Anda di halaman 1dari 20

1959-1966

Politik Indonesia saat


Demokrasi Terpimpin
= Bintang Adellyna Putri
=
XII-11 / 07
PENDAHULUA
N
AWAL MULA DEMOKRASI TERPIMPIN Dari segi politik: Konstituante gagal dalam
menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.

Konsep demokrasi terpimpin pertama


kali diumumkan oleh Presiden
Dari segi keamanan nasional:
Soekarno dalam pembukaan sidang Banyaknya gerakan separatis pada
konstituante 10 November 1956 masa demokrasi liberal, menyebabkan
ketidakstabilan negara.

Dari segi perekonomian : Sering terjadinya


pergantian kabinet pada masa demokrasi
liberal menyebabkan program-program yang
dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan
secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi
tersendat.
AWAL MULA DEMOKRASI TERPIMPIN

Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959


1.Pembubaran konstituante
Dekret Presiden 5 Juli 2.Berlakunya kembali UUD
1959 dikeluarkan sebagai
1945 dan tidak berlakunya
tanda dimulainya
demokrasi terpimpin UUDS 1950
3.Dibentuknya DPAS dan
MPRS
CIRI-CIRI POLITIK
DEMOKRASI
TERPIMPIN
CIRI-CIRI POLITIK KETIKA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Memuncaknya kekuasaan presiden atas negara sehingga
menyebabkan adanya pemerintah otoriter.
2. Terbentuknya lembaga tinggi MPRS dan DPAS.
3. Militer yang masuk dalam ruang lingkup dunia politik.
4. Lembaga legislatif lemah, dapat diatur bahkan dibubarkan oleh
presiden (DPR).
5. Negara mengatur sendi-sendi masyarakat.
6. Gerakan partai politik terbatas, bahkan dapat dibubarkan jika
dianggap tidak searah dengan keinginan Soekarno.
7. Politik uar negeri yang keras dan memihak blok timur.
8. Gerakan separatis yang masih berlangsung dari masa
sebelumnya.
KONDISI POLITIK
DALAM NEGERI
DEMOKRASI
TERPIMPIN
1. Presiden memiliki kekuasaan tertinggi

Seluruh partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak


belakang dengan konsepsi Soekarno. Penetapan Presiden (Penpres)
merupakan senjata Soekarno yang paling ampuh untuk
melumpuhkan apa saja yang dinilainya menghalangi jalan revolusi
yang hendak dibawanya. Namun justru hal ini menunjukkan praktik
pemerintah otoriter.

PKI dan Soekarno memiliki hubungan yang baik pada masa ini karena
mereka melakukan hubungan timbal balik. Namun, TNI AD yang
merasakan adanya kejanggalan menyebabkan keretakan hubungan
antara Soekarno dan TNI AD. Para petinggi TNI AD mulai memusuhi
Soekarno. Hal ini dimanfaatkan oleh PKI untuk mencapai tujuan
politiknya.
2. Adanya Pembentukan MPRS
Pembentukan MPRS dan DPAS didasari oleh dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pemilihan pemimpin dan anggota MPRS
dan DPAS dianggap menyimpang karena dipilih berdasarkan
keputusan pribadi presiden berdasarkan penpres, yang seharusnya
dipilih melalui pemilu.
Tugas MPRS yaitu terbatas pada menetapkan Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN). Berdasarkan UUD 1945 kedudukan
MPRS lebih tinggi dari presiden, namun faktanya MPRS tunduk
kepada Presiden.
Ketua MPRS yang dirangkap oleh wakil perdana menteri III
dan pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dari pimpinan
partai besar (PNI, NU, dan PKI) serta wakil ABRI yang masing-masing
diberi kedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin
departemen.
3. Adanya Pembentukan DPAS
Lembaga tinggi ini diketuai oleh presiden sendiri. Hal ini juga
merupakan penyelewengan karena Soekarno merangkap banyak
jabatan tinggi di pemerintahan.
Tugas DPAS adalah memberikan saran kepada presiden atas
apa yang akan menjadi keputusannya dan mengajukan usul ke
pemerintah.
Salah satu ide dan keberhasilan serta bentuk pengabdian
DPAS terhadap presiden ialah penetapan GBHN yg bersumber pada
pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yg berjudul ” Penemuan
Kembali Revolusi Kita ”
4. Pembentukan Bappenas

Pada 1959 dibentuk Dewan Perencanaan Nasional (Depernas)


yang diketuai Muh. Yamin dan pada 1963 diganti menjadi Badan
Perencanaan Pembanguna Nasional (Bappernas) yang dipimpin
langsung oleh presiden sendiri.
Hal ini merupakan bentuk penyimpangan karena presiden
memegang kekuasaan yang amat besar yang seharusnya hanya
memiliki satu jabatan dalam pemerintahan.
5. Pembentukan Front Nasional

Front Nasional sebagai institusi kenegaraan yang dibentuk


setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden ini, sesuai dengan konsep dan
ide Soekarno tentang massa aksi.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Front Nasional
aktivitasnya lebih banyak di bidang pengerahan massa, seperti
membentuk Tim Komando Rakyat, yang bertugas menampung para
sukarelawan yang akan berjuang di Irian.
Selain itu juga mengerahkan massa untuk menerima tamu
negara, perayaan-perayaan hari bersejarah dan mengadakan kursus-
kursus kader. Kursus-kursus kader ini dianggap penting karena
merupakan usaha indoktrinasi yang paling ampuh.
Dalam mobilisasi massa yang memperoleh keuntungan
fasilitas dan politis adalah PKI. PKI menggunakan fasilitas Front
Nasional untuk memperkuat dirinya. Bahkan PKI berhasil
mendominasi Front Nasional sehingga tujuan Front Nasional
semula, yaitu sebagai tempat penyatuan aspirasi semua
golongan, pada akhirnya hanya dimonopoli golongan PKI saja.
Hal di atas membuat Front Nasional lemah dan oportunis.
Terbukti ketika terjadi peristiwa G-30-S/PKI, Front
Nasional menjadi lumpuh dan bersikap plin-plan. Oleh karena
itu sebagian partai-partai politik menyatukan diri dalam Front
Pancasila, yang kemudian mengadakan aksi secara gigih
membantu ABRI dalam usaha memulihkan keamanan dan
ketertiban dan sekaligus menumpas sisa-sisa G-30-S/PKI di
ibukota dan seluruh Indonesia.
6. Pembentukan Kabinet Kerja

Dalam Kabinet ini Presiden berindak sebagai Perdana Menteri


dan Ir. Juanda sebagai Menteri pertama. Kabiner dibentuk pada 9 Juli
1959 dan dilantik pada 10 Juli 1959. Isi Triprogram Kabinet Kerja
yaitu:
1. Mencukupi kebutuhan sandang pangan.
2. Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.
3. Melanjutkan perjuangan menentang imperialisme ekonomi dan
imperialisme politik (Irian Barat).
7. Pembentukan DPR-GR

Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1959


karena DPR menolak Anggaran Belanja Negara yang diajukan oleh
Presiden.
Kemudian, Presiden membentuk DPR Gotong Royong (DPR-
GR) pada tanggal 24 Juni 1960. Kebijakan ini menjadi salah satu
kebijakan yang paling menyimpang dan melanggar undang-undang.
Sebab Dewan Perwakilan Rakyat harus dipilih langsung oleh rakyat
sebagaimana amanat UUD 1945.
Sebesar apapun kekuasaan presiden tentu tidak memiliki
wewenang untuk membentuk anggota dewan. Karena keputusan
presiden masih dapat bersifat keputusan pribadi.
KONDISI POLITIK
LUAR NEGERI
DEMOKRASI
TERPIMPIN
1. Oldefo na Nefo
Masa demokrasi terpimpin bersamaan dengan terjadinya perang
dingin antara Amerika dan Soviet. Indonesia cenderung masuk kedalam
poros blok timur.
Oldefo (The Old Estabilished Force), merupakan dunia lama yang
sudah mapan ekonominya, khususnya negara Barat yang kapitalis.
Nefo (The New Emerging Forces), merupakan negara baru.
Indonesia menjauhi negara kapitalis (Blok Oldefo) dan menjalin kerjasama
dengan negara komunis (Blok Nefo).
Meskipun banyak dibantah pada faktanya terlihat dari terbentuknya
Poros Jakarta – Peking (Indonesia-China) dan Poros Jakarta – PnomPenh –
Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia – Kamboja – Vietnam Utara – Cina
– Korea Utara ). Yanh notabenya negara-negara tesebut merupakan negara
penganut paham komunisme dan menjadi anggota dari blok timur.
2. Konfrontasi dengan Malaysia

Munncul rencana pembentukan negara Federasi


Malaysia pada tahun 1961 yg terdiri dari Persekutuan Tanah
Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana
tersebut di tentang oleh Presiden Soekarno karena diangga
sebagai proyek neokolonialisme yg dapat membahayakan
revolusi Indonesia yg belum selesai.
Pd tanggal 9 Juli 1963. Perdana Menteri Tengku Andul
Rahman menandatangani dokumen tentang pembentukan
Federasi Malaysia. Kemudian, tanggal 16 September 1963
pemerintah Malaysia memproklamasikan berdirinya Federasi
Malaysia. Menghadapi tindakan Malaysia tersebut, Indonesia
mengambil kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 September
1963 hubungan diplomatik antara dua negara putus.
Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno
mengeluakan Dwi Komando Rakyat ( Dwikora), isinya :
Perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan
Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaysia, Singapura
Serawak , Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan
menggagalkan negara boneka Malaysia.
Ditengah situasi konflik Indonesia – Malaysia, Malaysia
di calonkan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Masalah ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno.
Namun akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai anggota tida.k
tetap Dewan Keamanan PBB. Terpilihnya Malaysia tersebut
mendorong Indonesia keluar dari PBB. Secara resmi Indonesia
keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965.
Terima Kasih
= Bintang Adellyna Putri
=
XII-11 / 07

Anda mungkin juga menyukai