Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DAN TUJUAN

Demokrasi Terpimpin merupakan suatu gagasan pembaruan kehidupan politik, sosial, dan
ekonomi. Gagasan ini dikenal sebagai Konsepsi Presiden 1957. Terdapat dua pokok pemikiran
dalam konsepsi tersebut, di antaranya:

a. Pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem Demokrasi Terpimpin


yang didukung oleh kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara
seimbang.
b. Membentuk kabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan
masyarakat, yang terdiri atas wakil partai politik dan kekuatan golongan politik
baru atau golongan fungsional alias golongan karya.

Tujuan sistem Demokrasi Terpimpin adalah untuk menata kembali kehidupan politik serta
pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Namun, pada pelaksanaannya justru kerap melanggar UUD
1945.
LATAR BELAKANG
Ketidak stabilan politik pada masa demokrasi liberal menjadi latar belakang berubahnya sistem
politik Indonesia. Konstituante dianggap telah gagal dalam menyusun UUD baru. Pergantian
kabinet yang terlalu sering juga menyebabkan program kerja pemerintah tidak berjalan lancar,
hingga akhirnya pembangunan turut terhambat. Ditambah lagi dengan munculnya beberapa
gerakan separatis di berbagai wilayah. Masalah-masalah tersebut telah menunjukkan bahwa perlu
adanya perbaikan sistem politik di Indonesia
Untuk mengatasi situasi dan kondisi yang demikian maka Presiden soekarno mengambil langkah
tegas dengan menerapkan sistem politik yang baru dengan nama Demokrasi terpimpin. Langkah
tersebut dimulai dengan mengumumkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dengan isi sebagai berikut :
a. Pembubaran konstituante
b. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
c. Pembentukan MPRS dan DPAS
SITUASI PASCA DEKRIT PRESIDEN
Kabinet Djuanda dibubarkan dan diganti dengan Kabinet Kerja (10 Juli 1959) dengan 3 program
kerja yang menjadi fokus utama, yakni keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan
pemenuhan sandang pangan
Pembentukan DPAS berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959. Lembaga ini bertugas
menjawab pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah
Soekarno menyampaikan pidatonya berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” (17 Agustus
1959) yang didalamnya memuat ide tentang demokrasi terpimpin dengan isi pokok sebagai berikut
:

 UUD 1945
 Sosialisme Indonesia
 Demokrasi Terpimpin
 Ekonomi Terpimpin
 Kepribadian Indonesia
November 1959, DPAS mengusulkan agar pidato tersebut dijadikan sebagai Garis Besar Haluan
Negara. Presiden Soekarno menerima usulan tersebut dan dikenal dengan nama Manifesto Politik
Republik Indonesia
Pembentukan MPRS pada tanggal 31 Desember 1959 berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Pemililihan dan pengangkatan anggotanya dilakukan langsung oleh Presiden
Soekarno
Konflik terbuka antara DPR hasil pemilu 1955 dengan Presiden karena DPR menolak Rencana
Anggaran Belanja Negara 1960 yang diajukan pemerintah. DPR kemudian dibubarkan (5 Maret
1960). Presiden Soekarno kemudian membentuk DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong) dengan tugas pokok sebagai mandataris MPRS dan memberikan sumbangan bantuan
Presiden melaksanakan segala sesuatu yang telah ditetapkan MPRS
Pembentukan Front Nasional berdasarkan Penetapan Presiden No. 13 tahun 1959. Lembaga ini
merupakan Organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita Proklamasi dan cita – cita yang
terkandung dalam UUD 1945.
Pembentukan Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR) berdasarkan Penetapan Pesiden
No. 4/1962. MPPR merupakan badan pembantu Pemimpin Besar Revolusi (PBR) dalam
mengambil kebijakan khusus dan darurat untuk menyelesaikan revolusi
TIGA KEKUATAN BESAR POLITIK
Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik pada waktu itu terpusat di tangan Presiden Soekarno.
Presiden Soekarno memegang seluruh kekuasaan negara dengan TNI AD dan PKI di sampingnya.
TNI mulai memainkan peranan penting dalam bidang politik sejak banyaknya gerakan separatis
yang muncul di berbagai wilayah Indonesia pada masa Demokrasi Liberal. Namun ternyata
kedudukan TNI pasca Demokrasi Liberal semakin menguat. Hal tersebut ditunjukkan dengan
diterimanya usulan TNI AD tentang pemberlakuan kembali UUD 1945 sebagai dasar negara.
Namun menguatnya kedudukan TNI AD justru membuat Presiden Soekarno khwatir dengan
kedudukannya sendiri sebagai pemegang kekuasaan. Maka dari itu Presiden Soekarna berupaya
menekan penaruh TNI AD dengan merangkul parpol (terutama PKI) dan angkatan bersenjata
lainnya.
Selain TNI AD kekuatan politik lain yang semakin menunjukkan dirinya ialah PKI. Dengan
menerima Penetapan Presiden No. 7 1959, partai ini mendapat tempat dalam konstelasi politik
baru. Kemudian dengan menyokong gagasan Nasakom dari Presiden Soekarno, PKI dapat
memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI dengan memanfaatkan
dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh TNI AD.

PERISTIWA PENTING
1. Pembebasan Irian Barat
Dilatarbelakangi karena Belanda tidak menepati hasil KMB dan bahkan juga menunda
penyelesaian masalah ini sampai bertahun-tahun lamanya. Sikap Belanda disebabkan oleh
beberapa alasan berikut :
a. Belanda menganggap bahwa masyarakat Irian Barat bukanlah bagian dari lingkungan
Indonesia baik secara etnologis maupun kultural.
b. Belanda meragukan kemampuan Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dalam
membangun kesejahteraan rakyat Irian Barat, mengingat bahwa Irian Barat merupakan
wilayah dengan penduduk asli yang masih terbelakang.
c. Belanda menginginkan wilayah Irian Barat yang amat strategis dan berpotensi
menguntungkan pemerintah Belanda karena beberapa faktor, seperti sebagai wilayah
penyebaran agama Kristen, sebagai wilayah untruk transmigrasi (untuk mengatasi
persoalan demografi Belanda), serta sebagai wilayah yang kaya akan barang tambang
bernilai ekonomi tinggi.
Berbagai upaya dilakukan melalui beberapa jalur, mulai dari diplomasi, konfrontasi politik,
konfrontasi ekonomi, dan konfrontasi militer.

 Diplomasi dilakukan dengan meminta bantuan PBB


 Konfrontasi Politik dilakukan dengan cara membatalkan hasil KMB pada
tahun 1956. Selain itu Indonesia juga memutuskan hubungan diplomatik
dengan Belanda pada tahun 1960.
 Konfrontasi Ekonomi dilakukan dengan membatalkan utang Indonesia
kepada Belanda juga melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda yang ada di Indonesia
 Konfrontasi Militer dilakukan dengan dikeluarkannya Trikora (Gri
Komando Rakyat) pada 19 Desember 1961 dengan isi sebagai berikut
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat
3. Bersiap untuk mobilisasi umum guna mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan bangsa dan negara.
Kemudian dilakukan juga PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) yang ditujukan kepada warga
Irian Barat. Hasilnya sebagian besar dari warga Irian Barat bersedia bergabung dengan NKRI.
Atas dasar hasil PEPERA tersebut maka Irian Barat berhasil kembali ke pangkuan NKRI pada 1
Mei 1963, namun PBB baru mengakui hak tersebut pada 19 November 1969.
2. Konfrontasi Dengan Malaysia
Pada tanggal 27 Mei 1961, Tengku Abdul Rahman mencetuskan gagasan pembentukan Federasi
Malaysia. Tetapi Soekarno menolak dengan dalih bahwa gagasan tersebut adalah produk
neokolonialisme Inggris yang mana berpotensi membahayakan Revolusi Indonesia. Karena
perdebatan tersebut maka hubungan antara Indonesia dengan Malaysia menjadi renggang dan
semakin panas.
Berbagai upaya juga dilakukan untuk mengatasi konflik antara kedua belah pihak, diantaranya
seperti

 Konferensi Maphilindo : konferensi yang melibatkan tiga negara, yakni Malaysia,


Philipina, dan Indonesia. Konferensi Maphilindo menghasilkan tiga dokumen penting,
yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila dan Komunike Bersama. Inti pokok dari tiga
dokumen tersebut adalah Indonesia dan Filipina menyambut baik pembentukan Federasi
Malaysia jika rakyat Kalimantan Utara menyetujui hal itu.Namun konferensi tersebut gagal
karena Malaysia melanggar hasil perjanjian yang telah disepakati bersama.
 Mengenai pembentukan Federasi Malaysia, ketiga kepala pemerintahan tersebut meminta
Sekjen PBB membetuk tim penyelidik. Menindaklanjuti permohonan ketiga pimpinan
pemerintahan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB membetuk tim penyelidik yang dipimpin
oleh Lawrence Michelmore. Tim tersebut memulai tugasnya di Malaysia pada tanggal 14
September 1963. Namun sebelum misi PBB menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasil
kerjanya, Federasi Malaysia diproklamasikan pada tanggal 16 September 1963. Oleh
karena itu, pemerintah RI menganggap proklamasi tersebut sebagai pelecehan atas
martabat PBB dan pelanggaran hasil konferensi Maphilindo.

Berbagai diplomasi yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Akibatnya pada 3 Mei 1964 Presiden
Soekarno mengumumkan Dwikora (Dwi Komando Rakyat) yang isinya sebagai berikut:
 Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia
 Bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Manila, Singapura, Sabah, Serawak, dan
Brunai untuk membubarkan Federasi Malaysia
Ditengah panasnya konfrontasi antara Indonesia – Malaysia, Malaysia dicalonkan sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan berhasil diterima pada 7 Januari 1965, saat itu Presiden
Soekarno dengan spontan menyatakan keluar dari Keanggotaan PBB.

3. Politik Mercusuar
Setelah keluar dari PBB, Indonesia kemudian mendirikan Conferensi Negara-Negara Berkembang
atau Conference of The New Emerging Forces (CONEFO) pada tanggal 7 Januari 1965.
Organisasi ini merupakan gagasan Presiden Sukarno yang dianggap sebagai tandingan terhadap
PBB. CONEFO merupakan bentuk kekuatan blok baru yang beranggotakan negara-negara
berkembang untuk menyaingi dua kekuatan blok sebelumnya, yaitu Blok Uni Soviet dan Blok
Amerika Serikat. Adapun negara-negara yang menjadi anggota CONEFO di antaranya Indonesia
sebagai pendiri, Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara, dan Vietnam Utara. Selain negara-
negara anggota, CONEFO juga memiliki negara-negara pengamat, di antaranya Uni Soviet, Kuba,
Yugoslavia, dan Republik Arab Bersatu. Untuk keperluan penyelenggaraan konferensi antara
anggota-anggota CONEFO, dibangun suatu kompleks gedung di dekat Gelora Senayan yang
mendapat bantuan antara lain dari Republik Rakyat Tiongkok. Konferensi tersebut belum sempat
diselenggarakan hingga CONEFO dibubarkan oleh Presiden Suharto pada tanggal 11 Agustus
1966. Sementara kompleks gedung yang telah dipersiapkan sebelumnya dialih fungsikan dan
dipergunakan sebagai Gedung DPR/MPR.
Selain mendirikan CONEFO, Indonesia juga pernah menyelenggarakan Pesta Olahraga Negara-
Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO), ini adalah suatu ajang
olahraga yang didirikan oleh Soekarno pada akhir tahun 1962 sebagai tandingan Olimpiade.
GANEFO menegaskan bahwa politik tidak bisa dipisahkan dengan olahraga, hal ini bertentangan
dengan doktrin Komite Olimpiade Internasional (KOI) yang memisahkan antara politik dan
olahraga. Indonesia mendirikan GANEFO setelah kecaman KOI yang bermuatan politis, di mana
pada saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Pada perhelatan akbar olahraga
negara-negara Asia itu, Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan dengan alasan simpati
terhadap Tiongkok dan negara-negara Arab. Aksi ini diprotes KOI karena Israel dan Taiwan
merupakan anggota resmi KOI. Akhirnya KOI menangguhkan keanggotaan Indonesia, dan
Indonesia diskors untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo. Ini pertama kalinya
KOI menangguhkan keanggotaan suatu negara. Tidak kehilangan akal, Indonesia kemudian
menyelenggarakan GANEFO sebagai ajang olahraga tandingan terhadap Olimpiade.

PENYIMPANGAN PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN


Pada Demokrasi Terpimpin terdapat berbagai kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan
UUD 1945 antara lain:

1. Pengangkatan presiden seumur hidup. Karena tidak ada aturan tentang jabatan presiden
seumur hidup. Menurut pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen), presiden memegang
jabatan selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali
2. Pengukuhan pidato presiden sebagai GBHN. Seharusnya GBHN disusun dan ditetapkan
oleh MPR.
3. Pembentukan DPAS, lembaga ini anggotanya ditunjuk oleh presiden dan diketuai oleh
presiden. Padahal tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan
memberi usulan kepada pemerintah.
4. Pembentukan MPRS yang anggotanya ditunjuk oleh presiden Seharusnya dipilih melalui
pemilu.
5. Pembentukan DPRGR yang anggotanya ditunjuk oleh presiden dan DPR hasil pemilu 1955
justru dibubarkan oleh presiden. Padahal kedudukan DPR dan presiden adalah seimbang.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan
presiden
6. Politik luar negeri lebih condong ke blok timur.

Anda mungkin juga menyukai