Praktik secara resmi demokrasi terpimpin berlangsung di Indonesia dari tanggal 5 Juli 1959
hingga 11 Maret 1966, periode ini juga disebut dengan istilah Orde Lama. Demokrasi
terpimpin merupakan peralihan dari Demokrasi Liberal
Mengapa Demokrasi Liberal digantikan dengan Demokrasi Terpimpin?
Beberapa faktor politik yang membuat sistem Demokrasi Liberal berakhir antara lain :
Partai politik masing-masing mementingkan kepentingan golongannya.
Seringnya terjadi pergantian kabinet yang membuat pemerintahan tidak stabil
Dewan Konstituante yang dibentuk melalui pemilihan umum gagal menyelesaikan
tugasnya untuk menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konsepsi presiden 1957 sebagai berikut:
1. Pemberlakukan sistem Demokrasi terpimpin yang didukung oleh kekuatan politik yang
mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang. Langkah ini dilakukan untuk
memperbarui struktur politik bangsa Indonesia.
Pada sidang konstituante pada 22 April 1959, Presiden Soekarno mengusulkan untuk
memberlakukan kembali UUD 1945. Usulan tersebut memicu pro kontra. Selanjutnya
dilakukan pemungutan suara. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 269 orang setuju
kembali pada UUD 1945. Dan sisanya sebanyak 119 orang tidak setuju alias tetap ingin
menggunakan UUDS 1950.
1. Pembubaran konstituante
2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945
Partai Politik
Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui sembilan partai politik yaitu PKI,
Partai Murba, Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan Partindo
Konflik DPR
4. Penguatan Negara
Setelah terbentuknya lembaga negara dan diberlakukannya kembali UUD 1945,
bangsa Indonesia semakin stabil dan kuat. Presiden Soekarno dapat melakukan
pembaharuan di berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, dan sosial
2. Konsentrasi kekuasaan
Dalam demokrasi terpimpin, kekuasaan cenderung terpusat pada pemimpin atau kelompok
kecil yang berkuasa. Hal ini dapat menyebabkan konsentrasi kekuatan politik dan ekonomi
yang tidak sehat, yang dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.
3. Kurangnya akuntabilitas
Pemerintahan dalam demokrasi terpimpin mungkin kurang akuntabel karena kendali yang
kuat dalam pengambilan keputusan dan kurangnya mekanisme pengawasan independen. Hal
ini dapat mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan tanpa konsekuensi yang memadai.
4. Kurangnya pluralisme politik
Demokrasi terpimpin sering kali membatasi partai politik dan oposisi yang dapat beroperasi
secara efektif. Dominasi partai tunggal atau kelompok politik yang kuat dapat menghambat
munculnya alternatif politik dan pluralisme dalam sistem politik.
E. Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 pada Masa Demokrasi
Terpimpin
2) Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur
hidup