Kompetensi Inti
3..Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
senibudaya, dan humaniora dengan wawasan kemanuasiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar dan menyajikanndalam ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya diskolah secaramandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar
3.4. Menganalisis perkembangan kehidupan Politik dan Ekonomi bangsaIndonesia
pada masa demokrasi terpimpin
4.4. Melakukan penelitian sederhana tentang kehidupan politik dan ekonomi bangsa
Indonesia pada masa demokrasi terpimpin dan menyajikannya dalam bentuk
laporan tertulis.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan dapat :
Menjelaskan dinamikan politik pada masa demokrsi Terpimpin
Menjelaskan perkembangan Ekonomi pada masa demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
Perkembangan Ekonomi
Untuk merencanakan perekonomian Nasional, presiden membentuk Dewan
Perancang Nasional pada Agustus 1959. Badan ini diketuai oleh Muh. Yamin yang
bertugas untuk mempersiapkan RUU Pembangunan Nasional dan melakukan
penyelenggaraan pembangunan. Badan ini kemudian berganti menjadi Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 1963. Masuknya masa
demokrasi terpimpin terjadi Bersama dengan kekacauan ekonomi, pemerintah
memprioritaskan penurunan inflasi dan pengurangan mata uang yang beredar.
Pemerintah juga mengimbau untuk melakukan penghematan dan penertiban
manajemen terhadap seluruh perusahaan. Tapi di sisi lain, pemerintah tidak mampu
menahan ambisi politiknya seperti dalam perhelatan Ganefo dan Conefo yang
menghabiskan banyak biaya. Di sisi lain konfrontasi Malaysia dan Irian Barat juga
menghabiskan banyak anggaran karena Indonesia membeli banyak alat-alat militer dari
Uni Soviet.
Perkembangan Politik
1. Pembebasan Irian Barat
Pembebasan Irian Barat menjadi program utama pemerintah Indonesia sejak
diputuskan permasalahannya dalam Konferensi Meja Bundar Desember 1949. Program
ini baru digenjot pelaksanaannya pada masa demokrasi terpimpin. Indonesia
mengusulkan pembahasan ini dalam Konferensi Perdana Menteri dan kemudian Sidang
Dewan Keamanan PBB pada 1956 sampai dengan 1960 hingga Indonesia memutuskan
hubungan diplomatiknya pada bulan Agustus. Amerika Serikat ditunjuk PBB untuk
membantu menyelesaikan masalah Irian Barat, namun pada saat yang sama Indonesia
mempersiapkan opsi militer. Jenderal Nasution mengamankan perjanjian senjata
dengan Moskow, sementara Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora).
Hal ini direspon Belanda dengan memperkuat perbatasan. Operasi Mandala dilakukan
di bawah Pimpinan Mayjen Soeharto berhasil menguasai Terminabuan. Belanda
mendapat tekanan dari AS untuk berunding, karena Indonesia mendapatkan dukungan
penuh dari Uni Soviet. Konflik berkelanjutan akan membuat AS dan Uni Soviet terlibat
dalam agresi di Pasifik Barat Daya. Belanda melunak, dan akhirnya menyepakati
Perjanjian New York pada Agustus 1962. Perjanjian ini ditindaklanjuti dengan
penyerahan Irian Barat dari PBB ke RI secara sementara pada 1 Mei 1963.
2. Gerakan Non-Blok
Politik Luar Negeri Indonesia didasarkan pada prinsip bebas-aktif, sehingga
dapat berhubungan dengan negara manapun yang berusaha mewujudkan perdamaian.
Tidak terikat pada blok barat ataupun timur. Hal ini diterjemahkan dalam keikutsertaan
Indonesia dalam Gerakan Non-Blok. Gerakan ini berupaya untuk membentuk kekuatan
netral dan mencegah konflik berkelanjutan antara AS dan Soviet sebagai dua kutub
politik dunia. Gerakan ini juga menangani konflik-konflik seperti India-RRC, India
Pakistan, dan kemudian Indonesia-Malaysia. Dua kali Konferensi Tingkat Tinggi di
Beograd dan Kairo berupaya untuk memberikan tekanan kepada PBB untuk menekan
konflik antara AS-Soviet dan memperingatkan bahaya perang antara keduanya. Meski
begitu, dengan semakin memanasnya konflik Irian Barat, Indonesia menempel blok
timur karena bersedia membantu persenjataan untuk berperang.
3. Konfrontasi Malaysia
Konfrontasi ini dimulai setelah Tengku Abdul Rachman mengumumkan
pembentukan Federasi Malaya pada 27 Mei 1961, kebijakan ini didukung oleh Inggris
dalam persiapannya. Kebijakan membuat hubungan Indonesia-Malaysia memanas yang
dianggap mengganggu revolusi Indonesia dengan hadirnya pangkalan militer Inggris.
Selain itu, Federasi Malaysia dianggap sebagai proyek neokolonial Inggris. Indonesia,
Filipina, dan Malaya melalui PBB melakukan peninjauan keinginan rakyat untuk
bergabung dalam federasi. Namun federasi diproklamasikan sebelum peninjauan
dilakukan oleh PBB. Indonesia memutuskan hubungan ekonomi dengan wilayah-wilayah
Federasi Malaya pada 21 September 1963. Konflik pecah di Kalimantan Utara, dan
diskusinya berjalan alot sampai Mei 1964. Presiden kemudian mengucapkan Dwi
Komando Rakyat sebagai tanda masuknya konfrontasi pada fase perang. Konflik ini
mereda pada pertemuan di Tokyo pada 20 Juni 1964 untuk membuat Komisi Asia-Afrika
dan menghentikan permusuhan terhadap Malaysia.
1. Membubarkan DPR hasil pemilu pada 4 Juni 1960, kemudian membentuk DPR-
GR karena menolak anggaran belanja negara yang diusulkan pemerintah.
2. Membubarkan konstituante hasil pemilu melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959
3. Pembentukan MPRS yang disusun oleh presiden sendiri
4. Mengatur setiap sendi kehidupan negara melalui Manipol, Usdek, dan Nasakom
5. Mengangkat Ketua MPRS dan Ketua DPR-GR sebagai Menteri kabinet kerja.
6. Meningkatkan peranan ABRI dalam politik nasional
7. Membubarkan Masyumi dan PSI dalam kaitannya dengan PRRI dan Permesta.
8. Kekuasaan Presiden yang tidak terbatas, termasuk dalam mengeluarkan
kebijakan-kebijakan secara sepihak seperti keluar dari PBB, konfrontasi Irian Barat
dan Malaysia, Mengadakan CONEFO dan GANEFO.
Akhir Demokrasi Terpimpin
Gencarnya aktivitas politik internasional Indonesia seakan menutupi dinamika
dalam negeri. Di Jakarta, tiga poros PKI, TNI, dan Soekarno semakin kuat memberikan
pengaruh satu sama lain. Posisi PKI semakin kuat sebagai pendukung politik Soekarno,
di sisi lain menggiatkan upaya di akar rumput. Salah satunya mengusulkan “Angkatan
Kelima” dengan mempersenjatai buruh tani sebagai bentuk bantuan atas panggilan
revolusi Soekarno. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan di kalangan TNI, yang
menganggap PKI sudah melampaui batas partai politik biasa. Muncul informasi yang
menyatakan bahwa antara PKI atau TNI sedang mempersiapkan kudeta pemerintahan
karena ketidaksenangan tersebut.
30 September 1965 malam, sebuah aksi yang diduga dilakukan oleh PKI
menewaskan tujuh perwira tinggi TNI di Jakarta. Presiden Soekarno memberikan
mandat kepada Soeharto selaku Men/PangAD untuk mengembalikan keamanan dan
wibawa pemerintah setelah kekacauan yang terjadi melalui Surat Perintah Sebelas
Maret 1966 (Supersemar). Terjadi dualisme kepemimpinan pada masa ini, karena roda
pemerintahan sekarang dijalankan Soeharto. Meski begitu, Soekarno menyampaikan
Pel Nawaksara pada Sidang MPRS 10 Januari 1967, namun dianggap tidak cukup
untuk mempertanggungjawabkan peristiwa yang telah terjadi dalam hampir dua tahun
ini.
Latihan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !
Soal Remedial
Soal Pengayaan