Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Memahami dinamika penerapan demokrasi di Indonesia, pada periode
demokrasi Liberal tahun 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 dan demokrasi
Terpimpin 5 Juli 1959 sampai 1965
Menyajikan hasil kajian tentang dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
Hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri dengan cara meningkatkan
kualitas belajar kalian secara terus menerus. Memahami makna demokrasi sangat penting dilakukan,
supaya kalian tidak terjebak kepada penafsiran yang salah dalam mengartikan demokrasi. Coba
amati tentang penerapan demokrasi di Indonesia demokrasi.
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan negara kita, semua konstitusi yang pernah berlaku
menganut prinsip demokrasi. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam ketentuan-ketentuan berikut
a. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 (sebelum diamandemen) berbunyi “kedaulatan
adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat”.
b. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (setelah
diamandemen) berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”.
c. Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1:
1) Ayat (1) berbunyi “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara hukum yang demokrastis dan berbentuk federasi”
2) Ayat (2) berbunyi “Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat”
d. Dalam UUDS 1950 Pasal 1:
1) Ayat (1) berbunyi “ Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”
2) Ayat (2) berbunyi “Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan
dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan rakyat”
Suatu sistem pemerintahan adalah sistem yang demokratis atau tidak, dapat dilihat dari indikator-
indikator yang dirumuskan oleh Affan Gaffar berikut ini: a) Akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap
pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan
yang hendak dan telah ditempuhnya. b) Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan
terjadinya rotasi kekuasaan harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai. c) Rekrutmen politik
yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan satu sistem rekrutmen
politik yang terbuka. d) Pemilihan umum. Dalam suatu negara demokrasi, pemilu dilaksanakan
secara teratur. e) Pemenuhan hak-hak dasar. Dalam suatu negara yang demokratis, setiap warga
negara dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas, termasuk di dalamnya hak untuk
menyatakan pendapat, hak untuk berkumpul dan berserikat, serta hak untuk menikmati pers yang
bebas.
Untuk itu mari kita lihat alur sejarah politik di Indonesia, yaitu pada pemerintahan masa revolusi
kemerdekaan Indonesia, pemerintahan parlementer, pemerintahan demokrasi terpimpin,
pemerintahan Orde Baru, dan pemerintahan orde reformasi. Mengapa demikian? Karena pada
masa-masa tersebut demokrasi sebagai sistem pemerintahan Republik Indonesia mengalami
perkembangan yang fluktuatif.
Periode perkembangan demokrasi yang pernah dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai berikut:
Demokrasi Liberal
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Orde Baru
Demokrasi Reformasi
Baiklah kita akan membahas satu persatu, silahkan disimak .
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 sampai
5 Juli 1959)
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode Demokrasi Terpimpin ( 5 Juli 1959 sampai
dengan 1965)
Selama masa demokrasi liberal, rakyat Indonesia sadar bahwasistem demokrasi liberal tidak
cocok dengan sistem politik Indonesia. ketidakcocokan itu terlihat dari :
Sistem demokrasi liberal bertentangan dengan nilai dasar Pancasilakhususnya sila ke 3
dan sila ke 4
Ketidakmampuan konstituante untuk menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan
Dekrit Presiden tahun 1959 menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku lagi dan memberlakukan
kembali UUD NRI 1945. Dekrit Presiden memuat ketentuan pokok sebagai berikut:
Menetapkan pembubaran konstituante
Menetapkan bahwa UUD NRI Tahun 1945 berlaku kembali segenap bangsa Indonesia
Pembentukan MPR dan DPAS dalam waktu singkat
Dekrit Persiden 5 Juli 1959 dapat dipandang sebagai suatu bentuk usaha untuk mencari jalan keluar
dari kemacetan politik dengan melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Setelah
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut, Indonesia jatuh pada masa Demokrasi
Terpimpin.
Dalam demokrasi terpimpin Soekarno bertindak seperti seorang diktator. Ia hampir menguasai
semua sektor kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Demokrasi Terpimpin merupakan sebuah type pendek demokrasi yang tidak didasarkan atas paham
liberalisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang
didasarkan pada keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum di dalam
pembukaan UUD 1945.
Demokrasi yang menuju pada satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur yang penuh
dengan kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Namun di dalam prakteknya, apa yang dinamakan dengan Demokrasi Terpimpin yang mempunyai
tujuan yang luhur ini tidak pernah dilaksanakan secara konsekuen. Malah sebaliknya, sistem ini
sangat jauh dan menyimpang dari arti yang sebenarnya.
Dalam prakteknya, yang memimpin demokrasi ini bukan Pancasila sebagaimana yang dicanangkan,
tetapi sang pemimpinnya sendiri. Akibatnya, demokrasi yang dijalankan tidak berdasarkan keinginan
luhur bangsa Indonesia, tetapi berdasarkan keinginan-keinginan atau ambisi politik pemimpinnya
sendiri.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945
seperti:
Dalam demokrasi terpimpin, jika tidak terjadi mufakat dalam sidang DPR, maka permasalahan yang
ada akan diserahkan kepada Presiden sebagai pemimpin besar revolusi untuk diputuskan sendiri.
Dengan demikian, rakyat atau wakil rakyat yang duduk dalam lembaga legislatif tidak mempunyai
peranan yang penting dalam pelaksanaan Demokrasi Terpimpin.
Pada akhirnya, pemerintahan Orde Lama beserta demokrasi terpimpinnya jatuh setelah terjadinya
peristiwa G-30-S/PKI 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup parah.
Dampak dari sistem ini juga terbilang cukup besar pada sektor politik di Indonesia saat itu. Yaitu
adanya kepemimpinan dari kaum PKI dan kalangan borjuis yang memicu banyak penolakan dari
masyarakat kala itu. Belum lagi dengan tingginya tingkat korupsi pada kalangan birokrat Negara dan
militer yang menyebabkan menurunnya pendapatan Indonesia dan akhirnya terjadi inflasi.
Kehidupan masyarakat di era saat ini pasti tidak sama dengan masa dimana sistem Indonesia
menganut demokrasi terpimpin. Bahkan, bisa dibilang lebih mudah dan bebas dibandingkan era
dahulu. Demokrasi terpimpin memberikan pengajaran bahwa Negara harus benar-benar
menggunakan sistem dan trobosan yang tepat untuk melakukan pembangunan.