Disusun Oleh :
Kelompok 9 THP A
Setiani Pramudhita (1914051015)
Rifdah Mardiyah (1914051039)
Ari Pranata (1954051009)
Made Chendy CMV (1954051011)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir Murhadi, M.Si
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan
sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun penopang
pembangunan. Pertanian dalam pengertian yang luas yaitu kegiatan manusia untuk
memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang pada
mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang
telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan tumbuhan atau hewan tersebut.
Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan pangan, holtikultura, perikanan,
peternakan, dan kehutanan (Van Aarsten,1953).
Salah satu tanaman pertanian yang dapat dikembangkan dengan mudah di Indonesia
serta memiliki potensi dan prospek yang bagus adalah tanaman rempah-rempah dan
obat-obatan. Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa
kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau perisa
dalam masakan. Rempah-rempah biasanya dibedakan dengan tanaman lain yang
digunakan untuk tujuan yang mirip, seperti tanaman obat, sayuran beraroma, dan
buah kering. Sedangkan Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan
yang dapat digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan
sebagai bahan obat sintetik (Pribadi, 2009).
Di Indonesia, tanaman obat dimanfaatkan sebagai bahan jamu gendong, obat herbal,
makanan penguat daya tahan tubuh, kosmetik serta bahan baku industri makanan dan
minuman. Tanaman rempah-rempah dan obat-obatan yang sudah dikenal lama
mengandung komponen fitokimia yang berperan penting untuk pencegahan dan
pengobatan berbagai penyakit. Kebutuhan akan tanaman rempah dan obat terus
meningkat sejalan dengan munculnya kecenderungan untuk kembali ke alam dan
adanya anggapan bahwa efek samping yang ditimbulkannya tidak sebesar obat
sintetis (Pribadi, 2009).
Oleh karena itu, diharapkan Indonesia dapat lebih fokus lagi untuk mengembangkan
jenis tanaman ini. Dengan begitu, sektor pertanian di Indonesia dapat bersaing dengan
negara-negara lain yang lebih maju. Salah satu contoh negara tetangga yang sukses di
bidang pertanian yaitu Vietnam dan Thailand, dapat kita dijadikan motivasi bagi kita
untuk lebih berusaha memajukan dunia pertanian di negara kita. Dalam makalah ini,
akan dibahas prospek dan potensi dari tanaman rempah-rempah dan obat yang
berpotensi besar sebagai sumber bahan pangan fungsional (Nurdjanah dan Winarti,
2005).
II. TABEL DAN GRAFIK
Rempah-rempah dan tanaman obat yang dapat tumbuh di Indonesia sangat beragam
jenisnya begitu pula di Lampung. Lampung memproduksi jenis rempah unggulan
yaitu lada. Selain itu, jenis rempah-rempah dan tanaman obat yang dapat tumbuh di
Lampung masih banyak jenisnya dan tidak mungkin dijabarkan satu persatu. Oleh
karena itu, kelompok kami memilih menggunakan data dari lada yang memang sudah
terkenal di Lampung.
Tabel 1. Luas Areal Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Tanaman Lada
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2013.
Sumber : http://digilib.unila.ac.id/33827/3/3.
Grafik 1. Grafik Luas Areal Lahan dan Jumlah Produksi Lada Di Provinsi
Lampung Tahun 2013
20000
15000
0
i
an ah ur ra rat an ng rat ng an u us ro uj rat
le at eng Tim Uta Ba Kan awa Ba pu war sew gam et Mes Ba
g g m g M r
g S ng T ung ung un ay g B an r La esa rin ang isi
un u p p p W la n aw a P P T P es
p p m d
m m Lam Lam La Tu ng B an
La La l a B
Tu
Berdasarkan grafik di atas maka diperoleh hasil bahwa pada tahun 2013 wilayah
sentral untuk luas areal lahan, jumlah produksi dan produktivitas tanaman lada
menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Utara,
Way Kanan, dan Lampung Barat. Diperoleh data bahwa luas area lahan di Lampung
Utara yaitu 23.417, di Way Kanan sebesar 12.115, dan di Lampung Barat sebesar
9.434 dalam satuan hektar. Sedangkan jumlah produksinya untuk Kabupaten
Lampung Utara adalah 11.237, di Way Kanan sebesar 3.612, dan di Lampung Barat
sebesar 3.958 dalam satuan ton. Untuk produktivitas diperoleh hasil di Kabupaten
Lampung Utara sebesar 479 dari jumlah luas lahan dan produksi, di Way Kanan
sebesar 298 , dan di Lampung Barat sebesar 419 dalam satuan kilogram per hektar.
Tabel 2. Luas Areal Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Tanaman Lada
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2015.
Grafik 2. Grafik Luas Areal Lahan dan Jumlah Produksi Lada Di Provinsi
Lampung Tahun 2015
10000
8000
6000
Luas Areal (Ha)
4000 Produksi (Ton)
2000
0
i
an ah ur ra rat an ng rat ng an u us ro uj rat
le at eng Tim Uta Ba Kan awa Ba pu war sew gam et Mes Ba
S T g g ng y B ng am sa ng g M ir
ung ung pun pun pu Wa ang wa ar L Pe Pri Tan esis
p p m l a d P
m m Lam Lam La Tu ng B an
La La la B
Tu
Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh hasil bahwa pada tahun 2015 wilayah sentral
untuk luas areal lahan, jumlah produksi dan produktivitas tanaman lada menurut
kabupaten/kota di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Utara, Lampung
Barat, dan Way Kanan. Diperoleh data bahwa luas area lahan di Lampung Utara yaitu
11.401, di Lampung Barat sebesar 7.686, dan di Way Kanan sebesar 10.088 dalam
satuan hektar. Sedangkan jumlah produksinya untuk Kabupaten Lampung Utara
adalah 3.689, di Lampung Barat sebesar 3.644, dan di Way Kanan sebesar 1.317
dalam satuan ton. Untuk produktivitas diperoleh hasil di Kabupaten Lampung Utara
sebesar 323, di Lampung Barat sebesar 474, dan di Way Kanan sebesar 130 dalam
satuan kilogram per hektar.
Tabel 3. Luas Areal Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Tanaman Lada
Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2017.
20000
15000
0
i
an ah ur ra rat an ng rat ng an u us ro uj rat
le at eng Tim Uta Ba Kan awa Ba pu war sew gam et Mes Ba
g g m g M r
g S ng T ung ung un ay g B an r La esa rin ang isi
u n u p p p W l a n aw a P P T Pes
p p m
m m Lam Lam La Tu ng B an
d
La La l a B
Tu
Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh hasil bahwa pada tahun 2017 wilayah
sentral untuk luas areal lahan, jumlah produksi dan produktivitas tanaman lada
menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2013 adalah Kabupaten
Lampung Utara, Way Kanan, dan Lampung Barat. Diperoleh data bahwa luas area
lahan di Lampung utara yaitu 23.752, di Way Kanan sebesar 12.081, dan di Lampung
Barat sebesar 9.447 dalam satuan hektar. Sedangkan jumlah produksinya untuk
Kabupaten Lampung Utara adalah 11.133, di Way Kanan sebesar 3.110, dan di
Lampung Barat sebesar 2.999 dalam satuan ton. Untuk produktivitas diperoleh hasil
di Kabupaten Lampung Utara sebesar 468, di Way Kanan sebesar 317, dan di
Lampung Barat sebesar 340 dalam satuan kilogram per hektar. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Way Kanan
merupakan sentral produksi lada di tahun 2013, 2015, dan 2017.
Tabel 4. Tabel Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Luas Areal Lahan Di Provinsi
Lampung Tahun 2013, 2015, dan 2017.
No Tahun Luas Areal (Ha)
1 2013 61.982
2 2015 45.853
3 2017 63.640
Jumlah 171.475
Berdasarkan grafik 4, tentang jumlah luas areal perkebunan lada di Provinsi Lampung
pada tahun 2013, 2015, dan 2015 mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun
2013 ke 2015 jumlah luas lahan perkebunan lada di Provinsi Lampung mengalami
penurunan. Kemudian pada tahun 2015 ke 2017 luas lahan perkebunan lada di
Provinsi Lampung mengalami kenaikan. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal
tersebut tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor diantaranya adanya pengalihan
fungsi lahan perkebunan sebagai lahan sawah untuk menanam padi karena kebutuhan
utama masyarakat Indonesia adalah padi. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat dengan pesat menjadikan lahan pertanian dan perkebunan beralih
fungsi menjadi rumah-rumah tempat tinggal masyarakat.
25000
10000
5000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pohon industri dari beberapa contoh tanaman rempah-rempah dan obat yang dapat
digambarkan adalah pala, lada, dan cengkeh. Berikut adalah pohon industrinya:
Produk primer Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding,
saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai
sebagai campuran parfum atau sabun. Adapun produk sekunder buah pala yang terdiri
dari kulitnya dapat dijadikan bahan tambahan obat pengusir nyamuk; dagingnya yang
mengandung banyak nutrisi dapat dijadikan bahan dasar pembuatan berbagai jenis
makanan dan minuman seperti manisan, sirup, dan permen; biji dan fulinya sering
dijadikan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri; begitu juga dengan daunnya,
namun pada daging buahnya pun sering dijadikan bahan baku minyak atsir.
Produk diversifikasi buah pala yang prospektif sesuai bobot adalah manisan basah
dan kering menempati urutan pertama yang memiliki bobot tertinggi (0,1843), yang
kedua adalah sirup pala (0,1450), ketiga biji dan fuli (0,1360) yang diikuti produk
selai pala (0,0997) minyak Atsiri (0,0967), sari buah (0,0906), Kecap (0,0876),
Mentega Pala (0,0846), dan Permen Pala memiliki bobot terendah (0,0755). Kondisi
tersebut akan berkembang sesuai dengan perilaku konsumen serta kondisi dan
perkembangan pasar ( Luthfi, 2016).
Tanaman ini merupakan salah satu komoditas perdagangan dunia dan lebih dari 80%
hasil lada Indonesia diekspor ke negara luarRasa pedas lada diakibatkan oleh
adanya zat piperin, piperanin, dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari
piperin dengan semacamalkaloid. Chavicin banyak terdapat dalam daging biji
lada (mesocarp) dan tidak akan hilang walaupun biji yang masih berdaging dijemur
hingga lebih pedas dibanding lada putih. Aroma biji berasal dari minyak atsiri
yang terdiri dari beberapa jenisminyak terpen (terpentin) lada hitam dan lada
putih dengan senyawa kimiakadar air, zat protein, zat karbohidrat, minyak atsiri
dan piperin (alkaloid). Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan
senyawa amidabasa lemah yang dapat membentuk garam dan asam mineral kuat.
Tumbuhan yang termasuk jenis piper selain mengandung 5–9% piperin juga
mengandung minyak atsiri berwarna kuning berbau aromatis senyawa berasa pedas
(kavisin), amilum, resin, dan protein. Piperin berupa kristal berbentuk 8 jarum
berwarna kuning, tidak berbau,tidak berasa lama-lama pedas. Piperinbila
dihidrolisis dengan KOH akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin.
Manfaat untuk obat-obat tradisional maupun modern, khasiatnya sebagai stimulan
pengeluaran keringat (diaphoretik), pengeluaran angin (carminativ), peluruhan air
kencing (diuretik), peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar-
kelenjar pencernaan, dan percepatan pencernaan zat lemak. Produk sekunder dari biji
lada pun dapat dipakai untuk ramuan obat reumatik farfum, pestisida nabati, pada
lada mengandung zat racun, oleh karena itu, lada dapat digunakan sebagai insektisida
pembunuh serangga. Ekstrak kasar lada hitam juga sangat toksik terhadap hama
kapas ( Luthfi, 2016).
Cengkih dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau
sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia,
cengkih digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai
bahan dupa di Republik Rakyat Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkih digunakan di
aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkih kering yang
ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk
mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram
daun cengkih kering per tanaman ( Luthfi, 2016).
3.2 Prospek dan Potensi Dari Tanaman Yang Dihasilkan Dari Berbagai
Tanaman Rempah-Rempah dan Obat-Obatan
Rempah-rempah adalah bagian tanaman yang berasal dari bagian batang, daun, kulit
kayu, umbi, rimpang (rhizome), akar, biji, bunga atau bagian-bagian tubuh tumbuhan
lainnya. Contoh rempah-rempah yang merupakan biji dari tanaman yaitu biji adas,
jinten dan ketumbar. Rempah-rempah berbahan baku rimpang yaitu tanaman jahe,
kunyit, lengkuas, temulawak, dan kapulaga. Daun-daun yang sering dipakai antara
lain adalah daun jeruk, daun salam, seledri, dan daun pandan.
Herba atau tanaman obat adalah tumbuhan yang memiliki manfaat dalam menjaga
kesehatan tubuh serta penyembuhan berbagai penyakit. Penggunaan herba sebagai
tanaman obat banyak berkembang terutama dalam masyarakat dunia timur. Selain
dukungan sumberdaya alam yang melipah, aspek-aspek pengetahuan dan kearifan
lokal yang kaya mendukung pengetahuan tentang tanaman obat dunia timur lebih
kaya dibandingkan masyarakat Eropa. Ekplorasi potensi herba sebagai tanaman obat
semakin mengukuhkan peran penting herba dalam pengobatan modern saat ini.
Tanah yang subur dengan cuaca sepanjang tahun yang stabil menjadi peluang
berbagai jenis rempah-rempah dan herba dapat tumbuh di Indonesia. Beberapa daerah
mempunyai gunung berapi aktif memberikan kondisi ideal bagi rempah-rempah dan
herba untuk tumbuh optimal dan menghasilkan senyawa kimia dengan kualitas
terbaik di dunia. Tidak hanya itu, beberapa tanah yang kurang rempah-rempah masih
dapat tumbuh dengan baik. Hal ini membuka peluang bagi kontribusi gerakan
penanaman rempah-rempah dalam konservasi lahan dengan potensi pendapatan
ekonomi yang menjanjikan (De Guzman dan Siemonsma, 1999).
3.2.1 Pala
. Pala diduga tanaman asli Indonesia, khususnya dari wilayah kepulauan di Indonesia
timur. Pulau Banda dan Maluku sering disebut sebagai asal dari tanaman pala.
Penyebaran pala ke Indonesia bagian barat, terutama Jawa dan Sumatera, diduga
dilakukan oleh saudagar-saudagar rempah yang berlayar dari Indonesia timur dan
singgah di Jawa dan Sumatera akhir abad 12. Semua bagian dari buah pala dapat
dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi. Nilai ekonomi pala terutama berasal
dari buah.
Namun demikian, jika dikelola dengan baik kulit batang dan daun tanaman pala
adalah sumber minyak atsiri. Kayu dari batang utama tanaman pala jarang dijual
sebagai kayu bangunan. Bagian utama yang bermanfaat dan digunakan secara luas
sebagairempah adalah biji , salut biji (arillus) dan daging buah pala. Salut biji
diperdagangkan secara luas dan dikenal sebagai mace.
3.2.2 Cengkeh
Cengkeh Syzygium aromaticum (L). diduga berasal dari Indonesia. Cengkeh dapat
tumbuh optimal pada area dengan ketinggian 0 - 1000 meter, namun dilaporkan akan
memberikan hasil panen optimal pada daerah dengan kisaran pertumbuhan 300 – 600
dpal dengan suhu berkisar antara 22°-30°C. Curah hujan tahunan yang sesuai bagi
pertumbuhan cengkeh adalah 1500-2500 mm. Oleh karena itu, Indonesia menjadi
salah satu contoh negara yang berpotensi untuk menanam cengkeh (De Guzman
CCand Siemonsma. 1999).
Cengkeh adalah salah satu tanaman bernilai ekonomi tinggi dalam ekosistem kebun
dan pekarangan rumah. Bagian utama yangdimanfaatkan adalah bunga . Cengkeh
sengaja ditanam sebagai salah satu tanaman pokok diantara berbagai jenis tanaman
kebun lainnya. Cengkeh di perkebunan rakyat terutama ditanam untuk memenuhi
industri rokok (kretek) tradisional, kosmetik, kesehatan, makanan dan minyak
atsiri.Produksi cengkeh dari tahun ke tahun fluktuatif, namun menunjukkan
pendapatan ekonomi yang semakin meningkat .
3.2.4 Kunyit
Kunyit secara luas juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Kandungan kurkumin
dalam kunyit memberikan efek kuning. Kunyit sejatinya telah digunakan sebagai
rempah dan herba setidaknya 4500 tahun yang lampau. Pada saat ini, kunyit
mendapat perhatian para ahli karena kemampuannya untuk menyehatkan badan.
Kunyit dalam bentuk segar saat ini mempunyai harga yang kurang menguntungkan
sehingga jarang dibudidayakan oleh petani dengan lahan terbatas. Hal ini tentunya
sangat bertolak belakang dengan potensi kandungan kurkumin yang mempunyai nilai
ekonomi besar. Harga kunir basah terendah berkisar antara 2.500 per kg, dan kunir
kering dapat mencapai 15.000 per kg.
3.2.5 Lada
Indonesia menghasilkan lada hitam dan lada putih. Lada hitam banyak diproduksi di
Lampung yang dikenal sebagai Lada Hitam Lampung. Lada putih secara tradisional
banyak dibudidayakan di Bangka, dikenal sebagai Lada Putih Muntok. Area lain yang
menghasilkan lada adalah Kalimantan Timur, KalimantanBarat, Sulawesi, Bengkulu
dan Sumatera Utara. Selama tahun 2012 Indonesia diperkirakan memproduksi
sebanyak 75.000 ton lada, yang terdiri dari 55,000 ton lada hitam dan 20.000 ton lada
putih. Jika diperhatkan, produksi tahun 2012 adalah 60% lebih tinggi dibandingkan
pada tahun 2011 yangmencapai 47.000 ton (De Guzman & Siemonsma, 1999, Krup
et al., 2013).
3.3 Potensi dan Prospeknya Yang Menguntungkan Dari Segi Ekspor Dan
Produksi
Rempah-rempah merupakan jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bumbu
dan penambah rasa pada makanan. Selain digunakan dalam masakan, rempah-rempah
dapat juga digunakan sebagai obat serta bahan baku obat herbal. Memperhatikan
manfaatnya, tidak heran apabila rempah-rempah menjadi salah satu komoditas yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan, pada zaman kolonial, alasan utama
mengapa para penjajah khususnya dari beberapa negara di benua Eropa melakukan
eksplorasi ke benua lain adalah untuk mencari negara penghasil rempah-rempah. Hal
tersebut dilakukan karena tingginya nilai ekonomi rempah-rempah di Eropa pada
masa itu serta potensi pendapatan yang dapat dihasilkan.
Di antara ketiga komoditas tersebut, lada yang menduduki peringkat pertama sebagai
komoditas ekspor. Indonesia merupakan produsen utama komoditas lada di dunia
selain Vietnam dan India. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan yang
bersumber BPS, dari tahun ke tahun produksi lada terus mengalami peningkatan yang
signifikan. Dalam kurun waktu 2015-2019, produksinya menunjukkan tren yang
positif atau terus meningkat(Suara.com. 2019).
Dari sisi pengendalian harga, upaya yang bisa dilakukan yaitu memutus rantai pasok
yang lama, dimana mendorong semua produk lada langsung sampai ke negara tujuan
atau tidak lagi transit di negara lain. Indonesia juga harus mencari pasar-pasar ekspor
nontradisional untuk mengatasi kelebihan suplai lada tersebut. Dengan adanya upaya
untuk memproduksi dengan kualitas tinggi dan produktivitas tinggi, melakukan
hilirisasi untuk menambah nilai lada, kemudian mengekspornya langsung ke negara
tujuan, diharapkan mampu mengembalikan kejayaan rempah Indonesia, lada sebagai
negara produsen dan eksportir utama di dunia ( Widya, 2019).
Selain lada, berikut merupakan potensi ekspor tanaman rempah-rempah dan
tanaman obat yang ada di Indonesia :
1. Cengkeh
Cengkeh adalah tanaman asli dari Indonesia dan hanya bisa tumbuh di daerah tropis
seperti di Indonesia. Cengkeh kebanyakan digunakan untuk produksi rokok,
kosmetik, dan kesehatan. Cengkeh memiliki harga jual dikisar Rp 120 ribu per
kilogram untuk cengkeh yang sudah kering datau diolah. Jika sudah dijual di luar
negeri, bahkan harga cengkeh bisa mencapai Rp 500 ribu rupiah perkilogramnya.
2. Kemiri
Vanili atau vanila ternyata juga ada di Indonesia dan juga menjadi salah satu rempah
yang sering di ekpor keluar negeri. Vanili bahkan menjadi komoditi rempah termahal
kedua di dunia. Harganya mencapai Rp 650 ribu perkilogramnya bahkan lebih jika
kualitasnya bagus. Sayangnya petani vanili di Indonesia masih belum terlalu mengerti
bagaimana mengelola tanaman ini, sehingga harga dan kualitas dari vanili Indonesia
kadang tidak bagus.
4. Kayu Manis
Kayu manis biasanya digunakan untuk bahan tambahan kosmetik dan minyak wangi
dengan harga jual 70 ribu per kilogramnya. Kayu manis yang memiliki harum wangi
ini berasal dari Jambi, tepatnya di Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin kota
Sungai Penuh. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor kayu manis dari Jambi
adalah Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan Singapura. Produksi kayu manis dari
daerah Jambi memasok 45 persen kebutuhan kayu manis di dunia. Di pasar dunia,
Indonesia memiliki dua sebutan untuk kayu manis, yaitu kerinci untuk kayu manis
asal Jambi dan verra untuk daerah lainnya.
5. Cengkeh
Cengkeh menjadi salah satu rempah yang paling populer dan mahal harganya di
Eropa. Selain di Maluku, cengkeh juga bisa didapat di Jawa, kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Papua, Riau, Sulawesi, dan DI
Yogyakarta. Cengkeh memiliki harga jual berkisar 500 ribu per kilogramnya.
6. Kapulaga
7. Pala
Pala (Myristica fragrans) merupakan rempah asli Indonesia dari Maluku. Pala yang
diproduksi di Indonesia memiliki kualitas terbaik dunia. Selain Maluku, Sulawesi
Utara dan Aceh Selatan merupakan daerah penghasil pala di Indonesia. Harga jual
pala yang sudah di ekspor mencapai Rp 110 ribu per kilogram. Kegunaan pala ini
sangat beragam mulai dari bumbu penyedap kue, minuman penyegar, dibuat manisan
hingga dijadikan sebagai bahan pengawet.
8. Saffron
Saffron atau dikenal pula dengan nama kuma-kuma adalah rempah-rempah yang
berasal dari bunga Crocus sativus. Selain sebagai bumbu masakan dan pengobatan
tradisional, saffron juga digunakan sebagai bahan pewarna yang menjadikan sebagai
rempah-rempah yang paling banyak dicari di dunia.
Itulah beberapa rempah-rempah dari Indonesia yang diekspor keluar negeri dan
memiliki harga selangit atau harga yang cukup mahal. Jika rempah-rempah ini bisa
dibudidayakan dan juga diolah dengan benar, bisa jadi rempah-rempah akan
memberikan dampak ekonomi yang baik bagi negara Indonesia, dan memajukan
perekonomian masyarakat Indonesia (Liputan6, 2019).
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah potensi dan prospek tanaman
rempah-rempah dan tanaman obat di Indonesia sangat menguntungkan. Hal ini
dikarenakan posisi geografi di Indonesia yang stategis serta beriklim tropis membuat
tanaman rempah-rempah mudah tumbuh di Indonesia, lain halnya dengan negara
negara di Eropa yang beriklim dingin dan sulit memproduksi rempah-rempah. Oleh
karena itu, Indonesia dapat menjadikan potensi tersebut sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia dan juga Indonesia harus mempersiapkan diri
untuk bersaing dengan negara penghasil rempah-rempah yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aartsen, J. V., 1953. Ekonomi pertanian Indonesia. Jakarta: Pembangunan.
http://digilib.unila.ac.id/33827/3/3.%20SKRIPSI%20FULL%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf
Liputan6. 2019. 7 Rempah Khas Indonesia Ini Diekspor dengan Harga Selangit.
Diakses di https://hot.liputan6.com/read/3944970/7-rempah-khas-indonesia-ini-
diekspor-dengan-harga-selangit ( dilansir 18 April 2019).
Unimus, 2013. Teknologi Pangan UNIMUS. Diakses pada tanggal 16 April 2018.
Tersedia di http://tekpan.unimus.ac.id