Pada periode ini, terutama pada kurun waktu tahun 1945 sampai tahun 1949, Menurut
UUD NRI Tahun 1945 Demokrasi yang harus dilaksanakan adalah Demokrasi Indonesia
dengan Kabinet Presidenial. Namun dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945, berubah menjadi Demokrasi Parlementer.
Begitu pula pada kurun pemberlakuan UUD RIS 1949. Indonesia dibagi dalam beberapa
negara bagian. Sistem Pemerintahan yang dianut ialah Demokrasi Parlementer (Sistem
Demokrasi Liberal). Pemerintah dijalankan oleh Perdana Menteri, Sedangkan Presiden hanya
sebagai lambang. Karna pada umumnya rakyat menolak RIS, pada tanggal 17 Agustus 1950,
Presiden Soekarno menyatakan Kembali kepada bentuk Negara Kesatuan dengan UUDS 1950.
UUD yang digunakan adalah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
sistem Demokrasi Terpimpin. Menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden dan DPR berada dibawah MPR.
Pengertian Demokrasi Terpimpin pada sila ke-4 Pancasila, yaitu dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Akan tetapi, Presiden menafsirkan
“Terpimpin”, yaitu pimpinan terletak ditangan “Pemimpin Besar Revolusi”. Dengan demikian,
pemusatan kekuasaan ditangan Presiden. Terjadinya pemusatan kekuasaaan ditangan Presiden,
menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang puncaknya terjadi perebutan kekuasaan oleh PKI pada
tanggal 30 September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan bencana nasional bagi bangsa
Indonesia.
Keadaan negara yang tidak stabil, menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan
Masyarakat, terutama para pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Beberapa kalangan Masyarakat
tersebut kemudian mengajukan 3 tuntutan rakyat yang dikenal dengan Tritura. Isi dari 3
tuntutan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan cabinet dari unsur PKI
3. Turunkan harga dan perbaiki ekonomi
Periode ini dikenal dengan sebutan pemerintahan Orde Baru, pada peridode ini secara
tegas dilaksanakan system Demokrasi Pancasila dan dikembalikan funsi Lembaga tertinggi dan
tinggi negara sesuai dengan amanat UUD NRI Tahun 1945. Demokrasi Pancasila berarti
kedaulatan rakyat yang berdasarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab, demi persatuan dan kesatuan bangsa untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dalam Demokrasi Pancasila, musyawarah untuk mufakat sangat diharapkan karena setiap
keputusan dalam musyawarah hendaknya dapat dicapai dengan mufakat. Tetapi bila tidak
tercapai mufakat, maka pengambilan keputusan dapat ditempuh melalui pemungutan suara.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa Reformasi, pada dasarnya adalah demokrasi
berdasarkan pada Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan
penyempurnaan pelaksaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak demokratis.
Demokrasi Pancasila saat ini, telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil
Pemilu 1999 yang memilih Presiden dan Wakil Presiden serta terbentuknya Lembaga-Lembaga
tinggi yang lain. Bergulirnya reformasi yang diiringi dengan perubahan dalam segala bidang
kehidupan, menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi di Indonesia.
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi, sangat bergantung kepada beberapa hal
berikut :
1. Komposisi elite politik. Dalam demokrasi modern dengan bentuknya demokrasi perwakilan
rakyat, mendelegasikan kedaulatan dan kekuasaannya kepada para elite politik
2. Desain institusi politik. Para elite politik mendesain institusi pemerintahan dan memiliki
pengaruh besar dalam menentukan apakah demokrasi baru menjadi stabil, efektif, dan
terkonsolidasi
3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan nonelite
4. Peran Civil Society (Masyarakat Madani) untuk menciptakan kultur toleransi yang
mengajarkan keterampilan dan nilai-nilai demokrasi, sikap kompromi, serta menghargai
pandangan yang berbeda.