Anda di halaman 1dari 22

Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi

Indonesia Masa

Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Olivia Wilson
Anggota kelompok
• Anggie Chelsea Dwipayani
• Nur Rahma Oktafinna
• Sabrina Akmalia Putri
• Nasywa Hanun Tsani
• Irfan Nurzal
• Rahatama Hafizzudin
• Muhammad Rafi Andika
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang diberikan-Nya, sehinqqa makalah yang
berjudul " Makalah Sejarah Dinamika Politik Masa
Demokrasi Terpimpin "Ini dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas
sejarah Indonesia .Semoga dengan dibuatnya makalah ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, dan dapat
menambah wawasan pembaca pada akhirnya kritik dan
sarat yang pembaca berika untuk mewujudkan
kesempurnaan makalah ini, kami sangat hargai.
BAB I
PENDA HULUAN
1.1 Latar Belakang
Demokrasi meupakan suatu sistem negara yang dimana kewenangan
berada di tangan rakyat sehingga suatu pemerintahan tidak mempunyai
kewenangan penuh terhadap keptusan pemerintahan. Demokrasi
terbentuk menjadi suatu sistem pemerintahan sebagai respon kepada
masyarakat umum yang ingin menyuarakan pendapat mereka. Dengan
adanya sistem demokrasi, kekusaan absolute satu pihak melalui tirani,
kedixtatoran dan pemerintahan otoriter lainnya dapat di hindari.
Demokrasi memberikan kebebasan berpendapatan bagi rakyat.
Indonesia telah mengalami enam kali pergantian kepala negara dan
beberapa kali Pergantian sistem pemerintahan. kita bisa menlik berbagai
macam periodesasi sejarah di indonesia dan membandingkan satu sama
เain. Dari berbagai macam perbandingan tersebut tentunya kita bisa
menilial masa mana yang paling demokratis meskipun peniaian kita
entah bersifat subjextip atau objextif.perbandingon bisa dilakukan
antora Orde Lama (demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin), orde
baru dan masa repormasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belarang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adaiah sebagai berikut :
1. Bagaimana dinamika politik pada masa demokrasi terpimpin ?
2. Bagaimana peta kekuatan politik nasional pada masa demokrasi
terpimpin ?
3. bagaimana peta kekuatan politik nasional pada masa demokrasi terpimpin ?
4. Bagaimana konfrontasi terhadap Malaysia
5. Bogaimana perkembangan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin !

1.3 Tujuan
1. Memahami perkembangan politik pada masa Demokrasi Terpimpin mulai
dari menuju demokrasi terpimpin dan peta kekuatan politik nasional
2. memahami kebijakan dan sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin
terkait dengan dewan perancangan nasional, devaluasi mata uang,dll.
1.4 Metode Penelitian

Dalam proses penyusunan makalah ini


menggunakan metode heuristic. Metode ini yaitu
proses pencarian dan pengumpulan sumber-
sumber dalam melakukan kegiatan penelitian .
Metode ini dipilih karena pada hakikatnya sesuai
dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang
hendak dilakukan. Selain itu, penyusunannya
juga menggunakan studi literatur sehingga teknik
pendekatan dalam proses penyusunannya
Demokrasi Terpimpin adalah sistem
demokrasi dimana seluruh keputusan
berpusat pada pemimpin negara yang
saat itu dijabat oleh Presiden
Soekarno. Demokrasi ini diumumkan
pertama kali oleh Presiden Soekarno
pada pembukaan sidang konstituante
tanggal 10 November 1956. Sistem
pemerintahan ini sendiri berlangsung
dari tahun 1959 hingga 1965.
1. Menuju Demokrasi Terpimpin
Demokrasi ditandai dengan lahirnya Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959. Gagasan ini diajukan oleh ketua
PNI Suwirjo dan LetJend A.H Nasution (KSAD).
Diantaranya :
1. Menetapkan pembubaran Konstituante.
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, terhitung mulai tanggal
penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi
UUD Sementara (UUDS).
3. Pembentukan MPRS, yang terdiri atas
anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan
Sistem Politik Demokrasi Terpimpin
Pelaksanaan sistem ini antara lain :

• •Presiden sebagai
• Membentuk Majelis
pimpinan tertinggi
Permusyawaratan
DBRI dan menjabat Rakyat Sementara
presiden seumur (MPRS)
hidup
• Menyatukan lembaga-
lembaga tinggi dengan • Membubarkan
• Membentuk Dewan
Pertimbangan Agung eksekutif DPR dan
Sementara (DPAS) membentuk DPR-
GR
2.Peta Kekuatan Politik Nasional

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia, peta
kekuatan politik nasional era Demokrasi
Terpimpin mengalami pasang surut. Antara tahun
1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan
Presiden Soekarno yang memegang seluruh
kekuasaan negara. Presiden Soekarno didampingi
Angkatan Darat dan PKI di sampingnya.
Presiden Soekarno selalu mengungkapkan
bahwa revolusi Indonesia memiliki lima
gagasan penting yang terangkum dalam
Manisfeesto Politik, yaitu: Undang-Undang
Dasar 1945 Sosialisme Indonesia
Demokrasi Terpimpin Ekonomi Terpimpin
Kepribadian Indonesia Sejak tahun 1961,
Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu
yang harus dipelajari dalam dunia
pendidikan. Beberapa surat kabar yang pro
Masyumi dan PSI menolak ide tersebut,
sehingga dilarang terbit oleh pemerintah.
Demokrasi Terpimpin (1957-1965): Pengertian dan
Ciri-ciri Partai politik Partai politik pada era
Demokrasi Terpimpin dibatasi oleh pemerintah.
Pemerintah menerapkan penetapan Presiden No 7
tahun 1959 tentang syarat-syarat penyederhanaan
partai. berikut isinya: Menerima dan membela
konstitusi 1945 dan Pancasila Menggunakan cara-
cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-
cita politiknya. Partai politik setidaknya memiliki
cabang diseperempat wilayah Indonesia. Presiden
berhak menyelidiki administrasi dan keuangan
partai. Presiden berhak membubarkan partai yang
terindikasi berusaha merongrong politik
pemerintah dan mendukung pemberontakan.
Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui
sembilan partai politik yaitu PKI, Partai Murba,
Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan
Partindo.
Konflik dengan DPR Dalam perkembangannya, beberapa fraksi dalam DPR menolak kebijakan
Presiden Soekarno sehingga pecah konflik antara Presiden dan DPR. Konflik tersebut mencapai
puncak, ketika DPR menolak RAPBN 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden menjadikan
masalah ini untuk membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan dibubarkan pada Juni 1960. Setelah
itu, Presiden Soekarno membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Presiden
memilih dan mengangkat sendiri anggota DPR dan harus terikat aturan yang ditetapkan
presiden.menhan Prabowo Minta Pemberontakan PKI Diajarkan di Sekolah Ajaran Resopim
Revolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional (Resopim) bertujuan untuk memperkuat
kedudukan Presiden Soekarno. Intinya seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus
dicapai melalui revolusi, jiwa oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan, yang disebut
Panglima Besar Revolusi yaitu Presiden Soekarno. Presiden seumur hidup dan Nasakom MPRS
menetapkan Presiden Soekarno sebagai presiden sumur hidup dalam Sidang Umum 1063. Presiden
Soekarno mendapat tiga dukungan yaitu, nasionalis, agama, dan komunis (Nasakom). Sistem
pemerintahan yang dikembangkan Presiden Soekarno memberikan peluang bagi tumbuh dan
berkembangnya ideologi komunis. Presiden Soekarno juga mengajarkan Nasakom kepada
masyarakat. Di mana Nasakom merupakan cermin paham bebagai golongan masyarakat Indonesia.
Sehingga persatuan Indonesia dapat terwujud jika melaksanakan dan menerima ajaran Nasakom.
Partai Komunis Indonesia (PKI) Dalam perjalanannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom,
sehingga berhasil mendapatkan tempat dalam konstelasi politik Indonesia. Strategi ini juga
meyakinkan Presiden Soekarno bahwa PKI merupakan partai pendukung utama kebijakan
pemerintah.
Sejarah dan Latar Belakangnya Bahkan saat Presiden Soekarno
membubarkan beberapa partai politik yang terlibat dalam
pemberontakan, PKI berhasil terhindar dari pembubaran tersebut.
Angkatan Darat yang mengetahui kedekatan PKI dengan
Presiden Soekarno mengerahkan berbagai cara untuk
menghambat pergerakan PKI. Pimpinan Angkatan Darat
mengeluarkan perintah untuk menangkap DN Aidit dan melarang
terbitan surat kabar harian Rakyat. Namun hal tersebut menuai
protes Presiden Soekarno dan memerintahkan agar semua
keputusan Angkatan Darat dicabut. Memasuki tahun 1964
serangan terhadap PKI semakin banyak. Beberapa surat kabar
memberitakan penemuan dokume rahasia PKI yang berencana
merebut kekuasaan. Hal tersebut dibantah oleh DN Aidit. Isu
tersebut berkembang menjadi isu politik besar. : Demokrasi
Indonesia Periode Orde Baru (1965-1998) Presiden Soekarno
berupaya menyelesaikan masalah tersebut dengan
mengumpulkan seluruh pimpinan partai politik. Dalam
pertemuan tersebut, seluruh pemimpin partai politik sepakat
mengakhiri perseteruan karena pemerintah sedang berkonfrontasi
dengan Malaysia.
3.Pembebasan Irian Barat
*Salah satu isu politik luar negeri yang terus menjadi pekerjaan
rumah kabinet RI adalah masalah Irian Barat. Wilayah ini telah
menjadi bagian RI yang diproklamasikan sejak 17 Agustus 1945.
perundingan KMB tahun 1950 masalah penyerahan Irian Barat
ditangguhkan satu tahun dan berhasil dicapai dalam suatu
kompromi.

*Usulan yang muncul dari perdebatan itu adalah agar pihak Belanda
menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia.
Penyerahan ini dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun.

*Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1962 Pemerintah Indonesia


dengan Pemerintah Belanda di New York, membuat perjanjian yang
dikenal sebagai Perjanjian New York.Hal pokok dari isi perjanjian
itu adalah penyerahan pemerintahan di Irian dari pihak Belanda ke
PBB. Kembalinya Irian ke pangkuan RI berakhirlah perjuangan
memperebutkan Irian Barat.
4.Konfrontasi Terhadap Malaysia
Masalah demgan Malaysia ini berawal dari munculnya keinginan Tengku
Abdul Rahman dari persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan Yu dari
Republik Singapura untuk menyatukan kedua negara tersebut menjadi
Federasi Malaysia.

Rencana pembentukan Federasi Malaysia mendapat tentangan dari


Filipina dan Indonesia. Filipina menentang karena memiliki keinginan
atas wilayah Sabah di Kalimantan Utara. Pemerintah Indonesia pada saat
itu menentang karena menurut Presiden Soekarno pembentukan Federasi
Malaysia merupakan sebagian dari rencana Inggris untuk mengamankan
kekuasaanya di Asia Tenggara.
Untuk meredakan ketegangan di antara tiga negara tersebut kemudian diadakan
Konferensi Maphilindo (Malaysia, Philipina dan Indonesia) di Filipina pada tanggal
31 Juli-5 Agustus 1963. Konferensi Maphilindo menghasilkan tiga dokumen
penting, yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila dan Komunike Bersama. Inti
pokok dari tiga dokumen tersebut adalah Indonesia dan Filipina menyambut baik
pembentukan Federasi Malaysia jika rakyat Kalimantan Utara menyetujui hal itu.
Mengenai pembentukan Federasi Malaysia, ketiga kepala pemerintahan setuju untuk
meminta Sekjen PBB untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan ini sehingga
dapat diketahui keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukkan ke dalam
Federasi Malaysia.

Sekretaris Jenderal PBB membetuk tim penyelidik yang dipimpin oleh Lawrence
Michelmore. Tim tersebut memulai tugasnya di Malaysia pada tanggal 14 September
1963. Namun sebelum misi PBB menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasil
kerjanya, Federasi Malaysia diproklamasikan pada tanggal 16 September 1963. Oleh
karena itu, pemerintah RI menganggap proklamasi tersebut sebagai pelecehan atas
martabat PBB dan pelangggaran Komunike Bersama Manila,
Pada 3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengucapkan Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) di hadapan apel besar sukarelawan. Negara-negara luar seperti Amerika
Serikat, Jepang dan Thailand juga berusaha melakukan mediasi menyelesaikan
masalah ini. Namun masalah pokok yang menyebabkan sengketa dan memburuknya
hubungan ketiga negara tersebut tetap tidak terpecahkan,
karena PM Federasi Malaysia, Tengku Abdul Rahman tidak menghadiri forum
pertemuan tiga negara.

Ditengah berlangsungnya Konfrontasi Indonesia Malaysia, Malaysia dicalonkan


menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kondisi ini mendorong
pemerintah Indonesia mengambil sikap menolak pencalonan Malaysia sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Ketika tanggal 7 Januari 1965 Malaysia
dinyatakan diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dengan
spontan Presiden Sokearno menyatakan “Indonesia keluar dari PBB”.
Perkembangan
Ekonomi Masa
Demokrasi
Terpimpin
a. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)
Tugas dewan ini adalah menyiapkan rancangan undang-undang
pembangunan nasional yang berencana serta menilai pelaksanaan
pembangunan tersebut. Dewan ini diketuai oleh Mohammad Yamin.

b. Devaluasi Mata Uang Rupiah


Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin, Pada tanggal 24
Agustus 1959, pemerintah mendevaluasi (menurunkan nilai mata uang) Rp
1.000 dan Rp 500 menjadi Rp 100 dan Rp 50. Pemerintah juga melakukan
pembekuan terhadap semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah
Rp 25.000. Tujuan kebijakan devaluasi dan pembekuan simpanan ini adalah
untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar demi kepentingan
perbaikan keuangan dan perekonomian negara.
c. Deklarasi Ekonomi
Pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno menyampaikan Deklarasi
Ekonomi (Dekon) di Jakarta, Tujuan utama Dekon adalah untuk
menciptakan ekonomi nasional yang bersifat demokratis dan bebas dari
mperialisme untuk mencapai kemajuan ekonomi. Pada bulan September
1963 Presiden Soekarno menunda pelaksanaan Dekon dengan alasan
sedang berkonsentrasi pada konfrontasi dengan Malaysia. Harga barang-
barang naik mencapai 200-300% pada tahun 1965 sehingga pemerintah
mengeluarkan kebijakan bahwa pecahan mata uang Rp 1000 (uang lama)
diganti dengan Rp 1 (uang baru). Penggantian uang lama dengan uang baru
diikuti dengan pengumuman kenaikan harga bahan bakar. Hal ini
menyebabkan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan menyuarakan Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura).
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai