Anda di halaman 1dari 24

DEMOKRASI TERPIMPIN

Fanny Haifa Penanda


XII MIPA 5
P E N G E RT I A N D E M O K R A S I
TERPIMPIN
Demokrasi Terpimpin adalah suatu sistem pemerintahan dimana segala
kebijakan atau keputusan yang diambil dan dijalankan berpusat kepada satu
orang, yaitu pemimpin pemerintahan. Demokrasi terpimpin pertama kali
digunakan secara resmi pada pidato Presiden Sukarno pada tanggal 10
November 1956 di sidang konstituante di Bandung. Demokrasi terpimpin
dibuat dikarenakan timbulnya perlawanan terhadap keburukan yang ada
karena praktik demokrasi parlementer yang ada sebelumnya (liberal).
 TUJUAN DARI SISTEM DEMOKRASI
TERPIMPIN

Untuk mengganti demokrasi liberal yang dianggap


tidak stabil untuk negara Indonesia.
Untuk meningkatkan kekuasaan presiden pada
masa itu yang awalnya hanya sebatas sebagai kepala
negara menjadi pemegang kekuasaan tertinggi.
LATAR BELAKANG

Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno:


Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi
liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
Dari segi perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi
liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
Dari segi politik: Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno
diawali oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu
menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai
tindak lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh
anggota konstituante . Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka
mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno
tersebut.

Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa:


269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945

119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945


Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak
dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante
yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang
telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.

Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekret


yang disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959:
Tidak berlaku kembali UUDS 1950

Berlakunya kembali UUD 1945

Dibubarkannya konstituante
Pembentukan MPRS dan DPAS
CIRI-CIRI DEMOKRASI TERPIMPIN

Kekuasaan Presiden

Pada sistem demokrasi terpimpin, presiden berperan sebagai penguasa


tertinggi di dalam suatu negara. Di Indonesia sistem pemerintahan ini
diberlakukan pada 5 Juli 1959, dimana negara Indonesia berada di bawah
pemerintahan Presiden Soekarno kala itu.

Dengan berlakukan sistem demokrasi terpimpin, presiden Soekarno pada


masa itu dapat mengubah berbagai peran dari wakil rakyat yang dianggap tidak
sejalan dengan kehendaknya, khususnya di bidang politik.
Peran Partai Politik Terbatas

Pada masa berlakunya sistem demokrasi terpimpin, peran partai politik menjadi
sangat terbatas. Keberadaan partai politik seolah-olah hanya untuk menjadi pendukung
berbagai kebijakan presiden Soekarno.
 Peran Militer Semakin Besar

Pada masa demokrasi terpimpin, peran militer di Indonesia sangat kuat. Masa itu
militer memiliki dua fungsi (dwifungsi), yaitu sebagai garda pertahanan negara dan juga
berperan pada pemerintahan. Kuatnya peran militer pada pemerintahan ternyata
mengakibatkan kekacauan politik di Indonesia.
Paham Komunisme Berkembang

Pada masa itu, hubungan antara Presiden Soekarno dengan Partai


Komunis Indonesia (PKI) semakin baik. Dukungan PKI terhadap Presiden
Soekarno dimanfaatkan dengan baik sehingga paham komunisme
berkembang pesat pada masa itu.
Anti Kebebasan Pers

Pers yang memiliki peran sebagai penyambung suara rakyat pada


sistem politik dibatasi oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap
pers tersebut membuat sebagian besar media menutup diri dan tidak
berani mengedarkan berita karena adanya ancaman dicekal.
Sentralisasi Pemerintah Pusat

Sistem demokrasi terpimpin menimbulkan ketidakadilan, salah satunya


adalah pemerintahan yang dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat.
Peran partai politik semakin tidak jelas dalam pemerintahan sehingga
menimbulkan kekacauan.
Terjadi Pelanggaran HAM

Kebebasan pers yang terkekang, sentralisasi pemerintah pusat, dan


peran militer yang sangat besar berdampak pada meningkatnya tindakan
semena-mena terhadap masyarakat. Pelanggaran HAM sering dilakukan
oleh pemerintah jika menemukan masyarakat yang menentang kebijakan
pemerintah.
DAMPAK - DAMPAK
Dampak Positif
Negara terhindar dari perpecahan dan krisis yang tak berkesudahan.

Mengembalikan UUD 1945 sebagai pedoman dalam menjalankan


pemerintahan.
Menjadi awal dibentuknya Lembaga Tinggi Negara, yaitu MPRS dan DPAS.

Dampak Negatif
Presiden, MPR, dan lembaga tinggi negara lainnya memiliki kekuasaan yang
besar sehingga timbul potensi penyalahgunaan.
Memberlakukan Dwifungsi Militer sehingga Militer dapat ikut berpolitik.
P E R I S T I WA PA D A M A S A
DEMOKRASI TERPIMPIN
Pembentukan MPRS

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dibentuk berdasarkan Penpres No. 2


Tahun 1959. Para anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan sejumlah
persyaratan : setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju pada
manifesto politik. Keanggotaan MPRS terdiri atas 61 orang anggota DPR, dan 200 wakil
golongan. Chaerul Shaleh ditunjuk menjadi ketua MPRS. Tugas MPRS terbatas pada
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Beberapa keputusan yang dibuat oleh MPRS:
Melaksanakan Manifesto politik

Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup

Pidato presiden yang berjudul Berdiiri di atas Kaki Sendiri sebagai pedoman revolusi dan
politik luar negeri.
Pembentukan Dewan  Pertimbangan Agung

Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasakan Penpres No. 3


Tahun 1959. Lembaga tinggi Negara diketuai oleh presiden dan Roeslan Abdulgani
sebagai wakilnya. Tugas DPAS adalah member jawaban atas pertanyaan presiden dan
mengajukan usul kepada pemerintah.
Pembentukan Kabinet Kerja

Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet kerja. Karena tidak ada wakil
presiden, maka presiden mengadakan jabatan menteri pertama. Ir. Juanda ditunjuk untuk
memegang jabatan itu. Program kabinet kerja disebut dengan Tri Program meliputi:
mencukupi kebutuhan sandang pangan,
menciptakan keamanan Negara,
mengembalikan Irian Barat.
Pembentukan Front Nasional

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penpres No. 13 tahun


1959. Tujuan dari Front nasional adalah menyatukan segala
bentuk potensi nasional menjadi suatu kekuatan
menyukseskan pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh
Prsiden. Tugas dari Front Nasional adalah:
Menyeesaikan revolusi nasional
Melaksankan pembangunan
Mengambalikan Irian Barat
Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Depernas dipimpin oleh Mohammad Yamin dan beranggotakan 50


orang. Tugas Depernas adalah menyiapkan rancangan undang-undang
pembangunan nasional sekaligus menilai pelaksanaannya. Pada tahun 1963,
Depernas berganti naman menjadi Badan Perancang Pembangunan
Nasional (Beppenas). Ketua badan ini diambil alih oleh presiden. Tugas
Beppenas adalah:
Menyusun rencana pembangunan jangka panjang dan jangka pendek

Mengawasi pelaksanaan pembangunan

Menilai hasil kerja mendataris MPRS


Pembentukan DPR-GR

Pembubaran DPR hasil Pemiu 1955 disebabkan oleh penolakan


DPR terhadap RAPBN tahun 1960 yang diajukan oleh pemerintah.
Presiden kemudian mengeluarkan Penpres yang menyatakan DPR
dibubarkan. Sebagai gantinya presiden membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat gotong-Royong (DPR-GR) yang anggotanya
ditunjuk oleh presiden. Tugas DPR-GR adalah: melaksanakan
manifesto politik, mewujudkan amanat penderitaan rakyat,
melaksanakan demokrasi terpimpin.
Pembubaran Masyumi dan PSI

Pada tanggal 17 Agustus 1960, pemerintah membubarkan Partai


Masyumi dan PSI. Pertimbangan pembubaran dua partai tersebut adalah
dikarenakan pemimpin-pemimpinnya turut serta memberikan bantuan
terhadap pemberontakan PRRI dan Permesta. Pembubaran partai politik
merupakan gagasan dari Presiden Soekarno, hal ini mengacu keberadaan
partai politik pada Demokrasi Liberal yang memunculkan ketidakstabilan
dalam pemerintahan. Ide tentang pembubaran partai politik ini
mendapatkan tentangan dari berbagai pihak, salah satunya dari Hatta. Oleh
karena itu,  Hatta kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
wakil presiden Indonesia pada tanggal 1 Desember 1956.
Pembebasan Irian Barat

Pada Demokrasi Liberal sudah dilakukan berbagai upaya dalam rangka


pengembalian Irian Barat kepada Indonesia. Setiap Perdana Menteri pada masa
Demokrasi Liberal dalam program kerjanya terdapat upaya pengembalian Irian
Barat. Namun berbagai upaya tersebut belum mampu mengembalikan Irian Barat.
Perjuangan Irian Barat kemudian berlangsung pula pada masa Demokrasi
Terpimpin. Berbagai upaya dilakukan baik itu memalui upaya diplomasi, 
konfrontasi politik, konfrontasi Ekonomi, pengumuman Trikora oleh presiden,
hingga operasi militer ke Irian Barat. Perjuangan tersebut menemui titik terang
dengan adanya Perjanjian New York yang salah satu poin utamanya adalah wilayah
Irian Barat diserahkan kepada Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963.
Ekonomi pada Demokrasi Terpimpin

Demokrasi Terpimpin dibentuk Seokarno pasca adanya Dekrit


Presiden 5 Juli 1959. Dalam bidang ekonomi dipraktekkan ssstem
ekonomi  Terpimpin, Presiden Soekarno secara langsung terjun dan
mengatur perekonomian-perekonomian yang terpusat pada
pemerintah pusat yang menjurus pada sistem ekonomi etatime
menyebabkan menurunnya kegiatan ekonomi. Pada gilirannya
keadaan perekonomian mengalami invlasi yang cukup parah. Pada
akhir tahun 1965 inflasi telah mencapai 650 persen.
Penyimpangan Demokrasi Terpimpin di Indonesia

 Berbagai penyimpangan yang muncul antara lain:


Prosedur pembentukan MPRS dan DPRS, yang keduanya ditetapkan oleh Penpres. Pada
hal menurut undang-undang kedua lembaga tersebut dibentuk berdassakan pemilu.
Membubarkan DPR hasil pemilu 1955, menurut UUD 1945 bahwa DPR adalah mitra
presiden dalam membuat undang-undang dan menetapkan RAPBN.
Menjadikan kedudukan pemimpin lembaa tertinggi dan lembaga Negara sebagai
menteri yang berarti sebagai pembantu presiden. Pada hal menurut UUD 1945 kedudukan
MPR berada di atas presiden, sedangkan kedudukan lembaga-lembaga tinggi sejajar
dengan presiden.
Membentuk Front Nasional dan Musyawarah Pembantu pimpinan Revolusi. Kedua
lembaga tersebut tidak ada dalam UUD 1945.
Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pada masa Demokrasi Terpimpin, politik luar negeri Indonesia lebih condong ke
blok Timur hal ini dikarenakan kekecewaan Indonesia terhadap negara-negara Barat
yang dianggap kurang mendukung perjuangan Indonesia dalam upaya pembebasan
Irian Barat.
Beberapa kebijakan luar negeri yang ditempuh oleh presiden Seokarno antara lain:
Bersama dengan Yugoslavia, India, Ghana, dan Mesir, Indonesia memprakarsai
berdirinya Gerakan Non Blok (1961)
Pada saat pelaksanaan ASIAN Games ke-4 yang dilakukan di Jakarta, Indonesia
tidak mengundang Israel dan Taiwan.
Presiden Soekarno membagi kekuatan dunia menjadi dua yaitu Oldefo dan Nefo

Melakukan konfrontasi dengan Malaysia


B E R A K H I R N YA D E M O K R A S I
TERPIMPIN
Demokrasi Terpimpin berakhir setelah terjadinya peristiwa G 30 S/PKI yang diikuti
berbagai peristiwa lainnya. Dalam menganggapi aksi Demo Mahasiswa yang terkenal
dengan tuntutannya, yakni TRITURA, presiden Soekarno memberikan Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar) kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan untuk
menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan, demi keutuhan
bangsa dan negara Republik Indonesia. Keluarnya Supersemar ini kemudian
menimbulkan dualisme kepemimpinan yang mana Presiden Seokarno masih sah sebagai
presiden Indonesia, sedangkan dalam menjalankan kebijkan dilakukan oleh pengemban
Supersemar, yakni Letjen Soeharto. Keputusan tentang pengemban Supersemar diperkuat
dengan adanya Sidang Umum  MPRS IV yang salah satu hasilnya adalah Tap MPRS No.
IX/MPRS/1966 mengesahkan dan mengukuhkan Supersemar.
Selain itu juga keluar Tap MPRS No. XV/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa apabila
presiden berhalangan, pemegang Supersemar berfungsi sebagai pemegang jabatan presiden.
Pada tahun 1967, MPRS melakukan sidang meminta pertanggungawaban Presiden Seokarno.
Pada sidang tersebut presiden Soekarno membacakan pidato Nawaksara dan kemudian
ditambah dengan Pelengkap Nawaksawa. Akan tetapi pidato pertanggungjawaban presiden
tersebut ditolak. Hasil Sidang Istimewa dikeluarkannya Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967
tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat
Letjen Soeharto sebagai pejabat presiden. Pada tanggal 21-30 Maret 1968 diadakan Sidang
Umum V MPRS menghasilkan keputusan pengangkatan Soeharto dari Pejabat Presiden menjadi
Presiden Republik Indonesia ke-2. Pengangkatan Soeharto sebagai presiden ke-2 dilakukan
pada tanggal 27 Maret 1968.Berbagai peristiwa dari keluarnya Supersemar hingga berujung
dengan pengangkatan Soeharto sebagai presiden Indonesia ini menandakan berakhirnya
Demokrasi Terpimpin berganti dengan masa Orde Baru.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai