Anda di halaman 1dari 4

SISTEM DAN PERKEMBANGAN POLITIK

MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1965)


A. Menuju Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem politik yang pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Dalam demokrasi terpimpin, kekuasaan
dan keputusan politik terpusat pada pemimpin negara secara mutlak sesuai dengan UUD
1945.

Praktik secara resmi demokrasi terpimpin berlangsung di Indonesia dari tanggal 5 Juli 1959
hingga 11 Maret 1966, periode ini juga disebut dengan istilah Orde Lama. Demokrasi
terpimpin merupakan peralihan dari Demokrasi Liberal
Mengapa Demokrasi Liberal digantikan dengan Demokrasi Terpimpin?
Beberapa faktor politik yang membuat sistem Demokrasi Liberal berakhir antara lain :
 Partai politik masing-masing mementingkan kepentingan golongannya.
 Seringnya terjadi pergantian kabinet yang membuat pemerintahan tidak stabil
 Dewan Konstituante yang dibentuk melalui pemilihan umum gagal menyelesaikan
tugasnya untuk menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia

Kondisi tersebut membuat presiden Soekarno mengusulkan untuk menyederhanakan partai


politik yang ada dan membentuk kabinet yang berintikan 4 partai yang menang dalam Pemilu
1955. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, pada tanggal 21 Februari 1957, di hadapan
para tokoh politik dan tokoh militer, Presiden Soekarno menawarkan konsepsinya untuk
menyelesaikan dan mengatasi krisis-krisis kewibawaan pemerintah yang terlihat dari jatuh
bangunnya kabinet.

Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konsepsi presiden 1957 sebagai berikut:

1. Pemberlakukan sistem Demokrasi terpimpin yang didukung oleh kekuatan politik yang
mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang. Langkah ini dilakukan untuk
memperbarui struktur politik bangsa Indonesia.

2. Pembentukan Kabinet Gotong royong berdasarkan perimbangan kekuatan masyarakat.


Kabinet tersebut terdiri atas wakil-wakil partai politik dan kekuatan politik yang disebut
golongan karya.

Pada sidang konstituante pada 22 April 1959, Presiden Soekarno mengusulkan untuk
memberlakukan kembali UUD 1945. Usulan tersebut memicu pro kontra. Selanjutnya
dilakukan pemungutan suara. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 269 orang setuju
kembali pada UUD 1945. Dan sisanya sebanyak 119 orang tidak setuju alias tetap ingin
menggunakan UUDS 1950.

Berdasarkan hasil pemungutan suara tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit


Presiden pada 5 Juli 1959, yang menghasilkan keputusan antara lain sebagai berikut:

1. Pembubaran konstituante
2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945

3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terdiri atas


anggota DPR ditambah utusan daerah dan golongan serta Dewan pertimbangan Agung
Sementara (DPAS).

Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 menandakan dimulainya


Demokrasi Terpimpin.

B. Perkembangan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin

Kekuatan politik Demokrasi Terpimpin antara tahun 1960-1965, seluruh kekuasaan


negara dipegang penuh oleh Presiden Soekarno. Presiden Soekarno menjalankan tugasnya
dengan didampingi Angkatan Darat dan PKI di sampingnya.

Presiden Soekarno selalu mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki lima


gagasan penting yang terangkum dalam Manisfeesto Politik, yaitu: Undang-Undang
Dasar 1945 Sosialisme Indonesia Demokrasi Terpimpin Ekonomi Terpimpin Kepribadian
Indonesia Sejak tahun 1961, Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu yang harus
dipelajari dalam dunia pendidikan.

 Partai Politik

Politik Demokrasi Terpimpin juga membatasi adanya partai politik. Pembatasan


dilakukan melalui Penetapan Presiden No 7 tahun 1959 tentang syarat-syarat
penyederhanaan partai yang berbunyi:

1. Menerima dan membela konstitusi 1945 dan Pancasila


2. Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita
politiknya.
3. Partai politik setidaknya memiliki cabang diseperempat wilayah
Indonesia.
4. Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
5. Presiden berhak membubarkan partai yang terindikasi berusaha
merongrong politik pemerintah dan mendukung pemberontakan.

Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui sembilan partai politik yaitu PKI,
Partai Murba, Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan Partindo

 Konflik DPR

Dalam perkembangan pilitik Demokrasi Terpimpin, terjadi pecah konflik antara


Presiden dan DPR karena banyak fraksi yang menolak kebijakan Presiden
Soekarno. Puncak konflik terjadi, ketika DPR menolak RAPBN 1960 yang
diajukan pemerintah. Penolakan tersebut kemudian dijadikan alasan Presiden
untuk membubarkan DPR hasil pemilu 1955. Setelah itu, Presiden Soekarno
membentuk Dewan Perwkilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Pemilihan
anggota DPR dilakukan oleh presiden sendiri dan harus terikat dengan aturan
presiden.
 Partai Komunis Indonesia (PKI)

Dalam perjalanannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom, sehingga berhasil mendapatkan


tempat dalam konstelasi politik Indonesia. Strategi ini juga meyakinkan Presiden Soekarno
bahwa PKI merupakan partai pendukung utama kebijakan pemerintah.

C. Dampak Positif Demokrasi Terpimpin


1. Mencegah Krisis Ekonomi yang Berkepanjangan
Demokrasi terpimpin dapat mencegah adanya krisis ekonomi berkepanjangan.
Namun, isu-isu tersebut dapat diatasi dengan adanya demokrasi terpimpin. Presiden
memegang kendali atas negara, sehingga tidak terjadi bias antara satu lembaga dan
lembaga lain.

2. Awal Pembentukan Lembaga Negara


Lembaga-lembaga negara di Indonesia mulai lahir saat demokasi terpimpin.
Contohnya saja seperti MPRS dan DPRS yang menjalankan tugas sesuai dengan
tupoksi masing-masing.

3. Diberlakukannya UUD 1945


Seperti yang kita ketahui, pada masa pemerintahan demokrasi liberal, undang-undang
yang berlaku adalah UUDS 1950. Namun, rakyat Indonesia merasa UUDS 1950
dengan sistem liberal tidak cocok dengan kepribadian bangsa. Oleh karena itu,
Presiden Soekarno sudah tidak lagi menggunakan UUDS 1950 pada masa demokrasi
terpimpin dan kembali dengan UUD 1945.

4. Penguatan Negara
Setelah terbentuknya lembaga negara dan diberlakukannya kembali UUD 1945,
bangsa Indonesia semakin stabil dan kuat. Presiden Soekarno dapat melakukan
pembaharuan di berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, dan sosial

D. Dampak Negatif Demokrasi Terpimpin

1. Kekurangan kebebasan politik


Demokrasi terpimpin dapat membatasi kebebasan politik, termasuk kebebasan berpendapat,
kebebasan pers, dan kebebasan berserikat. Kritik terhadap pemerintah sering kali ditindas dan
oposisi politik dibatasi.

2. Konsentrasi kekuasaan
Dalam demokrasi terpimpin, kekuasaan cenderung terpusat pada pemimpin atau kelompok
kecil yang berkuasa. Hal ini dapat menyebabkan konsentrasi kekuatan politik dan ekonomi
yang tidak sehat, yang dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.

3. Kurangnya akuntabilitas
Pemerintahan dalam demokrasi terpimpin mungkin kurang akuntabel karena kendali yang
kuat dalam pengambilan keputusan dan kurangnya mekanisme pengawasan independen. Hal
ini dapat mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan tanpa konsekuensi yang memadai.
4. Kurangnya pluralisme politik
Demokrasi terpimpin sering kali membatasi partai politik dan oposisi yang dapat beroperasi
secara efektif. Dominasi partai tunggal atau kelompok politik yang kuat dapat menghambat
munculnya alternatif politik dan pluralisme dalam sistem politik.
E. Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 pada Masa Demokrasi
Terpimpin

1) Pembentukan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom)

2) Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur
hidup

3) Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden


4) Pengangkatan ketua DPR Gotong Royong/MPRS menjadi menteri negara oleh
presiden
5) GBHN yang bersumber pada pidato presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul ‘Penemuan Kembali Revolusi Kita’ ditetapkan oleh DPA bukan
MPRS

Anda mungkin juga menyukai