Nama Kelompok :
• ORDE LAMA
•DEMOKRASI LIBERAL
kesatuan, dari RIS menjadi NKRI, dikarenakan bentuk negara federasi atau serikat tidak
Konstitusi yang berlaku saat itu adalah UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal
yang terdapat dalam kabinet serta pembentukan badan penyusun Undang-Undang, yaitu
konstituante.
• Terselenggaranya pemilu pertama, yaitu Pemilu 1955 yang merupakan pemilu paling
isinya adalah memperjuangkan Irian Barat agar menjadi bagian dari wilayah Indonesia.
• Instabilitas politik negara, karena kabinet yang terus menerus mengalami perubahan.
• Munculnya gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia:
rasionalisasi tentara.
Bersama Musso dari komunis internasional, kekuatan disusun oleh Amir Syarifudin
Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), terjadi di daerah Jawa Barat,
• Gerakan PRRI, muncul disaat keadaan politik sedang tidak stabil sehingga
menimbulkan hubungan tidak mesra antara pemerintah pusat dan berbagai macam
Republik Indonesia’.
• Dibentuknya Kabinet Gotong-Royong yang terdiri atas wakil semua partai dan
golongan fungsional.
Konsepsi ini diterima oleh sebagian besar anggota, namun selalu tidak memenuhi kuorum,karena
anggota yang hadir selalu kurang dari dua pertiga, sehingga menimbulkan gejolak politik yang
berkelanjutan.
Pada saat negara dalam keadaan darurat, akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada
5 Juli 1959.
• Pembubaran konstituante.
Pengeluaran Dekrit Presiden diterima dan didukung oleh rakyat Indonesia. KSAD langsung
mengeluarkan perintah harian kepada anggota TNI untuk mengamankan Dekrit Presiden.
Mahkamah Agung juga membenarkan keberadaan Dekrit Presdien. DPR hasil pemilu 1955 pun
juga menyatakan kesediaannya dalam menjalankan UUD 1945. Namun, pada akhirnya UUD 1945
tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen, karena hanya menjadi slogan-slogan kosong
belaka.
• DEMOKRASI TERPIMPIN
Setelah dirasa bentuk Demokrasi Liberal tidak cocok di Indonesia dan telah dikeluarkannya
Dekrit Presiden, maka digunakan sistem Demokrasi Terpimpin (1959-1965) dan system
presidensial dengan kepala pemerintahan presiden.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, banyak terjadi penyimpangan terhadap Pancasila dan
konstitusi
• Pembubaran DPR hasil pemilu karena ditolaknya RAPBN buatan Soekarno, menjadi DPR Gotong
Royong (DPR-GR) dengan anggota PNI, NU, dan PKI.
• Pidato presiden atau Manifesto Politik Republik Indonesia dijadikan Garis-Garis Besar
HaluanNegara (GBHN), yang memiliki inti: UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.
• Penghapusan partai-partai politik massal yang tidak memenuhi syarat yang ditentukan.
Penyimpangan juga terjadi dalam politik luar negeri yang bersifat bebas-aktif menjadi satu poros:
• Politik konfrontasi berupa politik mercusuar yang diarahkan ke negara kapitalis, yaitu melalui
pandangan tentang NEFO (New Emerging Forces) atau kekuatan baru yang menggeser kekuatan
lama negara-negara kapitalis, imperialis dan neokolonialis yaitu OLDEFO (Old Establishment
Forces). Hal ini diwujudkan dengan dibangunnya dua proyek besar, yaitu Ganefo (Gelora Bung
Karno) dan Conefo (gedung DPR/MPR).
• Dibentuknya Dwikora yang merupakan konfrontasi terhadap Malaysia yang ikut campur
terhadap pembentukan negara federasi Malaysia.
• Dibentuknya Trikora yang merupakan perebutan wilayah Irian Barat secara paksa melalui
perang.
1). Adanya Kabinet Kerja Kabinet Kerja dibentuk 10 Juli 1959 dan terdiri dari Sukarno sebagai
Perdana Menteri, sedangkan Djuanda bertindak sebagai menteri pertama dengan dua wakilnya
yaitu J. Leimena dan Subandrio. Kabinet kerja bertujuan untuk mengurangi pengaruh
kepentingan partai politik maka tidak satupun menteri dalam kabinet yang berasal dari ketua
umum partai politik agar dapat memberikan tekanan pada sifat nonpartai, beberapa menteri
keluar dari partainya seperti Subandrio (PNI) dan J.Leimena (Partai Kristen Indonesia). Program
kabinet meliputi penyelengaraan keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan
melengkapi sandang pangan rakyat.
3). Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) MPRS dibentuk pada 31
Desember 1959 oleh Presiden Sukarno. Fungsi dan tugas MPRS tidak diatur berdasarkan UUD 45
tetapi berdasarkan ketetapan Presiden Sukarno Nomor 2 tahun 1959 sehingga fungsi dan tugas
MPRS hanya menetapkan aris-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2). Melemahnya Lembaga Legislatif Dibentuknya DPR Gotong-Royong (DPR-GR) membuat sistem
politik melemah. Hal ini dikarenakan DPR-GR hanya merupakan instrumen politik lembaga
kepresidenan. Proses rekruitmen politik untuk lembaga ini juga ditentukan oleh presiden.
3). Hak dasar manusia sangat lemah Presiden mudah untuk menyingkirkan politiknya yang tidak
sesuai dengan kebijakan atau siapa pun yang mempunyai keberanian untuk menentangnya.
Beberapa lawan politik menjadi tahanan.
4). Puncak Anti-Kebebasan Pers Demokrasi terpimpin menjadi masa puncak dari semangat anti
kebebasan pers. Pemerintah melarang terbitnya beberapa surat kabar, seperti Harian Abadi dari
Masyumi dan Harian Pedoman dari Partai Sosialis Indonesia (PSI).
5). Otonomi Daerah Sangat Terbatas Hal ini dikarenakan sentralisasi kekuasaan yang semakin
dominan dalam proses hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Demokrasi Terpimpin berakhir dengan munculnya Peristiwa G30S/PKI. Menjelang G30S/PKI, PKI
telah beberapa kali melakukan pertemuan rahasia mengenai penyerangan G30S/PKI secara fisik
dengan militer yang akan dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang merupakan Komandan
Batalyon I Resimen Cakrabirawa. Pada dini hari 1 Oktober 1965, seluruh anggota gerakan mulai
bergerak dan melakukan pembunuhan terhadap 7 orang penting, 6 orang perwira tinggi dan 1
orang perwira pertaa Angkatan Darat. Ketujuh orang tersebut dibawa ke Lubang Buaya dan
dimasukkan ke dalam sumur tua lalu ditimbun sampah dan tanah.
2. Mayjen R. Soeprapto
Pada 1 Oktober 1965, segera dilakukan penumpasan G30S/PKI di sekitar Medan Merdeka dan
Lanud Halim Perdana Kusuma yang merupakan markas PKI saat itu. Selain itu, kantor
RRI juga berhasil direbut kembali oleh RPKAD dan setelah itu muncul berita bahwa akan terjadi
perebutan kekuasaan (coup) yang selanjutnya menimbulkan kegelisahan di tengah tengah
masyarakat. Selanjutnya terjadi berbagai penumpasan G30S/PKI di berbagai daerah di Indonesia.
Peristiwa G30S/PKI menyebabkan instabilitas politik dan ekonomi yang menyebabkan kerusakan
infrastruktur dan sarana public, kenaikan harga-harga, inflasi dan devaluasi rupiah. Pada 10
Januari 1966, muncul demonstran dari berbagai pihak yang mengajukan Tritura atau Tiga
Tuntutan Rakyat yang meliputi:
• Bubarkan PKI
●ORDE BARU
Orde baru merupakan salah satu masa dimana kejayaan era pemerintahan presiden Soeharto
dalam memimpin negara Indonesia dengan cara menggantikan orde lama yaitu masa
pemerintahan Ir. Soekarno.Orde baru merupakan sebuah sebutan yang diberikan kepada masa
pemerintahan PresidenRepublik Indonesia yang ke 2 atau Rezim Soeharto.
Kala itu Soeharto menggantikan kedudukan Soekarno sebagai Presiden pertama Republik
Indonesia. Peristiwa pemindahtanganan jabatan itu terjadi pada tahun 1966.
Orde baru sendiri sebenarnya memiliki pengertian yaitu sebutan untuk masa pemerintahan
Soeharto di Indonesia selama lebih dari 30 tahun lamanya.
Masa Orde Baru (ORBA) ini dimulai semenjak tahun 1966 menggantikan orde lama yang
merujuk pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Yang mana lengser semenjak mencuat
peristiwa G 30 SPKI.Orde baru sendiri juga dapat didefinisikan sebagai suatu penataan kembali
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dengan berlandaskan dasar negara
indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945. Hal ini dilakukan karena terdapat adanya ancaman
Ideologi Pancasila yaitu dengan adanya pemberontakan G30SPKI.
Menurut sejarah, pada saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI) menyebarkan paham
komunisme di Indonesia dan telah mengancam keberlangsungan Ideologi Pancasila.
Awal dari lahirnya orde baru sendiri adalah ketika Presiden Soekarno menyerahkan mandatnya
kepada Jendral Soeharto melalui Surat Perintah Sebelas Maret
Pada masa ORDE BARU, terdapat kelebihan dan kekurangan penerapan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun kelebihan dan kekurangan tersebut dirinci lebih
lanjut pada bagian berikut ini.
» Pembahasan
KELEBIHAN penerapan Pancasila pada masa Orde Baru antara lain adalah sebagai berikut:
KELEMAHAN penerapan pancasila pada masa Orde Baru adalah sebagai berikut:
• Pemilu terlaksana namun dengan segenap pembatasan sehingga selama presiden yang
terpilih secara terus menerus adalah Soeharto.
• Kehidupan ekonomi membaik namun Korupsi-Kolusi-Nepotisme tumbuh subur.
• Dunia politik dikuasai oleh pihak militer yang berakibat pada kurang didengarnya
aspirasi rakyat.
• Banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang menjadi mereka yang vokal
mengkritisi kebijakan pemerintah sebagai target.
• Masyarakat golongan tertentu (tionghoa) diperlakukan diskriminatif oleh pemerintah
• Peran politik masyarakat dibatasi, media dikontrol penuh dan harus pro terhadap
pemerintah.
• Eksploitasi SDA besar-besaran namun pertumbuhan ekonomi tidak merata.
• Terjadi korupsi besar-besaran di semua lapisan masyarakat.
• Pembangunan hanya terpusat di Ibu Kota sehingga terjadi kesenjangan yang cukup besar
antara masyarakat kota dengan di desa.
• Kekuasaan yang terus berkelanjutan tanpa adanya tanda-tanda akan mundur.
• Masyarakat di berbagai daerah tidak puas, misalnya Papua dan Aceh. Tidak tersentuh
pembangunan
• Terjadi pengekangan kebebasan pers dan berpendapat.
• Tingginya kesenjangan sosial di masyarakat.
•ERA REFORMASI
Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998 sampai sekarang,
tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil
presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini dicirikan oleh lingkungan sosial politik yang lebih
terbuka. Demokrasi yang diterapkan negara kita pada masa reformasi ini adalah Demokrasi
Pancasila. Tentu dengan Karakteristik yang berbeda dengan Orde Baru dan sedikit mirip dengan
demokrasi parlementer pada tahun 1950-1959. Maka untuk itu berikut kelebihan dan kekurangan
demokrasi yang diterapkan pada masa reformasi :
Kelebihan :
1) Pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis dari sebelumnya
• Rakyat dapat memilih wakilnya di lembaga legislatif dan presiden serta wakil presiden secara
langsung. Pemungutan suara setiap orang memiliki bobot yang sama, membentuk pemerintahan
demokratis yang dibangun di atas kesetaraan. Juga ini berlaku di semua bentuk pemilihan
politik, membuat semua orang merasa didengar dan penting.
2) Rotasi kekuasaan dilaksanakan mulai dari pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa
3) Pola rekrutmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka
• Setiap warga yang mampu dan memenuhi syarat menduduki jabatan politik tanpa adanya
diskriminasi
4) Rakyat dapat berperan aktif dalam pemerintahan
• semua orang akan diizinkan untuk memilih dan berpartisipasi dalam mempertimbangkan apa
yang mereka pikirkan tentang masalah politik, sosial dan ekonomi negara itu, memastikan bahwa
keputusan apa pun yang dibuat, itu akan menjadi kepentingan mereka dan bukan hanya dari para
pemimpin pemerintahan. Publik benar-benar akan memegang kekuasaan dan memiliki pendapat
yang penting.
5) Terus meningkatkan upaya pemberantasan korupsi
6) Stabilitas politik yang terjamin dan HAM yang sepenuhnya diberikan kepada rakyat
7) Adanya kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam berbangsa dan
bernegara
• Kemajuan teknologi dan informasi merupakan salah satu wadah dalam penyampaian pendapat
oleh masyarakat di Indonesia. Teknologi komunikasi dengan berbagai macam media sosial telah
memberikan kebebasan kepada tiap individu untuk mengekspresikan pendapatnya melalaui
berbagai jenis media sosial komunikasi. Namun tetap diperlukannya pembatasan HAM/peraturan
sebagai bentuk kontrol terhindarnya kebebasan yang brutal dan melampaui batas.
8) Jumlah partai politik yang tidak dibatasi
• Kebebasan mendirikan partai politik adalah bagian esensial dari hak konstitusional yang telah
dirumuskan oleh founding fathers dalam UUD 1945. Peraturan perundang-undangan bidang
politik tentu menggunakan prinsip “kemerdekaan berserikat dan berkumpul”, yang digariskan
dalam konstitusi. Hal itu sejalan pula dengan pengakuan terhadap hak-hak sipil dan politik (civil
and political rights) dalam instrumen hukum internasional, yang kemudian dimasukkan dalam
amendemen UUD 1945 dengan penyisipan Bab XA “Hak Asasi Manusia”
Kekurangan :
1) Kepentingan rakyat dan umum terabaikan sementara kepentingan pribadi, kelompok, dan
partai lebih diutamakan
2) Proses pengembangan, pemanfaatan dan pengendalian IPTEK ditinggalkan, bahkan sampai
dihentikan
3) Masyarakat yang salah tafsir tentang arti reformasi dan pengetahuan tentang politik yang
relatif rendah
4) Kebebasan masyarakat yang terbilang tinggi dan banyak pemaksaan yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu
5) Jiwa dan semangat patriotisme terdesak oleh nilai-nilai materialisme yang rakus, seiring
lemahnya moral dan etika
6) perbaikan dan pertumbuhan ekonomi yang berjalan belum meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Hal itu terlihat dari angka kemiskinan yang masih tinggi, angka pengangguran yang
masih tinggi, dan investasi yang masih tersendat dan perkembangan sektor riil yang stagnan.