SEJARAH KONTEMPORER
Dosen Pengampu:
Dr. Rusdi, M.Hum
Yelda Syafrina S.Pd, M.A
Kelompok 5
LARIDHO SYAHMITRA 17046113
IKE RIYE SAGITA 17046008
NURVADILLA RAMADHANI 17046176
DEFITRIANA 17046101
PERMATA DORI 17046026
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Karena atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
sebaik mungkin yang membahas tentang “Perkembangan Politik dan Masalah-Masalah
yang Ditimbulkannya Masa 1959-1965”.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi para pembaca dalam mata kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer . Harapan
kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah kami bersyukur atas selesainya makalah ini, semoga Allah
Swt. Memberikan petunjuk kepada kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Demokrasi maksudnya memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya
pengelolaan kekuasaan secara beradab. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people
rule) dalam sistem politik yang demokratis dimana warga mempunyai hak, kesempatan, dan
suara yang sama dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Di Indonesia, pergerakan
nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokratis yang berwatak anti-
feodolisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan untuk membentuk masyarakat yang madani.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang
seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja. Pada bulan 5 Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Presiden Soekarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden.
Soekarno juga membubarkan Konstituante yang ditugasi untuk menyusun Undang-Undang
Dasar yang baru, dan sebaliknya menyatakan diberlakukannya kembali Undang-Undang
Dasar 1945, dengan semboyan "Kembali ke UUD' 45". Soekarno memperkuat tangan
Angkatan Bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting..
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsepsi Demokrasi Terpimpin, Manipol-Usdek dan Pelaksanannya ?
2. Bagaimana Perjuangan Memmbebaskan Irian Barat ?
3. Bagaimana Interaksi Tiga Kekuatan ?
4. Bagaimana Konfrontasi dengan Malaysia ? dengan tujuan untuk membentuk
masyarakat yang madani
BAB II
PEMBAHASAN
Hasilnya melalui Keppres No.128-129 tahun 1960 dan Keprres No. 440 tahun 1961
Pemerintah hanya mengakui adanya 10 partai politik yaitu : PNI, NU, PKI, Partai Katolik,
Partai Indonesia, Murba, PSII, IPKI, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Persatuan
Tarbiyah Islam.
Disamping upaya untuk melakukan penyederhanaan partai politik, Sukarno
mereorganisasi kembali dalam pemerintahan Indonesia, antara lain :
1. Pembentukan Kabinet Kerja
Kabinet Kerja merupakan kabinet pengganti ari kabinet Karya yang dibubarkan anggal
9 Juli 1959. Pada kabinet ini Presiden Soekarno bertindak selaku perdana menteri, sedangkan
Ir. Djuanda menjadi menteri pertama dengan 2 oeang wakilnya dr. Leimana dan dr.
Subandrio. Para anggota kabinet yang dinamai Kabinet Kerja ini pada tanggal 10 Juli 1959.
Program Kabinet Kerja sebagai “Triprogram”, yaitu:
1. Sandang Pangan
2. Keamanan;
3. Irian Barat.
2. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Setelah terbentuknya kabinet maka pada tanggal 22 juli 1959, Presiden Soekarno
membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketuai oleh Presiden dengan
berdsarkan penetapan Presiden no.3 tahun 1959. Tugasnya adalah memberi jawaban atas
pertanaan presiden dan mengajukan usul kepada Pemerintah.
D. Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Belum terselesaikannya masalah Irian Barat masalah baru muncul kembali, kali ini
berkaitan dengan masalah dengan negara tetatannganya yaitu Malaysia. Masalah bermula
karena adanya ide untuk membentuk negara baru yaitu negara Federasi Malaysia yang
disampaikan Perdana Menteri Negara Federasi Malaya, Abdul Rachman Putu di hadapan
Foreign Journalist Association, pada tanggal 27 Mei 1961. Negara baru itu meliputi Malaya,
Singapura, Serawak, dan Sabah. Hal ini sangat di tentang oleh pihak Indonesia.
Adanya tentangan dari pihak Indonesia sebenarnya merupakan luapan dari hubungan
Indonesia dengan Malaysia yang ambivalen sejak kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957.
Pimpinan Indonesia memiliki kecurigaan tersendiri terhadap kemerdekaan Malaysia karena
tidak ada revolusi yang terjadi di sana. Hadirnya Inggris di saat itu menamba kecurigaan
pihak Indonesia dan menganggap Malaysia adalah bagian dari Neokolonialisme, dan
Indonesia juga merasa tersinggung karena Malaysia dan Singapura secara diam-diam
membantu PRRI.
Sebagai tindak lanjut dari persiapan federasi Malaysia, Inggris membentuk suatu
komisi yang dipimpin oleh Lord Cabbold yang beranggota empat orang diantaranya Sir
Anthony Abell, Sir David Natherson, Dato Wong Po Nee, dan Enche Gazali Shafie. Namun
hasilnya adalah suatu yang tidak diharapka banyak penolakan atas usulan tersebut. Salah satu
penolakan yang paling kuat muncul dari Brunei. Pada bulan Desember 1962 Syaikh A.M
Azahari, pemimpin Partai Ra’ayat Brunai, melancarkan suatu pemberontakan menolak
dibentuknya rederasi Malaysia dan menginginkan kemerdekaan sendiri.
Pihak Indonesia sendiri cita-cita Azahari itu disambut baik oleh KSAD Nasution.
Namun hubungan pihak pemberontak brunei tersebut segera dimonopoli oleh Badan Intelijen
Indonesia yag dipimpin oleh Subandrio. Pada bulan Januari 1963 Sukarno menyatakan bahwa
usulan Malaysia itu tidak dapat diterima oleh Indonesia, dan Subandrio menegaskan sikap
Indonesia sebagai sikap ‘Konfrontasi’.
Filipina juga mengklaim mengenai daerah Sabah atas dasar kaitan sejarahnya dengan
kesultanan Sulu, maka diadakanlah perundingan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina yang
terkenal dengan “Maphilindo”, tetapi perundingan tersebut mengalami kegagalan.
Soekarno dalam pidatonya tanggal 16 Maret 1964 mengomandokan “Gerakan
Sukarelawan Indonesia” selanjutnya tanggal 3 Mei 1964, Presiden mengumumkan Dwi
Komando Rakyat (Dwi Kora) yang isinya:
1) Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia
2) Bantu perjuangan rakyat Malaya, Sabah, Serawak dan Singapura serta Brunei untuk
membubarkan Negara Boneka Malaysia
Maka dalam pelaksanaan Dwi Kora tersebut dibentuklah Komando Siaga (KOGA),
dengan konfrontasi Indonesia dengan Malaysia ini membuat Indonesia menjauh dari blok
timur. Masalah Indonesia dan Malaysia ini dibawa oleh Malaysia ke PBB, maka Malaysia
berhasil dalam usahanya dan Malaysia bergabung menjadi anggota untuk pertama kalinya
dengan PBB maka Indonesia pada tanggal 1 Januari 1965 membalasnya dengan keluar dari
PBB, dilihat dari konfrontasi ini RRC mendapat keuntungan dari semua ini dan PKI semakin
luas kekuasaannya di dalam negeri.
BAB III
KESIMPULAN
Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Demokrasi maksudnya memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya
pengelolaan kekuasaan secara beradab. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people
rule) dalam sistem politik yang demokratis dimana warga mempunyai hak, kesempatan, dan
suara yang sama dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Di Indonesia, pergerakan
nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokratis yang berwatak anti-
feodolisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan untuk membentuk masyarakat yang madani.
Adanya demokrasi yang baru dilaksanakan di Indonesia membuat sebuah perubahan
besar dalam kondisi perpolitikan Indonesia. Dekrit Presiden Republik Indonesia ternyata
berimplikasi luas pada perubahan sistem ketatanegaraan dan peta politik Indonesia. Melalui
konsep demokrasi terpimpinnya ia mencela demokrasi barat yang liberalistik yang
menyebabkan ketidak stabilan politik dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu
Sukarno ingin mengembalikan kewenangannya sebagai Presiden (dalam sistem presidensil)
yang tak didapati dalam masa demokrasi parlementer.
DAFTAR PUSTAKA