Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ETNOFARMASI
TANAMAN OBAT MASYARAKAT ETNIK TIONGHOA

DOSEN PENGAMPU
apt. Dr. Isnindar, S.Si, M.Sc.
NIP. 197809112008012011

DISUSUN OLEH
Trianisa Feby
I1021201008

PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kualitas hidup setiap individu merupakan salah satu hal yang sangat
diperhatikan oleh masyarakat karena berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan
jasmani. Pemeliharaan untuk menjaga agar tubuh tetap sehat dilakukan secara teratur
dan konsisten, karena hal ini berkaitan dengan kesehatan fisiologis dan psikologis tubuh
setiap individu. Didalam upaya mencegah atau mengobati penyakit, mayoritas
penduduk di Indonesia masih memilih sistem pengobatan atau pencegahan
menggunakan obat tradisional. Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2013 menyatakan bahwa, sebesar 35,2% masyarakat Indonesia masih menyimpan
bahkan menggunakan obat tradisonal dan sebanyak 49% obat tradisional yang
digunakan yaitu berbentuk ramuan.

Pengobatan tradisional adalah salah satu pengobatan yang mana cara pengobatan,
obat yang digunakan, dan proses pengobatannya mengacu pada pengalaman dan
keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dan kemudian diterapkan sesuai
dengan norma dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat (Depkes RI, 1992).
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat lokal sudah mulai banyak dilakukan oleh
berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Salah satu suku yang juga memanfaatkan
tumbuhan obat sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan suatu penyakit yaitu suku
Tionghoa yang dikenal dengan Traditional Chinese Medicine (TCM).

Etnis Tionghoa (China) sejak dulu sudah terkenal oleh metode pengobatan
tradisional yang mengkombinasikan energi yang ada di alam serta kehidupan dan bela
diri. Salah satu pengobatan tradisional oleh etnis Tionghoa yang dikenal cukup lama
dan konsisten hingga saat ini yaitu pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan yang
dikeringkan atau diawetkan yang dikenal dengan istilah herbal (Zhang, 2018).
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Tionghoa bersumber dari
pengetahuan dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat suku Tionghoa. Hal ini
merupakan potensi besar dalam pengembangan pemanfaatan tumbuhan obat sebagai
obat baru yang berpotensi dalam mengobati dan mencegah penyakit agar tumbuhan obat
tradisional tidak punah.
I.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi tumbuhan yang digunakan masyarakat suku Tionghoa dalam


pengobatan dan pencegahan penyakit
2. Mendeskripsikan tanaman obat yang digunakan oleh suku Tionghoa dalam
pengobatan dan pencegahan penyakit
3. Menjelaskan kandungan senyawa yang dimiliki dan manfaat senyawa tersebut
didalam tanaman obat yang digunakan oleh suku Tionghoa
4. Menjelaskan cara penggunaan tanaman obat oleh suku Tionghoa dalam
pengobatan dan pencegahan penyakit
5. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai tanaman
obat yang dimanfaatkan suku Tionghoa dalam pengobatan dan pencegahan
penyakit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Qing Hao

II.1.1 Deskripsi

Anuma merupakan salah satu tumbuhan famili Asteracea yang oleh


masyarakat etnis Tionghoa disebut sebagai Qing Hao. Anuma merupakan tanaman
obat yang sudah lama digunakan oleh masyarakan China sebagai obat antimalaria.
Tanaman ini mengandung senyawa Terpenoid komplek, antara lain senyawa
sekuiterpen lakton yang dikenal dengan sebutan artemisin (Juliarni, 2007).

Gambar 1. Tumbuhan Qing Hao (Artemisia annua L.)

Ciri-ciri morfologi dari tanaman ini yaitu memiliki daun yang tersusun
roset, helai daun berbagi menyirip, daun berwarna hijau tua dan memiliki petiol
yang pendek. Berdasarkan struktur anatominya, Anuma memiliki jaringan
epidermis yang terdiri dari satu lapis sel yang secara umum lapisan epidermis atas
relatif sama dengan epidermis bawah.
Dan daun Anuma memiliki dua macam trikoma yaitu trikoma kelenjar dan
trikoma non-kelenjar. Anuma juga memiliki sel-sel jaringan bunga karang yang
tersusun rapat dengan ruang antarsel yang kecil (Juliarni, 2007).

II.1.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Anuma adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Artemisia
Spesies : Artemisia annua L.

II.1.3 Kandungan

Senyawa bioaktif tanaman ini diproduksi di bagian akar dan diakumulasikan


pada bagian daun tanaman. Tanaman ini mengandung senyawa kimia antara lain
alkaloid, flavonoid, polifenol, santonin, resin, minyak atsiri, artemisinin, dan
beberapa senyawa lain yang berkhasiat sebagai obat (Muji, 2009).

II.1.4 Manfaat

Tanaman Anuma ini banyak dimanfaatkan sebagai obat untuk mengobati


penyakit demam yaitu demam malaria karena plasmodium. Masyarakat etnis
Tionghoa memanfaatkan tumbuhan Anuma (Qing Hao) ini sebagai pengobatan
dalam menyembuhkan fever (demam) (Lin, 2021).

II.1.5 Cara Penggunaan

Didalam pengobatan dalam menyembuhkan demam, masyarakat suku


Tionghoa menggunakannya dengan cara direbus. Bagian yang digunakan yaitu
semua bagian tanaman yang di cuci bersih kemudian direbus dan diminum secara
oral, dikonsumsi hingga suhu tubuh turun dan kembali normal (Lin, 2021).
II.2 Wa Gou Ma

II.2.1 Deskripsi

Tanaman spesies Xanthium strumarium L. yang dikenal oleh masyarakat


Tionghoa dengan sebutan Wa Gou Ma merupakan tanaman yang diyakini dapat
menyembuhan beberapa penyakit oleh masyarakat Etnis Tionghoa. Gambar
tanaman Xanthium strumarium L. dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2. Tanaman Xanthium strumarium L.

II.2.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut (Plantamor, 2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Xanthium
Spesies : Xanthium strumarium L.

II.2.3 Kandungan

Kandungan senyawa berupa antioksidan.


II.2.4 Manfaat

Didalam pengobatan tanaman Xanthium strumarium L. diyakini oleh suku


Tionghoa sebagai pengobatanuntuk penyembuhan penyakit hepatitis dan
nasosinusitis (Xiong, 2020).

II.2.5 Cara Penggunaan

Didalam pengobatan dalam menyembuhkan hepatitis dan nasosinusitis


masyarakat suku Tionghoa memanfaatkan bagian buah tanaman, yang mana cara
pengolahannya yaitu dengan cara dikupas buah tersebut kemudian dicuci bersih lalu
direbus hingga mendapatkan sarinya, kemudian air hasil rebusan tersebut
dikonsumsi dengan cara diminum secara oral (Xiong, 2020).

II.3 Huang La Guo

II.3.1 Deskripsi

Solanum incanum adalah herba atau semak kayu lunak setinggi 1,8 dengan duri
di batang, tangkai dan kelopak dan dengan bulu beludru di daunnya. Memiliki
bunga pucat hingga biru tua atau ungu. Daunnya berseling, berbentuk telur dengan
garis tepi lebar di pangkal (bulat telur) dengan tepi agak bergelombang, dengan
permukaan atas abu-abu-hijau dan permukaan bawah hijau-putih.

Gambar 3. Tanaman Solanum inacum L.


II.3.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut (Plantamor, 2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum inacum L.

II.3.3 Kandungan

Kandungan senyawa bioaktifnya adalah solamargine

II.3.4 Manfaat

Tanaman pechot jaran dimanfaatkan sebagai pengobatan untuk hematisme


dan karies gigi yang mana bagian tumbuhan yang digunakan yaitu buah, biji dan
akar tumbuhan Solanum inacum L. (Xiong, 2020).

II.3.5 Cara Penggunaan

Cara penggunaan yaitu dengan merebus bagian tumbuhan seperti buah,


akar, dan biji yang sudah dicuci bersih dengan air putih, kemudian direbus hingga
terjadi perubahan warna pada air rebusan, kemudian air diminun secara oral. Cara
penggunaannya juga bisa dengan di asapkan sehingga terbentuk herba kering untuk
diseduh dengan air hangat (Xiong, 2020).

Buah kuning matang dikumpulkan dengan tangan dari cabang pohon


menggunakan gunting. Buah dikeringkan di bawah naungan pada suhu 30 oC-35 oC
selama dua hari. Buah-buahan diperas di antara jari-jari, dihancurkan dan bijinya
dibuang, bijinya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan ampasnya dan
ditusuk di atas nampan terbuka untuk dikeringkan selama dua hingga tiga hari.
II.4 Gai Liang

II.4.1 Deskripsi

Pegagan atau oleh masyarakat Tionghoa disebut sebagai Gai Liang


merupakan salah satu tanaman yang mempunyai manfaat untuk menurunkan
tekanan darah atau dapat sebagai antihipertensi. Herba pegagan mengandung
senyawa flavonoid. Herba pegagan juga mengandung kuersetin yang secara
signifikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik, diastolik adan arteri rata-rata
pada tikus yang dibuat hipertensi dengan induksi N-nitro-L-arginine methyl ester
(L-NAME) (Intharachatorn, 2013).

Gambar 4. Tumbuhan Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.)

Morfologi tanaman pegagan yaitu tanaman ini memiliki bentuk daun


bangun ginjal, ujung daun tumpul, tetapi tidak berbentuk sudut sama sekali.
Tumbuhan ini tumbuh merayap diatas permukaan tanah (Dwi, 2021)

II.4.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Pegagan adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rodisae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urb.

II.4.3 Kandungan

Herba pegagan juga mengandung kuersetin yang secara signifikan dapat


menurunkan tekanan darah (antihipertensi) (Intharachatorn, 2013). Pegagan juga
mengandung senyawa Asiaticiside, Vitamin B1, B2 Dan B6, Madastic Acid,
Brahminoside, Brahmoside, Medecassoside, Dan Thankuniside (Xiong, 2020).

II.4.4 Manfaat

Masyarakat suku Tionghoa memanfaatkan dan mengolah semua bagian


tanaman pegagan sebagai pengobatan untuk penyakit kuning atau hepatitis (Xiong,
2020).

II.4.5 Cara Penggunaan

Masyarakat suku Tionghoa mengolah semua bagian tanaman pegagan yaitu


dengan cara direbus dan diambil sarinya, kemudian dikonsumsi dengan cara
diminum ((Xiong, 2020).

II.5 Nia Ge Long / Ya Ming Wai

II.5.1 Deskripsi

Bandotan atau oleh masyarakat etnis Tionghoa disebut Nia Ge Long


merupakan tumbuhan liar yang banyak dimanfaatkan berbagai suku yang ada di
Indonesia. Tanaman ini banyak ditemukan di pekarangan rumah ataupun lahan
terganggu. Tanaman ini memiliki variasi bunga pita yaitu putih dan ungu, memiliki
bau khas yang mirip dengan bau kambing sehingga sering disebut sebagai
tumbuhan goatweed (Bosi, 2013)
Gambar 5. Tanaman Ageratum conyzoides L.

Bau tersebut diduga berasal dari jaringan sekretoris yang terdapat di


berbagai organ terutama tangkai dan helain daun A. conyzoides (Santos, 2016).
Trikoma nonglandular terdapat pada batang dan tangkai daun sedangkan trikoma
glandular hanya ada pada helaian daun (Santos, 2016).

II.5.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Bandotan adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteracea
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.

II.5.3 Kandungan

Kandungan senyawa utama pada tanaman Ageratum conyzoides L. adalah


stigmasterol dan β‐sitosterol (Kamboj dan Saluja, 2011), dan pyrrolizidine alkaloid
(Bosi, 2013).
II.5.4 Manfaat

Manfaat dan khasiat dari tanaman ini yaitu sebagai antioksidan, obat luka,
obat diabetes mellitus, obat penyakit tidur, plasmodial, dan analgesik (Silalahi,
2018). Masyarakat Tionghoa memanfaatkan tumbuhan ini sebagai pengobatan
untuk plasmodial dengan memanfaatkan bagian tanaman berupa daun sehingga
terhindar dari serangan nyamuk (Yi Gou, 2020).

II.5.5 Cara Penggunaan

Cara penggunaan tanaman Ageratum conyzoides L. yaitu digunakan pada


bagian luar tubuh. Cara pengolahannya yaitu dengan cara dibakar jika untuk
keperluan fumigasi dan penggunaan selanjutnya yaitu daun dihancurkan menjadi
bagian-bagian kecil, kemudian dioleskan ke bagian kulit sehingga bagian kulit yang
sudah dioleskan akan terhindar dari serangan nyamuk (Yi Gou, 2020).

II.6 Ginkgo Biloba

II.6.1 Deskripsi

Ginkgo merupakan tanaman yang pertama kali ditemukan di China.


Tanaman ini merupakan sebuah tanaman berumur panjang yang mana akan
mengalami pergantian daun setelah rontok, tanaman ini biasanya digunakan sebagai
tanaman peneduh. Morfologi dari tanaman ini yaitu memiliki daun yang berbentuk
seperti kipas, daun berubah warna ketika musim gugur menjadi kekuningan, dan
tanaman ini banyak ditemui di negara yang memiliki empat musim (Greenfield,
2004).

Gambar 6. Tanaman Ginkgo biloba L.


Selama kurang lebih 250 juta tahun tanaman ginkgo sudah dipercaya
sebagai tanaman asli yang berasal dari Korea, Jepang, dan China, yang mana
hingga saat ini tanaman ginkgo dapat dijumpai di banyak negara. Pohon ginkgo
dapat tumbuh hingga tinggi mencapi 40 meter dan dapat hidup lebih dari 1.000
tahun (Janssen, 2010).

II.6.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Ginkgo adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Ginkgophyta
Kelas : Ginkgoopsida
Ordo : Ginkgoales
Famili : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo
Spesies : Ginkgo biloba L.

II.6.3 Kandungan

Biji ginkgo biloba juga dilaporkan mengandung anti-oksidan yang mampu


meningkatkan fungsi sistem syaraf dan sel-sel otak, selain menurunkan viskositas
darah dan melancarkan aliran darah khususnya pada sistem syaraf dan sel-sel otak.
Kemampuannya dalam meningkatkan pembesaran pembuluh darah, disinyalir dapat
menurunkan resiko kerusakan pada retina akibat degradasi makular, juga dalam
mengembalikan fungsi pendengaran dengan menurunnya aliran darah (Beth, 2009).

II.6.4 Manfaat

Ekstrak daun pohon ginkgo biloba telah digunakan ratusan tahun untuk
mengobati berbagai penyakit seperti asma, vertigo, kelelahan, dan masalah
kesehatan yang berhubungan dengan peredaran darah (Janssen, 2010). Masyarakat
suku Tionghoa percaya bahwa penggunaan ginkgo adalah sebagai salah satu obat
yang digunakan dalam gangguan peredaran darah dan untuk gangguan pernapasan
dan juga digunakan untuk treatment dalam gangguan kognitif (Melanie, 2003).
II.6.5 Cara Penggunaan

Bagian tanaman yang digunakan yaitu daun ginkgo yang di ambil


ekstraknya, kemudian ekstrak dari tanaman ini lah yang akan digunakan dalam
pembuatan obat untuk gangguan pernapasan dan gangguan peredaran darah, yang
aman nanitnya ekstrak akan dibuat dalam bentuk larutan herbal yang akan diminum
oleh pasien penderita (Melanie, 2003).

II.7 Ren Shen (Ginseng)

II.7.1 Deskripsi

Tanaman yang biasa dikenal dengan “Ginseng” atau “Ren-shen” adalah


tanaman yang dimanfaatkan oleh etnis Tionghoa sebagai Traditional Chinese
Medicine (TCM) sebagai tonik dan adaptogen untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tanaman ginseng ini merupakan tanaman
herbal adaptogenik abadi yang termasuk dalam genus Panax dari keluarga
Araliaceae (Dwi, 2021).

Gambar 7. Tanaman Panax ginseng C.A. Mey.

Tumbuhan ginseng yang dimanfaatkan oleh masyarakat etnis Tionghoa ini


memiliki ujung daun yang menunjukan lekukan, dan juga ujung daun akan terlihat
jelas jika dilakukan pemeriksaan yang teliti (Dwi, 2021).
II.7.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Katuk adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Araliaceae
Genus : Panax
Spesies : Panax ginseng C.A. Mey.

II.7.3 Kandungan

Senyawa bioaktif yang dikandung oleh ginseng yaitu ginsenosides,


panaxans, seskuiterpen, dan senyawa asetilen. Dalam ginseng komponen
farmakologis utama yaitu senyawa ginsenosides (Peng et al, 2012). Gambar
struktur senyawa ginsenosides dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 8. Struktur Kimia dari Senyawa Ginsenosides

II.7.4 Manfaat

Kandungan utama pada tanaman ginseng yaitu senyawa ginsenosides yang


memiliki berbagai manfaat seperti, antidiabetes, imunomodulator, antitumor,
antipenuaan, dan sifat anti-inflamasi (Peng et al, 2012). Ginsenosides juga memiliki
aktivitas antibakteri yang baik terhadap Pseudomonas aeruginosa, Listeria
monocytogenes, dan Helicobacter pylori (Kim dkk, 2017). Ginsenosides juga
mampu mengurangi infeksi virus influenza.

II.7.5 Cara Penggunaan

Masyarakat suku Tionghoa memanfaatkan tanaman ginseng dengan cara


diambil ekstrak dari rimpang ginseng, yang mana ekstrak ini akan dimanfaatkan
sebagai obat herbal (Mishr, 2020).

II.8 Ma Huang

II.8.1 Deskripsi

Ephedra sinica mempunyai sejarah panjang dalam pengobatan tradisional cina


sekitar 5000 tahun, dengan fungsu yaitu digunakan sebagai pengobatan alergi,
hidung tersumbat, asma bronkial, batuk, dan flu. Masyarakat Tionghoa menyebut
tanaman ini dengan sebutan “Ma Huang” (Mishr, 2020).

Gambar 9. Tanaman Ephedra sinica Stapf.


II.8.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Ephedra adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Gnetophyta
Kelas : Gnetopsida
Ordo : Ephedrales
Famili : Ephedraceae
Genus : Ephedra
Spesies : Ephedra sinica Stapf.

II.8.3 Kandungan

Tanaman mengandung banyak komponen bioaktif seperti, sebagai alkaloid


yaitu efedrin, pseudoefedrin (isoephedrine), nor-pseudoefedrin (katin), non-efedrin,
metil efedrin, metil pseudoefedrin, tanin, dan lainnya termasuk quinoline dan asam
6-hidroksi kynurenic (Mishr, 2020). Struktur kimia dari senyawa efedrin yaitu
adalah sebagai berikut.

Gambar 10. Struktur Senyawa Efedrin dari Tanaman Ephedra sinica Stapf.

II.8.4 Manfaat

Masyarakat suku Tionghoa memanfaatkan tanaman Ma huang yaitu sebagai


pengobatan alergi, hidung tersumbat, asma bronkial, batuk, dan flu. Dan juga
kandungan senyawa fenolk yang diisolasi dari Ephedra menunjukan aktivitas
antimikroba yang substansial terhadap Pseudomonas aeruginosa, bakteri gram
negatif, Staphylococcus aureus, bakteri gram positif, Aspergillus niger dan jamur
(Khan, 2017).
II.8.5 Cara Penggunaan

Masyarakat suku Tionghoa memanfaatkan tanaman Ephedra dengan cara


dilakukan pengeringan terhadap batang tanaman Ephedra, kemudian hasil dari
batang yang sudah kering tersebut digunakan sebagai obat herbal (Mishr, 2020).

II.9 Chinese Desert Thorn

II.9.1 Deskripsi

Goji berry merupakan jenis tanaman yang tumbuh ditanaman kayu yang telah
gugur dan lapuk. Buah tanaman ini berwarna oranye cerah hingga merah dan buah
berbentuk elips. Tinggi tanaman buah goji berty yaitu sekitar 1 hingga 3 meter
(Nurmalina, 2012).

Gambar 9. Tanaman Lycium chinense Mill.

Daun dari tanaman ini tumbuh secara bergantian pada tunas tanaman atau
berkelompok dengan jumlah tiga buah atau lebih. Bunga dari tanaman ini memiliki
jumlah kelopak yaitu sebanyak lima kelopak dan masuk kedalam keompok tanaman
berbunga abadi (Nurmalina, 2012).
II.9.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Duri Gurun Cina adalah sebagai berikut
(Plantamor, 2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycium
Spesies : Lycium chinense Mill.

II.9.3 Kandungan

Senyawa major yang terkandung dalam tanaman Lycium chinense Mill. adalah
D-glucopyranoside, flavonols, cinnamic acids, catechins, lyciumlignan D, and
lyciumphenyl propanoid A (Mishr, 2020).

Gambar 10. Struktur senyawa kimia D-glucopyranoside

II.9.4 Manfaat

Manfaat dari mengkonsumsi buah goji beri ini menurut masyarakat suku
Tionghoa yaitu sebagai pendukung kesehatan sistem kekebalan tubuh, sebagai anti
penuaan, perlindungan pada liver, meningkatkan kemampuan indra penglihatan.
Buah goji berry juga diyakini dapat mencegah kanker yang mana berdasarkan
penelitian di China membuktikan bahwa ekstrak aseton dari buah ini menghambat
mutasi gen yang dipicu oleh TA98 dan TA1008, dan beberapa ilmuan meyakini
bahwa buah goji berry dapat dijadikan sebagai suplemen untuk mencegah kanker
lever (Nurmalina, 2012). Buah goji berry juga dimanfaatkan oleh masyarakat China
untuk memperpanjang umur dan mencegah terbentuknya uban (Chen, 2004).
II.9.5 Cara Penggunaan

Dalam pengobatan tradisional suku Tionghoa, goji berry dimanfaatkan dengan


cara dimakan secara langsung, diseduh menjadi teh dari hasil pengeringan buah
goji, ditambahkan ke dalam sup china, atau dibuat menjadi ekstrak cair, atau bisa
dibuat menjadi jus buah goji yang tersedia dalam botol berukuran 32 ons
(Nurmalina, 2012).

II.10 Rou Dou Kou

II.10.1 Deskripsi

Tanaman pala berasal dari famili Myristicaceae yang mana oleh masyarakat
suku Tionghoa digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Buah pala merupakan
tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi kurang lebih 20 meter, memiliki banyak
cabang teratur dan berdaun lebat. Buah dari pala memiliki bentuk bulat dan
berwarna hijau kekuningan yang terbelah dua jika sudah matang (Susanti, 2019).

Gambar 10. Tanaman Tapak Liman (Elephantopus scaber L.)

. Daging buah pala tebal dan terasa asam. Memiliki biji berbentuk lonjong
sampai bulat dan kulit biji berwarna coklat. Daun pala berwarna hijau, mengkilap
memiliki panjang 5-10 cm dengan panjang tangkai daun 0,7-1,5 cm (Susanti,
2019).
II.10.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman Pala adalah sebagai berikut (Plantamor,


2021).

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt.

II.10.3 Kandungan

Kandungan senyawa bioaktif utama pada Pala adalah miristisin, asam myr
istic, elemicin, saffrole, eugenol, asam palmitat, asam oleat, alpha-pinene, beta
pinene (Susanti, 2019).

Gambar 11. (A) Myristicin, (B) Myristic Acid, (C) Alpha-pinene, (D) Beta-pinene

II.10.4 Manfaat

Masyarakat suku Tionghoa memanfaatkan tanaman Pala yaitu sebagai


pengobatan dalam membantu mengurangi gejala yang berhubungan dengan
masalah pencernaan, seperti mual dan muntah, dan dapat meningkatkan nafsu
makan. Minyak pala yang dihasilkan dari pengolahan biji pala dapat dijadikan
sebagai obat nyeri otot dan sendi (Mishr, 2020).
II.10.5 Cara Penggunaan

Pemanfaatan tanaman pala untuk obat tradisional dapat dilakukan dengan cara
diminum atau dioles sebagai obat luar. Biji pala diambil ekstrak nya lalu dijadikan
minyak pala untuk mengobati nyeri otot dan sendi (Susanti, 2019).
BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Berdasarkan kajian etnofarmasi pada suku Tionghoa, maka dapat disimpulkan


bahwa terdapat 10 jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat suku Tionghoa
dalam pengobatan dan pencegahan penyakit dan tanaman tersebut memiliki nama
khas yang beragam. Yang mana dalam proses pengolahannya masih menggunakan
cara yang sederhana dan tradisional, seperti direbus, dihaluskan dan lain sebagainya.

III.2 SARAN

Berdasarkan makalah diatas dapat disarankan bahwa perlu adanya penelitian


lebih lanjut mengenai khasiat dari masing-masing tumbuhan yang digunakan suku
Tionghoa dalam pengobatan dan pencegahan penyakit. Dan perlu diadakan uji
toksikologi untuk menjamin keamanan penggunaan zat-zat yang berasal dari
tanaman-tanaman obat yang digunakan suku Madura sebagai obat tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


(2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta.

Beth E.S, Ellen S.O., Michelle C.C., Alice M.A, Diane G.I., Stephen R.R., Judith S., Oscar
L.L. Leslie O.D., Kaycee M.S, and Steven T.D. (2009). Ginkgo biloba for Preventing
Cognitive Decline in Older Adults. J. of American Medical Association,
302(24):2663-2670.

Bosi, C.F., Rosa, D.W., Grougnet, R., Lemonakis, N., Halabalaki, M., Skaltsounis, A.L., &
Biavatti, M.W. (2013). Pyrrolizidine alkaloids in medicinal tea of Ageratum
conyzoides. Brazilian Journal of Pharmacognosy 23(3): 425-432.

Chen, J.K., Chen, T.T., Crampton, L., 2004. Chinese Medical Herbology and Pharmacology,
vol. 1267. Art of Medicine Press, City of Industry, CA.

Depkes RI. (1992). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.23 Tahun 1992. Tentang
kesehatan. Jakarta.

Dwi RR, Febrianti Y. (2021). MORFOLOGI TUMBUHAN BERBASIS LINGKUNGAN.


Ahlimedia Press : Malang.

Greenfield J, J. and JM. Davis. (2004). Medicinal Herb Production Guide: Ginkgo (Ginkgo
biloba L.). North Carolina Consortium on Natural Medicines and Public Health.

Intharachatorn T, Srisawat R. 2013. Antihypertensive Effects of Centella asiatica Extract.


InInternational Conference on Food and Agricultural Sciences; 55: 122-126.

Janssen IM, Sturtz S, Skipka G, Zentner A, Garrido MV, Busse R. (2010). Ginkgo biloba in
Alzheimer's disease: a systematic review. Wien Med Wochenschr, 160:539–46.

Juliarni. Alfasani DH. Muji ET. (2007). Karakter Anatomi Daun dari Kultur Tunas Artemisia
annua L. Leaf Anatomical Characters from Shoot Culture of Artemisia annua L. Bul.
Agron. (35) (3) 225 – 232.

Kamboj, A. & Saluja, A.K. (2011). Isolation of stigmasterol and βsitosterol from petroleum
ether extract of aerial parts of Ageratum conyzoides (Asteraceae). International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 3(1): 94-96.
Khan, A., Jan, G., Khan, A., Gul Jan, F., Bahadur, A., Danish, M., (2017). In vitro antioxidant
and antimicrobial activities of Ephedra gerardiana (root and stem) crude extract and
fractions. Evidence-based Complementary and Alternative Medicine; 6.

Kim, J.H., Yi, Y.S., Kim, M.Y., Cho, J.Y., 2017. Role of ginsenosides, the main active
components of Panax ginseng, in inflammatory responses and diseases. Journal of
Ginseng Research; 41: 435-443.

Lin Y. dkk. (2021). Ethnobotanical survey of medicinal plants in Gaomi, China. Journal of
Ethnopharmacology; 265: 113-228.

Melanie-Jayne R. Howesa , Peter J. Houghtonb. (2003). Plants used in Chinese and Indian
traditional medicine for improvement of memory and cognitive function.
Pharmacology, Biochemistry and Behavior; 75: 513–527.

Mishri Lal, Sandip Kumar Chandraker, Ravindra Shukla. (2020). Antimicrobial properties of
selected plants used in traditional Chinese medicine. Elsevier.

Muji ET. dkk. (2009). Transformasi Artemisia cina dan Artemisia annua dengan
Agrobacterium rhizogenes. JOURNAL of APPLIED AND INDUSTRIAL
BIOTECHNOLOGY in TROPICAL REGION; 2(2): 1-5.

Nurmalina R. (2012). 24 HERBAL LEGENDARIS UNTUK KESEHATAN ANDA. Penerbit


PT Elex Media Komputindo : Jakarta.

Peng, D., Wang, H., Qu, C., Xie, L., Wicks, S.M., Xie, J., 2012. Ginsenoside Re: its
chemistry, metabolism and pharmacokinetics. Chinese Medicine 7 (1), 2.

Plantamor. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan. 2021. http://www.plantamor.com/. Diakses


pada tanggal 29 Oktober 2021.

Santos, R.F., Nunes, B.M., Sá, R.D., Soares, L.A.L., & Randau, K.P. (2016).
Morphoanatomical study of Ageratum conyzoides. Revista Brasileira de
Farmacognosia 26: 679-687.

Silalahi M. (2018). AGERATUM CONYZOIDES L. (PEMANFAATAN SEBAGAI OBAT


DAN BIOAKTIVITASNYA). JDP; 11 (3): 197-209.

Susanti PY, dkk. (2019). Manfaat Buah Pala Sebagai Antisarcopenia. Deepublish Publisher :
Sleman.
Xiong Y. (2020). Ethnobotany and diversity of medicinal plants used by the Buyi in eastern
Yunnan, China. Plant Diversity; 42: 401-414.

Yi Gou a , Zhennan Li a, b , Ruyan Fan a , Zuchuan Qiu a, b , Lu Wang a, b , Chen Wang a ,


Yuhua Wang a. (2020). Ethnobotanical survey of plants traditionally used against
hematophagous invertebrates by ethnic groups in the mountainous area of
Xishuangbanna, Southwest China. Plant Diversity; 42: 415-426.

Zhang, L., Zhuang, H., Zhang, Y., Wang, L., Zhang, Y., Geng, Y., Wang, Y. (2018). Plants
for health: An ethnobotanical 25-year repeat survey of traditional medicine sold in a
major marketplace in North-west Yunnan, China. Journal of Ethnopharmacology, 224,
119–125.

Anda mungkin juga menyukai