Disusun oleh :
Kelas XII-A2
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(04)
(11)
(17)
(24)
(32)
(35)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi ideologi Pancasila di Indonesia terbagi dalam kurun waktu atau periode
yang berbeda. Di setiap periode, terdapat implementasi ideologi Pancasila yang
berbeda pula. Dan di setiap periode tersebut terdapat implementasi ideologi Pancasila
yang tidak sesuai atau menyimpang. Dari waktu ke waktu implementasi ideologi
Pancasila mengalami perubahan karena disesuaikan dengan kondisi dan kehidupan
warga Negara. Tetapi penyesuaian tersebut harus berdasarkan pada pancasila dan
UUD 1945 agar tidak terjadi penyimpangan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui implementasi Ideologi Pancasila dalam sejarah perjalanan
bangsa dan Negara Indonesia kurun waktu Orde Lama (1959-1966).
2. Tujuan khusus :
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran PKn.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi ideologi Pancasila dalam sejarah perjalanan bangsa dan
Negara Indonesia kurun waktu Orde Lama (1959 1966) ?
PEMBAHASAN
A. DEKRIT PRESIDEN
Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Namun tidaklah serta merta bahwa setalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 Demokrasi Terpimpin dilaksanakan karena Demokrasi Liberal berakhir pada
tanggal 10 Juli 1959.
1) Latar Belakang Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum
berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950)
dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan
kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai
pijakan hukum yang mantap.
Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.
Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah
gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.
Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional
Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit
sekali untuk
Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara
agar tujuan partainya tercapai.
Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan
keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
2) Tujuan Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin
tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.
3) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang
diumumkan dalam upacara resmi di istana merdeka. Isi dekrit tersebut antara lain :
1.
Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
2.
Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3.
Pembubaran konstituante.
4) Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden:
Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas
politik yang telah goyah selama masa Liberal.
Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden.
KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan
pengamanan Dekrit Presiden.
DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk
melakanakan UUD 1945.
5) Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai
berikut:
Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.
Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan negara.
Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga
tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen tertertunda
pembentukannya.
6) Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai
berikut:
Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen.UUD 45
yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.
Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi
negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai
Orde Baru.
Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit,
militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu
semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
B. MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Kurun Waktu 1959 1965
Pada periode ini sering juga disebut dengan Orde Lama. UUD yang digunakan
adalah UUD 1945 dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Menurut UUD 1945 presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR, presiden dan DPR berada di bawah MPR.
Pengertian demokrasi terpimpin pada sila keempat Pancasila adalah dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, akan tetapi presiden
menafsirkan terpimpin, yaitu pimpinan terletak di tangan Pemimpin Besar
Revolusi. Dengan demikian pemusatan kekuasaan di tangan presiden. Terjadinya
pemusatan kekuasaan di tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan
kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan
bencana nasional bagi bangsa Indonesia.
2. Pandangan Umum
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Soekarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Soekarno.Terpimpin pada saat pemerintahan Soekarno
adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.
3. Tugas Demokrasi terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
stabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih stabil.
Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer/Liberal.
Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi parlementer, kekuasaan Presiden
hanya terbatas sebagai kepala negara.Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan
oleh partai. Sehingga dampaknya yaitu penataan kehidupan politik menyimpang dari
* Gerakan 30 September
* Dokumentasi
Supersemar
Kemudian Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD)
ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral
M. Jusuf, Brigadir Jendral Amir Machmud dan Brigadir Basuki Rakhmat. Setibanya
di Istana Bogor pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi (AD)
dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ke tiga perwira tinggi
tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan
memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan
kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan, menurut Jendral (purn) M. Jusuf,
pembicaraannya dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.
Presiden soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal
sebagai Surat Perintah 11 Maret yang popular dengan sebutan Supersemar yang
ditunjukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima AD untuk mengambil tindakan
yang perlu untuk memulikan keamanan dan ketertibat waktu setempat yang dibawah
oleh sekertaris markas besar AD Brigjend Budiono. Hal tersebut berdasarkan
penuturan Soehartmono, dimana saat itu ia menerima telepon dari Mayjend Soedjibto,
ketua G-5KOTI, 11 Maret 1996 sekitar pukul 10 malam. Soedibjo meminta agar
konsep tentang pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga.
Permintaan itu atas perintah Pangkopkamtip yang dijabat oleh Mayjen Soeharto.
Bahkan Soeharmono sempat berdebat oleh Murdiono mengenai dasar hukum teks
tersebut sampai Supersemar tiba.
2. TINDAK LANJUT SUPERSEMAR
Sebagai tindak lanjut dari Supersemar, Letnan Jendral Soeharto sebagai
pengemban Supersemar segera mengambil tindakan untuk menata kembali kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945,
sebagai berikut.
a. Tanggal 12 Maret 1996, dikeluarkanlah surat keputusan yang berisi pembubaran
dan larangan PKI serta ormas ormasnya yang bernaung dan berlindung atau
senada dengannya, beraktivitas dan hidup di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan
tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No.
1/3/1996 tanggal 12 Maret 1996.
b. Tanggal 18 Maret 1996 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang menteri
yang dinilai tersangkut dalam G 30 S/PKI dan diragukan etika baiknya yang
dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 5 tanggal 18 Maret 1996
c. Tanggal 27 Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang
disempurnakan untuk menjalankan pemerintahan. Tokoh tokoh yang duduk di
dalam kabinet ini adalah mereka yang jelas tidak terlibat dalam G 30 S/PKI.
d. Membersihhkan lembaga legislative dimulai dari tokoh tokoh pimpinan MPRS
dan DPRGR yang diduga terlibat G 30 S/PKI. Sebagai tindak lanjut kemudian
dibentuk pimpinan DPRGR dan MPRS yang baru.
e. Memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksklusif sehingga
pimpinan DPRGR tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS dibersihkan
dari unsur unsur G 30 S/PKI. Sesuai dengan UUD 1945, MPRS mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi daripada lembaga kepresidenan.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Periode Orde Lama (1959 1966) berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Surat
Perintah 11 Maret 1966.
2. Pada masa Orde Lama berlaku kembali UUD 1945 dengan sistem pemerintahan
demokrasi terpimpin.
3. Implementasi ideologi Pancasila pada masa Orde Lama dengan sistem demokrasi
terpimpin terdapat penyimpangan penyimpangan yang tidak sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945.
4. Pada masa Orde Lama terdapat kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak
lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila dan berusaha untuk menggantikan Pancasila
dengan ideologi lain.
5. Pada masa demokrasi terpimpin, Presiden memiliki kekuasaan yang besar terhadap
pemerintahan.
6. Dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 yaitu untuk mengambil tindakan dalam
menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945
SARAN
1. Dalam mencari informasi tentang implementasi Orde Lama (1959 1966) hendaknya lebih
teliti karena Orde Lama terbagi dalam tiga periode yaitu periode 1945-1950, periode
1950-1959, dan peride 1959-1966.
2. Sebaiknya ideologi Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari hari sesuai dengan
nilai nilai yang terkandung didalamnya agar tidak terjadi penyimpangan.
3. Sebaiknya pemimpin di Indonesia tidak bertingkah laku secara otoriter seperti yang terjadi
pada masa orde lama agar tidak terjadi penyimpangan terhadap implementasi Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.org.id
www.google.com