Anda di halaman 1dari 10

MASA DEMOKRASI

TERPIMPIN
1959 -1965

authority of Mr. Rinto


LATAR BELAKANG
• Kegagalan Dewan Konstiuante dalam menyusun UU dasar
baru pengganti UUDS 1950
• Ancaman konflik internal/dalam negeri, disebabkan o/
tingginya benturan kepentingan antar parpol
• Sejak akhir tahun 1956 keadaan kondisi dan situasi politik
Indonesia semakin memburuk dan kacau. Keadaan
semakin memburuk karena daerah-daerah semakin
memperlihatkan gejolak dan gejala separatisme, seperti
pembentukan Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan
Garuda, Dewan Manguni, dan Dewan Lambung Mangkurat.
Daerah-daerah tersebut tidak lagi mengakui Pemerintahan
Pusat dan bahkan mereka membentuk pemerintahan
sendiri, seperti pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta).
Upaya “memperbaiki bangsa” …
• Pada tanggal 22 April 1959, di depan sidang
konstituante, Presiden Soekarno menganjurkan
untuk kembali kepada UUD 1945 sebagai UUD
Negara Republik Indonesia.
• Pemberlakuan kembali UUD 1945 merupakan
langkah terbaik untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit yang berisi sebagai
berikut.
• 1. Pembubaran Konstituante.
• 2. Belakunya kembali UUD 1945.
• 3. Tidak berlakunya UUDS 1950.
• 4. Pembentukan MPRS dan DPAS.
PELAKSANAAN SISTEM DEMOKRASI
TERPIMPIN
• Tindakan yang diambil oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 memenuhi harapan rakyat. Namun
harapan itu akhirnya hilang karena UUD 1945 tidak dilaksanakan
secara murni dan konsekuen.
• Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR.
Akan tetapi, kenyataan MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden
menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal ini terlihat
jelas dari tindakan Presiden dalam pengangkatan ketua MPRS yang
dirangkap oleh wakil Perdana Menteri III dan pengangkatan wakil-wakil
ketua MPRS yang dipilih dari pimpinan partai-partai besar (PNI, NU,
dan PKI) serta wakil ABRI yang masing-masing diberi kedudukan
sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
• Pembentukan MPRS dilakukan oleh Presiden Soekarno berdasarkan
Penetapan Presiden No. 2 tahun 1959. Tindakan yang dilakukan oleh
Presiden Soekarno itu bertentangan dengan UUD 1945, karena dalam
UUD 1945 telah ditetapkan bahwa pengangkatan anggota MPR sebagai
lembaga tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga
partai-partai yang terpilih oleh rakyatlah yang memiliki anggota-
anggotanya yang duduk di MPR.
“presiden” menetapkan konsep …
• Bentuk pelaksanaan lainnya dalam rangka Sistem Demokrasi
Terpimpin adala Pidato Presiden 17 Agustus 1959 yang berjudul
"Penemuan Kemabli Revolusi Kita". Pidato itu lebih dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia yang kemudian ditetapkan
sebagai GBHN atas usulan DPA yang bersidang pada tanggal 23-25
September 1959. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-Undang Dasar
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin
dan Kepribadian Indonesia).
• Anggota DPR hasil Pemilu I yang mencoba untuk melaksanakan
fungsinya dengan menolak RAPBN yang diajukan oleh Presiden
Soekarno dibubarkan, dan diganti dengan DPR-GR (Dewan Perwakiran
Rakyat Gotong Royong). Keanggotaan dalam DPR-GR diduduki oleh
beberapa partai besar, seperti PNI, NU, dan PKI. Ketiga partai ini
dianggap telah mewakili seluruh golongan seperti golongan
nasionalis, agama dan komunis yang sesuai dengan konsep Nasakom.
• Dalam pidato Presiden Soekarno pada upacara pelantikan DPR-GR
pada tanggal 25 Juni 1960 disebutkan tugas-tugas DPR-GR sebagai
berikut.
• 1. Melaksanakan Manipol.
• 2. Merealisasikan Amanat Penderitaan Rakyat.
• 3. Melaksanakan Demokrasi Terpimpin.
Tesis dan antitesis
• Konsep Nasakom memberi peluang yang besar kepada PKI untuk
memperluas dan mengembangkan pengaruhnya. Dalam
perkembangan selanjutnya, PKI mempengaruhi Sistem Demokrasi
Terpimpin dan terlihat dengan jelas bahwa konsep terpimpin dari
Presiden yang berporos Nasionalis, Agama dan Komunis (Nasakom)
mendapat dukungan sepenuhnya dari pimpinan PKI, DN Aidit. Bahkan
melalui Nasakom PKI berhasil meyakinkan Presiden Soekarno, bahwa
tanpa PKI Presiden akan menjadi lemah terhadap TNI. PKI yang pada
akhir tahun 1963 melancarkan kampanye "aksi sepihak" guna
memberlakukan undang-undang land reform dari tahun 1959-1960.
• Para pendukung Pancasila berupaya untuk menarik perhatian Presiden
Soekarno agar berpaling dari PKI. Mereka berdiri membela Pancasila
dengan membentuk Barisan Pendukung Soekarno (BPS). Akan tetapi,
pembentukan itu dilarang oleh Presiden. Bahkan partai Murba juga
dibubarkan karena dianggap menghalangi gerak dan langkah PKI.
• Usaha PKI untuk merobohkan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dihalangi TNI. Untuk mengimbangi TNI, PKI menyarankan
Presiden agar membentuk angkatan kelima yang terdiri dari buruh dan
tani. PKI juga menuntut agar dibentuk Kabinet Nasakom, karena
anggota PKI hanya sedikit yang duduk dalam kabinet dengan menteri-
menteri PKI (DN Aidit, NH Lukman, Nyoto) yang tidak memegang
departemen.
Dalam bidang ekonomi
• dipraktekan Sistem Ekonomi Terpimpin. Presiden
secara langsung terjun dan mengatur
pereknomian. Kegiatan perekonomian terpusat
pada pemerintah pusat. Pada akhir tahun 1965,
inflasi merajalela dan akhir tahun 1965, inflasi
telah mencapai 650 persen.
• Secara khusus sebab-sebab pokok kegagalan
ekonomi terpimpin adalah sebagai berikut.
• 1. Penanganan / penyelesaian masalah ekonomi
yang tidak rasional, lebih bersifat politis, dan
tanpa kendali.
• 2. Tidak ada ukuran yang objektif dalam menilai
suatu usaha atau hasil orang lain.
politik luar negeri
• terjadi penyimpangan terhadap politik bebas dan aktif. Pada masa
ini diberlakukan politik konfrontasi yang terarah pada negara-negar
kapitalis, seperti negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Politik konfrontasi dilandasi oleh pandangan tentang Nefo dan
Oldefo. Nefo (New Emerging Forces) merupakan kekuatan baru
yang sedang muncul, yakni negara-negara progresif revousioner
(termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang
anti imperialis dan anti kolonialis. Sedangkan, Oldefo (Old
Established) merupakan kekuatan lama yang telah mapan, yakni
negara-negara kapitalis dan neokolonialis dan imperialis (nekolim).
• Pemerintah Orde Lama di bawah pimpinan Presiden Soekarno juga
menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini
disebabkan pemerintah tidak setuju dengan pembentukan negara
Federasi Malaysia yang dianggap proyek neokolonialis Inggris
yang membahayakan Indonesia dan negara-negara Blok Nefo.
• Dalam rangka konfrontasi itu, Presiden Soekarno mengucapkan
Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964 yang
isinya sebagai berikut.
• 1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia.
• 2. Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri
dari Nekolim Malaysia.
Keanggotaan Indonesia di PBB
• Indonesia keluar dari keanggotaan di PBB pada
tanggal 7 Januari 1965 atas perintah Presiden Ir.
Soekarno. Indonesia kembali masuk menjadi
anggota PBB. 28 September 1966. Bersamaan
dengan masuknya kembali Indonesia menjadi
anggota PBB, Dr. Ruslan Abdul Gani ditunjuk
sebagai wakil tetap Indonesia di PBB.
• Keluarnya Indonesia dari keanggotaan di PBB
tanggal 7 Januari 1965 merupakan reaksi Presiden
Soekarno yang tidak puas atas terpilihnya Malaysia
menjadi anggota tidak tetap di PBB.
Selesai …

Anda mungkin juga menyukai