INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
Di susun Oleh :
PROVINSI LAMPUNG
DEKRIT PRESIDEN
UUD yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat sedangkan Undang-
undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap
tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
5. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit sekali
untuk mempertemukannya.
6. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar
tujuan partainya tercapai.
Pada 9 Juli 1959, Kabinet Djuanda dibubarkan dan diganti menjadi Kabinet Kerja yang
dilantik pada 10 Juli 1959. Kabinet ini memiliki program kerja yang disebut Tri Program yang
meliputi:
Kondisi politik menjadi isu utama yang akan dibahas. Sebab dalam pelaksanaan demokrasi
terpimpin bidang politik menjadi ajang para penguasa untuk kemudian melakukan berbagai
penyimpangan yang berakibat malah memperburuk situasi kemanan dan kancah politik bangsa
ini.
Kondisi politik dalam negeri bisa dilatakan sangat tidak stabil. Sebab pada pelaksanaannya
Presiden selaku kepala negara malah bisa dikatakan otoriter. Sebab ada banyak sekali kebijakan
yang dikeluarkan oleh presiden dengan memanfaatkan kekuasaan yang begitu besar dimilikinya,
dan pada faktanya lebijakan yang diambil malah bertentangan dengan UUD 1945. Tidak jarang
pula kebijakan yang diputuskan memiliki tujuan untuk semakin memeperbesar kekuasaaan
presiden.
Meskipun carut marut namun, demokrasi liberal yang diterapkan sebelumnya berhasil
memberikan dampak positif. Hal tersebut ialah dengan adanya keberhasilan dalam pelaksanaan
pemilu pada tahun 1955. Pemilu tersebut bertujuan untuk memilih para anggota DPR. Meskipun
demokrasi liberal telah runtuh namun DPR hasil dari pemilu 1955 ini harus tetap bekerja hingga
DPR hasil UUD 1945 dibentuk. Hal ini berdasarkan pada Penetapan Presiden No.1 Tahun 1959
yang dikeluarkan pada tanggal 15 juli 1959 menyatakan bahwa sebelum terbentuk DPR menurut
UUD 1945, maka DPR hasil pemilu tahun 1955 atas dasar UU No. 7 Tahun 1953 tetap
menjalankan tugasnya.
Pembentukan MPRS
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, lembaga tertinggi negara harus
dibentuk adalah MPR. Namun, dikarenakan belum terselengaranya Pemilu maka MPRS
dibentuk berdasarkan penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Ketua MPRS adalah Chaerul
Saleh. Inilah yang kemudian menjadi salah satu bentuk penyimpangan dalam kehidupan politik
di masa demokrasi terpimpin. Sebab anggota MPR harus dipilih berdasarkan UUD 1945 bukan
berdasarkan keputusan pribadi presiden.
Pembentukan DPAS(Dewan Pertimbangan Agung Sementara)
DPAS merupakan sebuah lembaga yang dibentuk sensiri oleh Presiden Soekarno. Berdasarkan
Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959 dibentuk Dewan Pertimbangan Agung Sementara
(DPAS). Yang memiliki tugas memberikan saran kepada presiden atas apa yang akan menjadi
keputusannya. Salah satu ide dan keberhasilan serta bentuk pengabdian DPAS terhadap presiden
ialah penetapan GBHN yg bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yg berjudul
” Penemuan Kembali Revolusi Kita ” yang kemudian ditetapkan oleh DPA bukan MPRS.
Pembentukan Bappenas
Sebelumnya Pada bulan Agustus 1959, dibentuk Dewan Perencanaan Nasional yang diketuai
oleh Muh. Yamin. Pada tahun 1963, Depernas (Dewan Perencanaan Nasional) diganti menjadi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappernas) yang dipimpin langsung oleh presiden
sendiri. Tentunya ini merupakan bentuk penyimpangan dalam kehidupan perpolitikan bangsa
ini. Sebab betapa presiden memegang kekuasaan yang amat besar. Padahal UUD 1945
mengamanatkan bahwa Presiden adalah kepala negara yang hanya dapat memiliki satu jabatan
dalam pemerintahan. Sedangkan pada demokrasi terpimpin Presiden juga membawahi Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
Hampir sama dengan pembentukan badan lainnya, pembentukan Front Nasional memiliki tujuan
untuk semakin memperbesar dan menguatkan kekuasaan presiden. Front Nasional dibentuk pada
31 Desember 1959 dimana tugasnya adalah sebagai lembaga negara yang melaksanakan
pembangunan semesta indonesia.
Pembentukan DPR-GR
Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1959 karena DPR menolak Anggaran
Belanja Negara yang diajukan oleh Presiden. Kemudian, Presiden membentuk DPR Gotong
Royong (DPR-GR) pada yanggal 24 Juni 1960. Kebijakan ini menjadi salah satu kebijakan yang
paling menyimpang dan melanggar undang-undang. Sebab Dewan Perwakilan Rakyat harus
dipilih langsung oleh rakyat sebagaimana amanat UUD 1945. Sebesar apapun kekuasaan
presiden tentu tidak memiliki wewenang untuk membentu anggota dewan. Karena keputusan
presiden masih dapat bersifat jeputusan pribadi.
Oldefo da Nefo
Pada masa demokrasi terpimpin yang saat itu bertepatan dengan terjadinya perang dingin antara
Amerika dan Soviet. Indonesia cenderung masuk kedalam poros blok timur. Oldefo ( The Old
Estabilished Force ), sendiri merupakan dunia lama yg sudah mapan ekonominya, khususnya
negara-negara Barat yg kapitalis. Sedangkan Nefo ( The New Emerging Forces ) ,yaitu negara-
negara baru. Indonesia menjauhkan diri dari negara-negara kapitalis (Blok Oldefo) dan menjalin
kerjasama dengan negara-negara komunis (Blok Nefo). Meskipun banyak dibantah pada
faktanya terlihat dari terbentuknya Poros Jakarta – Peking (Indonesia-China) dan Poros Jakarta
– PnomPenh – Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia – Kamboja – Vietnam Utara – Cina –
Korea Utara ). Yanh notabene negara-negara tesebut merupakan negara penganut paham
komunisme dan menjadi anggota dari blok timur.
Muncul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia pada tahun 1961 yg terdiri dari
Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana tersebut di
tentang oleh Presiden Soekarno karena diangga sebagai proyek neokolonialisme yg dapat
membahayakan revolusi Indonesia yg belum selesai. Keberatan atas pembentukan Federasi
Malaysia juga muncul di Filipina yg mengklaim daerah Sabah sebagai wilayah negaranya. Tgl 9
Juli 1963. Perdana Menteri Tengku Andul Rahman menandatangani dokumen tentang
pembentukan Federasi Malaysia. Kemudian, tanggal 16 September 1963 pemerintah Malaysia
memproklamasikan berdirinya Federasi Malaysia. Menghadapi tindakan Malaysia tersebut,
Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 September 1963 hubungan
diplomatik antara dua negara putus. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno
mengeluakan Dwi Komando Rakyat ( Dwikora), isinya :
Penyebab utama Indonesia keluar dari PBB adalah diterimanya Malaysia sebagai anggota
Dewan Keamanan (DK) tidak tetap PBB. Saat Malaysia resmi menjadi anggota DK tidak
tetap PBB, Presiden Soekarno kemudian berpidato di depan Sidang Umum PBB dengan judul
“Membangun Dunia Kembali”. Pada saat itu PBB tetap menerima Malaysia menjadi anggota
DK. Atas dasar keputusan PBB tersebut, pada tanggal 7 Januari 1965 dengan terpaksa Presiden
Soekarno memutuskan Indonesia keluar dari PBB. Secara resmi keluarnya Indonesia dari PBB
dinyatakan oleh Menlu Subandrio. Keputusan Soekarno dengan keluarnya Indonesia dari PBB,
membuat Indonesia semakin terkucil dari pergaulan internasional. Hal ini sangat merugikan dan
sangat disayangkan.
1. Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya
bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan
apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Besarnya kekuasaan Presiden dalam Pelaksanaan
demokrasi terpimpin tampak dengan:
1. Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan
wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI
yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
2. Pidato presiden yang berjudul ’’Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal 17
Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)
ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang bersidang tanggal 23-25 September 1959.
2. Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Tindakan
tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota
MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai
yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.
Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat: Setuju kembali kepada
UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik Indonesia, dan Setuju pada manifesto Politik.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan 200 orang
wakil golongan. Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR menolak
RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran
DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR). Dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGRjuga
ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak serta kebijakan
pemerintah. Tindakan presiden tersebut bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan
UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR. Tugas DPR GR adalah sebagai berikut.
DPAS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh
Presiden sendiri. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil partai
politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil golongan. Tugas DPAS adalah member
jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah.
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front Nasional
merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita
yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk potensi
nasional menjadi kekuatan untuk menyukseskan pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh
Presiden Sukarno sendiri. Tugas front nasional adalah sebagai berikut. Menyelesaikan Revolusi
Nasional Melaksanakan Pembangunan Mengembalikan Irian Barat.
Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden diangkatlah Ir.
Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali perombakan (reshuffle). Program
kabinet ini adalah sebagai berikut. Mencukupi kebutuhan sandang pangan, Menciptakan
keamanan negara, dan Mengembalikan Irian Barat.
Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam masyarakat.
Presiden yakin bahwa dengan melaksanakan Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud.
Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja
dengan upaya untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja
dengan menolak presiden. Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan
cendekiawan dan ABRI.
Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa
PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan
ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser
kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis.
Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi
negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya pemberian pangkat menteri
kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan menteri seharusnya sebagai pembantu
presiden.
TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri
atas 4 angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, dan
Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatanyang
kedudukannya langsung berada di bawah presiden. ABRI menjadi salah satu golongan
fungsional dan kekuatan sosial politik Indonesia.
Pada masa demokrasi Parlementer, partai dapat melakukan kegiatan politik secara leluasa.
Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden
No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat, misalnyajumlah anggota yang terlalu
sedikit akan dibubarkan sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai. Tindakan
pemerintah ini dikenal dengan penyederhanaan kepartaian.
Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi cenderung condong pada
salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik konfrontasi yang lebih mengarah
pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Politik
Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New Emerging Forces) dan Oldefo
(Old Established Forces)
1) Nefo merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti
imperialisme dan kolonialisme.
2) Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis yang
neokolonialis dan imperialis (Nekolim).
Presiden Soekarno menganggap bahwa Federasi Malaysia merupakan proyek Neo Kolonialisme
Imperialisme (Nekolim) Inggris yang sangat membahayakan revolusi Indonesia. Oleh sebab itu,
Soekarno ingin Indonesia harus mencegah berdirinya Malaysia. Untuk mewujudkan cita-
citanya, Presiden Soekarno mengumumkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3
Mei 1964 di Jakarta. Setelah dikeluarkannya Dwikora, dibentuklah suatu komando penyerangan
yang diberi nama Komando Mandala Siaga (Kolaga) di bawah pimpinan Marsekal Madya
Oemar Dhani.
Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa Indonesia
merupakan mercusuar yang dapat menerangijalan bagi Nefo di seluruh dunia. Politik mercusuar
adalah politik yang mengagungkan kemegahan Indonesia di mata dunia luar, seperti:
a) Pembangunan Stadion Olahraga Senayan Jakarta, serta biaya perjalanan bagi delesi asing
2. KONDISI EKONOMI
Tugas Depernas :
1) Mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana
2) Menilai Penyelenggaraan Pembangunan
Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun Rancangan Dasar
Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan tahun 1961-1969
yang disetujui oleh MPRS. Mengenai masalah pembangunan terutama mengenai
perencanaan dan pembangunan proyek besar dalam bidang industri dan prasarana tidak
dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan. Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan
Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno
sebagai pengganti Depernas.
Tugas Bappenas :
1) Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahuanan, baik nasional maupun daerah.
2) Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan.
3) Menyiapkan serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS.
Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi yang
semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha daerah di seluruh
Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.
Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi murah tetapi
tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki uang. Hal ini disebabkan
karena :
a) Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat pergolakan
daerah yang menyebabkan ekspor menurun.
b) Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh tenaga
kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.
c) Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI sedang
mengeluarkan kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.
Presiden berusaha mempersatukan semua bank negara ke dalam satu bank sentral sehingga
didirikan Bank Tunggal Milik Negara berdasarkan Penpres No. 7 tahun 1965. Tugas bank
tersebut adalah sebagai bank sirkulasi, bank sentral, dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut maka dilakukan peleburan bank-bank negara seperti Bank Koperasi dan Nelayan
(BKTN), Bank Umum Negara, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam Bank
Indonesia.
Dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan tugas dan
pekerjaan masing-masing. Tindakan itu menimbulkan spekulasi dan penyelewengan dalam
penggunaan uang negara sebab tidak ada lembaga pengawas.
Kegagalan pemerintah dalam menanggung masalah ekonomi, disebabkan karena:
a) Semua kegiatan ekonomi terpusat sehingga kegitan ekonomi mengalami penuruan yang
disertai dengan infasi.
b) Masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi diatasi
dengan cara-cara politis.
c) Kemenangan politik diutamakan sedangkan kehidupan ekonomi diabaikan (politik
dikedepankan tanpa memperhatikan ekonomi).
d) Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangana antara satu peraturan
dengan peraturan yang lainnya.
e) Tidak ada ukuran yang objektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu usaha.
f) Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus.
g) Kebangkrutan tidak dapat dikendalikan, Masyarakat mengalami kesulitan hidup,
kemiskinan, dan kriminalitas.
Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek mercusuar. Proyek
Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat perhatian dari luar
negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai tandingan
dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung CONEFO yang sekarang
dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan
Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.
Kondisi ekonomi pada masa awal Demokrasi Terpimpin sangat terpuruk akibat pemberontakan-
pemberontakan yang terjadi. Untuk mengatasi keadaan ekonomi pada masa ini, sistem ekonomi
berjalan dengan sistem komando, di mana alat-alat produksi dan distribusi yang vital harus
dimiliki dan dikuasai negara atau minimal di bawah pengawasan negara.