mereka mencari berbagai varietas tanaman penghasil
biji-bijian, terutama beras dan gandum yang di produksi dalam jumlah yang sangat
besar, di samping itu perkembangan teknologi alat pertanian mempengaruhi
perkembangan Revolusi Hijau. Pengguan alat-alat pertanian modern, seperti mesin,
bajak, alat penyemprot hama dan mesin penggiling padi merupakan salah satu faktor
dalam menigkatkan produksi pertanian.
Perkembangan Revolusi Hijau selanjutnya terjadi pada pasca Perang Dunia
II. Revolusi terjadi akibat langkanya atau hancurnya daerah-daerah pertanian,
terutama di Eropa. Hancurnya daerah-daerah pertanian, menyebabkan menurunnya
produksi pertanian, oleh sebab itu berbagai upaya untuk meningkatkan produksi
pertanian terus di galakkan melalui :
a. Pembukaan lahan-lahan baru
b. Mekanisasi pertanian
c. Penggunaan pupuk baru
d. Mencari metode yang tepat untuk memberantas hama tanaman
Revolusi Hijau telah membawa perubahan pada beberapa negara secara
menakjubkan, seperti yang terjadi di India, Filipina, atau negara-negara lainnya. India
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
telah berhasil melipatgandakan panen dan gandumnya dalam waktu enam tahun dan
menjelang awal tahun 1970 sudah hampir dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Filipina mengakhiri setengah abad ketergantungannya pada beras impor dan pada
akhir tahun 1960-an menjadi eksportir beras yang penting. Hal ini semua telah
menimbulkan optimis bahwa Revolusi Hijau dapat menghasilkan cukup banyak
pangan di dunia untuk memberi makan kepada penduudk sampai waktu yang lebih
lama. Upaya yang di tempuh dalam Revolusi Hijau itu mendapat sambutan baik dari
para petani, terutama para petani dari negara-negara berkembang. Hal ini di
sebabkan telah terbukti bahwa hasil pertanian mengalami peningkatan yang drastis
dalam kurun waktu 1967-1970. Produksi hasil pertanian di India dan Pakistan
mengalami peningkatan yang luar biasa. Harapan masa depan petani mulai tampak
cerah dengan hasil pertanian yang begitu melimpah. Hal itu tidak terlepas dari
kemajuan atau perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Lembaga
penelitian seperti International Rice Reserch Institute (IRRI) di Filipina telah berhasil
mengembangankan bibit unggul padi yang baru dan sangat produktif yang di kenal
dengan nama IR-8 atau padi ajaib. Bibit baru itu dengan di topang oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan petani-petani di kawasan Asia
Tenggara untuk melipatgandakan hasil pertaniannya. Melihat kenyaaan itu, sejak
tahun 1970 dunia memperhatikan berbagai usaha untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian. Usaha itu diawali dengan pembentukan Konsultative Group For
International Agricultiral Reset (CGIAR). Pembentukan CGIAR ini bertujuan untuk
memberikan kepada berbagai pusat penelitian International seperti Iternational Rice
Reserch Institute di Filipina dan Internatioanal Maize Wheat Improvement Center
(IMWIC) di Meksiko.

2.Revolusi Hijau Di Indonesia


Sebagian besar kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia berciri agraris.oleh
karena itu, pertanian pertanian menjadi sector yang sangat penting dalam
peningkatan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.hal tersebut
didasari oleh :
a. Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat
b. Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah,dan
c. Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk
Berdasarkan kondisi tersebut ,pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan
produksi pertanian dengan berbagai cara ,baik melalui usaha ekstenfikasi maupun
intensifikasi pertanian.ekstenfikasi pertanian dilakukan dengan cara memperluas
areal pertanian,sedangkan intensifikasi dibidang pertanian dilakukan dengan cara
penyuluhan penelitian dan pencarian bibit unggul.berbagai macam penelitian yang
dilakukan diindonesia bertujuan untuk mendapatkan varietas tanaman oertanian
yang unggul yang sesua dengan kondisi alam Indonesia.
Disamping melakukan penelitian dengan penanaman varietas-varietas
unggul,penelitian juga diikuti dengan pengolahan lahan-lahan pertanian atau
perluasan lahan pertanian.
a. Keuntungan revolusi hijau:
1). Munculnya tanaman jenis unggul
2). Meningkatkan pendapatan petani
3). Pertumbuhan ekonomi meningkat

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
· 4). Adanya kesadaran petani akan pentingnya teknologi
b.Upaya Yang Dilakukan Pemerintah di bidang Pertanian:
· 1) Intensifikasi Pertanian; Peningkatan hasil pertanian melalui program kegiatan
Pancausaha Tani :
1. Penggunaan Bibit Unggul
2. Pengolahan tanah yang baik
3. Irigasi yang teratur
4. Penggunaan pupuk secara teratur
5. Pemberantasan Hama yang intensif

· 2). Ekstensifikasi Pertanian;Peningkatan hasil pertanian melalui program kegiatan


dengan cara memperluas lahan pertanian (membuka lahan baru)

· 3). Diversifikasi Pertanian; Peningkatan hasil pertanian dengan cara


memperbanyak keanekaragaman jenis tanaman pada satu lahan pertanian
melalui sistem tumpang sari.

· 4). Rehabilitasi Pertanian; Peningkatan hasil pertanian dengan cara memperbaiki/


mengganti jenis tanaman yang lebih produktif. Atau
merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis,
yang membahayakan kondisi lingkungan dengan maksud untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

5). Mekanisasi Pertanian; Peningkatan hasil pertanian dengan cara menggunakan


teknologi/ mesin-mesin produksi
c. Industri Pertanian meliputi :
1) Industri Pengolahan hasil Perkebunan (minyak kelapa,karet)
2) Industri pengolahan hasil hutan (Pengolahan kayu)
3) Industri pupuk

3. Industriliasasi pada Masa Orde Baru


a. Mengembangkan jaringan informasi, komunikasi, dan transportasi
b. Mengembangkan industri pertanian
c. Mengembangkan industri minyak dan gas bumi
d. Industri galangan kapal Industri pesawat

Industri Non Pertanian meliputi :


1. Industri semen,
2. Industri baja,
3. elektonika,
4. kapal laut
5. kendaraan bermotor

4. Dampak Revolusi Hijau


a. Dampak positip
1).Revolusi hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada
umumnya akan pentingnya teknologi.Dalam hal ini ,terkandung pandangan atau
harapan bahwa dengan masuknya petani k dalam arus utama kehidupan ekonomi
(petani) dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejaterah.
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
2).Revolusi hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil
melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meninggkat pula di
masyarakat .Revolusi hijau di indonesia diformulasikan dengan konsep
pancausaha Tani yaitu:Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varietas
unggul, Pemupukan yang teratur, Pengairan yang cukup, Pemberantasan hama
secara intensif,dan Teknik penanaman yang lebih teratur.
b.Dampak negatif
1).Sistem bagi hasil mengalami perubahan .sistem panen secara bersama-sama
pada masa sebelumnya mulai d geser oleh sistem upah .Pembeli memborong
seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja .akibatnya
,kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang
2).Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah
pedesaan makin kuat
3).Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus d tanggung petani.
4).Peningkatan produksi pangan tidak di ikuti oleh pendapatan petani secara
keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani
kaya
Perkembangan revolusi hijau di indonesia mengalami pasang surut karena
faktor alam ataupun kerusakan ekologi.hal ini tentu saja memengaruhi persediaan
beras nasional .Pada tahun 1972 ,produksi beras indonesia terancam oleh musim
kering yang panjang .Usaha peningkatan produksi beras nasional sekali lagi
terganggu karena serangan hama dengan mencakup wilaya yang sangat luas pada
tahun 1977.Produksi pangan mengalami kenaikan ketika program intensifikasi
khusus (insus) dilaksanakan pada tahun 1980c.Hasilnya ,indonesia mampu mecapai
tingkat swasembada beras dan berhenti mengimpor beras pada tahun
1984.Padahal, pda tahun 1977 dan 1979 indonesia merupakan pengimpor beras
terbesar di dunia . Selain memanfaatkan jenis padi baru yang unggul peningkatan
produksi beras di indonesia di dukung oleh penggunaan pupuk kimia ,mekanisasi
pengolahan tanah,pola tanam pengembangan teknologi pascapanen,penggunaan
bahan kimia untuk membasmi hama pengganggu ,pencetakan sawah baru ,dan
perbaikan serta pembangunan sarana dan prasarana irigasi .Selain kebijakan
intensifikasi ,indonesia juga melakukan pencetakan sawah baru,sampai tahun 1985
sudah terdapat 4,23 juta hektar sawah beirigasi terutaman di jawa,bali dan nusa
tenggara barat di bandingkan sekitar 1,8 juta hektar pada tahun 1964.Selama empat
pelita , telah di bangun dan di perbaiki sekitar 8,3 juta hektar sawah beririgasi.
Dengan demikian Revolusi hijau memberikan pengaruh yang positif dalam
pengadaan pangan .sejak tahun 1950 indonesia masuk menjadi anggota FAO (Food
and Agricultur)

5.Perubahan Sosial- Ekonomi Masyarakat Indonesia


a. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia relatif telah mengalami
perubahan dan kemajuan
b. Pembangunan ekonomi masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan Orde
Baru pada awalnya telah menghasilkan kemajuan- kemajuan serta meningkatkan
kesejateraan kehidupan rakyat

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Revolusi Hijau merupakan salah satu bentuk keberhasilan Orde Baru dalam
bidang teknologi pertanian. Hal ini bisa menjadi wajar adanya, sebab tanah di
Indonesia memang tanah yang subur dan sangat cocok untuk pertanian. Namun
beberapa tahun belakangan Indonesia tidak lagi menjadi Negara yang melakukan
swasembada beras. Menurut Anda apa yang menyebabkan semua ini? Jelaskan
menurut pendapat Anda disertai dengan alasannya!

F.Berakhirnya pemerintahan orde baru


Keberhasilan pemrintahan orde baru dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi, harus diakui sebagai suatu prestasi besar bagi indonesia. Indikasi
keberhasilan itu antara lain tingkat GNP(gross national product) paada tahun1997
mencapai US$ 1200 dengan pertumbuhanekonomi sebesar 7% dan inflasi di bawah
3%. Ditambah lagi dengan meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastuktur
yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat indonesia.
Namun keberhasilan ekonomi maupun infrastuktur orde baru ternyata kurang
diimbangi dengan pembangunan mental (character bnailding) para pelaksana
pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi
(pengusaha/konglomerat). Klimaksnya, pada pertengahan tahun 1997 korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) yang sudah menjadi budaya (bagi para pengusaha, aparat,
dan pengusaha). Utang luar negeri indonesia mencapai 137 miliar dollar amerika
serikat. Utang swasta sebesar 63% dan BUMN/pemerintah 37%.

1.Kondisi kehidupan bangsa menjelang mundurnya Presiden Soeharto


Orde Baru yang muncul sebagai penyelamat negara setelah adanya krisis
multidimensional pada masa Orde Lama, ternyata berakhir pula dengan adanya
krisis multidimensional. Krisis multidimensional adalah krisis yang terjadi dalam
sebuah Negara yang meliputi berbagai bidang, yaitu ekonomi dan moneter, politik,
dan sosial. Adapun krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia tidak di bidang
ekonomi saja, melainkan juga krisis politik, kepemimpinan, peran militer, dan peran
masyarakat. Krisis moneter yang melanda Indonesia bermula dari krisis moneter
yang melanda Thailand pada awal Juli 1997 yang akhirnya mengakibatkan
kemerosotan nilai tukar terhadap mata uang asing yang diikuti dengan melesunya
perekonomian Indonesia, peningkatan jumlah pengangguran, dan kelangkaan badan
kebutuhan pokok. Perekonomian Indonesia kacau, harga- harga barang melambung
tinggi, meningkatnya pemutusan hubungan kerja, dan lapangan kerja sempit.
Untuk mengulangi krisis moneter dan mengurangi beban anggaran Negara,
pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Hal ini secara otomatis
mengakibatkan kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok. Dengan dipelopori
para mahasiswa, masyarakat melakukan protes dan demonstrasi untuk menuntut
perubahan secara fundamental dalam pemerintahan.
Sementara itu, dalam bidang politik juga mengalami gejolak. Menjelang
pemilu tahun 1997 mulai muncul aksi-aksi unjuk rasa dari mahasiswa. Mereka
berusaha menyalurkan aspirasinya agar tidak lagi memilih Soeharto sebagai
presiden mendatang. Namun, para elit politik yang duduk di MPR tidak

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
memerhatikan aspirasi rakyat dan mahasiswa. Meraka tetap mencalonkan Soeharto.
Pada tanggal 16 Januari 1998, aksi keperihatinan yang melibatkan lebih dari
500 mahasiswa digelar di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka
menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan krisis moneter dan penurunan
harga-harga. Garis besar dari tema yang dituntut mahasiswa dalam aksi-aksinya di
kampus-kampus di berbagai kota adalah turunkan harga-harga khususnya harga
Sembilan harga pokok (sembako), hapuskan monopoli dan KKN (Korupsi,Kolusi dan
Nepotisme), serta suksesi kepemimpinan nasional.
Aksi-aksi mahasiswa semakin meningkat intensitasnya ketika Soeharto
terpilih kembali sebagai presiden untuk ketujuh kalinya (masa bakti 1998-2003).
Pada tanggal 11 Maret 1998 mahasiswa menuntut agar presiden Soeharto mundur
dari jabatannya dan kalimat “turunkan harga” juga diartikan “turunkan Harto dan
keluarga”. Amarah para mahasiswa terhadap presiden Soeharto semakin memuncak
ketika dalam susunan personil Kabinet Pembangunan VII yang diumumkan Presiden
Soeharto terdapat nama Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) dan Mohammad “Bob”
Hasan, yaitu putrid sulung dan kroni Presiden Soeharto. Sejak saat itulah, di
Indonesia muncul gerakan reformasi.

2. Berbagai peristiwa yang menjadi sebab Soeharto dituntut mundur


a. Dominasi Golongan Karya dalam perpolitikan nasional
Pemilu dimaksudkan untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, menyalurkan
aspirasi warga negara, dan sebagai sarana menegakkan demokrasi. Pada masa
Orde Baru telah berlangsung enam kali pemilihan umum, yaitu pada tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Khusus pemili 1971 diikuti oleh sepuluh
organisasi peserta pemilu. Pemili-pemilu selanjutnya mengikutsertakan kontestan
pemilu dua partai polotik (Partai Persatuan Pembangunan dan Partai demokrasi
Indonesia) dan Golkar (Golongan Karya ). Dari keseluruhan pemilu yang
dilaksanakan, Golkar selalu berhasil mendominasi. Hal itu dapat dicapai karena
semua elemen pemerintah ( pegawai negeri) diharuskan memberikan suaranya
kepada Golkar. Bahkan, sejak pertenganhan tahun 1996 pemerintah berusaha
menjadikan golkar sebagai single majority (mayoritas tunggal). Keadaan ini semakin
diperparah dengan kemenangan golkar yang hampir mutlak pada tahun 1997.

b. Tidak meratanya hasil-hasil pembangunan


Bagaimana cara pemerintah dalam meratakan hasil-hasil pembangunan?
Pemerintah Orde Baru lebih banyak memusatkan pembangunannya di Pulau Jawa.
Sementara daerah di luar pulau Jawa kurang mendapatkan perhatian.
Pembangunan hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat. Beberapa ada
daerah tetap miskin meskipun daerah di luar Jawa tersebut menjadi penyumbang
devisa yang besar. Contoh daerah-daerah ini antara lain Kalimantan Timur, Riau,
Papua, dan Nangroe aceh Darussalam.

c. Munculnya krisis ekonomi


Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dipicu dengan munculnya
krisis keuangan. Awal terjadinya krisis dimulai dengan jatuhnya nilai tukar baht (mata
uang Thailand) terhadap dolar Amerika. Penurunan nilai kurs ini menyebabkan nilai

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
utang luar negeri yang sudah jatuh tempo membengkak. Jatunya nilai kurs baht
tersebut selanjutnta melanda di seluruh kawasan asia tenggara, termasuk Indonesia.

d. Rapuhnya system kekuasaan Orde Baru


Orde Baru mendapatkan pola kekuasaan yang sentralistik-militeristik. Hal itu
dilakukan untuk menjaga status quo pemerintah sehingga seluruh unsur-unsur
masyarakat dan bangsa sangat tergantung kepada negara. Akibat penerapan sistem
ini, kemampuan unsur-unsur masyarakat dan bangsa diabaikan. Penerapan pola ini
menyuburkan hubungan-hubungan yang tidak wajar dalam perilaku politik, ekonomi,
sosial, serta budaya dalam masyarakat dan negara. Pola parternalistik biasanya
menyuburkan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sementara itu hubungan yang
berpangkal pada satu figur kekuasaan (presiden) menimbulkan penilaian bahwa
presiden merupakan pencerminan darim sistemitu sendiri. Namun, pada
kenyataanya hal itu berlaku di Indonesia. Padahal kemungkinan besar apabila figur
tunggal kekuasaan itu jatuh, sistem itu akan jatuh mengikutinya pula. Hal itu terbukti
dengan kasus di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru.

3. Detik-detik mundurnya Presiden soeharto beserta alasan-alasannya


a. Demonstrasi mahasiswa
Desakan atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional dilakukan
mahasiswa dan kelompok proreformasi. Pada tanggal 7 mei 1998 terjadi
demonstrasi mahasiswa di Universitas Jayabaya,Jakarta. Demonstrasi ini berakhir
bentrok dengan aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Sehari kemudian
pada tanggal 8 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan
sekitarnya). Demonstrasi ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan
seorang mahasiswa bernama mozes gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden soeharto
berangkat ke Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri G-15.

b. Peristiwa Trisakti
Tuntutan agar Presiden soeharto mundur semakin kecang disuarakan mahasiswa di
berbagai tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan bentrokan dengan aparat
keamanan. Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Trisakti, Jakarta tewas
tertembak peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntut soeharto mundur.
Mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hertanto, Hendriawan, dan Hafidhin
royan. Peristiwa trisakti mengundang simpati tokoh reformasi dan mahasiswa
Indonesia.

c. Kerusuhan Mei 1998


Penembakan aparat di Universitas trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar.
Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di
Jakarta dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat
kepulangannya dari Mesir sementara itu,tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi
mahasiswa semakin muluas.Bahkan,para demonstran mulai menduduki gedung-
gedung pemerintah di pusat dan daerah.

d. Pendudukan gedung MPR/DPR

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40
Mahasiswa jakarta menjadikan gedung DPR/mpr sebagai pusat gerakan yang relatif
aman.Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat.Bahkan,mereka
menduduki atap atap gedung tersebut.Mereka berupaya menemui pimpinan
MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas.Akhirnya,tanggal 18 Mei 1998 ketua
MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai
presiden.Pernyataan Harmoko itu kemudian dibantuoleh pangab jendral TNI Wiranto
dan mengatakannya sebagai pendapat pribadi.Untuk mengatasi keadan,Presiden
Soeharto menjanjikan akan mempercepat pemilu.Hal ini dinyatakan setelah Presiden
Soeharto mengundang beberapa tokoh masyarakat seperta Nurcholis Madjid dan
Abdurrahman Wahid ke istana Negara pada tanggal 19 Mei 1998.Akan tetapi,upaya
ini tidak mendapat sambutan rakyat.

e. Pembatalan apel kebangkitan nasional


Momentum hari kebangtian Nasional 20 Mei 1998 rencananya digunakan tokoh
reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas.Akan
tetapi,beliau membatalkan rencana apel dan dao bersama karena 80.000tentara
bersiaga di kawasan tersebut.Di yogyakarta,Surakarta,Medan,dan Bandung ribuan
mahasiswa dan rakyat berdemostrasi.Bersaman dengan itu,sebelas menteri Kabinet
pembangunan VII mengundurkan diri.

f. Pengunduran diri Presiden Soeharto


Pada dini hari tanggal 21 Mei 1998 Amien Rais selaku Ketua Pengurus pusat
Muhamadiyah menyatakan,”selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang
pemerintahan baru”,ini beliau lakukan setelah mendengar kepastian dari Yuzril
IhzaMahendra.Akhirnya,pada pukul 09.00WIBPresiden Soeharto membacakan
pernyataan pengunduran dirinya.
Sebenarnya hal-hal apakah yang mendorong Presiden Soeharto untuk memutuskan
mundur? Berikut ini berapapa faktor yang mendorong Presiden soeharto untuk
mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI.
a. Pengunduran diri dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban yang tidak perlu
di pihak mahasiswa.
b. Soeharto ingin melakukan suksesi ala lengser keprabon mandeg pandhito,artinya
turun/menggalkan jabatan,kemudian terjun ke masyarakat sebagai orang yang
dihorhati karena pengalaman hidup dan jiwanya yang arif dan bijaksana.
c. Perasaan tidak percanya atau perasan ditinggalin oleh orang- orang yang telah
dibesarkan oleh Presiden Soeharto.
d. hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah yang dipimpinnya.
e. Gagalnya Presiden Soeharto membentuk Komite Reformasi dan me-reshuffle
Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.Namun,faktor yang paling
fatal penyebab jatuhnya kekuasaanOrde Baru adalah penolakan dari 14 menteri
Kabinet Pembangunan VII untuk bergabung dalam kabinet Reformasi yang ingin
dibentuk Soeharto.

Pengunduran diri Presiden soeharto disamdut gembira oleh puluhan ribu


mahasiswa yang menduduki gedung MPR/DPR sejak tanggal18 Mei 1998.Mereka
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
kemudian berlari ke arah tangga di gedung utama MPR/DPR sambil menyayikan
lagu”Sorak-sorak Bergembira”.Seiring dengan berkumandangnya lagu kebangsaan
indonesia Raya,mereka menaikkan bendera dari setengah tiang(untuk menghormati
empat mahasiswa Trisakti yang tewas tertembak)menjadi satu tinggi punuh,untuk
meranyakan kemenangan mereka.
Suasana serupa juga tampak di kota-kota lain termasuk
Yogyakarta,Semarang,Purwokerto,Denpasar,Palembang,dan ujung Pandang.Di
beberapa tempat,warga masyarakat ikut larut bersama kegembiraan
mahasiswa.beberapa pemimpin dunia pun turut menyambut baik keputusanSoeharto
untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Mereka adalah Presiden
Amerika Serikat(Bill Clinton),Perdana Menteri jepang(Ryutaro Hashimoto),Perdana
Menteri Australia(jhon Howard),dan Perdana Menteri selandia Baru(jenny
shipley).Mereka melihat pengunduran diri Soeharto itu sebagai langkah awal ke arah
pelaksanaan demokrasi di indonesia.

4. Kondisi kehidupan bangsa pasca pengunduran diri Presiden Soeharto


Kondisi bangsa Indonesia pasca pengunduran diri Presiden Soeharto dapat
dikatakan tidak teratur. Reformasi yang didengung-dengungkan telah membuat
masyarakat bersifat anarkis. Kebebasan masyarakat dari kekuasaan Orde Baru
menjadi kebablasan. Berbagai aksi penjarahan took, aksi kebrutalan, tindakan
melawan hukum dan aparat keamanan sudah menjadi hal yang biasa dan dianggap
sebagai pembenaran terhadap pelampiasan amarah rakyat. Persoalan-persoalan
yang dihadapi bangsa Indonesia semakin banyak dan menjadi beban bagi
pemerintahan yang baru sebagai warisan dari pemerintahan yang lama. Persoalan-
persoalan tersebut, yaitu semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing, inflasi yang membumbung tinggi, kelangkaan BBM dan bahan pokok,
penanganan kasus-kasu KKN dan pemulihan ekonomi, muncul masalah disintegrasi,
otonomi daerah, krisis ekonomi, gejala main hakim sendiri, dan sulitnya penegakkan
hak asasi manusia (HAM).

H.Lahirnya Reformasi
1. Pengertian Revormasi
Revormasi merupakan suatu perubahan tatanan prikehidupan lama dengan
tatanan prikehidupan yang baru dan secara hukum menuju ke arah perbaikan.
Gerakan revormasi yang terjadi di indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan, terutama perbaikan
dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan hukum.

2. Agenda Revormasi
Beberapa agenda revormasi yang disuarakan pada mahasiswa antara lain
sebagai berikut.
a. Adili Soeharto dan kroni-kroninya
b. Amandemen UUD 1945
c. Penghapusan Dwifungsu ABRI
d. Otonomi daerah yang seluas-luasnya
e. supermasi hukum
f. Pemerintahan yang bersih dari KKN
Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,
M.Pd
40
3. Latar Belakang Munculnya Revormasi
a.Bidang politik
Munculnya reformasi di bidang politik disebabkan oleh adanya KKN,
ketidakadilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak
demokratis) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket
UU serta munculnya demo menginginkan pembaharuan di segala bidang.

b.Bidang ekonomi
Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 0%. Hal ini mengakibatkan iklim bisnis menjadi lesu. Kondisi moneter
indonesia pun mengalami keterpurukan dengan dilikuidasinya 16 bank pada akhir
tahun 1997 ditambah lagi adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan
usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan pemerintah akan
mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa saja
demi keberhasilan usahanya.
Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa
dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan
yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka
pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dan krisis perbankan.
Hal-hal tersebut membuat perlu dilakukannya tindakan-tindakan yang cepat dan
tepat untuk mengatasinya.

Uji Kompetensi

A. Kerjakan Soal-soal berikut dengan benar


1.Jelaskan tentang Krisis Multidemensional !
Jawab: ....
……………………………………………………………………………………..
2. Apa Faktor yang menjadi penyebab Soeharto dituntut mundur ?
Jawab: ....…………………………………………………………………………………..
3. Apa yang anda ketahui tentang Kerusuhan Mei 1998 ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
4. Bagaimana menurut anda, Proses pengunduran diri Soeharto dari Orde Baru ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
5. Apa yang anda ketahui, tentang Reformasi ?
Jawab: ....
………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..

Diktat Sejarah 3 Ipa Oleh: Drs. Haryono,


M.Pd
40

Anda mungkin juga menyukai