Anda di halaman 1dari 6

DEMOKRASI TERPIMPIN

Demokrasi terpimpin adalah sebuah periode politik Indonesia yang dapat dilihat dengan memuncaknya posisi Presiden
Soekarno yang didukung oleh TNI dan PKI dalam menggerakkan politik nasional. Sehingga arah negara dan
kebijakannya selaras dengan ide Soekarno seperti pembebasan paksa Irian Barat dan Konfrontasi Malaysia. Konsepsi
Nasionalis, Agama, Komunis diperkenalkan sebagai bentuk penyatuan seluruh ide-ide yang membentuk Indonesia.
Indonesia juga condong berhubungan dengan negara-negara baru dan negara komunis. Pengaruh dari tokoh lainnya
hamper tidak terlihat, karena setiap urusan kenegaraan berada di tangan presiden. Pada 9 Juli 1959, Kabinet
Djuanda dibubarkan dan diganti menjadi Kabinet Kerja yang dilantik pada 10 Juli 1959. Kabinet ini memiliki program
kerja yang disebut Tri Program yang meliputi:
(1) masalah-masalah sandang dan pangan,
(2) keamanan dalam negeri, dan
(3) pengembalian Irian Barat.

Masa Demokrasi ditandai dengan adanya konfrontasi politik dengan berbagai pihak, kekacauan ekonomi yang semakin
parah, dan pemusatan kekuatan pada tiga kutub yang saling mempengaruhi (Soekarno, PKI, TNI). Periode demokrasi
terpimpin dimulai sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berakhir dengan berpindahnya tampuk kekuasaan
kepada Soeharto yang menandai dimulainya Orde Baru pada tahun 1967.
Ciri-Ciri Masa Demokrasi Terpimpin
1. Pemerintah otoritarian, memuncaknya kekuasaan presiden atas negara.
2. Dukungan kuat dari unsur militer yang menjadi kekuatan politik baru
3. Dukungan kuat dari PKI sebagai pendukung setia presiden Soekarno
4. Lembaga legislatif lemah, dapat diatur bahkan dibubarkan presiden (MPRS dan DPR-GR)
5. Peran partai politik terbatas, bahkan dapat dibubarkan presiden (Masyumi dan PSI)
6. Gerakan separatis yang masih berlangsung dari masa sebelumnya.
7. Politik luar negeri yang keras dan memihak blok timur.
8. Kebijakan-kebijakan monumental banyak dilakukan di tengah krisis ekonomi yang terus memburuk.
9. Negara mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Sejarah Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin
Masa demokrasi terpimpin dimulai dari disampaikannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Dekrit ini berisi mengenai
pembubaran konstituante, pembentukan DPA dan MPR, serta kembalinya konstitusi Indonesia pada UUD 1945.
Kebijakan ini disambut baik oleh kalangan yang jengah dengan ketidakstabilan politik nasional selama sembilan tahun
(1950-1959) yang berdampak pada kondisi ekonomi yang semakin memburuk. Pada masa ini, posisi presiden Soekarno
menjadi sangat kuat dengan dukungan dari TNI dan kemudian PKI. Soekarno banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan
yang didasarkan atas pemikirannya tentang revolusi Indonesia, yang oleh banyak pihak dianggap terlalu ekstem dan
membawa Indonesia jatuh lebih jauh ke dalam jurang kekacauan.

Perkembangan Ekonomi
Untuk merencanakan perekonomian Nasional, presiden membentuk Dewan Perancang Nasional pada Agustus 1959.
Badan ini diketuai oleh Muh. Yamin yang bertugas untuk mempersiapkan RUU Pembangunan Nasional dan melakukan
penyelenggaraan pembangunan. Badan ini kemudian berganti menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional
(Bappenas) pada tahun 1963. Masuknya masa demokrasi terpimpin terjadi Bersama dengan kekacauan ekonomi,
pemerintah memprioritaskan penurunan inflasi dan pengurangan mata uang yang beredar. Pemerintah juga mengimbau
untuk melakukan penghematan dan penertiban manajemen terhadap seluruh perusahaan. Tapi di sisi lain, pemerintah
tidak mampu menahan ambisi politiknya seperti dalam perhelatan Ganefo dan Conefo yang menghabiskan banyak
biaya. Di sisi lain konfrontasi Malaysia dan Irian Barat juga menghabiskan banyak anggaran karena Indonesia membeli
banyak alat-alat militer dari Uni Soviet.

Kehidupan masyarakat Indonesia kurang lebih 80% bersifat agraris, sehingga barang-barang produksi yang dijual sangat
murah dan agregatnya sangat jauh dibandingkan dengan impor yang dilakukan negara. Sementara kredit luar negeri akan
memberikan pengaruh politik yang sangat kuat, karena keadaan perang dingin yang memaksa untuk berpihak kepada
salah satu blok atau pakta. Usaha-usaha pemerintah dalam memperbaiki ekonomi umumnya tidak berjalan baik karena
adanya kepentingan politik yang memakan biaya besar, dan politik internasional yang menghambat lancarnya keluar
masuk bantuan atau kredit.

Perkembangan Politik
1. Pembebasan Irian Barat
Pembebasan Irian Barat menjadi program utama pemerintah Indonesia sejak diputuskan permasalahannya dalam
Konferensi Meja Bundar Desember 1949. Program ini baru digenjot pelaksanaannya pada masa demokrasi terpimpin.
Indonesia mengusulkan pembahasan ini dalam Konferensi Perdana Menteri dan kemudian Sidang Dewan Keamanan
PBB pada 1956 sampai dengan 1960 hingga Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya pada bulan Agustus.
Amerika Serikat ditunjuk PBB untuk membantu menyelesaikan masalah Irian Barat, namun pada saat yang sama
Indonesia mempersiapkan opsi militer. Jenderal Nasution mengamankan perjanjian senjata dengan Moskow, sementara
Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora). Hal ini direspon Belanda dengan memperkuat perbatasan.
Operasi Mandala dilakukan di bawah Pimpinan Mayjen Soeharto berhasil menguasai Terminabuan. Belanda mendapat
tekanan dari AS untuk berunding, karena Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari Uni Soviet. Konflik berkelanjutan
akan membuat AS dan Uni Soviet terlibat dalam agresi di Pasifik Barat Daya. Belanda melunak, dan akhirnya
menyepakati Perjanjian New York pada Agustus 1962. Perjanjian ini ditindaklanjuti dengan penyerahan Irian Barat dari
PBB ke RI secara sementara pada 1 Mei 1963.

2. Gerakan Non-Blok
Politik Luar Negeri Indonesia didasarkan pada prinsip bebas-aktif, sehingga dapat berhubungan dengan negara manapun
yang berusaha mewujudkan perdamaian. Tidak terikat pada blok barat ataupun timur. Hal ini diterjemahkan dalam
keikutsertaan Indonesia dalam Gerakan Non-Blok. Gerakan ini berupaya untuk membentuk kekuatan netral dan
mencegah konflik berkelanjutan antara AS dan Soviet sebagai dua kutub politik dunia. Gerakan ini juga menangani
konflik-konflik seperti India-RRC, India Pakistan, dan kemudian Indonesia-Malaysia. Dua kali Konferensi Tingkat
Tinggi di Beograd dan Kairo berupaya untuk memberikan tekanan kepada PBB untuk menekan konflik antara AS-Soviet
dan memperingatkan bahaya perang antara keduanya. Meski begitu, dengan semakin memanasnya konflik Irian Barat,
Indonesia menempel blok timur karena bersedia membantu persenjataan untuk berperang.

3. Konfrontasi Malaysia
Konfrontasi ini dimulai setelah Tengku Abdul Rachman mengumumkan pembentukan Federasi Malaya pada 27 Mei
1961, kebijakan ini didukung oleh Inggris dalam persiapannya. Kebijakan membuat hubungan Indonesia-Malaysia
memanas yang dianggap mengganggu revolusi Indonesia dengan hadirnya pangkalan militer Inggris. Selain itu, Federasi
Malaysia dianggap sebagai proyek neokolonial Inggris. Indonesia, Filipina, dan Malaya melalui PBB melakukan
peninjauan keinginan rakyat untuk bergabung dalam federasi. Namun federasi diproklamasikan sebelum peninjauan
dilakukan oleh PBB. Indonesia memutuskan hubungan ekonomi dengan wilayah-wilayah Federasi Malaya pada 21
September 1963. Konflik pecah di Kalimantan Utara, dan diskusinya berjalan alot sampai Mei 1964. Presiden kemudian
mengucapkan Dwi Komando Rakyat sebagai tanda masuknya konfrontasi pada fase perang. Konflik ini mereda pada
pertemuan di Tokyo pada 20 Juni 1964 untuk membuat Komisi Asia-Afrika dan menghentikan permusuhan terhadap
Malaysia.

4. Keluar dari PBB


Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB pada Januari 1965, disebabkan oleh diterimanya Malaysia sebagai anggota
PBB bahkan dewan keamanan tidak tetap. Aksi ini sangat disayangkan karena Indonesia kehilangan forum yang besar
untuk memperjuangkan penyelesaian konfliknya dengan Malaysia. Hal ini kemudian diganti dengan menginisiasi
berdirinya New Emerging Forces (NEFO) sekaligus berlangsungnya Conference of New Emerging Forces (CONEFO)
dan Games of Emerging Forces (GANEFO). Meski begitu program ini tidak berjalan efektif, karena PBB adalah forum
yang sangat penting, dan kebijakan Indonesia yang memperbanyak lawan disbanding lawan sangatlah buruk. Hal ini
berlawanan dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Indonesia baru masuk kembali ke PBB pada
masa Orde Baru.

Penyimpangan-Penyimpangan Demokrasi Terpimpin


Era demokrasi terpimpin yang ditandai dengan menguatnya posisi presiden Soekarno, didukung oleh TNI dan PKI.
Seluruh kebijakan negara hampir selalu dikeluarkan oleh Presiden Soekarno, tanpa mempertimbangkan suara pihak-
pihak lain. Penyimpangan yang dilakukan antara lain :

1. Membubarkan DPR hasil pemilu pada 4 Juni 1960, kemudian membentuk DPR-GR karena menolak anggaran
belanja negara yang diusulkan pemerintah.
2. Membubarkan konstituante hasil pemilu melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959
3. Pembentukan MPRS yang disusun oleh presiden sendiri
4. Mengatur setiap sendi kehidupan negara melalui Manipol, Usdek, dan Nasakom
5. Mengangkat Ketua MPRS dan Ketua DPR-GR sebagai Menteri kabinet kerja.
6. Meningkatkan peranan ABRI dalam politik nasional
7. Membubarkan Masyumi dan PSI dalam kaitannya dengan PRRI dan Permesta.
8. Kekuasaan Presiden yang tidak terbatas, termasuk dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan secara sepihak
seperti keluar dari PBB, konfrontasi Irian Barat dan Malaysia, Mengadakan CONEFO dan GANEFO.
Akhir Demokrasi Terpimpin
Gencarnya aktivitas politik internasional Indonesia seakan menutupi dinamika dalam negeri. Di Jakarta, tiga poros PKI,
TNI, dan Soekarno semakin kuat memberikan pengaruh satu sama lain. Posisi PKI semakin kuat sebagai pendukung
politik Soekarno, di sisi lain menggiatkan upaya di akar rumput. Salah satunya mengusulkan “Angkatan Kelima” dengan
mempersenjatai buruh tani sebagai bentuk bantuan atas panggilan revolusi Soekarno. Hal ini menimbulkan
ketidaksenangan di kalangan TNI, yang menganggap PKI sudah melampaui batas partai politik biasa. Muncul informasi
yang menyatakan bahwa antara PKI atau TNI sedang mempersiapkan kudeta pemerintahan karena ketidaksenangan
tersebut. 0 September 1965 malam, sebuah aksi yang diduga dilakukan oleh PKI menewaskan tujuh perwira tinggi TNI
di Jakarta. Presiden Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto selaku Men/PangAD untuk mengembalikan
keamanan dan wibawa pemerintah setelah kekacauan yang terjadi melalui Surat Perintah Sebelas Maret 1966
(Supersemar). Terjadi dualisme kepemimpinan pada masa ini, karena roda pemerintahan sekarang dijalankan Soeharto.
Meski begitu, Soekarno menyampaikan Pel Nawaksara pada Sidang MPRS 10 Januari 1967, namun dianggap tidak
cukup untuk mempertanggungjawabkan peristiwa yang telah terjadi dalam hampir dua tahun ini.

Kamis, 20 Februari 1967 Presiden Soekarno memindahkan kekuasaan pada pengemban Tap MPRS No. IX/MPRS/1966
yaitu Soeharto. Dengan ini masa demokrasi terpimpin kemudian berakhir, dan dipimpin oleh Soeharto Indonesia
memasuki masa Orde Baru.
KONDISI EKONOMI
1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Badan Perancangan Pembangunan Nasional
(Bappenas)
Upaya perbaikan perekonomian Indonesia dilakukan dengan pembentukan Dewan Perancang Nasional
(Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh. Yamin. Dapernas kemudian menyusun program kerjanya
berupa pola pembangunan nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan
mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Pola Pembangunan Semesta dan
Berencana terdiri atas Blueprint tripola yaitu proyek pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan
pembangunan.
Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin Presiden
Soekarno sebagai pengganti Depernas. Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun
pendek.
2. Penurunan nilai uang
Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, pada tanggal 25 Agustus 1950
pemerintah mengumumkan penurunan nilai uang. Gimana sih penurunan nilai uang tersebut? Sebagai contoh, untuk
uang kertas pecahan Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain itu, semua simpanan di bank
yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.
3. Melaksanakan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara menyeluruh yaitu Deklarasi
Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis,
dan bebas dari imperialisme. Meski begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan
masalah inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia stagnan. Masalah perekonomian diatur atau
dipegang oleh pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak diabaikan.
4. Pembangunan Proyek Mercusuar
Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek mercusuar. Proyek Mercusuar Soekarno
adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat perhatian dari luar negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of
the New Emerging Forces) sebagai tandingan dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung
CONEFO yang sekarang dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan
Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.

 
Pembangunan Kompleks Olahraga di Senayan, termasuk Gelora Bung Karno merupakan proyek yang ambisius pada saat
itu. (Sumber: sejarahri.com).
KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA
1. Larangan pedagang asing di luar ibukota daerah
Dalam bidang sosial, pada masa Demokrasi Terpimpin pernah terjadi konflik antar pedagang asing, terutama Cina. Pada
1 Januari 1960, para pedagang asing dilarang berdagang di pedesaan. Akibatnya, banyak di antara mereka yang
dipindahkan ke kota. Atas kebijakan tersebut pemerintah di Beijing memberikan reaksi keras terhadap usaha tentara
Indonesia melarang warga negara asing (etnis Cina) bergerak dalam bidang usaha eceran diluar kota-kota besar.
2. Kerusuhan di Jakarta
Pada masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia, keadaan sosial Indonesia mulai kacau. Kedutaan besar Inggris dan 21 rumah
stafnya dibakar habis di Jakarta. Sebagai balasan, kedutaan besar Indonesia di Malaysia juga mengalami kerusakan. Hal
ini berujung pada pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura.

3. Konflik Lekra dengan Manikebu


Dalam bidang kebudayaan, juga terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) kelompok
pendukung ajaran Nasakom sementara Manikebu (Manifesto Kebudayaan) adalah sekelompok cendekiawan yang anti
dengan ajaran tersebut. Kelompok Manikebu mendukung Pancasila, namun tidak mendukung ajaran Nasakom.
Manikebu tidak ingin kebudayaan nasional didominasi ideologi tertentu. Manikebu kemudian dilarang oleh pemerintah
RI karena dianggap menunjukkan sikap ragu-ragu terhadap revolusi. Tokoh-tokoh dalam Manikebu antara lain H.B.
Jassin dan Taufiq Ismail.
4. Pelarangan musik dan tarian ala Barat
Squad, sekarang kamu tentu bisa dengar berbagai musik dan menarikan berbagai tarian dengan bebas, ‘kan? Berbeda
dengan masa Demokrasi Terpimpin, segala aspek kehidupan masyarakat berada di bawah dominasi politik. Bahkan,
kelompok seniman Koes Bersaudara (Koes Plus) juga pernah ditahan oleh pihak Kejaksaan karena dianggap memainkan
musik yang kebarat-baratan. Melalui pidato-pidatonya, Presiden Soekarno mengecam kebudayaan Barat berupa musik
“rock and roll”, dansa ala “cha-cha”, musik pop.
Hidup di masa sekarang tentunya berbeda dengan kehidupan Indonesia di masa demokrasi terpimpin, ya. Jika di masa
sekarang kita bisa hidup bebas, di masa itu pemerintah hampir “memasuki” semua aspek kehidupan. Kita harus
bersyukur nih, Squad. Oh iya, kalau kamu mau diskusi tentang topik ini lewat ruangles yang pastinya didampingi sama
guru-guru yang handal.

JAWABLAH SOAL DIBAWAH DENGAN TEPAT!

Soal 1: Jelaskan latar belakang konfrontasi Indonesia dan Malaysia!

Jawaban: Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, latar belakang konfrontasi Indonesia dan
Malaysia,adalah: Adanya rencana pembentukan Federasi Malaysia yang akan menggabungkan Malaya, Brunei, Sabah, dan Serawak
dibawah persemakmuran Inggris. Soekarno ingin menghapuskan segala jenis neo-imperialisme di kawasan Asia Tenggara. Soekarno
menganggap bahwa pembentukan Federasi Malaysia dapat mengganggu kedaulatan NKRI.
Soal 2: Jelaskan isi dari Trikora!

Jawaban:  Konflik Indonesia dan Belanda kembali memanas dalam upaya perebutan Irian Barat. Pada 1961, Presiden Soekarno
mengeluarkan Tiga Komando Rakyat ( Trikora). Isi Trikora, yakni:

 Gagalkan pembentukan negara boneka Papua


 Kibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat
 Bersiap untuk mobilisasi umum untuk menjaga kedaulatan NKRI

Soal 3: Sebutkan isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959!

Jawaban:  Berikut ini adalah isi dekrit presiden 5 juli 1959:

 Dibubarkannya Konstituante
 Diberlakukannya kembali UUD 1945
 Tidak berlakunya lagi UUDS 1950
 Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
yang diberlakuakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Soal 4: Sebutkan penyimpangan yang dilakukan Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin!

Jawaban:  Penyimpangan pada masa Demokrasi Terpimpin, yaitu:  Membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 Soekarno membentuk
MPRS, DPR-GR dan DPAS melalui Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden. Soekarno memihak blok Timur dengan membenuk
poros Jakarta-Peking-Hanoi-Pyongyang. Melakukan pembangunan proyek Mercusuar saat Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Soal 5: Sebutkan Isi Tritura! Jawaban:  KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia), dan kesatuan-kesatuan aksi lainnya (KABI, KASI, KAWI, KAGI) yang tergabung dalam Front Pancasila, berunjuk rasa
di halaman gedung DPR-GR pada tanggal 12 Januari 1966. Mereka menuntut tiga hal yang dikenal dengan Tritura. Isi Tritura yakni:

 Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI)


 Pembersihan Kabinat Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
 Penurunan harga

Soal 6: Sebutkan faktor penyebab keruntuhan Demokrasi Terpimpin!

Jawaban: Faktor penyebab keruntuhan Demokrasi Terpimpin, di antaranya: Adanya kekacauan besar yang diakibatkan oleh peristiwa
G30S Krisis ekonomi nasional Tingkat inflasi yang tinggi Penyimpangan yang dilakukan Soekarno terhadap konstitusi Kegagalan
Soekarno dalam bidang politik dan ekonomi

Soal 7: Apa yang dimaksud dengan kebijakan Sanering?

Jawaban:  Kebijakan Sanering merupakan kebijakan moneter masa Demokrasi Terpimpin yang dilakukan untuk menurunkan nilai
mata uang.  Menteri Keuangan Kabinet Hatta II, Syafruddin Prawiranegara mengusulkan kebijakan sanering. Sanering adalah
pemotongan nilai uang. Pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernilai 5 gulden ke atas dipotong nilainya hingga setengahnya.
Pemotongan uang dilakukan secara harfiah. Lembaran uang digunting dibelah menjadi dua. Potongan pertama menjadi uang dengan
nilai setengahnya. Sementara potongan kedua ditukar sebagai kupon obligasi negara. Baca juga: Gunting Syafruddin: Latar Belakang,
Tujuan, dan Dampaknya

Soal 8: Jelaskan faktor penyebab krisis ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin!

Jawaban:  Penyebab krisis ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin, yakni:  Pembangunan proyek Mercusuar oleh Soekarno
Soekarno terlalu fokus pada masalah politik Internasional, sehingga mengesampingkan sektor ekonomi. Kegagalan program dan
kebijakan pemerintah untuk mengendalikan krisis ekonomi. Anggaran pemerintah yang habis karena peristiwa Konfrontasi Malaysia
dan Pembebasan Irian Barat. Tidak adanya investasi dan bantuan keuangan oleh organisasi internasional karena Indonesia keluar dari
PBB.

Soal 9: Jelaskan upaya yang dilakukan pemerintah Demokrasi Terpimpin untuk menanggulangi krisis ekonomi!

Jawaban:  Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia, berikut merupakan kebijakan perbaikan krisis ekonomi yang ditempuh oleh
pemerintah masa Demokrasi Terpimpin: Menerapkan kebijakan penurunan mata uang (sanering) Menerapkan kebijakan
penyederhanaan nilai mata uang (redenominasi) Membentuk panitia 13 yang berisikan ahli ekonomi Pengeluaran Deklarasi Ekonomi
pada 28 Maret 1963 Peleburan Bank untuk mewujudkan Pembangunan Semesta Berencana
JAWABLAH SOAL DIBAWAH DENGAN TEPAT!

1. Apa yang dimaksud demokrasi terpimpin ?


2. Jelaskan latar belakang konfrontasi Indonesia dan Malaysia!
3. Jelaskan isi dari Trikora
4. Sebutkan isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959!
5. Sebutkan penyimpangan yang dilakukan Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin!
6. Sebutkan Isi Tritura!
7. Sebutkan faktor penyebab keruntuhan Demokrasi Terpimpin!
8. Apa yang dimaksud dengan kebijakan Sanering?
9. Jelaskan faktor penyebab krisis ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin!
10. Jelaskan upaya yang dilakukan pemerintah Demokrasi Terpimpin untuk menanggulangi krisis ekonomi!

Anda mungkin juga menyukai