Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL DISKUSI

MATA PELAJARAN PKn


tentang
Bagaimana implementasi ideologi Pancasila dalam sejarah perjalanan
bangsa dan Negara Indonesia kurun waktu :
Orde Lama (1959 1966).

Disusun oleh :
Kelas XII-A2
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anita Puji Astutik


Mega Dela Ayu S.
Suci Amaliyah
M. Ariek Hidayat
Okta Yuliawati
Anggy Ayu M.

(04)
(11)
(17)
(24)
(32)
(35)

SMA NEGERI 1 PORONG


TAHUN PELAJARAN 2013 2014

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi ideologi Pancasila di Indonesia terbagi dalam kurun waktu atau periode
yang berbeda. Di setiap periode, terdapat implementasi ideologi Pancasila yang
berbeda pula. Dan di setiap periode tersebut terdapat implementasi ideologi Pancasila
yang tidak sesuai atau menyimpang. Dari waktu ke waktu implementasi ideologi
Pancasila mengalami perubahan karena disesuaikan dengan kondisi dan kehidupan
warga Negara. Tetapi penyesuaian tersebut harus berdasarkan pada pancasila dan
UUD 1945 agar tidak terjadi penyimpangan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui implementasi Ideologi Pancasila dalam sejarah perjalanan
bangsa dan Negara Indonesia kurun waktu Orde Lama (1959-1966).
2. Tujuan khusus :
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran PKn.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi ideologi Pancasila dalam sejarah perjalanan bangsa dan
Negara Indonesia kurun waktu Orde Lama (1959 1966) ?

PEMBAHASAN
A. DEKRIT PRESIDEN
Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Namun tidaklah serta merta bahwa setalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 Demokrasi Terpimpin dilaksanakan karena Demokrasi Liberal berakhir pada
tanggal 10 Juli 1959.
1) Latar Belakang Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum
berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950)
dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan
kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai
pijakan hukum yang mantap.
Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.
Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah
gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.
Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional
Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit
sekali untuk
Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara
agar tujuan partainya tercapai.
Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan
keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
2) Tujuan Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin
tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.
3) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang
diumumkan dalam upacara resmi di istana merdeka. Isi dekrit tersebut antara lain :
1.
Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
2.
Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3.
Pembubaran konstituante.
4) Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden:
Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas
politik yang telah goyah selama masa Liberal.
Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden.
KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan
pengamanan Dekrit Presiden.

DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk
melakanakan UUD 1945.
5) Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai
berikut:
Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.
Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan negara.
Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga
tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen tertertunda
pembentukannya.
6) Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai
berikut:
Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen.UUD 45
yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.
Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi
negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai
Orde Baru.
Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit,
militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu
semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
B. MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Kurun Waktu 1959 1965
Pada periode ini sering juga disebut dengan Orde Lama. UUD yang digunakan
adalah UUD 1945 dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Menurut UUD 1945 presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR, presiden dan DPR berada di bawah MPR.
Pengertian demokrasi terpimpin pada sila keempat Pancasila adalah dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, akan tetapi presiden
menafsirkan terpimpin, yaitu pimpinan terletak di tangan Pemimpin Besar
Revolusi. Dengan demikian pemusatan kekuasaan di tangan presiden. Terjadinya
pemusatan kekuasaan di tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan
kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan
bencana nasional bagi bangsa Indonesia.
2. Pandangan Umum
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Soekarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Soekarno.Terpimpin pada saat pemerintahan Soekarno
adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.
3. Tugas Demokrasi terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
stabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih stabil.
Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer/Liberal.
Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi parlementer, kekuasaan Presiden
hanya terbatas sebagai kepala negara.Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan
oleh partai. Sehingga dampaknya yaitu penataan kehidupan politik menyimpang dari

tujuan awal, yaitu demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis)


menjadi sentralisasi (pemusatan kekuasaan di tangan presiden).
4. Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin
a. Kebebasan partai dibatasi
b. Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.
c. Pemerintah berusaha menata kehidupan politik sesuai dengan UUD 1945.
d. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain MPRS,DPAS, DPRGR dan Front
Nasional.
5. Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945
adalah sebagai berikut :
1) Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk
kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal
tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS
dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua MPRS
yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang masingmasing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
2) Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena
Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi
negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh
rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR. Anggota MPRS ditunjuk
dan diangkat oleh Presiden dengan syarat, setuju kembali kepada UUD 1945, Setia
kepada perjuangan Republik Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah,
dan 200 orang wakil golongan. Tugas MPRS terbatas pada menetapkan GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN).
3) Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena
DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya
menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya
ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh presiden. Sehingga
DPRGR harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden
tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden
tidak dapat membubarkan DPR. Tugas DPR GR adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan manifesto politik
2. Mewujudkan amanat penderitaan rakyat
3. Melaksanakan Demokrasi Terpimpin
4) Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan


Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri.
Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil partai
politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan. Tugas DPAS adalah
memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada
pemerintah. Pelaksanaannya kedudukan DPAS juga berada dibawah
pemerintah/presiden sebab presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan karena
DPAS yang mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari
kemerdekaan RI 17 AGUSTUS 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi
Kita yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)
ditetapkan sebagai GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol
adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih
dikenal dengan MANIPOL USDEK.
5) Pembentukan Front Nasional
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959.
Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan citacita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah
menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan
pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Soekarno sendiri. Tugas
front nasional adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan Revolusi Nasional
2. Melaksanakan Pembangunan
3. Mengembalikan Irian Barat
6) Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa
dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada
masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan
ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk
menggalang persatuan bangsa. Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan
paham berbagai golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan
menerima dan melaksanakan Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud.
Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom
sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika
menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden. Kelompok yang kritis
terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan ABRI. Upaya
penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan
bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM. Keterlibatan PKI
tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan
berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945
menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan
pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden
Soekarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
7) Adanya ajaran RESOPIM

Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan


Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Soekarno.
Ajaran Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia ke-16. Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan
berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme,
dan dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar
Revolusi (PBR), yaitu Presiden Soekarno.
Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan
tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya
pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan
menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.
8) Pentaan Kehidupan Partai Politik
Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik secara
leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai dibatasi oleh
penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat, misalnya
jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan sehingga dari 28 partai yang
ada hanya tinggal 11 partai. Tindakan pemerintah ini dikenal dengan
penyederhanaan kepartaian. Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat
kedudukan pemerintah terutama presiden. Kedudukan presiden yang kuat tersebut
tampak dengan tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah
berjaya masa demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia
(PSI). Alasan pembubaran partai tersebuat adalah karena sejumlah anggota dari
kedua partai tersebut terlibat dalam pemberontakan PRRI dan Permesta. Kedua
Partai tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.
6. Besarnya kekuasaan Presiden dalam Pelaksanaan demokrasi terpimpin tampak
dengan:
a. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar
serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memimpin departemen.
b. Pidato presiden yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita pada tanggal 17
Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol) ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang bersidang tanggal 23-25
September 1959.
c. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga
lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
d. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti sebagai
presiden seumur hidup.
e. Pidato presiden yang berjudul Berdiri di atas Kaki Sendiri sebagai pedoman
revolusi dan politik luar negeri.
f. Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan, persaingan di
antara TNI dengan Parpol.
g. Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan di bentuk
Komandan Operasi Tertinggi (KOTI)

Menurut Ketepan MPRS no. XVIII/MPRS /1965 demokrasi trepimpin adalah


kerakyatan
yang
dipimpn
oleh
hikmat
kebijaksamaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi terpimpin merupakan kebalikan dari
demokrasi liberal dalam kenyataanya demokrasi yang dijalankan Presiden Soekarno
menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi. Penyimpanyan tersebut antara
lain:
1. Kaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai politik
2. Peranan parlemen yang lemah
3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan daerah
5. Terbatasnya kebebasan pers sehingga banyak media masa yang tidak dijinkan
terbit.
Akhirnya dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya pemberontakan G
30 S /PKI pada tanggal 30 September 1965. Demokrasi terpimpin berakhir karena
kegagalan presiden Soekarno dalam mempertahankan keseimbangan antara kekuatan
yang ada yaitu PKI dan militer yang sama-sama berpengaruh. PKI ingin membentuk
angkatan kelima sedangkan militer tidak menyetujuinya. Akhir dari demokrasi
terpimpin ditandai dengan dikeluarkannya surat perintah 11 Maret 1966 dari Presiden
Soekarno kepada Jenderal Soeharto untuk mengatasi keadaan.
Pada era orde lama (1955-1961), situasi negara Indonesia diwarnai oleh berbagai
macam kemelut di tingkat elit pemerintahan sendiri. Situasi kacau dan persaingan
diantara elit politik dan militer akhirnya memuncak pada peristiwa pembunuhan 6
Jenderal pada 1 Oktober 1965 yang kemudian diikuti dengan dengan krisi politik dan
kekacauan sosial. Pada massa ini persoalan hak asasi manusia tidak memperoleh
perhatian berarti, bahkan cenderung semakin jauh dari harapan.

* Gerakan 30 September

B. SUPERSEMAR (SURAT PERINTAH 11 MARET)


1. LAHIRNYA SURAT PERINTAH 11 MARET

* Dokumentasi
Supersemar

Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik


Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini yang berisi yang
mengingtrusikan Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu
untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu. Surat ini dikeluarkan dari
markas besar angkatan darat yang tercatat dalam buku-buku sejarah.
Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada
tanggal 11 maret 1996, Presiden soekarno mengadakan sidang pelantikan kabinet Dwi
Kora yang disempurnakan atau yang dikenal dengan nama kabinet 100 menteri.
Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal
Presiden Tjakabirawa melaporkan bahwa banyak pasukan liar yang belakangan
diketahui adalah pasukan kostrat dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang
bertugas menahaan orang-orang yang berada di kabinet yang diduga terlibat G-30-SPKI diantaranya adalah wakil perdana menteri I Suebadrio berdasarkan laporan
tersebut, Presiden bersama wakil perdana menteri I Suebadrio dan wakil perdana
menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor dengan helicopter yang sudah
disiapkan. Sementara sidang akhirnya ditutup oleh wakil perdana menteri II Dr. J.
Leimena yang kemudian menyusul ke Bogor.

Kemudian Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD)
ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral
M. Jusuf, Brigadir Jendral Amir Machmud dan Brigadir Basuki Rakhmat. Setibanya
di Istana Bogor pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi (AD)
dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ke tiga perwira tinggi
tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan
memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan
kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan, menurut Jendral (purn) M. Jusuf,
pembicaraannya dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.
Presiden soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal
sebagai Surat Perintah 11 Maret yang popular dengan sebutan Supersemar yang
ditunjukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima AD untuk mengambil tindakan
yang perlu untuk memulikan keamanan dan ketertibat waktu setempat yang dibawah
oleh sekertaris markas besar AD Brigjend Budiono. Hal tersebut berdasarkan
penuturan Soehartmono, dimana saat itu ia menerima telepon dari Mayjend Soedjibto,
ketua G-5KOTI, 11 Maret 1996 sekitar pukul 10 malam. Soedibjo meminta agar
konsep tentang pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga.
Permintaan itu atas perintah Pangkopkamtip yang dijabat oleh Mayjen Soeharto.
Bahkan Soeharmono sempat berdebat oleh Murdiono mengenai dasar hukum teks
tersebut sampai Supersemar tiba.
2. TINDAK LANJUT SUPERSEMAR
Sebagai tindak lanjut dari Supersemar, Letnan Jendral Soeharto sebagai
pengemban Supersemar segera mengambil tindakan untuk menata kembali kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945,
sebagai berikut.
a. Tanggal 12 Maret 1996, dikeluarkanlah surat keputusan yang berisi pembubaran
dan larangan PKI serta ormas ormasnya yang bernaung dan berlindung atau
senada dengannya, beraktivitas dan hidup di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan
tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No.
1/3/1996 tanggal 12 Maret 1996.
b. Tanggal 18 Maret 1996 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang menteri
yang dinilai tersangkut dalam G 30 S/PKI dan diragukan etika baiknya yang
dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 5 tanggal 18 Maret 1996
c. Tanggal 27 Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang
disempurnakan untuk menjalankan pemerintahan. Tokoh tokoh yang duduk di
dalam kabinet ini adalah mereka yang jelas tidak terlibat dalam G 30 S/PKI.
d. Membersihhkan lembaga legislative dimulai dari tokoh tokoh pimpinan MPRS
dan DPRGR yang diduga terlibat G 30 S/PKI. Sebagai tindak lanjut kemudian
dibentuk pimpinan DPRGR dan MPRS yang baru.
e. Memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksklusif sehingga
pimpinan DPRGR tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS dibersihkan

dari unsur unsur G 30 S/PKI. Sesuai dengan UUD 1945, MPRS mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi daripada lembaga kepresidenan.

C. BEBERAPA IMPELEMENTASI PANCASILA PADA ORDE LAMA


Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat
itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi
sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander)
menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk
implementasi
Pancasila
terutama
dalam
sistem
kenegaraan.
Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat
3 periode Implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode
1950-1959, dan peride 1959-1966.
Pada periode 1959-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.
Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilainilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah
berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya
Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik
konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak
cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang
tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan
Pancasila dengan ideologi lain.
Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman
Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah perjalanan
bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala
Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional.
Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun
posisi Indonesia tetap dihormati di dunia internasional dan integritas wilayah serta
semangat kebangsaan dapat ditegakkan. Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila
telah diarahkan sebagai ideologi otoriter, konfrotatif dan tidak member ruang pada
demokrasi bagi rakyat.

PENUTUP
KESIMPULAN
1. Periode Orde Lama (1959 1966) berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Surat
Perintah 11 Maret 1966.
2. Pada masa Orde Lama berlaku kembali UUD 1945 dengan sistem pemerintahan
demokrasi terpimpin.
3. Implementasi ideologi Pancasila pada masa Orde Lama dengan sistem demokrasi
terpimpin terdapat penyimpangan penyimpangan yang tidak sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945.
4. Pada masa Orde Lama terdapat kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak
lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila dan berusaha untuk menggantikan Pancasila
dengan ideologi lain.
5. Pada masa demokrasi terpimpin, Presiden memiliki kekuasaan yang besar terhadap
pemerintahan.
6. Dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 yaitu untuk mengambil tindakan dalam
menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945

SARAN
1. Dalam mencari informasi tentang implementasi Orde Lama (1959 1966) hendaknya lebih
teliti karena Orde Lama terbagi dalam tiga periode yaitu periode 1945-1950, periode
1950-1959, dan peride 1959-1966.
2. Sebaiknya ideologi Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari hari sesuai dengan
nilai nilai yang terkandung didalamnya agar tidak terjadi penyimpangan.
3. Sebaiknya pemimpin di Indonesia tidak bertingkah laku secara otoriter seperti yang terjadi
pada masa orde lama agar tidak terjadi penyimpangan terhadap implementasi Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.org.id
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai