Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Aldi

KELAS/NIM : Agro 2A/2011811001

MATKUL : Kewarganegaraan

Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama:

 Masa demokrasi Liberal 1950-1959.


Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Namun
demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan: Dominannya partai
politik; Landasan sosial ekonomi yang masih lemah; Tidak mampunya konstituante bersidang
untuk mengganti UUDS 1950. Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959: Bubarkan konstituante; Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S
1950; Pembentukan MPRS dan DPAS b.Masa demokrasi Terpimpin 1959-1966. Pengertian
demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri: Dominasi Presiden;
Terbatasnya peran partai politik; Berkembangnya pengaruh PKI; Penyimpangan masa
demokrasi terpimpin antara lain: Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak
yang dipenjarakan. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR; Jaminan HAM lemah; Terjadi sentralisasi kekuasaan;
Terbatasnya peranan pers; Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok
Timur). Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno yang menjabat sebagai ketua
PPKI dipercaya merangkap jabatan menjadi presiden RI pertama. Kemudian PPKI membentuk
Komite Nasional Indonesia Pusat dengan ketuanya Kasman Singodimejo. Komite ini bertujuan
untuk membantu tugas-tugas presiden. Kebebasan dan kemerdekaan untuk berdemokrasi dalam
tubuh KNIP justru membawa pemerintah RI kepada sistem parlementer untuk menghindari
kekuasaan presiden yang terpusat. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945 lahir memorandum yang
ditandatangani oleh 50 orang dari 150 orang anggota KNIP.

Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan membentuk banyak partai atau
multi partai sebagai persiapan pemilihan umum yang akan diselenggarakan bulan Juni 1946.
Tanggal 14 November 1945 terbentuklah susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer
(demokrasi liberal).

Berlakunya UUDS 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi liberal tidak
menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan rakyat Indonesia, bahkan muncul tanda-tanda
perpecahan bangsa yang ditandai dengan pemberontakan PRRI Permesta, DI/TII yang ingin lepas
dari NKRI.

Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara dalam keadaan darurat. Untuk
mengatasi, dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sistem demokrasi liberal tidak berhasil
dilaksanakan di Indonesia karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia.

 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di antaranya berisi usulan pembubaran konstituante, berlakunya
kembali UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya
sehingga berakhirlah masa demokrasi liberal.

Pada periode tahun 1959-1965 kekuasaan didominasi oleh presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan makin meluasnya peranan TNI/Polri sebagai
unsur sosial politik. Pada masa demokrasi terpimpin ada tiga unsur kekuatan utama, yaitu Ir.
Soekarno, PKI, dan Angkatan Darat. Pada masa ini banyak terjadi penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945, antara lain:

 Pembentukan nasakom (nasionalis, agama, dan komunis).


 Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan Soekarno sebagai Presiden seumur
hidup.
 Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden.
 Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh presiden dan
penyelewengan lain dalam pelaksanaan pemerintahan.
 Dalam demokrasi terpimpin jika terjadi ketidakmufakatan dalam sidang legislatif, maka
permasalahan itu diserahkan kepada presiden sebagai pemimpin besar revolusi untuk dapat
diputuskan. Akhirnya orde lama jatuh setelah terjadi peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965
dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup parah.

Masa pemerintahan orde baru:

 Demokrasi pancasila

Orde baru (jaman suharto) - setelah suharto mengabulkan tritura (tiga tuntutan rakyat), suharto
kembali bergabung dalam organisasi PBB. ini mempengaruhi pelaksanaan demokrasi di indonesia
yang menyebabkan indonesia kembali kepada demorasi pancasila, diantaranya, untuk menghapus
ideologi komunis, dan untuk mendapat dukungan dari barat. nah, untuk pelaksanaannya, semua
tata kehidupan rakyat sesuai dengan nilai2 pancasila. contoh kebijakan yang diambil
suharto: setiap warga negara harus memiliki agama/kepercayaan, rapat sosial anggota PGRI,
kebebasan pers, kebijakan hasil bumi dan pertanian, dll.

Salah satu program yang dilaksanakan oleh Orde Baru sebagai upaya penerapan Pancasila yang
paling terkenal adalah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, lebih dikenal sebagai P4.
Penataran P4 ini menjadi lauk sehari-hari para pelajar zaman Orde Baru seperti layaknya agenda
menonton film ‘Pemberontakan G30S/PKI’ sebagai media propaganda yang bisa dibilang jitu.
Bagaimana tidak, sejak tingkatan sekolah menengah, pelajar Indonesia disuguhkan dengan
kebohongan yang manis namun enak diterima, sekali lagi tentang jasa Suharto dan ABRI yang
telah bersusah payah menebus kesalahan Sukarno dalam menerapkan Pancasila dan UUD 1945.
Gagasan Ekaprasatya Pancakarsa pertama kali disampaikan oleh Suharto pada 12 April 1976
sebagai pedoman nasional untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, suatu program yang
kemudian dijadikan tunggangan politik oleh pemerintah Orde Baru. Bahkan juga bisa dibilang
bahwa Pancasila yang diagung-agungkan itu dikendarai oleh rezim Orba untuk memunculkan
wajah yang bersih dan manis di hadapan rakyatnya.

Lalu pada kenyataannya, apa yang telah digembar-gemborkan pada pidato kenegaraan di awal
naiknya kekuasaan Suharto hanyalah omdo (omong doang). Yang katanya kesejahteraan rakyat
yang berkesesuaian dengan Pancasila dan UUD 1945 cuma tirai indah yang menutupi dialog dan
sandiwara kebusukan kerakusan politik Suharto dan antek-anteknya. Swasembada beras tidak lain
adalah penjajahan terhadap tradisi kuliner masyarakat tradisional dan perusakan lahan menurut
ilmu pertanian. Kemudian kesejahteraan rakyat yang berdasarkan pada hak azasi manusia jelas
merupakan suatu cita-cita yang seakan begitu jauh di awang-awang. Pancasila telah dijadikan
tameng dan juga kuda tunggangan yang kuat serta gagah oleh rezim Orde Baru, namun terkadang
kita enggan mengakuinya karena takut dituduh melecehkan. Yang perlu kita sadari sekarang
adalah bahwa upaya pembukaan kebenaran memang akan dianggap pelecehan oleh pelaku
kejahatan itu.

Anda mungkin juga menyukai