1.PERKEMBANGAN POLITIK
a. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Kehidupan pada masa Demokrasi Parlementer belum stabil ditambah lagi dengan Dewan Konstituante hasil
pemilu tahun 1955 tidak berhasil menyusun UUD baru bagi RI karena adanya perbedaan pandangan
tentang dasar negara. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang isinya sebagai berikut:
Dengan demikian, berakhir masa Demokrasi Parlementer dan digantikan dengan demokrasi terpimpin serta
ditinggalkannya sistem kabinet parlementer dan diganti menjadi kabinet presidensial.
Presiden menunjuk dan mengangkat anggota MPRS yang seharusnya dipilih melalui pemilu
bukannya ditunjuk oleh presiden.
Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan mengganti nya dengan DPR-GR.
Pengangkatan presiden seumur hidup.
Penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh kekuasaan yang dimiliki presiden sangat besar sehingga
pemerintahan cenderung mengarah ke otoriter.
Oldefo adalah sebutan untuk negara-negara barat yang sudah mapan ekonomi nya khususnya negara
kapitalis. Sedangkan, Nefo adalah sebutan untuk negara-negara baru khususnya negara sosialis. Pada masa
tersebut, Indonesia lebih banyak menjalin kerja sama dengan negara Nefo sehingga ruang gerak diplomasi
Indonesia di forum internasional menjadi sempit dan terkesan memihak kepada blok sosial atau komunis.
II. Politik Mercusuar
Politik yang dijalankan oleh presiden Soekarno dengan anggapan Indonesia merupakan mercusuar yang
menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia sehingga untuk mewujudkan nya diselenggarakan proyek-
proyek besar dengan biaya yang besar pula dan diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada
kedudukan termuka di kalangan Nefo.
Dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, muncul gagasan membentuk gerakan Non-blok untuk
menyikapi persaingan antara Blok Barat yang dipimpin AS dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet pada
tahun 1960-an yang dapat memicu perang dingin dan mengancam perdamaian dunia. Adapun tujuan
pendirian gerakan Non-blok antara lain:
Berawal dari keinginan federasi Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Serawak ke dalam
Federasi Malaysia yang mendapat tentangan dari Filipina dan Indonesia. Pembentukan Federasi Malaysia
dianggap sebagai proyek Neokolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia. Kemudian
Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi dan presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) yakni sebagai berikut:
Pelanggaran janji bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat pada Indonesia satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS membuat Indonesia memutuskan menempuh sikap keras melalui konfrontasi
total terhadap Belanda. Puncak konfrontasi yakni pada saat presiden Soekarno mengumandangkan Trikora
(Tri Komando Rakyat) dengan isi sebagai berikut:
Pada mulanya Belanda mencemooh persiapan Komando Mandala dan mengira bahwa pasukan Indonesia
tidak mungkin bisa masuk ke wilayah Irian. Tetapi setelah operasi infiltrasi dari pihak kita berhasil, maka
Belanda siap duduk pada meja perundingan untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat dan pada tanggal 15
Agustus ditandatangani suatu perjanjian dengan nama “Perjanjian New York”.
2. PERKEMBANGAN EKONOMI
Pada Demokrasi Terpimpin, pemerintah berupaya mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi sejak
masa Demokrasi Parlementer. Langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk memperbaiki kondisi
ekonomi antara lain adalah sebagai berikut:
Deklarasi Ekonomi
Pada tanggal 28 maret 1963, Presiden Soekarno menyampaikan Deklarasi Ekonomi (Dekon) di Jakarta yang
merupakan strategi dasar dalam ekonomi terpimpin dengan tujuan utama menciptakan ekonomi nasional
yang bersifat demokratis dan bebas dari imprealisme untuk mencapai kemajuan ekonomi. Ekonomi
Indonesia berpegang pada sistem ekonomi Berdikari (Berdiri diatas kaki sendiri). Upaya perbaikan ekonomi
tidaklah menggembirakan dan kondisi ekonomi memburuk karena anggaran belanja meningkat tanpa
diimbangi pendapatan negara yang memadai. Hal ini menyebabkan mahasiswa dan masyarakat turun ke
jalan menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)
Pendidikan
Pada 1950-an dibangun berbagai macam sekolah agar murid-murid dapat melanjutkan pendidikan.
Gerakan menabung dan koperasi sekolah juga digiatkan. Pemerintah masa Demokrasi Terpimpin juga
membentuk kelas khusus untuk menumpang lulusan sekolah rakyat yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan dan mereka di didik agar mendapat keterampilan dengan waktu selama 2 tahun.
Kebudayaan
Dalam bidang seni muncul berbagai lembaga seni yang dibangun oleh partai politik dimana
lembaga-lembaga tersebut saling bersaing dan memperebutkan dominasi sesuai dengan haluan
politik partai yang menaunginya. Pada masa Demokrasi Terpimpin bidang kesenian tak luput dari
upaya dominasi PKI. Para seniman dan budayawan yang tidak ingin kebudayaan nasional
didominasi oleh suatu ideologi politik tertentu memproklamasikan Manifesto Kebudayaan
(Manikebu) yang mendapat kecaman keras dari Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang pro-PKI.
Presiden Soekarno ternyata menyepakati kecaman itu, sehingga tidak sampai 1 tahun usianya,
Manikebu dilarang pemerintah.