Anda di halaman 1dari 47

DEMOKRASI

TERPIMPIN
(1959-1965)
PRESIDEN SOEKARNO
Kompetensi dasar
3.4 Mengevaluasi perkembangan kehidupan
politik, sosial dan ekonomi bangsa Indonesia
pada masa Demokrasi Terpimpin.
4.4 Melakukan penelitian sederhana tentang
kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia
pada masa Demokrasi Terpimpin dan
menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis
Demokrasi terpimpin,
 juga disebut demokrasi terkelola, adalah istilah
untuk sebuah pemerintahan demokrasi dengan
peningkatan otokrasi. 
 Otokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang
oleh satu orang. Istilah ini diturunkan dari bahasa
Yunani autokratôr yang secara harfiah berarti
"berkuasa sendiri" atau "penguasa tunggal". 
Konsepsi Presiden 1957
 Konsepsi ini merupakan gagasan pembaruan
kehidupan politik dengan sistem demokrasi
terpimpin sebagai upaya penyelesaian
permasalahan bangsa Indonesia.
 Soekarno berpendapat bahwa sistem Demokrasi
Terpimpin adalah jawaban terhadap kegagalan
sistem Demokrasi Parlementer yang
memunculkan pergolakan, pembangkangan dan
instabilitas politik.
 Demokrasi Terpimpin berjalan berdasarkan Dekrit
Presiden Soekarno 5 Juli 1959 dan Tap MPRS No.
VIII/MPRS/1959. Paham demokrasi ini berdasarkan
paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
(Pancasila sila 4). Paham ini berintikan musyawarah
untuk mufakat secara gotong royong antara semua
kekuatan nasional yang revolusioner dengan
prinsip Nasakom (nasionalisme, agama,
dan komunisme). 
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi
terpimpin oleh Presiden Soekarno :

 Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan


separatis pada masa demokrasi liberal, menyebabkan
ketidakstabilan negara.
 Dari segi perekonomian  : Sering terjadinya pergantian
kabinet pada masa demokrasi liberal menyebabkan
program-program yang dirancang oleh kabinet tidak
dapat dijalankan secara utuh, sehingga
pembangunan ekonomi tersendat.
 Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun
UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950.
Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959
 Presiden Soekarno secara resmi menerapkan
pemikirannya dengan mengganti sistem Demokrasi
Parlementer menjadi Demokrasi Terpimpin. Melalui
sistem ini, Presiden Soekarno membawa Indonesia
ke dalam suasana konflik antar kekuatan politik
yang pada akhirnya melahirkan peristiwa
Gerakan 30 September 1965. Pemikiran politik
Soekarno akhirnya menjepit dirinya dan
mengantarkannya kepada kejatuhan kekuasaan yang
dipegangnya sejak 1960.
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Memahami perkembangan politik pada masa
Demokrasi Terpimpin mulai dari Menuju
Demokrasi Terpimpin, Peta Kekuatan Politik
Nasional, Perjuangan Pembebasan Irian Barat
(Trikora) dan Konfrontasi Malaysia (Dwikora).
 Memahami kebijakan dan sistem ekonomi pada
masa Demokrasi Terpimpin terkait dengan Dewan
Perancang Nasional, Devaluasi Mata Uang,
Deklarasi Ekonomi.
1. MENUJU DEMOKRASI
TERPIMPIN
Konsepsi Presiden 1957
 dalam pembaruan struktur politik harus
diberlakukan sistem demokrasi terpimpin yang
didukung oleh kekuatan- kekuatan yang
mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang.
 pembentukan kabinet gotong royong berdasarkan
imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas
wakil partai-partai politik dan kekuatan golongan
politik baru yang diberi nama oleh Presiden
Soekarno golongan fungsional atau golongan karya
Hasil Perhitungan di Dewan Konstituante terhadap
usulan kembali ke UUD 1945
5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan
dekrit

 Menetapkan pembubaran Konstituante.


 Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan dekrit
dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara (UUDS).
  Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR
ditambah dengan utusan-utusan dan golongan, serta
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung
Sementara (DPAS).
Suasana Pembacaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
DAMPAK POSITIF DAN
NEGATIF PELAKSANAAN
DEMOKRASI TERPIMPIN
DAMPAK POSITIF
 Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis
politik yang berkepanjangan
 Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945
dari kelangsungan hidup negara
 Merintis pembentukan lembaga tinggi negara yaitu
MPRS dan lembaga tinggi negara berupa DPAS
yang selama masa demokrasi Liberal tertunda
pembentukkannya
DAMPAK NEGATIF
 Memberi kekuasaan yang besar kepada Presiden,
MPR dan lembaga tinggi negara
 Memberi peluang bagi milliter untuk terjun dalam
bidang politik
TINDAKAN PRESIDEN
MENEGAKKAN
DEMOKRASI TERPIMPIN
Kabinet Kerja
 Dalam kabinet ini Soekarno bertindak selaku perdana
menteri, dan Djuanda menjadi menteri pertama
dengan dua orang wakil yaitu dr. Leimena dan dr.
Subandrio. Keanggotaan kabinet terdiri dari sembilan
menteri dan dua puluh empat menteri muda.
 Kabinet tidak melibatkan para ketua partai besar,
sehingga kabinet bisa dikatakan sebagai kabinet
non partai. Namun kabinet ini mengikutsertakan para
kepala staf angkatan, kepala kepolisian dan jaksa
agung sebagai menteri negara ex officio
MENTERI PERTAMA
DJUANDA KARTAWIJAYA
WAPERDAM I DAN II

Dr Leimena Dr Subandrio
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung
Sementara (DPAS)

 diketuai oleh Presiden Soekarno, dengan Roeslan


Abdulgani sebagai wakil ketuanya.
 DPAS bertugas menjawab pertanyaan presiden dan
berhak mengajukan usul kepada pemerintah.
“Manifesto Politik Republik Indonesia” sebagai
GBHN

 17 Agustus 1959, Presiden Soekarno menafsirkan


pengertian demokrasi terpimpinnya yang isinya
mencakup revolusi, gotong royong, demokrasi, anti
imperialisme-kapitalisme, anti demokrasi liberal,
dan perubahan secara total.
 Pidato tersebut diberi judul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita”amanat Presiden pada tanggal 17
Agustus 1959 dijadikan Garis-garis Besar Haluan
Negara.
Konflik antara ketua DPR dan Presiden

 Presiden tidak mau terikat dengan DPR


 DPR menolak Rencana Anggaran Belanja Negara
tahun 1960 yang diajukan oleh Pemerintah.
Penolakan tersebut membawa dampak pembubaran
DPR oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Maret
1960.
 Ia kemudian mendirikan DPR Gotong Royong
(DPRGR)
Liga Demokrasi
 Tokoh yang terlibat dalam Liga Demokrasi ini
meliputi tokoh partai NU, Masyumi, Partai Katolik,
Parkindo, IPKI dan PSII dan beberapa panglima
daerah yang memberikan dukungan. Kelompok ini
mengusulkan untuk penangguhan pembentukan
DPRGR. Namun Liga Demokrasi ini kemudian
dibubarkan oleh Soekarno.
Front Nasional.
 Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetapan
Presiden No. 13 tahun 1959. diketuai oleh Presiden
Soekarno.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS)

 Anggota MPRS pemilihannya dilakukan melalui


penunjukkan dan pengangkatan oleh presiden,
tidak melalui pemilihan umum sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.
regrouping kabinet tahun 1962
 DPRGR, DPA, Mahkamah Agung dan Dewan
Perancang Nasional dipimpin langsung oleh
Presiden
Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi
(MPPR)

 MPPR merupakan badan pembantu Pemimpin


Besar Revolusi (PBR) dalam mengambil kebijakan
khusus dan darurat untuk menyelesaikan revolusi.
2. PETA KEKUATAN
POLITIK NASIONAL
Soekarno, TNI AD, PKI
 Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik pada waktu itu
terpusat di tangan Presiden Soekarno. Presiden
Soekarno memegang seluruh kekuasaan negara
dengan TNI AD dan PKI di sampingnya.
 Menguatnya pengaruh TNI AD, membuat Presiden
Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD, terutama
Nasution dengan dua taktik, yaitu Soekarno berusaha
mendapat dukungan partai-partai politik yang berpusat di
Jawa terutama PKI dan merangkul angkatan-angkatan
bersenjata lainnya terutama angkatan udara.
MEI 1965 Pemimpin DN Aidit bersama Sukarno di
acara perayaan ulang tahun Partai Komunis Indonesia
Perayaan Milad PKI yang ke 45 di Jakarta pada
awal tahun 1965
3. PEMBEBASAN IRIAN
BARAT
4. KONFRONTASI TERHADAP
MALAYSIA
PIDATO GANYANG
MALAYSIA
Sebab konfrontasi
 munculnya keinginan Tengku Abdul Rahman dari
persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan Yu dari
Republik Singapura untuk menyatukan kedua
negara tersebut menjadi Federasi Malaysia.
Sebab konfrontasi
 menurut Presiden Soekarno pembentukan Federasi
Malaysia merupakan sebagian dari rencana Inggris
untuk mengamankan kekuasaanya di Asia Tenggara
Konferensi Maphilindo di Filipina tanggal 31 Juli-
5 Agustus 1963

 Konferensi Maphilindo menghasilkan tiga


dokumen penting, yaitu Deklarasi Manila,
Persetujuan Manila dan Komunike Bersama.
 Inti pokok dari tiga dokumen tersebut adalah
Indonesia dan Filipina menyambut baik
pembentukan Federasi Malaysia jika rakyat
Kalimantan Utara menyetujui hal itu.
Proklamasi federasi malaysia
 PBB membetuk tim penyelidik dipimpin Lawrence
Michelmore.
 Tim tersebut memulai tugasnya di Malaysia pada
tanggal 14 September 1963.
 Namun sebelum misi PBB menyelesaikan tugasnya
dan melaporkan hasil kerjanya, Federasi Malaysia
diproklamasikan pada tanggal 16 September 1963.
Oleh karena itu, pemerintah RI menganggap
proklamasi tersebut sebagai pelecehan atas martabat
PBB dan pelangggaran Komunike Bersama Manila.
3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengucapkan
(Dwi Kora)

 “Kami perintahkan kepada dua puluh satu juta


sukarelawan Indonesia yang telah mencatatkan
diri: perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan
bantuan perjuangan revolusioner rakyat-rakyat
Manila, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai
untuk membubarkan negara boneka Malaysia”.
Komando Siaga
 Untuk menjalankan konfrontasi Dwikora,
Presiden Soekarno membentuk Komando Siaga
dengan Marsekal Madya Oemar Dani sebagai
Panglimanya.
Malaysia dicalonkan menjadi anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB

 “Oleh karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang


belum diubah, yang tidak lagi mencerminkan
keadaan sekarang, jikalau PBB menerima Malaysia
menjadi anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia,
akan keluar, kita akan meninggalkan PBB
sekarang”.
 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima
sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, dengan spontan Presiden Sokearno
menyatakan “Indonesia keluar dari PBB”.

Anda mungkin juga menyukai